• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

3. Indikator Kinerja

Menurut Joko Widodo (2008: 91), indikator kinerja merupakan ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu sasaran dan tujuan. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran organisasi. Indikator kinerja dapat dijadikan patokan (standar) untuk menilai keberhasilan dan kegagalan penyelenggaraan program dalam mencapai misi dan visi organisasi.

Sedarmayanti (2007: 198) mengatakan bahwa tanpa adanya indikator kinerja, sulit untuk menilai kinerja (keberhasilan/ketidakberhasilan) kebijakan/program/kegiatan, dan pada akhirnya kinerja organisasi/unit kerja pelaksanaanya. Sedarmayanti (2007: 198) juga menyebutkan fungsi indikator kinerja secara umum sebagai berikut :

a. Memperjelas tentang apa, berapa, dan kapan kegiatan dilaksakanakan.

commit to user

b. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan kebijakan/program/kegiatan dan dalam menilai kinerjanya.

c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja organisasi/unit kerja.

Sedangkan Rifat O. Shannak dalam jurnalnya yang berjudul “Measuring Knowledge Management Performance” European Journal of Scientific Research Vol.35 No.2 (2009), pp.242-253 (dalam

www.eurojournals.com) menyebutkan beberapa syarat yang harus dimiliki

oleh indikator kinerja sebagai berikut :

“There are some features which should exist in the performance indicators; for example they should have relevance for project goals, and provisional, since there may appear a need to eventually change the performance indicator. The indicator also needs to be understandable, valid, sufficiently flexible, and in line with the organization and its business goals, as well as the purpose it was developed for.” (terjemahan: Ada beberapa segi yang harus ada dalam indikator-indikator kinerja: misalnya, indikator tersebut harus relevan dengan tujuan-tujuan proyek dan sementara, karena sesudah itu mungkin ada kebutuhan untuk akhirnya mengubah indikator kinerja. Indikator juga perlu dimengerti, valid, cukup fleksibel, dan sesuai dengan organisasi dan tujuan bisnis perusahaan, serta untuk apa tujuan itu dikembangkan.

Hal itu diperjelas oleh Sedarmayanti (2009:198) yang juga menyebutkan berbagai syarat indikator kinerja yaitu :

a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada kemungkinan kesalahan interpretasi.

commit to user

b. Dapat diukur secara obyektif, baik bersifat kuantitatif maupun kualitatif, yaitu: dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja mempunyai kesimpulan yang sama.

c. Relevan, harus memiliki aspek obyektif yang relevan.

d. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan keberhasilan input, output, hasil, manfaat dan dampak serta proses. e. Harus fleksibel dan sensitive terhadap perubahan/penyesuaian

pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan.

Salim & Woodward dalam Dwiyanto (2002: 50) melihat kinerja berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi, efisiensi, efektivitas, dan persamaan pelayanan. Efisiensi pelayanan publik juga dilihat untuk menunjuk suatu kondisi tercapainya perbandingan terbaik/ proporsional antara input pelayanan dengan output pelayanan. Demikian pula, aspek efektivitas kinerja pelayanan ialah untuk melihat tercapainya pemenuhan tujuan atau target pelayanan yang telah ditentukan. Prinsip keadilan dalam pemberian pelayanan publik juga dilihat sebagai ukuran untuk menilai seberapa jauh suatu bentuk pelayanan telah memperhatikan aspek-aspek keadilan dan membuat publik memiliki akses yang sama terhadap sistem pelayanan yang ditawarkan

Dwiyanto (2002: 48) memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja birokrasi publik antara lain :

commit to user a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya menyangkut pada tingkat efisiensi tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya dipahami sebagai rasio antara input dan output. Konsep produktivitas kemudian dirasa terlalu sempit dan General Accounting Office (GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja yang penting.

b. Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai kepuasan masyarakat sering kali tersedia secara mudah dan murah. Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan sering kali diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Karena akses informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan relatif sangat tinggi, maka ini bisa menjadi satu ukuran kinerja

commit to user

organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi public.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan, dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit maupun implisit (Lenvine, 1990). Oleh sebab itu responsibilitas bisa saja pada suatu ketika berbenturan denga responsivitas.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat.

Kumorotomo (1996) dalam Dwiyanto (2002 : 50) juga menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai kinerja organisasi pelayanan publik antara lain :

commit to user a. Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis. Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas, solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat relevan.

b. Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut tercapai ? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis, nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

c. Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan, dan nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini. d. Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta, organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap Negara atau pemerintah akan kebutuhan vital masyarakat. Oleh

commit to user

sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria daya tanggap ini.

Sedangkan Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam SK Kepala LAN nomor 239/IX/6/8/2003 mengenai Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mengungkapkan bahwa indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan. Indikator kinerja yang akan diitetapkan dikategorikan ke dalam kelompok:

1. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material, waktu, teknologi, dan sebagainya.

2. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan.

3. Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi kebutuhan dan harapan masyarakat.

commit to user

4. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya fasilitas yang dapat diakses oleh publik.

5. Dampak (Impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi, lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.

Berdasarkan indikator kinerja yang disampaikan tersebut, maka indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah indikator menurut SK LAN nomor: 239/IX/6/8/2003 mengenai Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Publik. Indikator tersebut antara lain Outcome, Benefit, dan Impact. Alasan pemilihan indikator menurut tersebut adalah karena indikator input dan output sudah bisa diketahui dari LAKIP yang dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta mengenai Sosialisasi Program KIA. Melalui indikator outcome, impact, dan benefit tersebut maka kita dapat melihat sejauh mana gambaran pencapaian Sosialisasi Program KIA yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta. Pemilihan indikator menurut SK LAN ini juga tidak terlepas dari faktor-faktor yang menghambat sosialisasi program KIA, mengingat pemilik KIA di Surakarta hanya mencapai 1,36% saja atau dengan kata lain sosialisasi program KIA yang dilakukan oleh Dispendukcapil belum menunjukkan hasil yang maksimal.

commit to user

B. Sosialisasi Program Kartu Insentif Anak (KIA)

Dokumen terkait