• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

2. Pengukuran/Penilaian Kinerja

Pengukuran terhadap kinerja suatu organisasi harus merefleksikan tujuan dan misi dari organisasi tersebut sehingga akan berbeda satu dengan yang lainnya. Perbedaan tujuan dan misi inilah yang mengakibatkan kesulitan dalam penilaian kinerja organisasi. Tujuan dan misi organisasi publik bersifat multidimensional dan sangat kabur. Walaupun demikian, pengukuran terhadap kinerja bagi setiap organisasi publik merupakan kegiatan yang sangat penting karena melalui penilaian kinerja, maka manajer publik akan menemukan informasi dan langkah-langkah yang dapat membantu dalam pencapaian tujuan manajerial tertentu. Hal ini diungkapkan oleh Robert D. Behn yang ditulis dalam "Why Measure Performance? Different Purposes Require Different Measures," Public Administration Review, Vol. 62, No. 5 (September/October 2003), pp. 586-606 (dalam www.csus.edu) berikut ini :

“So why should public managers measure performance? Because they may find such measures helpful in achieving eight specific managerial purposes. As part of their overall management strategy, public managers can use performance measures to evaluate, control, budget, motivate, promote, celebrate, learn, and improve”. (terjemahan : jadi mengapa manajer publik mengukur kinerja? Karena mereka bisa menemukan langkah-langkah yang membantu dalam mencapai delapan tujuan manajerial tertentu. Sebagai bagian dari keseluruhan strategi manajemen mereka, manajer public bisa menggunakan pengukuran kinerja untuk mengevaluasi, mengontrol, anggaran, memotivasi, mempromosikan, merayakan (keberhasilan organisasi), belajar, dan meningkatkan.

Informasi dan langkah-langkah yang dihasilkan dalam pengukuran tentang kinerja tersebut akan sangat bermanfaat untuk menilai dan

commit to user

mengevaluasi tidak saja tentang kinerja organisasi (apakah sudah sesuai dengan tujuan yang diharapkan atau belum), melainkan juga tentang proses kerjanya (apakah sudah berjalan baik atau masih perlu perbaikan). Artinya penilaian terhadap kinerja dapat dipakai sebagai ukuran keberhasilan dan kegagalan organisasi serta dapat dijadikan input bagi setiap perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi selanjutnya. Sehingga setiap anggota organisasi akan dan harus tahu apa yang dipertimbangkan oleh organisasi sebagai suatu kinerja yang memuaskan, agar dapat melakukan seperti apa yang diharapkan organisasi tersebut.

Baird dan Stammer (2000) dalam jurnal Mohd Afand MD Amin (2010) yang berjudul Measuring the performance of Customs Information System (CIS) in Malaysia, Vol 4 No. 2 (Sept 2010), pp 91 (dalam www.worldcustomsjournal.org) mengungkapkan definisi dari pengukuran kinerja (performance measurement) sebagai berikut :

Baird and Stammer (2000), using Baldrige’s criteria, explain the task of ’ measuring performance’ by referring to its constituent components. Accordingly ‘measuring’ concerns the numerical data that quantifies input, process, output, performance of the processing relating to products and services as well as overall organization; ‘performance’ on the other hand, reflects the output results obtained from processes (‘output’ here relating to services and products) that permit the evaluation of subjective goals, standards, past results, as well as organizational aspects. Performance can be measured in financial or non-financial terms.”

Terjemahan :

Baird dan Stammer (2000), menggunakan kriteria Baldrige dalam menjelaskan tugas pengukuran kinerja dengan mengacu pada komponen-komponen penyusunnya. Oleh karena itu, ‘pengukuran’ berhubungan

commit to user

dengan data numeric yang mengkuantifikasi input, proses, output, dan kinerja pemrosesan yang terkait dengan produk dan layanan serta organisasi secara keseluruhan. ‘Kinerja’ di sisi lain, mencerminkan output yang diperoleh dari proses (output disini berkaitan dengan pelayanan dan produk) yang memungkinkan evaluasi tujuan subyektif, standar, hasil masa lalu, serta aspek organisasi. Kinerja dapat diukur dari segi keuangan maupun non-keuangan.

Sedangkan pengukuran kinerja menurut SK LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi, dan strategi instansi pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran.

Menurut Mahmudi (2005:7) Pengukuran kinerja meliputi aktivitas penetapan serangkaian indikator kinerja yang memberikan informasi sehingga memungkinkan bagi unit kerja sector publik untuk memonitor kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap masyarakat. Mahmudi (2005:14) menyebutkan bahwa tujuan dilakukan penilaian kinerja di sector publik adalah :

a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi b. Menyediakan sarana pembelajaran pegawai

commit to user c. Memperbaiki kinerja periode berikutnya

d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan keputusan pemberian reward and punishment

e. Memotivasi pegawai

f. Menciptakan akuntabilitas public.

Elemen pokok pengukuran kinerja menurut Mohammad Mahsun (2009: 26-28) adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi

Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit) tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran merupakan tujuan organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batasan waktu yang jelas. Strategi adalah cara atau tehnik yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan, sasaran, dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada visi dan misi organisasi.

b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja

Indikator kinerja mangacu pada penilaian kinerja secara tidak langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu ini sangat dibutuhkan untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, strategi. Indikator kinerja ini dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama dan indikator kinerja kunci. Faktor keberhasilan utama adalah suatu area yang mengindikasikan kesukseskan unit kerja organisasi. Area ini

commit to user

menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan variabel – variabel kunci finansial dan non finansial pada kondisi waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus segera konsisten mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi dan memonitor capaian kinerja.

c. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi.

Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja yang telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan penyimpangan positif, penyimpangan negatif, atau penyimpangan nol. Penyimpangan positif berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta melampaui indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan negatif berarti kegiatan belum mencapai indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan nol berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai atau sama dengan indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan.

commit to user d. Evaluasi kinerja

Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi. Capaian organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu. Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan reward-punishment, penilaian kemjuan organisasi dan dasar peningkatan kualitas pengambilan keputusan dari akuntabilitas.

Dokumen terkait