• Tidak ada hasil yang ditemukan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Perubahan Indikator Kemiskinan Mustahiq Setelah Mengikut

5.1.2. Indikator Kemiskinan Mustahiq

Hasil pengolahan data pendapatan per kapita responden sebelum dan setelah adanya mengikuti Program Ikhtiar yang dianalisis menggunakan FGT Index dapat dilihat pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Indeks Kemiskinan Mustahiq Sebelum dan Setelah Mengikuti Program Ikhtiar

Indeks Kemiskinan Sebelum Mengikuti Program Ikhtiar Setelah Mengikuti Program Ikhtiar H 0,49 0,44 P1 0,17 0,14 P2 0,09 0,06

Sumber: Lampiran 2, 3, dan 4.

a. Headcount Ratio (H)

Hasil pengolahan data pada Tabel 5.2 menunjukkan bahwa setelah mengikuti Program Ikhtiar, headcount ratio (H) mengalami penurunan dari 0,49 menjadi 0,44. Hal ini berarti jumlah mustahiq yang termasuk kategori miskin berkurang dari 49 persen menjadi 44 persen setelah adanya pendistribusian ZIS melalui Program Ikhtiar. Menurunnya nilai H tidak terlepas dari pengaruh peningkatan pendapatan mustahiq setelah mengikuti program Ikhtiar. Berdasarkan penelitian, sebanyak 64,44 persen mustahiq yang menjadi responden mengalami peningkatan pendapatan setelah mereka mengikuti Program Ikhtiar (lampiran 1).

Meski demikian, tidak semua mustahiq yang mengalami peningkatan pendapatan tersebut mampu keluar dari garis kemiskinan. Hal ini antara lain disebabkan oleh banyaknya jumlah tanggungan pada keluarga mustahiq. Semakin banyak jumlah tanggungan, maka pendapatan per kapita akan semakin rendah. Jadi, walaupun mustahiq anggota Program Ikhtiar ini telah mengalami peningkatan pendapatan, mereka tidak bisa keluar dari garis kemiskinan apabila peningkatan pendapatan tersebut tidak sebanding dengan jumlah orang yang menjadi tanggungannya.

Sebagai contoh kasus, pada penelitian ini terdapat seorang responden yang memiliki jumlah tanggungan sebanyak tujuh orang. Setelah mengikuti Program Ikhtiar, pendapatan rumah tangga responden tersebut meningkat sebesar 75 persen, yaitu dari Rp 600.000,00 menjadi Rp 1.050.000,00. Namun, banyaknya jumlah tanggungan yang dimiliki menyebabkan peningkatan pendapatan rumah tangga responden tersebut tidak signifikan untuk meningkatkan pendapatan per kapita anggota keluarganya. Hal ini menyebabkan anggota keluarga mustahiq tersebut masih tetap berada di bawah garis kemiskinan.

Meskipun sebagian besar mustahiq, yaitu sebanyak 64,44 persen mengalami peningkatan pendapatan setelah mereka mendapatkan bantuan berupa pinjaman modal kerja melalui Program Ikhtiar, namun .pada penelitian ini terdapat mustahiq yang pendapatannya tidak mengalami perubahan, bahkan ada pula yang pendapatanya justru menurun. Persentase mustahiq yang pendapatannya tidak berubah adalah 24,44 persen. Sedangkan mustahiq yang pendapatannya justru menurun berjumlah 11,11 persen (lampiran 1). Faktor-faktor yang menyebabkan

pendapatan mustahiq tersebut tidak berubah atau bahkan justru menurun diantaranya adalah:

1) Faktor internal keluarga

Faktor internal keluarga maksudnya adalah kondisi keluarga mustahiq yang berpengaruh terhadap tingkat pendapatan responden. Misalnya, mustahiq yang mengalami perceraian/suami mustahiq meninggal dunia. Karena sumber utama pendapatan yang sebelumnya berasal dari suami sudah tidak ada, maka mereka dituntut untuk bisa mandiri dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Dengan latar belakang pendidikan yang rendah dan skill seadanya, tidak banyak lapangan kerja yang dapat mereka masuki, sehingga sebagian ada yang terpaksa harus menjadi buruh untuk memperoleh penghasilan. Contoh lain adalah mustahiq yang berhenti bekerja dengan pertimbangan kewajibannya sebagai seorang ibu. Hasil wawancara di lapangan menunjukkan bahwa terdapat mustahiq yang memilih berhenti bekerja karena harus mengurus anaknya yang masih balita. Hal ini menyebabkan pendapatan keluarga mustahiq berkurang karena hanya suaminya yang bekerja.

2) Besarnya pembiayaan

Responden yang tingkat pendapatannya tidak berubah setelah mendapatkan bantuan modal usaha produktif menyatakan bahwa jumlah pinjaman/pembiayaan yang mereka terima relatif kecil sehingga tidak berpengaruh terhadap tingkat pendapatan. Hasil survei di lapangan menunjukkan bahwa plafon pinjaman responden masih berkisar antara Rp

200 ribu–Rp 2,5 juta, namun mayoritas plafon pinjaman masih berada antara Rp 200 ribu-Rp 600 ribu. Menurut pihak pelaksana Program Ikhtiar, perkembangan perekonomian anggota Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir memang tergolong lambat dibanding perkembangan anggota di daerah- daerah lain. Para TPL dan fasilitaor wilayah bahkan harus gencar memberikan motivasi pada angggota agar mereka mau mengajukan pembiayaan untuk modal usaha. Hal ini merupakan salah satu penyebab lambatnya perkembangan perekonomian anggota Program Ikhtiar di Desa Ciaruteun Ilir yang diindikasikan oleh relatif rendahnya plafon pinjaman anggota.

b. Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1)

Indeks kedalaman kemiskinan mustahiq mengalami penurunan dari 0,17 menjadi 0,14 setelah mustahiq mengikuti Program Ikhtiar. Penurunan nilai indeks kedalaman kemiskinan ini mengindikasikan bahwa rata-rata pendapatan mustahiq cenderung semakin mendekati garis kemiskinan, sehingga kesenjangan antara pendapatan mustahiq dengan garis kemiskinan semakin berkurang.

Berdasarkan hasil penelitian, pada awalnya rata-rata pendapatan per kapita mustahiq yang termasuk dalam kategori miskin adalah Rp 100.681,82. Namun setelah mengikuti Program Ikhtiar, rata-rata pendapatan per kapita tersebut kemudian meningkat 35,91 persen menjadi Rp 136.833,33 (lampiran 2 dan 3).

c. Indeks Keparahan Kemiskinan (P2)

Pada Tabel 5.2 dapat dilihat bahwa nilai indeks keparahan kemiskinan mustahiq sebelum mengikuti Program Ikhtiar adalah 0,09. Sedangkan setelah

mengikuti Program Ikhtiar, nilai indeks P2 menurun menjadi 0,06. Hal ini menunjukkan bahwa pendistribusian ZIS untuk modal kerja dapat mengurangi ketimpangan pendapatan di antara mustahiq, sehingga distribusi pendapatan di antara mereka relatif lebih merata dibanding dengan kondisi sebelum adanya program pendistribusian ZIS sebagai modal kerja melalui Program Ikhtiar.

Penurunan indeks keparahan kemiskinan ini disebabkan terbukanya akses para mustahiq untuk memperoleh dana, karena sebelumnya mereka tidak mampu mengakses pinjaman dana dari lembaga keuangan formal dan komersil untuk modal usahanya. Dengan adanya Program Ikhtiar yang mendistribusikan dana ZIS untuk membantu modal usaha mustahiq, akses mereka terhadap sumber dana yang mereka perlukan untuk modal usaha telah terbuka. Beban mustahiq juga menjadi lebih ringan, karena pada pinjaman pertama, akad yang digunakan adalah qardhul hasan (pinjaman kebaikan), sehingga para mustahiq hanya perlu mengembalikan pokok pinjaman tanpa harus memberikan bagi hasil atau magrin. Hal tersebut dapat menambah motivasi para mustahiq untuk melakukan usaha/bekerja, sehingga mereka dapat memperoleh penghasilan secara mandiri dan distribusi pendapatan di antara mereka cenderung menjadi lebih merata dibandingkan dengan kondisi sebelum mereka mendapatkan bantuan berupa pinjaman modal kerja melalui Program Ikhtiar.

5.2. Pengaruh Program Ikhtiar terhadap Pendapatan Per Kapita Mustahiq

Dokumen terkait