• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

5. Indikator Kemampuan Membaca Al-Quran

Adapun yang menjadi indikator untuk menilai bahwa seseorang mempunyai kemampuan dalam membaca Al-Quran sebagai berikut:

38 Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 137.

a. Ketepatan Pada Tajwid

Tajwid menurut bahasa berarti al-tahsin atau membaguskan.40 Sedangkan menurut istilah tajwid yaitu membaca huruf sesuai dengan hak-haknya, menertibkannya, serta mengembalikan ke tempat keluar (makhraj) dan asalnya, serta memperhalus pelafalannya tanpa dilebih-lebihkan, tanpa dikurangi, dan dibuat-buat.41 Demikian ketepatan pada tajwid dapat diukur dengan benar dan tidaknya pelafalan huruf-huruf Al-Quran yang berkaitan dengan tempat berhenti, panjang pendeknya bacaan huruf, dan lain sebagainya.

Tajwid sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah-kaidah tertentu yang harus dipedomani dalam pengucapan huruf-huruf dari makhrajnya, disamping juga harus diperhatikan hubungan setiap huruf dengan yang sebelum dan sesudahnya dalam cara pengucapannya. Oleh karena itu, tajwid tidak dapat diperoleh hanya sekedar dipelajari saja, namun juga harus melalui latihan dan praktek menirukan orang yang baik bacaannya.42

Para ulama telah sepakat bahwa mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardhu kifayah, sedangkan membaca Al-Quran dengan ilmu tajwid hukumnya fardhu ain. Untuk itu, setiap orang yang akan membaca Al-Quran harus mengetahui dan memperhatikan kaidah tajwid. Membaca Al-Quran dengan tidak menggunakan ilmu tajwid hukumnya tidak boleh sebab akan menyebabkan bacaannya salah serta pada akhirnya makna yang terkandung dari bacaan itu juga menjadi salah.

Dalam pembahasan ini ada beberapa ruang lingkup yang menjadi kajian ilmu tajwid, diantaranya:

1) Ahkamul Huruf

a) Hukum Nun Sukun atau Tanwin

40 Hasanuddin AF, Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam

Al-Quran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. 1, hlm. 118.

41 Muhammad Ibn’Alawi Al-Maliki Al-Hasani, op. cit., hlm. 53.

Hukum nun sukun atau tanwin apabila bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah terbagi menjadi lima bagian, yaitu: (1) Idh-har, yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu

dengan salah satu huruf halaq (ﻩ غ ع خ ح ا ) dan dibaca jelas.

(2) Idgham bighunnah, yaitu apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan empat huruf ( م ن يو ) dan dibaca dengung.

(3) Idgham bilaghunnah, yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf (ر ل) dan dibaca tidak dengung.

(4) Iqlab, yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf (ب).

(5) Ikhfa’, yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf 15 ( ف ظ ط ض ص ش س ز ذ د ج ث ت ك ق) dan dibaca samar-samar.

b) Hukum Mim Mati

Hukum mim mati apabila bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

(1) Ikhfa’ syafawi, yaitu apabila ada mim mati (ْم) bertemu dengan huruf ba’ (ب).

(2) Idgham mutamatsilain, yaitu apabila ada mim mati (ْم) bertemu dengan huruf mim (م).

(3) Idh-har syafawi, yaitu apabila ada mim mati (ْم) bertemu dengan salah satu huruf selain huruf mim (م) dan ba’ (ب).43 c) Idgham mutajanisain, yaitu apabila dua huruf bertemu yang

makhrajnya sama tetapi sifatnya berbeda.

d) Idgham mutaqoribain, yaitu apabila dua huruf bertemu yang hampir sama makhraj dan sifatnya. 44

43 Bambang Imam Supeno, Pelajaran Tajwid: Qa’idah Bagaimana Seharusnya Membaca

2) Makharijul Huruf

Makhraj artinya daerah artikulasi, ketepatan ucapan. Makharijul huruf dapat diukur dari betul atau tidaknya mengeluarkan huruf-huruf hijaiyyah pada makhrajnya. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai kemampuan membaca Al-Quran manakala orang tersebut mampu mengucapkan huruf dari daerah artikulasi atau tepat dalam mengucapkan huruf dari daerah artikulasi yang akhirnya tampak perbedaan dalam mengucapkan huruf yang satu dengan huruf yang lain.

Adapun pembagian makharijul huruf dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Al-Halq (ﻖﻠﺤﻟا ) = tenggorokan, meliputi: 1) Di dalam atau pangkal = ﻩ أ

2) Di tengah = ع ح

3) Di luar atau ujung = غ خ b) Al-Lisan (نﺎﺴﻠﻟا) = lidah, meliputi:

1) Lidah bagian pangkal dengan langit-langit = ق 2) Lidah hampir pangkal dengan langit-langit = ك 3) Lidah bagian tengah dengan langit-langit = ج ش ي

4) Tepi lidah kanan atau kiri dengan gerakan atas memanjang dari pangkal sampai ke depan, yakni sampai pada makhraj lam ( ل) = ض

5) Tepi lidah kanan dan kiri setelah makhraj (ض) sampai ujung lidah dengan gusi atas = ل

6) Ujung lidah dengan gusi atas, yakni didepan makhraj lam (ل) = ن

7) Ujung lidah dengan gusi atas, dekat makhraj nun (ن) =ر 8) Punggung kepala lidah dengan pangkal dua buah gigi seri

atas = ط د ت

44 Abu Hawariyyah, Risalah Tartil Al-Quran, (Sukabumi: Yayasan Pengembangan Islam At-Tartil, 2000), Cet. 2, hlm. 43-44.

9) Ujung lidah dengan pangkal gigi seri atas = ص س ز 10) Ujung lidah dengan ujung dua buah gigi atas =ظ ذ ث c) Asy-Syafatain (ﻦﻴﺘﻔﺸﻟا) = bibir, meliputi:

1) Perut bibir bawah dengan ujung dua buah gigi muka atas =ف

2) Bibir atas dan bawah dengan rapat = م ب

3) Bibir atas dan bawah dengan sedikit renggang = و d) Al-Jauf (فﻮﺠﻟا ) = rongga mulut, meliputi:

Tempat keluarnya tiga huruf mad, yaitu: 1) Alif , yang sebelumnya berharokat fathah. 2) Ya’ sukun, yang sebelumnya berharokat kasroh. 3) Wawu sukun, yang sebelumnya berharokat dhommah. e) Al-Khoisyum (مﻮﺸﻴﺨﻟا ) = pangkal hidung, meliputi:

1) Nun sukun atau tanwin, ketika: - Diidhgham Bighunnahkan - Diikhfa’kan

- Diiqlabkan

2) Mim sukun yang diidhghamkan pada mim (م) dan diikhfa’kan pada ba’ (ب ).45

3) Sifatul Huruf

Sifatul huruf merupakan karakteristik yang melekat pada suatu huruf. Setiap huruf hijaiyyah mempunyai sifat tersendiri yang bisa jadi sama atau berbeda dengan huruf lain. Sifat ini muncul setelah suatu huruf diucapkan secara tepat dari makhrajnya.

Menurut pendapat ahli qiro’at yang mashur, sifat-sifat huruf terbagi menjadi 17, antara lain:

a) menahan nafas atau udara =ﺮﻬﺟ b) mengalirkan udara atau nafas =ﺲﻤه

45 As’ad Humam, Cara Cepat Belajar Tajwid Praktis, (Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ, 2002), hlm. 59-60.

c) menahan aliran suara, sempurna kekuatan bertekannya. =ةﺪﺷ d) mengalirkan suara beserta huruf karena bertekan = ةوﺎﺧر

tawasuth (ﻂﺳﻮﺗ ) = pertengahan antara ةﺪﺷ + ةوﺎﺧر e) meninggikan lidah ke langit-langit =ءﻼﻌﺘﺳا f) merendahkan lidah dari langit-langit =لﺎﻔﺘﺳا

g) meletakkan lidah yang menentang langit-langit atas =قﺎﺒﻃإ

h) membuka ruangan antara langit-langit, lidah yang menentangnya =حﺎﺘﻔﻧا

i) berpegang atau menaikkan tepi lidah atau tepi bibir =قﻻذإ j) menahan semata atau menjaga agar lidah tidak menaik =تﺎﻤﺻإ k) berdesis dan keluar dengan kuat antara ujung beberapa buah

gigi atas dan lidah =ﺮﻴﻔﺻ

l) suara yang lebih kuat atau mental dan nyaring dari huruf yang mati setelah dihimpit =ﻪﻠﻘﻠﻗ

m) lunak atau mudah, tidak memberatkan lidah =ﻦﻴﻟ n) condong ujung lidah =فاﺮﺤﻧا

o) mengembalikan atau mengulangi getaran lidah. =ﺮﻳﺮﻜﺗ p) menghamburkan udara dari mulut =ﻰﺸﻔﺗ

q) memanjangkan suara dari tepi pangkal lidah hingga ujung lidah =ﺔﻟﺎﻄﺘﺳا 46

4) Ahkamul Madd Wal Qashr

Mad yaitu memanjangkan suara karena ada huruf mad. Hukum mad dalam ilmu tajwid terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Mad Asli / Mad Thabi’i, yaitu apabila ada huruf alif (ا) sebelumnya berharokat fathah, wawu (و) sebelumnya berharokat dhommah, dan ya’ (ي) sebelumnya berharokat kasroh.

b. Mad Far’i, yaitu mad thabi’i yang terkena suatu sebab, baik berupa hamzah maupun sukun. Mad far’i terbagi menjadi 13 bagian, yaitu:

- Mad wajib muttashil, yaitu apabila ada huruf mad thabi’i bertemu dengan hamzah (ء) dalam satu kata (kalimat). - Mad jaiz munfashil, yaitu apabila ada huruf mad thabi’i

bertemu dengan hamzah (ء), tetapi tidak dalam satu kata (kalimat).

- Mad badal, yaitu mad yang terjadi apabila ada huruf hamzah (ء) bertemu dengan mad.

- Mad iwadl, yaitu apabila ada waqof berupa huruf yang bertanwin fathah.

- Mad lazim kilmi mutsaqqal, yaitu mad thabi’i yang diikuti oleh huruf yang bertasydid.

- Mad lazim kilmi mukhaffaf, yaitu mad thabi’i yang berhubungan langsung dengan huruf mati dalam satu kata. - Mad lazim harfi musyabba’, yaitu apabila pada permulaan

surat dari Al-Quran terdapat salah satu huruf delapan ( ق ن م ك ل س ع ص)

- Mad lazim harfi mukhaffaf, yaitu apabila huruf yang terdapat pada permulaan surat berupa huruf (ر ﻩ ط ي ح) - Mad shilah terbagi menjadi dua, yaitu:

• Mad shilah qashirah, yaitu apabila ada huruf mad muqaddar (tersimpan) di dalam ha’ dlamir yang dibaca dhammah atau kasroh dan sebelumnya ha’ dlamir berupa huruf hidup.

• Mad shilah thawilah, yaitu mad shilah qashirah diiringi dengan huruf hamzah (ء) sebagaimana terjadi pada mad jaiz munfashil

- Mad layyin, yaitu apabila ada wawu (و) sukun atau ya (ي) sukun sedang huruf yang sebelumnya berharokat fathah. - Mad aridl lissukun, yaitu apabila ada huruf mad jatuh

sebelum huruf yang diwaqofkan.

- Mad tamkin, yaitu apabila ada ya sukun (ْي) yang didahului dengan ya yang bertasydid dan harokatnya kasroh

- Mad farqu, yaitu apabila ada mad badal yang diiringi oleh huruf yang bertasydid.47

5) Ahkamul Waqfi Wal Ibtida’

Waqof menurut bahasa menahan, sedangkan menurut istilah ialah memutuskan suara pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, tidak begitu lama, kemudian mengambil nafas satu kali dengan niat untuk memulai kembali bacaan Al-Quran.48

Tanda-tanda waqof dalam Al-Quran: a). Harus waqof ( مزﻻ = م)

b). Bukan tempat waqof (ﻪﻴﻓ ﻒﻗوﻻ = ﻻ) c). Boleh waqof , boleh washol (ﺰﺋﺎﺟ = ج ) d). Dibaca terus lebih utama (ﻰﻟوأ ﻞﺻ ﻮﻟا = ﻰﻠﺻ ) e). Berhenti lebih utama ( ﻰﻟوأ ﻖﻓﻮﻟا = ﻰﻠﻗ )

f). Berhenti sejenak satu alif dan tidak boleh bernafas (سﺔﺘﻜﺳ ) g). Lebih utama berhenti (ﻖﻠﻄﻣ = ط)

b. Ilmu Gharib

Gharib diambil dari kata (ﺎﺑﺮﻏ - بﺮﻐﻳ – بﺮﻏ) yang artinya pergi mengasingkan diri. Namun yang dimaksud dengan “Bacaan Gharib” adalah bacaan-bacaan yang asing atau aneh dalam bacaan Al-Quran atau sukar dipahami (dalam membacanya) karena kurang populer digunakan sehari-hari. Dikatakan sebagai bacaan yang asing, karena dalam membacanya tidak sesuai dengan kaidah bacaan pada umumnya, yakni kaidah tajwid.49

Adapun yang termasuk bacaan gharib antara lain:

a) Imalah, yaitu memiringkan bunyi fathah kepada kasroh. b) Isymam, yaitu isyaroh mencucu ditengah dengung. c) Tas-hil, yaitu memiringkan bacaan hamzah yang kedua. d) Naql, yaitu memindahkan kasroh pada ل50

47 Ahmad Soenarto, Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap, (Jakarta: Bintang Terang, t.th), hlm. 40-48.

48 Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya: Halim Jaya, 2007), hlm. 192.

49 Imam Murjito, Penjelasan dan Keterangan Pelajaran Bacaan Ghorib/ Musykilat untuk

Anak-anak, (Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Mujawwidin, t.th), hlm. 1.

Dokumen terkait