• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN ANTARA SISWA LULUSAN SMP DENGAN SISWA LULUSAN MTs DI KELAS XI SMAN 8 SEMARANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN ANTARA SISWA LULUSAN SMP DENGAN SISWA LULUSAN MTs DI KELAS XI SMAN 8 SEMARANG SKRIPSI"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SMAN 8 SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata I

Ilmu Tarbiyah

Oleh :

IKA DIAN LESTARI NIM : 3104212

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

(2)

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eks. Hal : Naskah Skripsi

An. Sdri. Ika Dian Lestari

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Setelah saya meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama ini saya kirim naskah skripsi saudari :

Nama : Ika Dian Lestari

NIM : 3104212

Judul Skripsi : STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA AL-QURAN ANTARA SISWA LULUSAN SMP DENGAN SISWA LULUSAN MTS DI KELAS XI SMAN 8 SEMARANG

Dengan ini saya mohon kiranya skripsi saudari tersebut dapat segera dimunaqasyahkan.

Demikian harap menjadi maklum.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Semarang, 31 Desember 2008

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Soediyono, M.Pd Musthofa, M.Ag

(3)

iii

PENGESAHAN PENGUJI

Tanggal Tanda Tangan

Drs. H. Djoko Widagdho, M.Pd 29 Januari 2009 ______________ Ketua

Drs. H. Mat Solikhin, M.Ag 29 Januari 2009 Sekretaris

Dr. Hj. Sukasih, MA 29 Januari 2009 Anggota

Dra. Ani Hidayati, M.Pd 29 Januari 2009 Anggota

(4)

iv

juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Semarang, 31 Desember 2008 Deklarator,

Ika Dian Lestari NIM. 3104212

(5)

v

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan MTs (X1) dengan siswa lulusan SMP (X2) di kelas XI SMAN 8 Semarang.

Penelitian ini menggunakan metode survey menerapkan teknik komparasi, yaitu membandingkan dua hal yang sesuai kajian topik penelitian yang diteliti kemudian ditarik simpulan. Subjek penelitian sebanyak 77 responden, yang terbagi dua kelompok. Kelompok pertama siswa lulusan SMP yang berjumlah 57 siswa dan kelompok kedua siswa lulusan MTs yang berjumlah 20 siswa. Dalam pengambilan sampel, untuk siswa lulusan SMP menggunakan teknik random sampling, sedangkan untuk siswa lulusan MTs menggunakan teknik populasi karena jumlah populasinya kurang dari 100. Pengumpulan data menggunakan metode tes untuk mengetahui kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs di kelas XI SMAN 8 Semarang. Sedangkan metode observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengumpulkan data pendukung lainnya.

Data penelitian yang terkumpul dianalisis menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan inferensial. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis t-score. Pengujian hipotesis penelitian menunjukkan bahwa; 1) Kemampuan membaca Al-Quran siswa lulusan MTs di kelas XI SMAN 8 Semarang termasuk pada kategori cukup, yaitu dengan nilai rata-rata 80,8 dengan nilai terendah 66 dan nilai tertinggi 95; 2) Kemampuan membaca Al-Quran siswa lulusan SMP di kelas XI SMAN 8 Semarang termasuk pada kategori cukup, yaitu dengan nilai rata-rata 70,403 dengan nilai terendah 60 dan nilai tertinggi 80; 3) Ada perbedaan yang meyakinkan tentang kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs di kelas XI SMAN 8 Semarang ditunjukkan oleh rumus t-score. Dimana nilai to (5,692) lebih besar dari t yang ada pada tabel t (dk =19 dan 56) baik taraf signifikansi 1% (2,7605) maupun taraf signifikansi 5% (2,0465).

Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi para sivitas akademika, para orang tua siswa dan para tenaga pengajar di SMAN 8 Semarang agar senantiasa lebih memanfaatkan kegiatan ekstra kurikuler Baca Tulis Al-Quran (BTA), sehingga siswa SMAN 8 Semarang dapat membaca Al-Quran dengan baik dan benar.

(6)

vi

Dan bacalah Al-Quran itu dengan perlahan-lahan. (QS. Al-Muzzammil: 4)*

*

(7)

vii

h Bapak dan Ibu tercinta

h Adik-adik tersayang

h Mbah kakung dan mbah putri

h Teman-teman seperjuangan

(8)

viii

akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

Shalawat dan salam, tidak lupa penulis berikan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan pengetahuan, sehingga dapat menjadi bekal hidup kita baik di dunia maupun di akhirat.

Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan bantuan bentuk apapun yang sangat besar artinya bagi penulis. Ucapan terima kasih terutama penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. H. Ibnu Hadjar, M.Ed. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang.

2. Drs. Soediyono, M.Pd. selaku pembimbing I dan Musthofa, M.Ag. selaku pembimbing II, yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi ini. 3. Segenap Bapak dan Ibu dosen beserta karyawan di lingkungan Fakultas

Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang yang telah membekali berbagai pengetahuan sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini. 4. Hj. Kastri Wahyuni, S.Pd., MM. selaku kepala sekolah SMAN 8 Semarang

yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian.

5. Drs. H. Zamhari dan Dra. Hj. Farichah, selaku guru mata pelajaran PAI di SMAN 8 Semarang yang telah banyak membantu menyelesaikan riset, sehingga data yang penulis butuhkan dapat terkumpul dengan cukup.

6. Kedua orang tua (Bapak Kasan dan Ibu Taruni) tercinta yang telah memberikan kasih sayang yang tulus serta doa-doa yang selalu dipanjatkan untukku dengan tiada hentinya.

(9)

ix dan doanya.

9. Sahabat-sahabatku yang selalu terkenang dalam perjalanan hidupku (Fajar, Eli, Aam dan Etty).

10. Teman-teman seperjuangan di KAMMI Komisariat Walisongo, IMT (Ikatan Mahasiswa Tegal) dan teman–teman kampus yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu dengan doa, materi dan motivasi. 11. Adik-adik Al-Izzah tersayang (Rina, Ulliya, Arie, Nafi, Ani, Cholasoh, Ulfah,

Ida dan Umi) terima kasih atas perhatian dan doanya.

12. Para santri di Pesantren Mahasiswa (PESMA) Izzah, Qudwah, Al-Kautsar, Isybillah, Al-Firdaus dan Darus Salam, semoga Allah mempererat tali persaudaraan yang telah kita jalin bersama.

13. Teman-teman SGC ’04 (Fitri, Dwi, Ririn, Siti, Titi, Eva, Nurul, Yahya, Hadi, Ulin dan Mukhtar) semoga ikatan ukhuwah akan selalu terjaga.

14. Teman-teman PAIB’04, semoga kebersamaan akan selalu menjadi kenangan yang terindah.

15. Teman-teman seperjuangan Tim KKN Posko Badran (Mba Yani, Mba Mahda, Mba Ika, Mba Ana, Mas Haris, Mas Rois, Mas Pong, Mas Azwar dan Mas Feri) dan Tim PPL SMAN 8 Semarang (Ulfa, Ulin, Khusniah, Imas, Rouf, Arif, Makhrus, Ilham, Jupri dan Siswoyo), takkan terlupakan memori bersama kalian.

Kepada mereka semua penulis tidak dapat memberikan apa-apa hanya untaian terima kasih dengan tulus serta iringan doa, semoga Allah membalas semua amal kebaikan mereka dan selalu melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya dan semoga skripsi yang berjudul “Studi Komparasi Kemampuan Membaca Al-Quran antara Siswa Lulusan SMP dengan Siswa Lulusan MTs di Kelas XI SMAN 8 Semarang” ini dapat bermanfaat bagi siapa saja yang berkesempatan membacanya.

(10)

x

Semarang, 31 Desember 2008

Penulis,

Ika Dian Lestari NIM.3104212

(11)

xi

Pengesahan Penguji... iii

Deklarasi ... iv

Abstrak ... v

Motto ... vi

Persembahan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... xi

Daftar Tabel ... xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Pembatasan Masalah... 4

D. Perumusan Masalah ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II : LANDASAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Kemampuan Membaca Al-Quran ... 5

1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Quran ... 6

2. Adab dan Tata Cara Membaca Al-Quran ... 8

3. Metode Belajar Membaca Al-Quran... 10

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Quran... 13

5. Indikator Kemampuan Membaca Al-Quran ... 18

B. Kajian Penelitian yang Relevan... 28

C. Kerangka Berpikir ... 30

D. Pengajuan Hipotesis ... 32

BAB III : METODE PENELITIAN A. Tujuan Penelitian... 33

(12)

xii

G. Teknik Analisis Data ... 38

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 41

B. Pegujian Hipotesis ... 44

C. Pembahasan Hasil Penelitian... 54

D. Keterbatasan Penelitian ... 56 BAB V : PENUTUP A. Simpulan ... 57 B. Saran ... 57 C. Penutup ... 58 DAFTAR KEPUSTAKAAN LAMPIRAN-LAMPIRAN

(13)

xiii

Tabel 2 : Hasil Tes Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa

Lulusan SMP ... 43 Tabel 3 : Kualitas Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa

Lulusan MTs di Kelas XI SMAN 8 Semarang ... 46 Tabel 4 : Kualitas Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa

Lulusan SMP di Kelas XI SMAN 8 Semarang ... 47 Tabel 5 : Tabel Kerja Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa

Lulusan MTs di Kelas XI SMAN 8 Semarang... 49 Tabel 6 : Tabel Kerja Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa

Lulusan SMP di Kelas XI SMAN 8 Semarang ... 50 Tabel 7 : Rekapitulasi Hasil Analisis Penelitian ... 54

(14)

1

Al-Quran merupakan mukjizat terbesar yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad saw sebagai pedoman hidup bagi umat manusia. Sebagai sumber utama ajaran Islam, Al-Quran sebagai bukti kebenaran Nabi Muhammad saw sekaligus petunjuk untuk umat manusia kapan dan dimanapun.1 Al-Quran sebagai kitab suci umat Islam tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan- Nya saja, tetapi juga mengatur hubungan manusia dengan manusia dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.2

Menyadari pentingnya Al-Quran sebagai petunjuk dan pedoman bagi kaum muslimin, seorang muslim dituntut tidak hanya sekedar mampu membaca Al-Quran dengan fasih saja, akan tetapi bagaimana mampu memahami, menghayati, dan mengamalkan isinya dalam perilaku kehidupan. Maka dalam mempelajari Quran dibutuhkan pemahaman baca tulis Al-Quran yang baik, karena pemahaman baca tulis Al-Al-Quran menjadi syarat penting yang harus dikuasai dalam mengkaji dan memahami materi ayat-ayat Al-Quran.

Menurut Islam membaca merupakan kemampuan yang harus dimiliki oleh umat Islam dan ini merupakan sesuatu yang sangat mendasar. Membaca dipandang sebagai sumber atau kunci ilmu pengetahuan. Membaca merupakan perintah Allah yang pertama yang diberikan oleh Allah kepada Muhammad melalui perantara malaikat Jibril yang sekaligus menandai Muhammad diangkat menjadi seorang Rasul, setelah memperoleh wahyu yang pertama.

Pendidikan membaca Al-Quran hendaknya diperkenalkan kepada anak sedini mungkin terutama dalam hal membaca, karena belajar Al-Quran merupakan suatu proses yang berawal dari mengeja huruf-huruf hijaiyyah

1

M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

Masyarakat, (Bandung: Mizan, 2004), hlm. 75.

2

Choiruddin Hadhiri S.P., Klasifikasi Kandungan Al-Quran, (Jakarta: Gema Insani Press, 1996), hlm. 25.

(15)

sampai cara membaca Al-Quran secara menyeluruh dan itu semua membutuhkan waktu yang tidak sebentar dan ketekunan yang tinggi. Membaca merupakan sesuatu yang paling prinsip dalam pengembangan ilmu pengetahuan. A.S. Broto sebagaimana dikutip Mulyono Abdurrahman mengemukakan bahwa “Membaca bukan hanya mengucapkan bahasa tulisan atau lambang bunyi bahasa, melainkan juga menanggapi dan memahami isi bahasa tulisan”.3 Di sini yang menjadi faktor penentu ialah orang tua. Orang tua merupakan faktor yang paling utama dalam menentukan kepribadian anak. Jika orang tua menanamkan nilai-nilai agama yang baik pada anak, misal membaca Al-Quran anak akan terbiasa dan memiliki ketrampilan dalam membaca Al-Quran.

Dalam proses belajar mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam antara SMP dan MTs mempunyai perbedaan. Di SMP materi Pendidikan Agama Islam disajikan secara global dan alokasi waktunya hanya 2 jam dalam seminggu, sedangkan di MTs materi Pendidikan Agama Islam disajikan secara terperinci. Dengan demikian, siswa MTs lebih sering menerima materi Pendidikan Agama Islam setiap minggunya bila dibanding siswa SMP. Berdasarkan perbedaan tersebut, maka peneliti ingin mengetahui sejauh mana kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs di kelas XI SMAN 8 Semarang.

Secara teoritik bisa dikatakan bahwa, siswa MTs lebih baik kemampuan membaca Al-Qurannya bila dibanding siswa SMP. Perlu diingat bahwa, kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs bukan satu-satunya ditentukan oleh faktor pembelajaran di Sekolah saja, akan tetapi bisa juga dari faktor keluarga dan lingkungan masyarakat. Pada kenyataannya banyak siswa yang lulusan SMP kemampuan membaca Al-Qurannya lebih baik dibanding dengan siswa lulusan MTs.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dengan judul skripsi: STUDI KOMPARASI KEMAMPUAN MEMBACA

3

Mulyono Abdurrahman, Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), hlm. 200.

(16)

AL-QURAN ANTARA SISWA LULUSAN SMP DENGAN SISWA LULUSAN MTs DI KELAS XI SMAN 8 SEMARANG.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diketahui bahwa Al-Quran diturunkan oleh Allah dalam bentuk bahasa Arab. Untuk bisa memahami, mengamalkan dan mengajarkanya membutuhkan proses awal yaitu membaca, karena membaca Al-Quran merupakan suatu hal yang sangat penting untuk diajarkan bagi anak didik.

Siswa SMAN 8 Semarang mempunyai latar belakang pendidikan yang berbeda-beda yaitu ada yang berasal dari SMP dan ada yang berasal dari MTs. Dari perbedaan latar belakang pendidikan tersebut, tentu akan berbeda pula tingkat kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran.

Seiring perkembangan teknologi yang ada, dewasa ini banyak suatu anggapan bahwa hasil dari lulusan madrasah mutunya lebih rendah bila dibanding dengan lulusan sekolah. Apalagi bila dikaitkan dengan faktor-faktor pendidikan yang ada, asumsi negatif seperti itu tidak perlu. Pandangan yang hanya dari satu segi saja tidak dapat dibenarkan, oleh karena itu skripsi ini akan dibahas lebih lanjut masalah kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs di kelas XI SMAN 8 Semarang.

Sebenarnya ketidakmampuan siswa dalam membaca Al-Quran salah satunya terjadi tidak hanya karena faktor dari keluarga dan lingkungan masyarakat saja. Selain itu, baca tulis Al-Quran sebagai bagian dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam terbentur pada alokasi yang sangat minim. Melihat persoalan tersebut, kiranya permasalahan yang dimunculkan penelitian ini adalah sejauh mana perbandingan kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs di kelas XI SMAN 8 Semarang padahal mereka sama-sama mendapat materi yang sama di sekolah yang mereka tempati.

(17)

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di muka, maka masalah dalam skripsi ini akan peneliti batasi pada aspek kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs pada siswa kelas XI SMAN 8 Semarang tahun ajaran 2008/2009. Adapun kemampuan membaca Al-Quran yang dimaksud ialah kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki oleh siswa dalam membaca Al-Quran yang dapat dilihat dari ketepatan pada tajwid dan gharib.

D. Perumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah penelitian ini adalah “apakah ada perbedaan kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs di kelas XI SMAN 8 Semarang?”

E. Manfaat Penelitian

Semua tindakan dan perbuatan pasti memiliki manfaat dan kegunaan, begitu pula dengan penelitian ini. Adapun manfaat yang ingin dicapai penelitian ini sebagai berikut:

1. Penelitian ini berguna untuk mengetahui tentang perbedaan kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs di kelas XI SMAN 8 Semarang.

2. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menjadi masukan bagi peserta didik, guru, kepala sekolah dan pada umumnya masyarakat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran.

3. Sebagai bahan pustaka bagi fakultas Tarbiyah berupa penelitian.

(18)

5

Al-Quran merupakan pedoman dan petunjuk hidup bagi umat Islam baik dalam kehidupan di dunia maupun di akhirat kelak. Belajar Al-Quran merupakan kewajiban utama bagi setiap mukmin dan harus dimulai semenjak kecil. Maka, setiap mukmin yang mempercayai Al-Quran mempunyai kewajiban dan tanggung jawab terhadap kitab sucinya itu. Di antara kewajiban dan tanggung jawab itu ialah mempelajari dan mengajarkannya.

Sebagaimana diketahui bahwa Al-Quran diturunkan dalam bentuk bahasa Arab, baik lafal maupun uslub-nya.1 Memang Al-Quran sengaja menggunakan bahasa Arab, dimaksudkan untuk lebih mudah dibaca, dipahami dan dipraktikkan oleh mereka yang telah mencapai kemajuan di bidang kesusastraan.2 Agar umat Islam dapat terhindar dari segala bahaya tipu muslihat syaitan, Al-Quran wajib dikaji, dipahami dan dihayati sekaligus dipraktikkan. Hal ini ditegaskan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Muslim yang berbunyi:

ﻳ ﺔﻳوﺎﻌﻣ ﺎﻨﺛﺪﺣ ﻨﻌ ﻼﺳ ﻦﺑا ﻰ ﻋ م ﺖﻌﻤﺳ لﺎﻗ ﻰﻠهﺎﺒﻟا ﺔﻣﺎﻣ أ ﻮﺑأ ﻰﻨﺛﺪﺣ لﻮﻘﻳ مﻼﺳ ﺎﺑأ ﻊﻤﺳ ﻪﻧأ ﺪﻳز ﻦ اوأﺮﻗا لﻮﻘﻳ ﻢﻠﺳو ﻪﻴﻠﻋ ﷲا ﻰﻠﺻ ﷲا لﻮﺳر ا ﻪﺑﺎﺤﺻﻻ ﺎﻌﻴﻔﺷ ﺔﻣﺎﻴﻘﻟا مﻮﻳ ﻰﺗﺄﻳ ﻪﻧﺎﻓ ناﺮﻘﻟ ) ﻢﻠﺴﻣ ﻩاور ( 3

Telah diceritakan kepada kami Muawiyah yakni Ibnu Salam dari Zaid bahwa sesungguhnya ia telah mendengar Aba Salam berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Umamah Al- Bahily dia berkata, saya mendengar Rasulullah saw bersabda: “Bacalah Al-Quran, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi orang yang membacanya." (HR.Muslim).

1. Pengertian Kemampuan Membaca Al-Quran

1 Said Agil Husin Al-Munawar, Al-Quran Membangun Tradisi Kesalehan Hakiki, (Jakarta:

Ciputat Press, 2002), Cet. 2, hlm. 3.

2 Moh.Chadziq Charisma, Tiga Aspek Kemukjizatan Al-Quran, (Surabaya: Bina Ilmu,

1991), Cet. 1, hlm. 21.

3 Al-Imam Abi Zakaria Yahya Bin Syarif An-Nawawi, Shahih Muslim, (Beirut-Libanon:

(19)

Kemampuan dapat diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan.4 Sedangkan pengertian membaca sendiri oleh beberapa ahli mendefinisikan berbeda-beda, menurut Rahayu Surtiati Hidayat membaca ialah melihat dan memahami tulisan, dengan melisankan atau hanya dalam hati.5

Ralph Taylor dalam bukunya ''Webster's World University

Dictionary'' mengartikan membaca (reading) adalah to take the meaning of written or printed words through the eye and the mind.6 Mengambil

maksud atas tulisan atau kata-kata yang tercetak dengan menggunakan mata dan pikiran.

Dari pengertian membaca di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud membaca dalam pembahasan ini adalah melisankan tulisan yang tertulis.

Adapun pengertian Al-Quran menurut M. Hasbi Ash Shiddieqy ialah nama bagi kalamullah yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw yang ditulis dalam mushaf.7 Sementara Mudzakir AS mendefinisikan Al-Quran sebagai firman atau kalam Allah SWT yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dan membacanya merupakan ibadah.8

Rafi Ahmad Fidai dalam bukunya “Concise History of Muslim

World” menjelaskan bahwa, The Quran is the word of Allah revealed by Him to the Holy Prophet (saw) through the Archangel Gabriel. The Quran has its own unique way and mode of expression which has no match.9

Al-Quran adalah firman Allah yang diwahyukan oleh-Nya (Allah) kepada

4 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), Cet.

1, hlm. 19.

5 Rahayu Surtiati Hidayat, Pengetesan Kemampuan Membaca Secara Komunikatif,

(Jakarta: Intermasa, 1990), Cet. 1, hlm. 27.

6 C.Ralph Taylor, Webster's World University Dictionary, (Washington, D.C: Publishers

Company Inc, t.th ), hlm. 814. 7

Teungku M.Hasbi Ash Shiddieqy, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Quran dan Tafsir, (Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2000), Cet. 3, hlm. 3.

8 Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran, (Bogor: Litera Antar Nusa, 2004), hlm. 17.

9

Rafi Ahmad Fidai, Concise History of Muslim World, (New Delhi: Kitabbhavan, 1997), Vol. 1, hlm. 47.

(20)

Nabi Muhammad saw melalui malaikat Jibril. Al-Quran memiliki cara yang khas dan bentuk ungkapan yang tidak ada bandingannya.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Al-Quran adalah kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw dengan perantaraan malaikat Jibril yang ditulis dalam mushaf-mushaf yang disampaikan kepada kita secara mutawatir yang dimulai dari surat Al-Fatihah dan diakhiri surat An-Naas dan membacanya termasuk ibadah.

Demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa kemampuan membaca Al-Quran dalam pembahasan ini ialah kesanggupan atau kecakapan yang dimiliki oleh siswa dalam membaca Al-Quran yang dapat dilihat dari ketepatan pada tajwid dan gharib.

Kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya.10 Dalam membaca, Quraish Shihab berpendapat bahwa perintah membaca merupakan perintah yang paling berharga yang dapat diberikan kepada umat manusia.11 Membaca merupakan faktor utama bagi

keberhasilan manusia dalam menguasai ilmu yang telah diajarkan oleh Allah kepada manusia.

Untuk itu sebagai seorang muslim sangat dianjurkan mempelajari Al-Quran baik dari segi membaca, menghafal dan bahkan sampai bisa memahami maknanya, karena Al-Quran selain sebagai penuntun dan pedoman jalan kebenaran bagi umat Islam juga membacanya termasuk ibadah.

10 Mulyono Abdurrahman, Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar, (Jakarta: Rineka

Cipta, 1999), Cet. 1, hlm. 200.

11 M. Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran: Fungsi dan Peran Wahyu dalam Kehidupan

(21)

2. Adab dan Tata Cara Membaca Al-Quran

Al-Quran adalah kalam Allah SWT yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw sebagai petunjuk bagi orang yang bertaqwa dan membacanya merupakan suatu ibadah.

Membaca Al-Quran dapat dikatakan sebagai ibadah apabila membacanya tidak dilakukan dengan sembarangan. Ada tata tertib yang harus dilakukan oleh orang yang akan membaca Al-Quran supaya dalam membacanya mendapat keberkahan dan rahmat dari Allah. Tata tertib tersebut sudah diatur dengan baik sebagai penghormatan dan pengagungan kepada Al-Quran yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw dan sebagai umatnya berkewajiban agar dapat mengikuti pedoman tersebut dalam membaca Al-Quran.

Banyak sekali adab-adab maupun tata cara yang harus dilakukan pada saat akan memulai sampai mengakhiri membaca Al-Quran. Pada intinya tata cara itu terbagi menjadi dua, yaitu adab yang berupa lahiriyah dan adab yang berupa batiniyah.

a. Adab Lahiriyah, antara lain:

1) Bersiwak (membersihkan mulut) sebelum mulai membaca Al-Quran.

2) Membaca Al-Quran di tempat yang suci dan bersih.12

3) Berwudhu sebelum membaca Al-Quran.13 Sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. Al-Waqi’ah : 77-79

…絯ΡÎ) ×β#u™öà)s9 ×ΛqÌx. . ’Îû 5=≈tGÏ. 5βθãΖõ3¨Β . ω ÿ…çµ¡yϑtƒ ωÎ) tβρã£γsÜßϑø9$#

“Sesungguhnya dia adalah Al-Quran yang sangat mulia, dalam kitab yang terpelihara, tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang disucikan” (QS. Al-Waqi’ah :77-79) 14

12 Manna Khalil Al-Khattan, Studi Ilmu-ilmu Al-Quran, terj. Mudzakir AS, (Jakarta:

Pustaka Litera Antar Nusa, 2000), Cet. 5, hlm. 270.

13 Muhammad Ibn'Alawi Al-Maliki Al-Hasani, Samudra Ilmu-ilmu Al-Quran Ringkasan

Kitab Al-Itqan Fi'ulum Al-Quran Karya Al-Imam Jalal Al-Din Al-Suyuthi, terj. Tarmana Abdul

Qosim, (Bandung: Mizan Pustaka, 2003), Cet. 1, hlm. 61.

(22)

4) Disunahkan menghadap arah kiblat.

5) Disunahkan membaca taawudz dan basmalah sebelum membaca Al-Quran.15

6) Membaca Al-Quran dengan tartil.16 Seperti dalam firman Allah SWT QS. Al-Muzzammil : 4

ِﻞﱢﺗَرَو َنَﺁْﺮُﻘْﻟا ﻼﻴِﺗْﺮَﺗ

“Dan bacalah Quran itu dengan perlahan-lahan” (QS. Al-Muzzammil : 4) 17

7) Membaca dengan irama dan suara yang indah. 8) Membaca Al-Quran dengan suara kecil atau keras.18 b. Adab Batiniyah

Menurut Teungku Muhammad Hasbi Ash Shiddieqy dalam bukunya ''Pedoman Dzikir & Doa'' mengemukakan beberapa adab batiniyah dalam membaca Al-Quran, antara lain:19

1) Membaca dengan tadabbur (penghayatan), yaitu memperhatikan dengan sungguh-sungguh akan janji baik dan janji buruk, harapan-harapan dan ancaman-ancaman, hikmah-hikmah yang terkandung didalam Al-Quran, hukum-hukumnya, serta mengambil pelajaran dan nasehat daripadanya.

2) Membaca dengan khusyu' dan khudu' dapat melapangkan dada dan menjadikan hati bersinar-sinar.

3) Membaca dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT, yaitu membulatkan pikiran dan hati sanubari bahwa kita sedang bermunajat kepada Allah dengan membaca kitab-Nya yang suci. 4) Membaca dengan cara menghasilkan bekas bacaan pada diri

sendiri, orang arif sering mencucurkan air mata ketika membaca

15 Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki, Keistimewaaan-keistimewaan Al-Quran, terj. Nur

Faizin, (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2001), Cet. 1, hlm. 69-73.

16 Yusuf Qardhawi, Berinteraksi dengan Al-Quran, terj. Abdul Hayyie Al-Kattani, (Jakarta:

Gema Insani Press, 2000), Cet. 2, hlm. 231.

17 Fadlurrahman, op. cit., hlm. 574. 18 Yusuf Qardhawi, op.cit., hlm. 233-243.

19 Teungku M.Hasbi Ash Shiddieqy, Pedoman Dzikir dan Doa, (Semarang: Pustaka Rizki

(23)

Al-Quran karena hati mereka sangat terpengaruh oleh bacaan-bacaan yang mereka baca.

5) Bergetar hati sewaktu mendengar bacaan Al-Quran.20 Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT QS. Al-Anfal : 2

ﺎَﻤﱠﻧِإ َنﻮُﻨِﻣْﺆُﻤْﻟا َﻦﻳِﺬﱠﻟا اَذِإ َﺮِآُذ ُﻪﱠﻠﻟا ْﺖَﻠِﺟَو ْﻢُﻬُﺑﻮُﻠُﻗ اَذِإَو ْﺖَﻴِﻠُﺗ ْﻢِﻬْﻴَﻠَﻋ ُﻪُﺗﺎَﻳَﺁ ْﻢُﻬْﺗَداَز ﺎًﻧﺎَﻤﻳِإ ﻰ َﻠَﻋَو ْﻢِﻬﱢﺑَر َنﻮُﻠﱠآَﻮَﺘَﻳ “Sesungguhnya orang-orang yang beriman adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetar hatinya dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, bertambah kuat imannya dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal.” (QS. Al-Anfal : 2) 21

3. Metode Belajar Membaca Al-Quran

Ada beberapa metode belajar membaca Al-Quran yang semakin berkembang dan sukses menghantarkan siswa-siswanya dalam membaca Al-Quran. Metode-metode tersebut antara lain:

1) Metode Al-Banjari

Dinamakan metode Banjari, karena metode membaca Al-Quran ini disusun di Banjarmasin pada abad ke-17 oleh seorang ulama besar yaitu Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari dengan kitabnya ''Sabilal Muhtadin''.22 Cara mengajarkan metode ini ialah pertama guru

mengenalkan diri dan bercerita tentang kebaikan membaca Al-Quran yang kemudian dilanjutkan dengan memperkenalkan siswa berbagai huruf-huruf hijaiyyah tersusun dari kiri ke kanan dan berangkai dengan tanda fathah, kasroh, dhomah, dan tanwin. Dengan selalu memperhatikan tahap kemampuan siswa dengan memakai sistem

taqrir (pengulangan). Setelah siswa paham betul diteruskan dengan

memperkenalkan mad (bacaan panjang) dan dilanjutkan dengan pemahaman tajwid, hukum nun mati dan tanwin dan lain sebagainya.

20 Abdul Halim Mahmud, Tadarus Kehidupan di Bulan Al-Quran, terj. Irwan Raihan dan

Abu Fahmi, (Yogyakarta: Madani Pustaka Hikmah, 2000), Cet. 1, hlm. 113.

21 Fadlurrahman, op. cit., hlm. 177.

22 Tim Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metode-metode

(24)

Jadi rangkaian belajar dengan metode ini adalah dengan mengenal huruf, merangkai huruf, mengenal baris dan mad sampai membaca dengan menggunakan tajwid.

2) Metode Qiraati

Metode membaca Al-Quran ini baru berakhir disusun pada tahun 1963 oleh H. Dahlan Salim Zarkasyi yang terdiri atas 10 jilid buku yang merupakan pengembangan serta evaluasi dari kaidah Baghdadiyah. Secara umum metode membaca Al-Quran ini bertujuan agar siswa mampu membaca A-Qur'an dengan baik sekaligus benar dengan kaidah ilmu tajwid.23

Secara umum pengajaran Al-Quran dengan menggunakan metode Qiraati adalah sebagai berikut:

(a) Dapat digunakan pengajarannya secara klasikal dan individual. (b) Guru menjelaskan dengan memberikan contoh materi pokok

bahasan, selanjutnya siswa membaca sendiri. (c) Siswa membaca tanpa mengeja.

(d) Sejak permulaan belajar siswa ditekankan untuk membaca yang tepat dan cepat.24

Kelebihan metode Qiraati adalah dapat diajarkan secara efisien untuk diajarkan oleh setiap orang, karena untuk pengajar disyaratkan benar-benar orang yang mampu membaca dengan baik dan benar.

3) Metode Iqra

Metode membaca Iqra ini dikenalkan oleh KH.As'ad Humam pada tahun 1995 di Yogyakarta. Metode membaca Iqra sangat terkenal sekali dikalangan pendidik Al-Quran yang sering digunakan pada pemula (TPQ). Sistem dan metode pengajaran model Iqra lebih mengedepankan pada penguasaan secara individual. Pengajaran model Iqra tidak mengenal waktu tertentu. Siswa dapat menyelesaikan

23 Ibid., hlm.101. 24

(25)

dengan cepat kalau pemahaman bacaan sudah sangat baik dan siswa akan tinggal kelas kalau dianggap belum mampu.

Tahapan metode Iqra adalah pertama siswa diharuskan membaca satu-persatu secara aktif lembaran-lembaran Iqra dan guru hanya menerangkan pokok-pokok pelajaran. Maka setiap selesai belajar, guru perlu mencatat hasil belajar anak pada kartu prestasi siswa. Jika memang sudah memahami betul, maka siswa baru dinaikkan ke tahap berikutnya.

Untuk pelajaran penunjang guna mendukung keberhasilan metode Iqra ini, siswa juga ditambah dengan beberapa hal, meliputi: (a) Hapalan surat-surat pendek (juz amma).

(b) Hapalan ayat-ayat pilihan.

(c) Hapalan bacaan shalat dan praktiknya. (d) Hapalan do'a pilihan.

(e) Menulis huruf Al-Quran dan lain-lain.25

Selain beberapa metode di atas untuk menunjang keberhasilan belajar membaca Al-Quran di Sekolah, para guru juga mempergunakan metode-metode sebagai berikut:

(1) Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi merupakan metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya suatu proses pembentukan tertentu kepada siswa.26

(2) Metode Latihan

Metode latihan merupakan suatu metode pengajaran dengan jalan melatih anak didik terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan.27 Metode latihan ini digunakan setelah guru

25 Ibid., hlm. 42-43.

26 Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta: Ciputat Pers,

2002), Cet. 1, hlm. 190.

27 Zuhairini, dkk., Metodologi Pendidikan Agama, (Solo: Ramadhani, 1993), Cet. 1, hlm.

(26)

ceramah, kemudian ada waktu yang tersisa anak didik diperintahkan untuk latihan dari pelajaran membaca Al-Quran. Dengan latihan, diharapkan siswa mampu membaca Al-Quran secara terampil dan benar.

(3) Metode Sorogan

Metode sorogan merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara satu persatu (secara individu) sesuai dengan materi pelajaran yang dipelajari.28

(4) Metode Baca Simak

Metode baca simak merupakan proses belajar mengajar yang dilakukan dengan cara sebagian waktu untuk membaca secara bersama-sama dan sebagian waktu yang lainnya untuk membaca secara individu atau kelompok, sedangkan murid yang lain menyimak.29

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Membaca Al-Quran

Telah dikatakan prinsip belajar bahwa keberhasilan belajar itu dipengaruhi oleh banyak faktor, begitu juga dengan membaca Al-Quran. Agar dalam membaca Al-Quran mencapai keberhasilan yang maksimal, maka harus dipahami juga faktor-faktor yang mempengaruhinya. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran dapat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor yang berasal dari diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar siswa (eksternal).

Menurut Muhibbin Syah, faktor-faktor tersebut sebagai berikut: 1) Faktor internal, meliputi aspek fisiologis dan aspek psikologis

28 Imam Murjito, Pedoman Metode Praktis Pengajaran Ilmu Baca Al-Quran Qiraati,

(Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Mujawwidin, t.th), hlm. 23.

(27)

2) Faktor eksternal, meliputi faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.30

Sehubungan dengan faktor-faktor di atas, untuk lebih jelasnya faktor-faktor tersebut akan diuraikan sebagai berikut:

a) Faktor Internal

Faktor ini berasal dari diri individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari dua faktor, yaitu faktor fisiologis dan faktor psikologis. (1) Faktor Fisiologis (jasmaniah)

Faktor fisiologis meliputi hal-hal yang berhubungan dengan keadaan fisik atau jasmani individu yang bersangkutan. Diantara keadaan fisik yang perlu diperhatikan antara lain:

(a) Kondisi fisik yang normal

Kondisi fisik yang normal atau tidak memiliki cacat sejak kandungan sampai lahir sangat menentukan keberhasilan belajar seseorang, contoh seseorang yang sumbing tentu akan mengganggu keaktifan membaca dan hal itu juga akan menjadi hambatan yang paling utama apalagi dengan membaca Al-Quran.

(b) Kondisi kesehatan fisik

Keadaan fisik yang sehat dan segar (fit) sangat mempengaruhi keberhasilan belajar seseorang. Sebaliknya apabila kondisi fisik yang lemah dan sering sakit-sakitan, maka akan mengurangi semangat belajar. Hal ini menunjukkan bahwa membaca Al-Quran membutuhkan konsentrasi yang penuh, karena apabila ada kekeliruan dalam membaca Al-Quran baik tajwid atau yang lainnya, maka akan mengubah arti dari kata itu sendiri dan pada akhirnya akan mempengaruhi kalimat. Sehingga kondisi kesehatan fisik yang baik diperlukan dalam rangka mencapai kemampuan membaca

30 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja

(28)

Al-Quran. Hal ini dapat terwujud dengan jalan menjaga kesehatan tubuh dengan cara makan dan minum secara teratur, olahraga secukupnya dan istirahat secukupnya.31 (2) Faktor Psikologis (rohaniah)

Faktor psikologis ini berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang dapat mendorong untuk lebih tekun dan rajin. Diantaranya meliputi:

a) Inteligensi

Inteligensi ialah kemampuan untuk memudahkan penyesuaian secara tepat terhadap berbagai segi dari keseluruhan lingkungan seseorang.32 Inteligensi atau kecerdasan seseorang ini dapat terlihat adanya beberapa hal yaitu:

− cepat menangkap isi pelajaran

− tahan lama memusatkan perhatian pada pelajaran dan kegiatan

− dorongan ingin tahu kuat, banyak inisiatif

− cepat memahami prinsip-prinsip dan pengertian-pengertian − memiliki minat yang luas33

Inteligensi sangat dibutuhkan sekali dalam belajar membaca Al-Quran, karena dengan tingginya inteligensi seseorang maka akan lebih mudah dan cepat menerima pelajaran-pelajaran yang telah diberikan. Sehingga pada saat membaca Al-Quran dapat melakukan dengan mudah dan lancar dan hasilnya pun akan mencapai nilai yang maksimal. b) Minat

31 Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif: Panduan Menemukan Teknik Belajar, Memilih

Jurusan, dan Menentukan Cita-cita, (Jakarta: Puspa Swara, 2000), Cet. 1, hlm. 11-12.

32 Oemar Hamalik, Psikologi Belajar dan Mengajar, (Bandung: Sinar Baru Algensindo,

2000), Cet. 2, hlm. 89.

33 Zakiah Daradjat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,

(29)

Minat ialah kecenderungan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.34 Minat besar pengaruhnya terhadap pencapaian prestasi belajar seseorang. Apabila seseorang mempunyai minat belajar yang besar, maka cenderung akan menghasilkan prestasi yang tinggi. Sebaliknya apabila minat belajar seseorang kurang, akan menghasilkan prestasi yang rendah.35

Demikian minat mempunyai peran penting dalam semua aktivitas manusia, begitu pula aktivitas siswa belajar membaca Al-Quran. Sebab dari sini akan muncul perasaan senang atau tidak senang, perasaan tertarik atau tidak tertarik pada sesuatu yang pada akhirnya mempengaruhi siswa untuk belajar atau tidak belajar. Tidak adanya minat seorang anak terhadap suatu pelajaran akan menimbulkan kesulitan belajar. c) Motivasi

Menurut Crawley dan Mountain sebagaimana dikutip oleh Farida Rahim menjelaskan bahwa motivasi ialah sesuatu yang mendorong seseorang belajar atau melakukan sesuatu kegiatan.36. Motivasi dapat menentukan baik tidaknya

menentukan tujuan seseorang, sehingga semakin besar motivasi seseorang maka akan semakin besar kesuksesan belajarnya.37

Dalam kemampuan membaca Al-Quran, motivasi akan sangat menentukan besar kecilnya tingkat pencapaian prestasi seseorang. Adanya usaha yang tekun dan terutama didasarkan adanya motivasi yang tinggi dalam belajar akan menunjukkan hasil yang baik.

34 Muhibbin Syah, op. cit., hlm. 136.

35 M. Dalyono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), Cet. 1, hlm. 57. 36 Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007),

Cet. 1, hlm. 20.

(30)

b) Faktor Eksternal

Faktor eksternal berasal dari luar diri individu. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan non sosial.

(1) Faktor Lingkungan Sosial

Faktor lingkungan sosial meliputi orang tua dan keluarga, masyarakat dan tetangga, para guru dan teman sepermainan.38 Lingkungan siswa yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Misalkan, seorang pelajar yang apabila lingkungan keluarga atau masyarakatnya agamis, maka anak tersebut akan termotivasi untuk mengikuti kegiatan itu. Begitu pula sebaliknya.

(2) Faktor lingkungan non Sosial

Faktor lingkungan non sosial meliputi gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan oleh siswa.39 Semua faktor ini dipandang turut menentukan kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran. Misalkan, rumah yang sempit dan berantakan serta perkampungan yang terlalu padat dan tidak memiliki sarana umum untuk kegiatan belajar siswa (seperti Masjid dan Mushalla) akan mendorong siswa untuk belajar ke tempat-tempat yang lain, yang pantas dikunjungi. Kondisi rumah-rumah perkampungan seperti itu jelas berpengaruh buruk terhadap kegiatan belajar siswa. Letak sekolah yang terlalu dekat dengan jalan raya dimana suasana ramai menyelimutinya yang dapat mengganggu aktivitas belajar siswa.

5. Indikator Kemampuan Membaca Al-Quran

Adapun yang menjadi indikator untuk menilai bahwa seseorang mempunyai kemampuan dalam membaca Al-Quran sebagai berikut:

38 Muhibbin Syah, op.cit., hlm. 137. 39 Ibid., hlm. 138.

(31)

a. Ketepatan Pada Tajwid

Tajwid menurut bahasa berarti al-tahsin atau membaguskan.40 Sedangkan menurut istilah tajwid yaitu membaca huruf sesuai dengan hak-haknya, menertibkannya, serta mengembalikan ke tempat keluar (makhraj) dan asalnya, serta memperhalus pelafalannya tanpa dilebih-lebihkan, tanpa dikurangi, dan dibuat-buat.41 Demikian ketepatan pada tajwid dapat diukur dengan benar dan tidaknya pelafalan huruf-huruf Al-Quran yang berkaitan dengan tempat berhenti, panjang pendeknya bacaan huruf, dan lain sebagainya.

Tajwid sebagai suatu disiplin ilmu mempunyai kaidah-kaidah tertentu yang harus dipedomani dalam pengucapan huruf-huruf dari makhrajnya, disamping juga harus diperhatikan hubungan setiap huruf dengan yang sebelum dan sesudahnya dalam cara pengucapannya. Oleh karena itu, tajwid tidak dapat diperoleh hanya sekedar dipelajari saja, namun juga harus melalui latihan dan praktek menirukan orang yang baik bacaannya.42

Para ulama telah sepakat bahwa mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardhu kifayah, sedangkan membaca Al-Quran dengan ilmu tajwid hukumnya fardhu ain. Untuk itu, setiap orang yang akan membaca Al-Quran harus mengetahui dan memperhatikan kaidah tajwid. Membaca Al-Quran dengan tidak menggunakan ilmu tajwid hukumnya tidak boleh sebab akan menyebabkan bacaannya salah serta pada akhirnya makna yang terkandung dari bacaan itu juga menjadi salah.

Dalam pembahasan ini ada beberapa ruang lingkup yang menjadi kajian ilmu tajwid, diantaranya:

1) Ahkamul Huruf

a) Hukum Nun Sukun atau Tanwin

40 Hasanuddin AF, Perbedaan Qiraat dan Pengaruhnya terhadap Istinbath Hukum dalam

Al-Quran, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), Cet. 1, hlm. 118.

41 Muhammad Ibn’Alawi Al-Maliki Al-Hasani, op. cit., hlm. 53. 42 Manna Khalil Al-Khattan, op. cit., hlm. 265.

(32)

Hukum nun sukun atau tanwin apabila bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah terbagi menjadi lima bagian, yaitu: (1) Idh-har, yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu

dengan salah satu huruf halaq (ﻩ غ ع خ ح ا ) dan dibaca jelas.

(2) Idgham bighunnah, yaitu apabila nun sukun atau tanwin bertemu dengan empat huruf ( م ن يو ) dan dibaca dengung.

(3) Idgham bilaghunnah, yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf (ر ل) dan dibaca tidak dengung.

(4) Iqlab, yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan huruf (ب).

(5) Ikhfa’, yaitu apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf 15 ( ف ظ ط ض ص ش س ز ذ د ج ث ت ك ق) dan dibaca samar-samar.

b) Hukum Mim Mati

Hukum mim mati apabila bertemu dengan salah satu huruf hijaiyyah terbagi menjadi tiga bagian, yaitu:

(1) Ikhfa’ syafawi, yaitu apabila ada mim mati (ْم) bertemu dengan huruf ba’ (ب).

(2) Idgham mutamatsilain, yaitu apabila ada mim mati (ْم) bertemu dengan huruf mim (م).

(3) Idh-har syafawi, yaitu apabila ada mim mati (ْم) bertemu dengan salah satu huruf selain huruf mim (م) dan ba’ (ب).43 c) Idgham mutajanisain, yaitu apabila dua huruf bertemu yang

makhrajnya sama tetapi sifatnya berbeda.

d) Idgham mutaqoribain, yaitu apabila dua huruf bertemu yang hampir sama makhraj dan sifatnya. 44

43 Bambang Imam Supeno, Pelajaran Tajwid: Qa’idah Bagaimana Seharusnya Membaca

(33)

2) Makharijul Huruf

Makhraj artinya daerah artikulasi, ketepatan ucapan. Makharijul huruf dapat diukur dari betul atau tidaknya mengeluarkan huruf-huruf hijaiyyah pada makhrajnya. Dengan demikian, seseorang dikatakan mempunyai kemampuan membaca Al-Quran manakala orang tersebut mampu mengucapkan huruf dari daerah artikulasi atau tepat dalam mengucapkan huruf dari daerah artikulasi yang akhirnya tampak perbedaan dalam mengucapkan huruf yang satu dengan huruf yang lain.

Adapun pembagian makharijul huruf dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a) Al-Halq (ﻖﻠﺤﻟا ) = tenggorokan, meliputi: 1) Di dalam atau pangkal = ﻩ أ

2) Di tengah = ع ح

3) Di luar atau ujung = غ خ b) Al-Lisan (نﺎﺴﻠﻟا) = lidah, meliputi:

1) Lidah bagian pangkal dengan langit-langit = ق 2) Lidah hampir pangkal dengan langit-langit = ك 3) Lidah bagian tengah dengan langit-langit = ج ش ي

4) Tepi lidah kanan atau kiri dengan gerakan atas memanjang dari pangkal sampai ke depan, yakni sampai pada makhraj lam ( ل) = ض

5) Tepi lidah kanan dan kiri setelah makhraj (ض) sampai ujung lidah dengan gusi atas = ل

6) Ujung lidah dengan gusi atas, yakni didepan makhraj lam (ل) = ن

7) Ujung lidah dengan gusi atas, dekat makhraj nun (ن) =ر 8) Punggung kepala lidah dengan pangkal dua buah gigi seri

atas = ط د ت

44 Abu Hawariyyah, Risalah Tartil Al-Quran, (Sukabumi: Yayasan Pengembangan Islam

(34)

9) Ujung lidah dengan pangkal gigi seri atas = ص س ز 10) Ujung lidah dengan ujung dua buah gigi atas =ظ ذ ث c) Asy-Syafatain (ﻦﻴﺘﻔﺸﻟا) = bibir, meliputi:

1) Perut bibir bawah dengan ujung dua buah gigi muka atas =ف

2) Bibir atas dan bawah dengan rapat = م ب

3) Bibir atas dan bawah dengan sedikit renggang = و d) Al-Jauf (فﻮﺠﻟا ) = rongga mulut, meliputi:

Tempat keluarnya tiga huruf mad, yaitu: 1) Alif , yang sebelumnya berharokat fathah. 2) Ya’ sukun, yang sebelumnya berharokat kasroh. 3) Wawu sukun, yang sebelumnya berharokat dhommah. e) Al-Khoisyum (مﻮﺸﻴﺨﻟا ) = pangkal hidung, meliputi:

1) Nun sukun atau tanwin, ketika: - Diidhgham Bighunnahkan - Diikhfa’kan

- Diiqlabkan

2) Mim sukun yang diidhghamkan pada mim (م) dan diikhfa’kan pada ba’ (ب ).45

3) Sifatul Huruf

Sifatul huruf merupakan karakteristik yang melekat pada suatu huruf. Setiap huruf hijaiyyah mempunyai sifat tersendiri yang bisa jadi sama atau berbeda dengan huruf lain. Sifat ini muncul setelah suatu huruf diucapkan secara tepat dari makhrajnya.

Menurut pendapat ahli qiro’at yang mashur, sifat-sifat huruf terbagi menjadi 17, antara lain:

a) menahan nafas atau udara =ﺮﻬﺟ b) mengalirkan udara atau nafas =ﺲﻤه

45 As’ad Humam, Cara Cepat Belajar Tajwid Praktis, (Yogyakarta: Balai Litbang LPTQ,

(35)

c) menahan aliran suara, sempurna kekuatan bertekannya. =ةﺪﺷ d) mengalirkan suara beserta huruf karena bertekan = ةوﺎﺧر

tawasuth (ﻂﺳﻮﺗ ) = pertengahan antara ةﺪﺷ + ةوﺎﺧر e) meninggikan lidah ke langit-langit =ءﻼﻌﺘﺳا f) merendahkan lidah dari langit-langit =لﺎﻔﺘﺳا

g) meletakkan lidah yang menentang langit-langit atas =قﺎﺒﻃإ

h) membuka ruangan antara langit-langit, lidah yang menentangnya =حﺎﺘﻔﻧا

i) berpegang atau menaikkan tepi lidah atau tepi bibir =قﻻذإ j) menahan semata atau menjaga agar lidah tidak menaik =تﺎﻤﺻإ k) berdesis dan keluar dengan kuat antara ujung beberapa buah

gigi atas dan lidah =ﺮﻴﻔﺻ

l) suara yang lebih kuat atau mental dan nyaring dari huruf yang mati setelah dihimpit =ﻪﻠﻘﻠﻗ

m) lunak atau mudah, tidak memberatkan lidah =ﻦﻴﻟ n) condong ujung lidah =فاﺮﺤﻧا

o) mengembalikan atau mengulangi getaran lidah. =ﺮﻳﺮﻜﺗ p) menghamburkan udara dari mulut =ﻰﺸﻔﺗ

q) memanjangkan suara dari tepi pangkal lidah hingga ujung lidah =ﺔﻟﺎﻄﺘﺳا 46

4) Ahkamul Madd Wal Qashr

Mad yaitu memanjangkan suara karena ada huruf mad. Hukum mad dalam ilmu tajwid terbagi menjadi dua, yaitu:

a. Mad Asli / Mad Thabi’i, yaitu apabila ada huruf alif (ا) sebelumnya berharokat fathah, wawu (و) sebelumnya berharokat dhommah, dan ya’ (ي) sebelumnya berharokat kasroh.

b. Mad Far’i, yaitu mad thabi’i yang terkena suatu sebab, baik berupa hamzah maupun sukun. Mad far’i terbagi menjadi 13 bagian, yaitu:

(36)

- Mad wajib muttashil, yaitu apabila ada huruf mad thabi’i bertemu dengan hamzah (ء) dalam satu kata (kalimat). - Mad jaiz munfashil, yaitu apabila ada huruf mad thabi’i

bertemu dengan hamzah (ء), tetapi tidak dalam satu kata (kalimat).

- Mad badal, yaitu mad yang terjadi apabila ada huruf hamzah (ء) bertemu dengan mad.

- Mad iwadl, yaitu apabila ada waqof berupa huruf yang bertanwin fathah.

- Mad lazim kilmi mutsaqqal, yaitu mad thabi’i yang diikuti oleh huruf yang bertasydid.

- Mad lazim kilmi mukhaffaf, yaitu mad thabi’i yang berhubungan langsung dengan huruf mati dalam satu kata. - Mad lazim harfi musyabba’, yaitu apabila pada permulaan

surat dari Al-Quran terdapat salah satu huruf delapan ( ق ن م ك ل س ع ص)

- Mad lazim harfi mukhaffaf, yaitu apabila huruf yang terdapat pada permulaan surat berupa huruf (ر ﻩ ط ي ح) - Mad shilah terbagi menjadi dua, yaitu:

• Mad shilah qashirah, yaitu apabila ada huruf mad muqaddar (tersimpan) di dalam ha’ dlamir yang dibaca dhammah atau kasroh dan sebelumnya ha’ dlamir berupa huruf hidup.

• Mad shilah thawilah, yaitu mad shilah qashirah diiringi dengan huruf hamzah (ء) sebagaimana terjadi pada mad jaiz munfashil

- Mad layyin, yaitu apabila ada wawu (و) sukun atau ya (ي) sukun sedang huruf yang sebelumnya berharokat fathah. - Mad aridl lissukun, yaitu apabila ada huruf mad jatuh

sebelum huruf yang diwaqofkan.

- Mad tamkin, yaitu apabila ada ya sukun (ْي) yang didahului dengan ya yang bertasydid dan harokatnya kasroh

(37)

- Mad farqu, yaitu apabila ada mad badal yang diiringi oleh huruf yang bertasydid.47

5) Ahkamul Waqfi Wal Ibtida’

Waqof menurut bahasa menahan, sedangkan menurut istilah ialah memutuskan suara pada suatu kalimat dalam waktu tertentu, tidak begitu lama, kemudian mengambil nafas satu kali dengan niat untuk memulai kembali bacaan Al-Quran.48

Tanda-tanda waqof dalam Al-Quran: a). Harus waqof ( مزﻻ = م)

b). Bukan tempat waqof (ﻪﻴﻓ ﻒﻗوﻻ = ﻻ) c). Boleh waqof , boleh washol (ﺰﺋﺎﺟ = ج ) d). Dibaca terus lebih utama (ﻰﻟوأ ﻞﺻ ﻮﻟا = ﻰﻠﺻ ) e). Berhenti lebih utama ( ﻰﻟوأ ﻖﻓﻮﻟا = ﻰﻠﻗ )

f). Berhenti sejenak satu alif dan tidak boleh bernafas (سﺔﺘﻜﺳ ) g). Lebih utama berhenti (ﻖﻠﻄﻣ = ط)

b. Ilmu Gharib

Gharib diambil dari kata (ﺎﺑﺮﻏ - بﺮﻐﻳ – بﺮﻏ) yang artinya pergi mengasingkan diri. Namun yang dimaksud dengan “Bacaan Gharib” adalah bacaan-bacaan yang asing atau aneh dalam bacaan Al-Quran atau sukar dipahami (dalam membacanya) karena kurang populer digunakan sehari-hari. Dikatakan sebagai bacaan yang asing, karena dalam membacanya tidak sesuai dengan kaidah bacaan pada umumnya, yakni kaidah tajwid.49

Adapun yang termasuk bacaan gharib antara lain:

a) Imalah, yaitu memiringkan bunyi fathah kepada kasroh. b) Isymam, yaitu isyaroh mencucu ditengah dengung. c) Tas-hil, yaitu memiringkan bacaan hamzah yang kedua. d) Naql, yaitu memindahkan kasroh pada ل50

47 Ahmad Soenarto, Pelajaran Tajwid Praktis dan Lengkap, (Jakarta: Bintang Terang, t.th),

hlm. 40-48.

48 Moh. Wahyudi, Ilmu Tajwid Plus, (Surabaya: Halim Jaya, 2007), hlm. 192.

49 Imam Murjito, Penjelasan dan Keterangan Pelajaran Bacaan Ghorib/ Musykilat untuk

Anak-anak, (Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Mujawwidin, t.th), hlm. 1.

(38)

B. Kajian Penelitian yang Relevan

Belajar tidak hanya sekedar mengumpulkan ilmu pengetahuan, tetapi mempunyai tujuan yang lebih luas yaitu terjadinya perubahan tingkah laku belajar secara luas meliputi pengetahuan, keterampilan dan sikap. Adapun untuk memahami kegiatan belajar perlu dilaksanakan analisis untuk menemukan persoalan-persoalan apa yang terlibat didalam kegiatan belajar. Sebagai suatu proses sudah barang tentu harus ada yang diproses (masukan atau input) dan hasil dari pemprosesan (keluaran atau output).

Drs. Syaiful Bahri Djamarah menjelaskan dalam buku "Psikologi

Belajar" bahwa belajar bukanlah suatu aktifitas yang berdiri sendiri,

melainkan ada unsur-unsur lain yang terlibat langsung didalamnya, yaitu raw

input, learning teaching process, output, environmental input, dan instrumental input.51

Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input) merupakan bahan baku yang perlu diolah hal ini diberi pengalaman belajar tertentu dalam proses belajar mengajar (learning teaching process). Dalam proses belajar mengajar itu turut berpengaruh pula sejumlah faktor lingkungan yang merupakan masukan lingkungan (environmental input) dan berfungsi sejumlah faktor yang sengaja dirancang dan dimanipulasikan (instrumental input) guna menunjang tercapainya keluaran yang dikehendaki

51 Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2002), hlm. 4-5.

ENVIRONMENTAL INPUT

RAW INPUT LEARNING

TEACHING PROCESS OUTPUT

INSTRUMENTAL INPUT

(39)

(output). Berbagai faktor tersebut berinteraksi satu sama lain menghasilkan keluaran tertentu.

Penelitian yang dilakukan Ahmad Mustadir yang berjudul "Studi Komparatif Kecakapan Membaca Al-Quran antara Siswa yang Berlatar Belakang Belajar Metode Iqra dan Baghdadi di MI Miftahul 'Ulum Karang Dowo 01 Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal" menjelaskan bahwa kecakapan membaca Al-Quran adalah siswa mampu membaca Al-Quran dengan lancar berdasarkan ilmu tajwid dan makhraj. Dari hasil penelitian ini dapat dibuktikan tingkat kecakapan siswa dalam membaca Al-Quran yang berlatar belakang metode iqra mempunyai kecakapan tinggi bila dibanding dengan siswa yang berlatar belakang belajar metode Baghdadi.52

Kemudian penelitian yang dilakukan Arifatul Hidayah yang berjudul "Studi Komparasi Kemampuan Belajar Al-Quran Siswa Kelas VI antara yang Mengikuti TPQ dan yang Tidak Mengikuti TPQ di SDN Lebosari 01 Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal" membahas tentang bagaimana kemampuan belajar Al-Quran antara siswa yang mengikuti TPQ dan yang tidak mengikuti TPQ dan kemampuan ini dilihat dari : dapat membaca Al-Quran dengan lancar dan benar, hafal beberapa surat pendek dan ayat-ayat pilihan. Ternyata hasil dari penelitian ini adalah siswa yang pernah mengikuti TPQ rata-rata nilainya baik dan yang tidak mengikuti TPQ nilainya kurang.53

Demikian beberapa telaah Pustaka yang peneliti temukan yang masing-masing menunjukkan perbedaan dan persamaan segi pembahasan dengan skripsi yang peneliti susun. Dalam penelitian ini ada kesamaan variabel yang diangkat yakni kemampuan membaca Al-Quran. Akan tetapi

52 Ahmad Mustadir, Studi Komparatif Kecakapan Membaca Al-Quran Antara Siswa yang

Berlatar Belakang Belajar Metode Iqra dan Baghdadi di MI Miftakhul ‘Ulum Karang Dowo 01 Kecamatan Weleri Kabupaten Kendal, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN

Walisongo, 2005), hlm. 21.

53 Arifatul Hidayah, Studi Komparasi Kemampuan Belajar Al-Quran Siswa Kelas VI

Antara yang Mengikuti TPQ dan yang Tidak Mengikuti TPQ di SDN Lebosari 01 Kecamatan Kangkung Kabupaten Kendal, (Semarang: Perpustakaan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo,

(40)

perbandingannya yang berbeda yakni antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs di kelas XI SMAN 8 Semarang.

C. Kerangka Berpikir

Keberhasilan belajar seseorang itu dipengaruhi oleh banyak faktor, begitu juga dengan membaca Al-Quran. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran dapat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor yang berasal dari diri siswa (internal) dan faktor yang berasal dari luar siswa (eksternal).54 Faktor-faktor tersebut

dapat digambarkan sebagai berikut:

FAKTOR55

Gambar di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran, sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar

54 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), Cet.

21, hlm. 102.

55 Ibid., hlm. 107.

Kondisi panca indra Kondisi fisik Minat Kecerdasan Motivasi Keluarga Masyarakat Sekolah Fisiologis Psikologi Sosial Non Sosial Internal Eksternal

(41)

seseorang, dalam hal ini kemampuan dalam membaca Al-Quran. Dimana dalam sekolah tersebut, memiliki latar belakang pendidikan siswa yang berbeda-beda, ada yang berasal dari SMP dan ada yang berasal dari MTs. Dari perbedaan tersebut, akan mengalami proses pembelajaran yang sama dan akan menghasilkan suatu kemampuan yang berbeda-beda. Sehingga dapat diperoleh gambar sebagai berikut56:

Berdasarkan teori di atas, maka dapat disusun suatu kerangka berpikir bahwa kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran tidak hanya dipengaruhi oleh faktor dari sekolah saja, akan tetapi masih ada juga faktor-faktor lain yang secara teoritik bersifat sementara, sehingga dapat digambarkan seolah-olah dengan garis linier.

56 Ibid., hlm. 106.

ENVIRONMENTAL INPUT

SEKOLAH LEARNING

TEACHING PROCESS OUTPUT

INSTRUMENTAL INPUT

SEKOLAH PROSES OUT PUT

- Inteligensi - Minat - Motivasi - Keluarga - Masyarakat

(42)

D. Pengajuan Hipotesis

Setelah peneliti mengadakan telaah yang mendalam tentang landasan teori dari berbagai sumber yang ada, maka untuk mengupayakan agar penelitian lebih terarah dan memberikan tujuan yang tegas, perlu adanya suatu hipotesis, yaitu suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul.57

Berdasarkan hal di atas, sampailah pada dugaan sementara yang akan diuji kebenarannya melalui analisis statistik yaitu bahwa: “Ada perbedaan kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs di kelas XI SMAN 8 Semarang”.

57 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka

(43)

33

Pada bab metode penelitian ini membahas tujuan penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel penelitian, metode penelitian, populasi, sampel dan teknik pengambilan sampel, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut :

A. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan pada bab I tentang pendahuluan di atas, maka tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs di kelas XI SMAN 8 semarang.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 31 Oktober sampai dengan 22 Nopember 2008.

2. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 8 Semarang tahun ajaran 2008/2009.

C. Variabel Penelitian

Menurut Mohammad Ali, variabel diartikan sebagai gejala, karakteristik, atau keadaan yang kemunculannya berbeda-beda pada setiap subjek.1 Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, variabel adalah objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.2 Penelitian ini hanya terdapat satu variabel, yaitu kemampuan membaca Al-Quran. Dari

1

Mohammad Ali, Strategi Penelitian Pendidikan, (Bandung: Angkasa, 1993), hlm. 26.

2

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. 13, hlm. 118.

(44)

variabel tersebut, kemudian penulis bandingkan (komparasikan) antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs.

Adapun indikator dari variabel kemampuan membaca Al-Quran adalah ketepatan pada tajwid dan gharib yang meliputi aspek ahkamul huruf, makharijul huruf, sifatul huruf, ahkamul madd wal qashr, dan ahkamul waqfi wal ibtida’.3

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan penelitian ini ialah metode survey dengan pendekatan komparasi yaitu membandingkan dua hal yang sesuai dengan kajian topik penelitian yang diteliti, kemudian ditarik suatu simpulan. Metode survey yaitu pengamatan/penyelidikan yang kritis untuk mendapatkan keterangan yang terang dan baik terhadap suatu persoalan tertentu dan di dalam suatu daerah tertentu.4

E. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Hadari Nawawi sebagaimana dikutip oleh Nurul Zuriah bahwa populasi diartikan sebagai keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuhan, gejala, nilai tes, atau peristiwa.5 Sedangkan Suharsimi Arikunto mengemukakan bahwa populasi adalah keseluruhan dari subjek penelitian.6 Adapun sampel ialah bagian dari populasi yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu.7

Populasi yang digunakan penelitian ini ialah semua siswa kelas XI SMAN 8 semarang tahun ajaran 2008/2009 yang beragama Islam yang keseluruhan berjumlah 305 siswa yang terdiri dari siswa laki-laki sebanyak 114 siswa dan siswa perempuan sebanyak 191 siswi. Dari jumlah tersebut,

3

Imam Murjito, Penjelasan dan Keterangan “Pelajaran Bacaan Ghorib/Musykilat” untuk

Anak-anak, (Semarang: Yayasan Pendidikan Al-Quran Raudhatul Wujawwidin, t,th), hlm. 1.

4

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Asdi Mahasatya, 2000), Cet. 2, hlm. 29.

5 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan: Teori – Aplikasi, (Jakarta:

Bumi Aksara, 2006), Cet. I, hlm. 116.

6

Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 130.

7

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), Cet. 4, hlm. 121.

(45)

siswa yang lulusan SMP sebanyak 285 siswa dan siswa yang lulusan MTs sebanyak 20 siswa.

Untuk menentukan besarnya sampel, Ibnu Hadjar berpendapat bahwa tidak ada aturan yang pasti berapa banyak sampel dapat mewakili populasi.8 Akan tetapi, secara umum dikatakan bahwa semakin besar sampel semakin besar kemungkinan mencerminkan populasinya. Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto, apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Akan tetapi, apabila subjeknya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25 % atau lebih.9 Adapun bukunya Prof. Dr. Sugiyono yang berjudul “Statistika untuk

Penelitian” mengemukakan bahwa dalam penggunaan rumus t-test, tidak ada

syara

Demikian berdasarkan ke-3 pendapat di atas dapat diambil simpulan bahwa besarnya sampel yang digunakan penelitian ini ialah siswa lulusan MTs diambil semuanya, karena populasinya kurang dari 100. Sedangkan siswa lulusan SMP, karena populasinya lebih dari 100 maka peneliti mengambil sampel 20 % dari jumlah populasinya.

Adapun dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik penelitian populasi bagi siswa lulusan MTs, karena jumlah populasinya kurang dari 100. Sedangkan siswa lulusan SMP karena jumlah populasinya lebih dari 100, maka peneliti menggunakan teknik random sampling, maksudnya setiap individu dalam populasi harus mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

F. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa metode, yaitu :

8

Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif dalam Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996), Cet. I, hlm. 147.

9

(46)

1. Metode Tes

Tes adalah seperangkat rangsangan (stimulus) yang diberikan kepada seseorang dengan maksud untuk mendapatkan jawaban yang dapat dijadikan dasar bagi penetapan skor angka.10 Sebagaimana diketahui bahwa tes sebagai instrumen pengumpulan data dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu tes lisan dan tes tertulis. Pada penelitian ini akan digunakan tes lisan, karena melihat yang diteliti ialah kemampuan membaca Al-Quran. Pada penelitian ini metode tes digunakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam membaca Al-Quran.

Adapun langkah-langkah dalam penyusunan tes sebagai berikut : a) Persiapan

(1) Menentukan meteri pokok tes kemampuan membaca Al-Quran. Materi pokok yang diteskan untuk mengetahui kemampuan membaca Al-Quran siswa kelas XI SMAN 8 Semarang diambil dari ayat-ayat pendek yang ada dalam Al-Quran yang meliputi berbagai aspek:

(a) Ketepatan pada tajwid, meliputi hukum nun sukun atau tanwin, hukum mim mati, idgham mutajanisain, idgham mutaqoribain, makharijul huruf, sifatul huruf, mad dan waqof.

(b) Penguasaan kaidah gharib.

Adapun pokok materi yang digunakan untuk tes dibuat oleh peneliti sendiri sebagaimana telah terlampir.

(2) Pembuatan kisi-kisi instrumen tes lisan. b) Pelaksanaan

Pelaksanaan tes kemampuan membaca Al-Quran siswa dilaksanakan pada saat jam pelajaran pendidikan agama Islam yang membutuhkan waktu selama 10 menit persiswa untuk membaca surat yang telah ditentukan oleh peneliti:

(1) Surat Al-Baqarah : 2 (2) Surat Al-Baqarah : 92

10

(47)

(3) Surat Al-Maidah :28 (4) Surat Yusuf :11

Nilai tes kemampuan membaca Al-Quran didasarkan pada kemampuan siswa dalam menguasai aspek-aspek yang telah ditentukan di atas, dengan menggunakan skala penilaian sebagai berikut:11

1) Skala a dengan bobot 5, 2) Skala b dengan bobot 4, 3) Skala c dengan bobot 3, 4) Skala d dengan bobot 2, 5) Skala e dengan bobot 1.

Apabila dalam kaidah tajwid dan gharib benar semua maka akan mendapat skala a dengan bobot nilai 5. begitu sebaliknya, apabila dalam kaidah tajwid dan gharib salah semua maka akan mendapat skala e dengan bobot nilai 1.

2. Metode Observasi

Menurut S. Margono sebagaimana dikutip oleh Nurul Zuriah bahwa observasi diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala yang tampak pada objek penelitian.12 Metode observasi digunakan untuk mengetahui proses pembelajaran guru PAI dalam membaca Al-Quran. Pelaksanaan observasi dilakukan pada saat pelajaran pendidikan agama Islam, dimana peneliti terjun langsung untuk melihat proses pembelajaran dalam membaca Al-Quran.

3. Metode Interview

Wawancara (interview) merupakan alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula.13 Metode ini peneliti gunakan untuk mengetahui pengalaman murid dalam belajar membaca Al-Quran. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan pedoman wawancara adalah sebagai berikut: a. Persiapan

Pada tahap ini, peneliti menyusun pedoman wawancara yang meliputi sejumlah pertanyaan secara garis besar tentang pengalaman murid dalam belajar membaca Al-Quran.

11

Daryanto, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), Cet. 2, hlm. 209.

12

Ibid., hlm. 173.

13

(48)

b. Pelaksanaan

Pelaksanaan wawancara dilakukan secara bersamaan dengan pelaksanaan tes lisan, di mana sebelum mengetes siswa, peneliti terlebih dahulu melakukan wawancara terhadap siswa.

4. Metode Dokumentasi

Dokumentasi artinya mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.14 Dalam metode ini peneliti gunakan untuk mengetahui jumlah siswa kelas XI SMAN 8 Semarang tahun ajaran 2008/2009, perangkat pembelajaran guru PAI seperti silabus, prota (program tahunan), promes (program semesteran) dan lain-lain.

Adapun proses pengumpulan data dalam penelitian ini menempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a. Persiapan

Dalam persiapan ini, peneliti mengadakan observasi awal ke tempat penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran tentang keadaan SMAN 8 Semarang dan mengurus segala perizinan untuk mengadakan penelitian di tempat tersebut.

b. Pelaksanaan

Setelah mendapatkan persetujuan atau izin penelitian dari pihak SMAN 8 Semarang, langkah selanjutnya peneliti melakukan tes lisan kepada siswa kelas XI SMAN 8 Semarang yang telah terpilih menjadi sampel penelitian. Setelah pengumpulan data melalui tes selesai, maka peneliti mencari data-data pelengkap seperti keadaan umum SMAN 8 Semarang, keadaan guru dan siswa, silabus, promes, prota dan lain sebagainya.

G. Teknik Analisis Data

Untuk menganalisa data yang terkumpul, peneliti menggunakan langkah-langkah analisa data sebagai berikut:

14

(49)

1. Analisis Pendahuluan

Sebagai langkah awal, peneliti terlebih dahulu mencari data jumlah siswa kelas XI SMAN 8 semarang tahun ajaran 2008/2009 lewat TU (tata usaha). Pada langkah awal ini, peneliti mendapatkan data siswa kelas XI yang lulusan SMP dan lulusan MTs.

Setelah proses pendataan siswa lulusan SMP dan lulusan MTs selesai, maka selanjutnya peneliti menentukan sampel dengan menggunakan teknik random sampling untuk lulusan siswa SMP. Sedangkan untuk siswa lulusan MTs, peneliti menggunakan teknik penelitian populasi karena jumlah populasinya kurang dari 100.

Langkah selanjutnya, peneliti melakukan tes lisan untuk mengetahui nilai tes kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs. Setelah itu, data yang terkumpul dimasukkan dalam tabel frekuensi secara sederhana untuk setiap variabel yang ada dalam penelitian.

2. Analisis Uji Hipotesis.

Data yang terkumpul dari analisis pendahuluan kemudian dilanjutkan dengan mencari koefisien t-test. Koefisien tersebut menunjukkan tingkat perbedaan kemampuan membaca Al-Quran antara siswa lulusan SMP dengan siswa lulusan MTs.

Adapun rumus yang digunakan sebagai berikut:15

2 2 2 1 2 1 2 1 n S n S X X t + − = Keterangan:

t : t-test hasil analisis.

1

X : mean dari sampel X1

2

X : mean dari sampel X 2

2 1

S : varians sampel X 1

15

Gambar

Tabel 2  :  Hasil Tes Kemampuan Membaca Al-Quran Siswa
Gambar di atas menunjukkan bahwa masukan mentah (raw input)  merupakan bahan baku yang perlu diolah hal ini diberi pengalaman belajar  tertentu dalam proses belajar mengajar (learning teaching process)
Gambar di atas menunjukkan bahwa dalam proses pembelajaran,  sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar

Referensi

Dokumen terkait

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES FISIKA SMA BENTUK PILIHAN GANDA BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI PADA MATERI KINEMATIKA GERAK LURUS.. Universitas Pendidikan Indonesia |

Oleh karena itu, hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa terdapat hubungan negatif antara intensitas penggunaan media online dengan loyalitas konsumen

Pemberi Bantuan Hukum tidak dapat dituntut secara perdata maupun pidana dalam memberikan Bantuan Hukum yang menjadi tanggung jawabnya yang dilakukan dengan iktikad baik

Seperti pada penelitian Karim dkk [5], antenna LPDA cetak yang dibuat memiliki rentang frekuensi yang luas yaitu pada rentang UHF (0,5 GHz – 3 GHz) dengan nilai

Dalam penelitian ini akan dikembangkan sebuah perangkat lunak ( software ) yang dapat digunakan untuk menyajikan informasi lokasi dan rute terdekat dengan waktu

Data ini (lintang dan bujur) dapat kita peroleh dari beberapa cara yaitu Pertama, melihat buku-buku falak, cara ini merupakan cara yang paling mudah untuk mencari

mengasumsikan bahwa aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya produk. Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak dengan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman pendidik dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik dan kegiatan belajar mengajar pada