• Tidak ada hasil yang ditemukan

KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM KARTU INSENTIF ANAK (KIA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM KARTU INSENTIF ANAK (KIA)"

Copied!
119
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

i

KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA SURAKARTA DALAM MENSOSIALISASIKAN PROGRAM KARTU

INSENTIF ANAK (KIA)

Oleh

ARIYATI KARTIKA D0107003

Skripsi

Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Ilmu Administrasi

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

commit to user

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi

Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret

Surakarta

Pembimbing

Drs. Sudarto, M.Si

(3)

commit to user

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini Telah Diuji dan Disahkan Oleh Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu Administrasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sebelas Maret Surakarta

Surakarta

Pada hari :

Tanggal :

Panitia Penguji:

1. Ketua : (...)

2. Sekretaris : (...)

3. Penguji : (...)

Mengetahui,

Dekan

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

(4)

commit to user

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya Sederhana ini Penulis Persembahkan Kepada :

v Kedua orang tua ku Ayahanda Supriyono dan Ibunda Dwi Daryati atas

segala cinta, doa, dan kesabaran tiada hentinya. I will make you proud

of me J

v Mbah Putri di Solo dan Mbah Kakung di Salatiga yang tak pernah putus

memanjatkan doa untuk cucunya

v Kedua Adikku, Desi dan Wahyu yang selalu menanti kepulanganku ke

rumah. Semoga mbak bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian

(5)

commit to user

v MOTTO

Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai

penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.

(Surat Al-Baqarah ayat 153)

“Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan

memudahkan baginya jalan ke surga.” (H.R Muslim)

"Learn from yesterday, live for today, hope for tomorrow. The important thing

is not to stop questioning."

- Albert Einstein

“Revolusi Hidup Dimulai Dengan Belajar BerSyukur dan BerSemangat”

(6)

commit to user

vi

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb

Segala Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM

MENSOSIALISASIKAN PROGRAM KARTU INSENTIF ANAK (KIA)”.

Penyusunan skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan

studi di Program Studi Administrasi Negara, Jurusan Ilmu Administrasi, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta.

Penulis menyadari telah banyak menerima bantuan dari berbagai pihak

dalam penelitian dan penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

dengan segala ketulusan, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Drs. Sudarto, M.Si selaku Pembimbing Skripsi dan Pembimbing

Akademik yang telah dengan sabar meluangkan waktu untuk memberikan

bimbingan dan arahan selama penulisan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Is Hadri Utomo, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi

FISIP UNS

3. Ibu Dra. Sudaryanti, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi

FISIP UNS

4. Bapak Prof. Drs. Pawito, PhD selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

(7)

commit to user

vii

5. Staf pengajar Jurusan Ilmu Administrasi, karyawan, dan pegawai FISIP

UNS.

6. Bapak Drs. Mamiek Miftachul Hadi, Selaku Kepala Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kota Surakarta yang telah memberikan izin dalam

penelitian ini.

7. Bapak Drs M. Said Romadlon selaku Kabid Bidang Data dan Statistik dan

Ketua TIM KIA atas informasi dan bimbingannya

8. Ibu Drs. Rita Margaretha, Bapak Abdul Hakim, dan Ibu Tungga Dewi, S.Si

selaku anggota TIM KIA atas informasi dan bimbingan yang telah

diberikan.

9. Teman-teman dari DejakUNS Community : Cia, Ria, Vera, Arlika, Ardhi,

Bhagas, Yuni, Tupi.

10. Teman-teman dari 5 sekawan : Tiyas, Cica, dan Dian

11. Semua Teman angkatanku di AN 07

12. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat

diharapkan demi sempurnanya skripsi ini. Harapan penulis semoga skripsi ini bermanfaat

bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya serta pihak-pihak yang

berkepentingan dengan penyusunan skripsi ini.

Wassalammualaikum Wr.Wb

Surakarta, Juli 2010

(8)

commit to user

viii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR TABEL ... xii

ABSTRAK xv ABSTRACT ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. ... L atar Belakang Masalah ... 1

B. ... P erumusan Masalah... 7

C. ... T ujuan Penelitian ... 7

D. ... M anfaat Penelitian ... 8

BAB II LANDASAN TEORI... 9

A. ... K inerja ... 9

(9)

commit to user

ix

2. Pengukuran/Penilaian Kinerja……….11

3. Indikator Kinerja……….16

B. Sosialisasi Program Kartu Insentif Anak………..24

1. Sosialisasi………....24

2. Program Kartu Insentif Anak (KIA)………...26

C. ... K

BAB III METODE PENELITIAN ... 35

A. ... J

3. Metode Penarikan Sampel ... 39

D. ... S umber Data. ... 42

(10)

commit to user

x

F. ... T

eknik Analisis Data ... 44

G. ... V aliditas dan Reliabilitas Instrumen ... 46

BAB IV PEMBAHASAN ... 54

A. ... D eskripsi Lokasi... 54

1. Keadaan Wilayah Kota Surakarta ... 54

2. Keadaan Demografi Kota Surakarta ... 56

3. Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur... 57

4. Struktur Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 58

B. ... D eskripsi Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta ... 60

1. Sejarah Berdirinya Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta ... 60

2. Visi dan Misi ... 64

3. Tugas Pokok dan Fungsi ... 66

4. Penyelenggaraan Pendaftaran Penduduk ... 67

5. Struktur Organisasi ... 68

6. Sumber Daya Manusia dan Personil ... 70

7. Landasan Hukum Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta ... 72

C. ... G ambaran Mengenai Program Kartu Insentif Anak ... 74

(11)

commit to user

xi

E. ... H asil Penelitian ... 86

1. ... H asil (Outcome) ... 86 2. ... M

anfaat (Benefit) ... 89

3. ... D ampak (Impact) ... 92

F. ... H ambatan-hambatan Dalam Sosialisasi Program KIA ... 95 BAB V PENUTUP ... 100

Kesimpulan 100

Saran 102

DAFTAR PUSTAKA

(12)

commit to user

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir ... 30

Gambar 4.1 Peta Geografis Kota Surakarta ... 69

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota

Surakarta ... 66

Gambar 4.3 Alur Proses Permohonan dan Penyelesaian Pembuatan KIA pada

(13)

commit to user

xiii

DAFTAR TABEL

TABEL 1.1 Jumlah Anak (0-18) Tahun yang Mendaftar KIA di Surakarta

(hingga Oktober 2010) ... 6

TABEL 2.1 Tabel Operasionalisasi Variabel ... 34

TABEL 3.1 Jumlah Orang Tua yang Anakanya Terdaftar Sebagai Pemilik KIA37 TABEL 3.2 Jumlah Sampel dari Populasi Orang Tua yang Anaknya Memiliki KIA ... 41

TABEL 3.3 Pengujian Validitas Indikator Hasil (Outcome) ... 48

TABEL 3.4 Pengujian Validitas Indikator Manfaat (Benefit) ... 48

TABEL 3.5 Pengujian Validitas Indikator Impact (Dampak)... 49

TABEL 3.6 Pengujian Validitas Indikator Hasil (Outcome) ... 50

TABEL 3.7 Pengujian Validitas Indikator Manfaat (Benefit) ... 50

TABEL 3.8 Pengujian Validitas Indikator Impact (Dampak)... 51

TABEL 3.9 Uji Reliabilitas Instrumen untuk Orang Tua yang Anaknya Sudah Memiliki KIA dan yang Belum Memiliki KIA ... 53

TABEL 4.1 Luas Wilayah Surakarta ... 55

(14)

commit to user

xiv

TABEL 4.3 Struktur Penduduk Kota Surakarta Menurut Kelompok Umur dan

Jenis Kelamin Tahun 2009 ... 58

TABEL 4.4 Struktur Penduduk Kota Surakarta Menurut Tingkat Pendidikan pada tahun 2009 ... 59

TABEL 4.5 Jumlah Pegawai Pegawai Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Berdasarkan Golongan ... 71

TABEL 4.6 Pegawai Dinas Kependudukan Dan Pencatatan Sipil Kota Surakarta Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 72

TABEL 4.7 Daftar Mitra Kerja (stakeholders) Pendukung KIA Sesuai Bidang Usaha ... 76

TABEL 4.8 Susunan Tim Program Kartu Insentif Anak ... 80

TABEL 4.9 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 81

TABEL 4.10 Karakteristik Responden Menurut Usia ... 82

TABEL 4.11 Karakteristik Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 82

TABEL 4.12 Karakteristik Responden Menurut Media Sosialisasi yang Menginformasikan Mengenai Program KIA ... 83

TABEL 4.13 Karakteristik Responden Menurut Jenis Kelamin ... 84

TABEL 4.14 Karakteristik Responden Menurut Usia ... 84

TABEL 4.15 Karakteristik Responden Menurut Pendidikan Terakhir ... 85

(15)

commit to user

xv

TABEL 4.17 Karakteristik Responden Menurut Media Sosialisasi yang

Menginformasikan Mengenai Program KIA (Bagi yang pernah

mendapatkan sosialisasi KIA) ... 86

TABEL 4.18 Distribusi Frekuensi Hasil (Outcome) Dari Orangtua yang

Anaknya Memiliki KIA ... 87

TABEL 4.19 Distribusi Frekuensi Hasil (Outcome) Dari Orang tua yang

Anaknya Tidak Memiliki KIA ... 88

TABEL 4.20 Distribusi Frekuensi Hasil (Outcome) Dari Orang tua yang

Anaknya Tidak Memiliki KIA ... 90

TABEL 4.21 Distribusi Frekuensi Manfaat (Benefit) Dari Orang Tua yang

Anaknya Tidak Memiliki KIA ... 91

TABEL 4.22 Distribusi Frekuensi Dampak (Outcome) Dari Orang Tua yang

Anaknya Memiliki KIA ... 92

TABEL 4.23 Distribusi Frekuensi Dampak (Outcome) Dari Orangtua yang

Anaknya Tidak Memiliki KIA ... 94

(16)

commit to user

xvi ABSTRAK

Ariyati Kartika, D0107003, Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Dalam Mensosialisasikan Program Kartu Insentif Anak, Skripsi, Jurusan Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta, 2011

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penerapan program Kartu Insentif Anak (KIA) oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta dalam rangka pemenuhan hak sipil anak dan didasari oleh penunjukan Kota Surakarta sebagai pilot project Kota Layak Anak. Namun dalam pelaksanaan program Kartu Insentif Anak, belum semua anak Surakarta mempunyai KIA sehingga tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam Mensosialisasikan program KIA serta hambatan apa saja yang dialami Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam Mensosialisasikan Program KIA.

Penelitian ini bersifat deskriptif kuantitatif. Teknik Pengumpulan Data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dan dokumentasi. Sumber data yang digunakan adalah data primer dengan menggunakan kuesioner dan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini. Populasi dari Penelitian ini adalah orang tua yang anaknya telah memilki KIA dan orang tua yang anaknya belum memiliki KIA. Teknik Pengambilan sampel yang digunakan adalah sampel acak yang berasal dari data pemilik KIA bagi orang tua yang anaknya telah memiliki KIA serta sampel incidental bagi orang tua yang anaknya belum memilki KIA. Responden Orang tua yang anaknya memiliki KIA berjumlah 97 orang serta responden orang tua yang anaknya belum memiliki KIA berjumlah 96 orang.

Pendeskripsian kinerja dilakukan dengan menggunakan indikator hasil, dampak, dan manfaat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada indikator hasil, 51,5% responden yang anaknya telah memilki KIA telah paham akan program ini namun sebanyak 70,8% responden orangtua yang anaknya belum memiliki KIA belum paham akan program ini. Pada indikator manfaat sebanyak 78,4% responden yang anaknya telah memiliki KIA telah merasakan manfaat sosialisasi program KIA sementara 47,9% responden yang anaknya belum memiliki KIA tidak merasakan manfaat dari sosialisasi program KIA. Sementara itu pada indikator dampak, 95,9 % responden yang anaknya memiliki KIA menyatakan sosialisasi KIA masih berdampak sempit bagi mereka. Begitu juga dengan responden yang anaknya tidak memilki KIA sebanyak 72,9% responden menyatakan bahwa sosialsasi KIA masih memberikan dampak yang sempit.

Hambatan dari sosialisasi program KIA adalah Keterbatasan dana sehingga sosialisasi tidak bisa dilakukan secara terus-menerus, Kurangnya Sumber Daya Manusia yang menangani Program KIA, dan Kurang menariknya diskon yang diberikan oleh mitra kerja (stakeholder).

(17)

commit to user

xvii ABSTRACT

Ariyati Kartika, D0107003, Performance of Population and Civil Registration Office of Surakarta in Socializing the Child Incentive Card (KIA) Program, Thesis, Department of Administrative Science, Faculty of Social and Political Sciences, Sebelas Maret University, 2011.

The background of this research is implementation of Child Incentive Card Program by Population and Civil Registration Office of Surakarta in order of compliance of child’s civil right and based upon the appointment of Surakarta as a pilot project as feasible city for children. However in the implementation of Child Incentive Card (KIA) program, not all children in Surakarta have the incentive card so that in this research, author wants to describe how is the performance of Population and Civil Registration Office of Surakarta in Socializing the KIA program.

The nature of this research is quantitative descriptive. The technique of data collecting is used questionnaire and documentation. Data sources used are primary data by using questionnaire and secondary data which is related to this research. The population of this research are parents that their children have the KIA, and parents that their children don’t have the KIA. The sampling techniques of this research are random sampling for respondents that their children have the KIA and incidental sampling for respondents that their children don’t have the KIA. There are 97 respondents that their children have KIA and 96 respondents that their children don’t have the KIA.

The descriptions of performance is done by the indicators outcome, impact and benefit. The results show that in outcome indicator, 51,5 % respondents that their children have KIA have to understand the program, however 70,8% respondents that their children don’t have KIA still don’t understand this program. In Benefit indicator, 78,4% respondents that their children have the KIA can feel the benefit of the socialization but 47,9% respondents that their children don’t have the incentive card can not feel the benefit of the socialization. In Impact indicator, 95,9% respondents that their children have the KIA tell that the impact of the socialization still incommodious, and 72,9% respondents that their children don’t have the KIA feel the incommodious impact too.

The obstacles in socializing KIA program are limited funds so that the socialization cannot be done continuously, the lack of human resources who handle the KIA program, and unattractive discount that given by the stakeholders.

(18)

commit to user

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Negara Kesatuan Republik Indonesia menjamin kesejahteraan dan

perlindungan terhadap hak setiap warga negaranya. Anak sebagai bagian dari

warga negara juga memiliki hak yang wajib dijamin, dihormati, dilindungi,

dan dipenuhi oleh negara. Isu- isu mengenai hak anak terus menjadi pusat

perhatian pemerintah, pembuat kebijakan dan masyarakat umum termasuk

dalam pencapaian Millenium Development Goals (MDGs). Hal ini

dikarenakan tujuan dari Millenium Development Goals sebagai suatu bentuk

Deklarasi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) adalah

memenuhi hak-hak dasar dan kebutuhan manusia dalam hal ini termasuk

pemenuhan hak dasar anak.

Salah satu bentuk pemenuhan hak anak ialah pemenuhan hak sipil

anak. Dalam Konvensi Hak Anak (KHA) yang disetujui oleh Majelis Umum

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada tanggal 20 Nopember 1989,

disebutkan bahwa hak sipil dan kebebasan anak terdiri dari beberapa hak

yang diatur dalam pasal-pasal terpisah yakni Nama dan Kewarganegaraan,

Mempertahankan Identitas , Kebebasan Berpendapat, Kebebasan Berpikir,

Berkesadaran (Berhati Nurani) dan Beragama ,Kebebasan Berserikat dan

(19)

commit to user

(Privasi), Akses kepada Informasi yang Layak , Perlindungan dari

Penyiksaan dan Perlakuan atau Penghukuman yang Kejam, Tidak Manusiawi

atau Merendahkan Martabat. Pemerintah Indonesia telah meratifikasi KHA

tersebut melalui Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1990 tanggal 25

Agustus 1990, dan sesuai ketentuan pasal 49 (2) KHA, maka Konvensi

tersebut dinyatakan berlaku di Indonesia sejak 5 Oktober 1990. (Pedoman

Pelaksanaan Pemenuhan Hak Sipil dan Kebebasan Anak, 2007).

Namun setelah lebih dari dua dekade konvensi tersebut dicetuskan,

di Indonesia sendiri pemenuhan hak sipil anak belum sepenuhnya terlaksana.

Salah satunya ialah hak nama dan kewarganegaraan. Banyak anak Indonesia

yang belum tercatat kelahirannya. Menurut data dari Kementerian

Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak di www.mennegpp.go.id ,

Pada tahun 2009, enam dari sepuluh anak di bawah usia lima tahun di

Indonesia tidak diakui keberadaannya secara sah oleh pemerintah Indonesia.

Padahal di dalam Undang-undang No. 23 tahun 2006 pasal 27 ayat 1 tentang

Administrasi Kependudukan disebutkan bahwa setiap kelahiran wajib

dilaporkan oleh penduduk kepada instansi pelaksana di tempat terjadinya

peristiwa kelahiran paling lambat 60 (enam puluh) hari sejak kelahiran.

Apabila hak dan nama dan kewarganegaraan saja belum terpenuhi

kemungkinan besar anak tidak mendapatkan hak-hak lain seperti yang telah

disebutkan di atas.

Dalam rangka pemenuhan hak sipil anak yang sejalan dengan

(20)

commit to user

Dalam Negeri kemudian membuat rencana strategis agar tahun 2011 semua

anak Indonesia tercatat kelahirannya. Rencana strategis ini berisi

program-program strategis dan program-program-program-program pendukung. Salah satu program-program

pendukung yang dicanangkan ialah Penerbitan Kartu Tanda Anak (KTA)

sebagai Entry Point Instrumen Penerapan Sistem Insentif kepada anak.

Penerbitan Kartu Tanda Anak ini dikarenakan rendahnya partisipasi

masyarakat dalam mengurus akta kelahiran. Sasaran KTA adalah anak-anak

usia 0-18 tahun yang belum memiliki KTP dan belum menikah. Diharapkan

setelah diberikannya insentif maka akan meningkatkan partisipasi

masyarakat dalam pencatatan kelahiran.

Penerbitan Kartu Tanda Anak telah dilakukan di beberapa kota di

Indonesia seperti Yogyakarta, Padang, Surakarta, Denpasar, Makassar, dan

Batam dengan nama Kartu Identitas Anak (KIA). Prosedur pembuatan KIA

membutuhkan dokumen-dokumen kependudukan seperti akta kelahiran dan

Kartu Keluarga (KK). Dengan dikeluarkannya kebijakan KIA maka orang tua

dituntut agar mencatatakan anaknya dan mencarikan dokumen kependudukan

anak seperti akta kelahiran dan juga Kartu Keluarga (KK). Secara tidak

langsung, kebijakan KIA merupakan suatu bentuk strategi untuk

meningkatkan kepemilikan akta kelahiran serta pencatatan anak di dalam

Kartu Keluarga (KK).

Penerbitan KIA di beberapa kota di Indonesia juga dimaksudkan

agar anak mendapatkan insentif berupa kemudahan akses informasi,

(21)

commit to user

sosial. Seperti yang telah dilansir di http://mediainfokota.jogjakota.go.id,

Pemilik KIA di Yogyakarta mendapatkan akses atau kemudahan untuk

pendaftaran sekolah, melakukan transaksi keuangan di dunia perbankan dan

PT Pos Indonesia, pelayanan kesehatan di puskesmas dan RSUD, sebagai

tanda pengenal dan bukti diri yang sah, Mengurus SIM dan STNK bagi yang

telah berusia 16 tahun, pembuatan dokumen keimigrasian, serta pewarisan

atau peralihan hak atas tanah dan bangunan. Sementara itu di Padang,

Denpasar, Makassar, dan Batam, Pemerintah daerah mengeluarkan Peraturan

Daerah (Perda) yang mengatur tentang pemberian insentif berupa santunan

kematian bagi pemilik Kartu Identitas Anak (KIA).

Kota lain di Indonesia yang menerapkan program Kartu Tanda Anak

adalah Surakarta. Di Surakarta, program Kartu Tanda Anak lebih dikenal

dengan nama Kartu Insentif Anak (KIA). Penerbitan Kartu Insentif Anak di

Surakarta merupakan tindakan nyata pemerintah kota Surakarta untuk

mewujudkan kesejahteraan dalam rangka pemenuhan hak-hak anak

sebagaimana dituliskan dalam Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21

Tahun 2009 tentang Kartu Insentif Anak. Program KIA di Surakarta didasari

oleh penunjukan kota Surakarta sebagai pilot project Kota Layak Anak.

Pemerintah Kota Surakarta telah menandatangani MoU (Memorandum Of

Understanding) dengan 31 stakeholders untuk bekerja sama dalam program

ini. Hasilnya ialah stakeholders yang telah bekerja sama dengan pemerintah

bersedia memberikan insentif berupa potongan harga khusus (diskon) kepada

(22)

commit to user

memperoleh akses lebih luas terhadap haknya di bidang rekreasi, transportasi,

olahraga, kesehatan, pendidikan, informasi, dan sebagainya.

Penerbitan KIA diharapkan mampu meningkatkan kepemilikan akte

kelahiran karena persyaratan pembuatan KIA di Surakarta harus menyertakan

fotocopy akta kelahiran. Seperti yang telah diungkapkan oleh Kepala Bidang

Data dan Statistik Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil)

Kota Surakarta, Said Romadhon,

“Keberadaan KIA sebenarnya mendorong tingkat kesadaran orang tua untuk menerbitkan dan melakukan pencatatan akta kelahiran. Sebab di Solo cakupan Akta Kelahiran bagi balita masih 80 persen saja.” (Harian Joglosemar, Kamis 10 Juni 2010)

Peluncuran (launching) KIA pertama kali dilakukan pada tanggal 19

Desember 2009 di Taman Cerdas, Sumber, Kecamatan Banjarsari. Banjarsari

merupakan kecamatan pertama yang ditunjuk sebagai daerah yang memulai

program KIA. Di kecamatan ini mula-mula diterbitkan 10.000 KIA dari total

35.000 anak usia 0-18 tahun. Proses pembuatan KIA di Surakarta dilakukan

di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil. Proses Pendaftaran bisa dilakukan

secara individu maupun kelompok. Namun pendaftar KIA pada saat awal

program dikenalkan hanya sekitar 700-800 orang saja. Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil juga melakukan sosialisasi dan workshop yang melibatkan

empat kecamatan lain di Surakarta, yakni Serengan, Laweyan, Pasar Kliwon,

dan Jebres. Pada tanggal 26 Juli 2010, launching KIA tingkat kota dilakukan

di Taman Balaikambang bertepatan dengan hari anak nasional.

Namun setelah berbagai sosialisasi dan workshop dilakukan, hingga

(23)

commit to user

perbandingan jumlah anak usia 0-18 tahun dan jumlah pendaftar KIA di

Surakarta hingga bulan Oktober 2010

Tabel 1.1

JUMLAH ANAK (0-18 TAHUN) DAN ANAK YANG MENDAFTAR KIA DI SURAKARTA (hingga Oktober 2010)

KECAMATAN JUMLAH ANAK JUMLAH

PENDAFTAR KIA

Laweyan 25.443 240

Serengan 13.553 224

Pasar Kliwon 23.285 155

Jebres 38.397 982

Banjarsari 47.579 455

Jumlah 148.257 2.056

Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa, jumlah peminat KIA di

Surakarta baru mencapai 2.056 anak dari 148.257 anak di Surakarta atau

hanya 1,36 % saja. Di kecamatan Banjarsari yang sudah terlebih dulu

melakukan program KIA, hanya sekitar 455 anak saja yang memiliki KIA.

Sosialisasi dan workshop sudah dilakukan, namun anak yang memiliki KIA

di Surakarta masih sangat sedikit. Masih banyak orang tua yang mungkin

belum mengetahui adanya KIA di Surakarta atau sudah mengetahui namun

belum menyadari pentingnya mencatatkan kelahiran anaknya.

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Surakarta, sebagai unsur

pelaksanaan pemerintah daerah di bidang kependudukan dan sebagai

(24)

commit to user

KIA, mulai dari tahap sosialisasi hingga pelaksanaan pembuatan KIA.

Namun hingga saat ini pemilik KIA masih sangat sedikit. Padahal dengan

adanya program KIA, hak sipil dan akses informasi anak akan terpenuhi.

Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan di atas, maka penulis

tertarik untuk meneliti tentang Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kota Surakarta dalam Mensosialisasikan Program Kartu Insentif Anak

(KIA).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan Latar Belakang Masalah di atas maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah :

“Bagaimana Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Surakarta dalam Mensosialisasikan Program Kartu Insentif Anak ?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Kota Surakarta dalam Mensosialisasikan Progran Kartu Insentif

Anak dilihat dari indikator Outcome (Hasil), Benefit (Manfaat), dan

Impact (dampak).

2. Tujuan individual dari penelitian ini adalah untuk memenuhi persyaratan

(25)

commit to user

di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret

Surakarta

D. Manfaaat Penelitian

Manfaat dari Penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan-masukan dalam

sosialisasi program Kartu Insentif Anak yang dilakukan oleh Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta

2. Memberi gambaran bagi pembaca tentang kinerja Dinas Kependudukan

dan Catatan Sipil Kota Surakarta dalam Mensosialisasikan Program Kartu

(26)

commit to user

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Departemen

Pendidikan dan Kebudayaan, disebutkan bahwa Kinerja adalah suatu

yang dicapai, prestasi yang diperhatikan, dan kemampuan kerja (tentang

peralatan) (KBBI, 2002: 503). Sementara itu menurut Yeremias T

Keban, istilah kinerja merupakan terjemahan dari performance yang

sering diartikan oleh para cendekiawan sebagai “penampilan, untuk

kerja”. Atau prestasi (Keban,2004: 191).

Konsep Kinerja menurut Bernardin dan Russel (dalam Ambar

Teguh dan Rosidah, 2003 : 223-224) secara definitif adalah bahwa

kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi

pengetahuan tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu

tertentu. Pengertian kinerja disini tidak bermaksud menilai karakteristik

individu, tetapi mengacu pada serangkaian hasil yang diperoleh selama

periode waktu tertentu. Jadi kinerja merupakan tingkat pencapaian

produksi akhir pada suatu aktivitas organisasi atau fungsi kerja selama

(27)

commit to user

Dalam definisi kedua penulis tersebut jelas menekankan pengertian

kinerja sebagai “hasil” atau “apa yang keluar” (outcomes) dari sebuah

pekerjaan dan kontribusi mereka pada organisasi.

Pengertian kinerja atau performance menurut Suyadi

Prawirosentono (1999 : 2) adalah :

“Hasil kerja yang dapat dicapai oleh sesorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam rangka upaya mencapai tujuan organiasasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat dijelaskan bahwa kinerja

berhubungan dengan bagaimana melakukan pekerjaan dan

menyempurnakan hasil pekerjaan berdasarkan tanggung jawab namun

tetap mentaati segala peraturan dan etika.

Menurut Widodo (2008: 78) kinerja merupakan gambaran

mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/

kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, misi organisasi.

Jadi kinerja adalah hasil kerja (outcomes) yang dicapai oleh suatu

organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya atau sebagai

gambaran mengenai tingkat pencapaian suatu kegiatan/

program/kebijakan baik dilihat secara kualitas maupun kuantitas sesuai

(28)

commit to user

2. Pengukuran/Penilaian Kinerja

Pengukuran terhadap kinerja suatu organisasi harus merefleksikan

tujuan dan misi dari organisasi tersebut sehingga akan berbeda satu

dengan yang lainnya. Perbedaan tujuan dan misi inilah yang

mengakibatkan kesulitan dalam penilaian kinerja organisasi. Tujuan dan

misi organisasi publik bersifat multidimensional dan sangat kabur.

Walaupun demikian, pengukuran terhadap kinerja bagi setiap organisasi

publik merupakan kegiatan yang sangat penting karena melalui penilaian

kinerja, maka manajer publik akan menemukan informasi dan

langkah-langkah yang dapat membantu dalam pencapaian tujuan manajerial

tertentu. Hal ini diungkapkan oleh Robert D. Behn yang ditulis dalam

"Why Measure Performance? Different Purposes Require Different

Measures," Public Administration Review, Vol. 62, No. 5

(September/October 2003), pp. 586-606 (dalam www.csus.edu) berikut

ini :

“So why should public managers measure performance? Because they may find such measures helpful in achieving eight specific managerial purposes. As part of their overall management strategy, public managers can use performance measures to evaluate, control, budget, motivate, promote, celebrate, learn, and improve”. (terjemahan : jadi mengapa manajer publik mengukur kinerja? Karena mereka bisa menemukan langkah-langkah yang membantu dalam mencapai delapan tujuan manajerial tertentu. Sebagai bagian dari keseluruhan strategi manajemen mereka, manajer public bisa menggunakan pengukuran kinerja untuk mengevaluasi, mengontrol, anggaran, memotivasi, mempromosikan, merayakan (keberhasilan organisasi), belajar, dan meningkatkan.

Informasi dan langkah-langkah yang dihasilkan dalam pengukuran

(29)

commit to user

mengevaluasi tidak saja tentang kinerja organisasi (apakah sudah sesuai

dengan tujuan yang diharapkan atau belum), melainkan juga tentang

proses kerjanya (apakah sudah berjalan baik atau masih perlu perbaikan).

Artinya penilaian terhadap kinerja dapat dipakai sebagai ukuran

keberhasilan dan kegagalan organisasi serta dapat dijadikan input bagi

setiap perbaikan atau peningkatan kinerja organisasi selanjutnya.

Sehingga setiap anggota organisasi akan dan harus tahu apa yang

dipertimbangkan oleh organisasi sebagai suatu kinerja yang memuaskan,

agar dapat melakukan seperti apa yang diharapkan organisasi tersebut.

Baird dan Stammer (2000) dalam jurnal Mohd Afand MD Amin

(2010) yang berjudul Measuring the performance of Customs

Information System (CIS) in Malaysia, Vol 4 No. 2 (Sept 2010), pp 91

(dalam www.worldcustomsjournal.org) mengungkapkan definisi dari

pengukuran kinerja (performance measurement) sebagai berikut :

Baird and Stammer (2000), using Baldrige’s criteria, explain the task of ’ measuring performance’ by referring to its constituent components. Accordingly ‘measuring’ concerns the numerical data that quantifies input, process, output, performance of the processing relating to products and services as well as overall organization; ‘performance’ on the other hand, reflects the output results obtained from processes (‘output’ here relating to services and products) that permit the evaluation of subjective goals, standards, past results, as well as organizational aspects. Performance can be measured in financial or non-financial terms.”

Terjemahan :

Baird dan Stammer (2000), menggunakan kriteria Baldrige dalam

menjelaskan tugas pengukuran kinerja dengan mengacu pada

(30)

commit to user

dengan data numeric yang mengkuantifikasi input, proses, output, dan

kinerja pemrosesan yang terkait dengan produk dan layanan serta

organisasi secara keseluruhan. ‘Kinerja’ di sisi lain, mencerminkan

output yang diperoleh dari proses (output disini berkaitan dengan

pelayanan dan produk) yang memungkinkan evaluasi tujuan subyektif,

standar, hasil masa lalu, serta aspek organisasi. Kinerja dapat diukur dari

segi keuangan maupun non-keuangan.

Sedangkan pengukuran kinerja menurut SK LAN Nomor

239/IX/6/8/2003 adalah proses sistematis dan berkesinambungan untuk

menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan

program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam

mewujudkan visi, misi, dan strategi instansi pemerintah. Proses ini

dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja guna

memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian

tujuan dan sasaran.

Menurut Mahmudi (2005:7) Pengukuran kinerja meliputi aktivitas

penetapan serangkaian indikator kinerja yang memberikan informasi

sehingga memungkinkan bagi unit kerja sector publik untuk memonitor

kinerjanya dalam menghasilkan output dan outcome terhadap

masyarakat. Mahmudi (2005:14) menyebutkan bahwa tujuan dilakukan

penilaian kinerja di sector publik adalah :

a. Mengetahui tingkat ketercapaian tujuan organisasi

(31)

commit to user c. Memperbaiki kinerja periode berikutnya

d. Memberikan pertimbangan yang sistematik dalam pembuatan

keputusan pemberian reward and punishment

e. Memotivasi pegawai

f. Menciptakan akuntabilitas public.

Elemen pokok pengukuran kinerja menurut Mohammad Mahsun

(2009: 26-28) adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan tujuan, sasaran dan strategi organisasi

Tujuan adalah pernyataan secara umum (belum secara eksplisit)

tentang apa yang ingin dicapai organisasi. Sasaran merupakan tujuan

organisasi yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai

batasan waktu yang jelas. Strategi adalah cara atau tehnik yang

digunakan organisasi untuk mencapai tujuan dan sasaran. Tujuan,

sasaran, dan strategi tersebut ditetapkan dengan berpedoman pada

visi dan misi organisasi.

b. Merumuskan indikator dan ukuran kinerja

Indikator kinerja mangacu pada penilaian kinerja secara tidak

langsung yaitu hal-hal yang sifatnya hanya merupakan

indikasi-indikasi kinerja. Ukuran kinerja mengacu ini sangat dibutuhkan

untuk menilai tingkat ketercapaian tujuan, sasaran, strategi. Indikator

kinerja ini dapat berbentuk faktor-faktor keberhasilan utama dan

indikator kinerja kunci. Faktor keberhasilan utama adalah suatu area

(32)

commit to user

menggambarkan preferensi manajerial dengan memperhatikan

variabel – variabel kunci finansial dan non finansial pada kondisi

waktu tertentu. Faktor keberhasilan utama ini harus segera konsisten

mengikuti perubahan yang terjadi dalam organisasi. Sedangkan

indikator kinerja kunci merupakan sekumpulan indikator yang

dianggap sebagai ukuran kinerja kunci baik yang bersifat finansial

maupun nonfinansial untuk melaksanakan operasi dan kinerja unit

bisnis. Indikator ini dapat digunakan oleh manajer untuk mendeteksi

dan memonitor capaian kinerja.

c. Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran

organisasi.

Mengukur tingkat ketercapaian tujuan dan sasaran-sasaran organisasi

adalah membandingkan hasil aktual dengan indikator dan ukuran

kinerja yang telah ditetapkan. Analisis antara hasil aktual dengan

indikator dan ukuran kinerja ini menghasilkan penyimpangan positif,

penyimpangan negatif, atau penyimpangan nol. Penyimpangan

positif berarti pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai serta

melampaui indikator dan ukuran kinerja yang ditetapkan.

Penyimpangan negatif berarti kegiatan belum mencapai indikator

dan ukuran kinerja yang ditetapkan. Penyimpangan nol berarti

pelaksanaan kegiatan sudah berhasil mencapai atau sama dengan

(33)

commit to user d. Evaluasi kinerja

Evaluasi kinerja akan memberikan gambaran kepada penerima

informasi mengenai nilai kinerja yang berhasil dicapai organisasi.

Capaian organisasi dapat dinilai dengan skala pengukuran tertentu.

Informasi capaian kinerja dapat dijadikan feedback dan

reward-punishment, penilaian kemjuan organisasi dan dasar peningkatan

kualitas pengambilan keputusan dari akuntabilitas.

3. Indikator Kinerja

Menurut Joko Widodo (2008: 91), indikator kinerja merupakan

ukuran kuantitatif yang menggambarkan tingkat pencapaian suatu

sasaran dan tujuan. Indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan dari

suatu tujuan dan sasaran organisasi. Indikator kinerja dapat dijadikan

patokan (standar) untuk menilai keberhasilan dan kegagalan

penyelenggaraan program dalam mencapai misi dan visi organisasi.

Sedarmayanti (2007: 198) mengatakan bahwa tanpa adanya indikator

kinerja, sulit untuk menilai kinerja (keberhasilan/ketidakberhasilan)

kebijakan/program/kegiatan, dan pada akhirnya kinerja organisasi/unit

kerja pelaksanaanya. Sedarmayanti (2007: 198) juga menyebutkan

fungsi indikator kinerja secara umum sebagai berikut :

a. Memperjelas tentang apa, berapa, dan kapan kegiatan

(34)

commit to user

b. Menciptakan konsensus yang dibangun oleh berbagai pihak terkait

untuk menghindari kesalahan interpretasi selama pelaksanaan

kebijakan/program/kegiatan dan dalam menilai kinerjanya.

c. Membangun dasar bagi pengukuran, analisis, dan evaluasi kinerja

organisasi/unit kerja.

Sedangkan Rifat O. Shannak dalam jurnalnya yang berjudul

Measuring Knowledge Management Performance” European Journal of

Scientific Research Vol.35 No.2 (2009), pp.242-253 (dalam

www.eurojournals.com) menyebutkan beberapa syarat yang harus dimiliki

oleh indikator kinerja sebagai berikut :

“There are some features which should exist in the performance indicators; for example they should have relevance for project goals, and provisional, since there may appear a need to eventually change the performance indicator. The indicator also needs to be understandable, valid, sufficiently flexible, and in line with the organization and its business goals, as well as the purpose it was developed for.” (terjemahan: Ada beberapa segi yang harus ada dalam indikator-indikator kinerja: misalnya, indikator tersebut harus relevan dengan tujuan-tujuan proyek dan sementara, karena sesudah itu mungkin ada kebutuhan untuk akhirnya mengubah indikator kinerja. Indikator juga perlu dimengerti, valid, cukup fleksibel, dan sesuai dengan organisasi dan tujuan bisnis perusahaan, serta untuk apa tujuan itu dikembangkan.

Hal itu diperjelas oleh Sedarmayanti (2009:198) yang juga

menyebutkan berbagai syarat indikator kinerja yaitu :

a. Spesifik dan jelas, sehingga dapat dipahami dan tidak ada

(35)

commit to user

b. Dapat diukur secara obyektif, baik bersifat kuantitatif maupun

kualitatif, yaitu: dua atau lebih yang mengukur indikator kinerja

mempunyai kesimpulan yang sama.

c. Relevan, harus memiliki aspek obyektif yang relevan.

d. Dapat dicapai, penting, dan harus berguna untuk menunjukkan

keberhasilan input, output, hasil, manfaat dan dampak serta proses.

e. Harus fleksibel dan sensitive terhadap perubahan/penyesuaian

pelaksanaan dan hasil pelaksanaan kegiatan.

Salim & Woodward dalam Dwiyanto (2002: 50) melihat kinerja

berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ekonomi, efisiensi, efektivitas,

dan persamaan pelayanan. Efisiensi pelayanan publik juga dilihat untuk

menunjuk suatu kondisi tercapainya perbandingan terbaik/ proporsional

antara input pelayanan dengan output pelayanan. Demikian pula, aspek

efektivitas kinerja pelayanan ialah untuk melihat tercapainya pemenuhan

tujuan atau target pelayanan yang telah ditentukan. Prinsip keadilan dalam

pemberian pelayanan publik juga dilihat sebagai ukuran untuk menilai

seberapa jauh suatu bentuk pelayanan telah memperhatikan aspek-aspek

keadilan dan membuat publik memiliki akses yang sama terhadap sistem

pelayanan yang ditawarkan

Dwiyanto (2002: 48) memberikan gambaran yang lebih jelas

mengenai indikator yang biasa digunakan untuk mengukur kinerja

(36)

commit to user a. Produktivitas

Konsep produktivitas tidak hanya menyangkut pada tingkat efisiensi

tetapi juga efektivitas pelayanan. Produktivitas pada umumnya

dipahami sebagai rasio antara input dan output. Konsep produktivitas

kemudian dirasa terlalu sempit dan General Accounting Office

(GAO) mencoba mengembangkan satu ukuran produktivitas yang

lebih luas dengan memasukkan seberapa besar pelayanan publik itu

memiliki hasil yang diharapkan sebagai salah satu indikator kinerja

yang penting.

b. Kualitas Layanan

Isu mengenai kualitas layanan cenderung menjadi semakin penting

dalam menjelaskan kinerja organisasi pelayanan publik. Banyak

pandangan negatif yang terbentuk mengenai organisasi publik

muncul karena ketidakpuasan masyarakat terhadap kualitas layanan

yang diterima dari organisasi publik. Dengan demikian, kepuasan

masyarakat terhadap layanan dapat dijadikan indikator kinerja

organisasi publik. Keuntungan utama menggunakan kepuasan

masyarakat sebagai indikator kinerja adalah informasi mengenai

kepuasan masyarakat sering kali tersedia secara mudah dan murah.

Informasi mengenai kepuasan terhadap kualitas pelayanan sering kali

diperoleh dari media massa atau diskusi publik. Karena akses

informasi mengenai kepuasan masyarakat terhadap kualitas layanan

(37)

commit to user

organisasi publik yang mudah dan murah dipergunakan. Kepuasan

masyarakat bisa menjadi parameter untuk menilai kinerja organisasi

public.

c. Responsivitas

Responsivitas adalah kemampuan organisasi untuk mengenali

kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan,

dan mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai

dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.

d. Responsibilitas

Responsibilitas menjelaskan apakah pelaksanaan kegiatan organisasi

publik itu dilakukan sesuai dengan prinsip-prinsip administrasi yang

benar atau sesuai dengan kebijakan organisasi, baik yang eksplisit

maupun implisit (Lenvine, 1990). Oleh sebab itu responsibilitas bisa

saja pada suatu ketika berbenturan denga responsivitas.

e. Akuntabilitas

Akuntabilitas publik menunjuk pada seberapa besar kebijakan dan

kegiatan organisasi publik tunduk pada para pejabat politik yang

dipilih oleh rakyat.

Kumorotomo (1996) dalam Dwiyanto (2002 : 50) juga

menggunakan beberapa kriteria untuk dijadikan pedoman dalam menilai

(38)

commit to user a. Efisiensi

Efisiensi menyangkut pertimbangan tentang keberhasilan organisasi

pelayanan publik mendapatkan laba, memanfaatkan faktor-faktor

produksi serta pertimbangan yang berasal dari rasionalitas ekonomis.

Apabila diterapkan secara objektif, kriteria seperti likuiditas,

solvabilitas, dan rentabilitas merupakan kriteria efisiensi yang sangat

relevan.

b. Efektivitas

Apakah tujuan dari didirikannya organisasi pelayanan publik tersebut

tercapai ? Hal tersebut erat kaitannya dengan rasionalitas teknis,

nilai, misi, tujuan organisasi, serta fungsi agen pembangunan.

c. Keadilan

Keadilan mempertanyakan distribusi dan alokasi layanan yang

diselenggarakan oleh organisasi pelayanan publik. Kriteria ini erat

kaitannya dengan konsep ketercukupan atau kepantasan. Keduanya

mempersoalkan apakah tingkat efektivitas tertentu, kebutuhan, dan

nilai-nilai dalam masyarakat dapat terpenuhi. Isu-isu yang

menyangkut pemerataan pembangunan, layanan kepada kelompok

pinggiran dan sebagainya, akan mampu dijawab melalui kriteria ini.

d. Daya Tanggap

Berlainan dengan bisnis yang dilaksanakan oleh perusahaan swasta,

organisasi pelayanan publik merupakan bagian dari daya tanggap

(39)

commit to user

sebab itu, kriteria organisasi tersebut secara keseluruhan harus dapat

dipertanggungjawabkan secara transparan demi memenuhi kriteria

daya tanggap ini.

Sedangkan Lembaga Administrasi Negara (LAN) dalam SK

Kepala LAN nomor 239/IX/6/8/2003 mengenai Pedoman Penyusunan

Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah mengungkapkan

bahwa indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif yang

menggambarkan tingkat pencapaian suatu kegiatan yang telah ditetapkan.

Indikator kinerja yang akan diitetapkan dikategorikan ke dalam

kelompok:

1. Masukan (Inputs) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar

pelaksanaan kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka

menghasilkan output, misalnya sumber daya manusia, dana, material,

waktu, teknologi, dan sebagainya.

2. Keluaran (Outputs) adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik

dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu

kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan.

3. Hasil (Outcomes) adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes

merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi

(40)

commit to user

4. Manfaat (Benefits) adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat. Dapat berupa tersedianya

fasilitas yang dapat diakses oleh publik.

5. Dampak (Impact) adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,

lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh

capaian kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan.

Berdasarkan indikator kinerja yang disampaikan tersebut, maka

indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah indikator

menurut SK LAN nomor: 239/IX/6/8/2003 mengenai Pedoman

Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Publik. Indikator tersebut

antara lain Outcome, Benefit, dan Impact. Alasan pemilihan indikator

menurut tersebut adalah karena indikator input dan output sudah bisa

diketahui dari LAKIP yang dimiliki oleh Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Surakarta mengenai Sosialisasi Program KIA.

Melalui indikator outcome, impact, dan benefit tersebut maka kita dapat

melihat sejauh mana gambaran pencapaian Sosialisasi Program KIA

yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota

Surakarta. Pemilihan indikator menurut SK LAN ini juga tidak terlepas

dari faktor-faktor yang menghambat sosialisasi program KIA, mengingat

pemilik KIA di Surakarta hanya mencapai 1,36% saja atau dengan kata

lain sosialisasi program KIA yang dilakukan oleh Dispendukcapil belum

(41)

commit to user

B. Sosialisasi Program Kartu Insentif Anak (KIA) 1. Sosialisasi

Sosialisasi pada dasarnya adalah penyebarluasan informasi

(program, kebijakan, peraturan) dari satu pihak (pemilik program,

kebijakan, peraturan) kepada pihak-pihak lain (aparat, masyarakat yang

terkena program, dan masyarakat umum). Isi informasi yang

disebarluaskan bermacam-macam tergantung pada tujuan program (UN

HABITAT, 2009)

Sedangkan Rogers dan Schoemaker (1987 : 5) mengartikan

sosialisasi atau difusi inovasi sebagai berikut :

Socialization or Diffusion of Innovation is a process by which an innovation is communicated through certain channels over time among the members of a social system to create changes in knowledge, attitude, and behavior.

Terjemahan : Sosialisasi atau difusi inovasi adalah sebuah proses

dimana sebuah inovasi (ide-ide) baru dikomunikasikan melalui saluran

tertentu secara terus-menerus di antara para anggota sistem sosial

(masyarakat) untuk menciptakan perubahan dalam pengetahuan, sikap,

dan perilaku.

Sementara itu Drs. Warsito Utomo (2003: 120) mengungkapkan

bahwa sosialisasi pada hakekatnya adalah mengubah cara pikir, winning

minds, dan tingkah laku. Dan semua ini memerlukan proses yang

panjang yang sering melelahkan.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa sosialisasi

(42)

commit to user

pengetahuan kepada masyarakat yang berlangsung terus menerus.

Definisi tersebut dapat diimplementasikan untuk mendefinisikan

sosialisasi program KIA yaitu penyebarluasan informasi program KIA

kepada masyarakat agar mereka memahami dan bisa mensukseskan

program KIA tersebut. Untuk mencapai pemahaman yang utuh

mengenai program KIA maka sosialisasi tidak hanya dilakukan awal

pelaksanaan saja tetapi harus terus menerus.

Sosialisasi program KIA oleh Dispendukcapil kota Surakarta

dilakukan dalam berbagai bentuk pola dan kegiatan yaitu :

a. Sosialisasi formal melalui komunikasi tatap muka seperti workshop

terhadap masyarakat. Sosialisasi melalui tatap muka ini diantaranya

dilakukan di :

- Pertemuan PKK di Kota Surakarta

- Sosialisasi pada saat pertemuan PKK di masing-masing 5

Kecamatan di Surakarta yaitu Laweyan, Serengan, Banjarsari,

Pasar Kliwon dan Jebres.

- Sosialisasi kepada UPTD cabang Dinas Pendidikan dan Olahraga

(Dispora) tingkat Sekolah Dasar di masing-masing 5 Kecamatan

di Surakarta yaitu Laweyan, Serengan, Banjarsari, Pasar Kliwon

dan Jebres

b. Sosialisasi non formal melalui penyebaran leaflet, poster, spanduk,

(43)

commit to user

kali ada pertemuan melalui forum Kota Layak Anak (KLA) di

Bappermas dan Bappeda.

2. Program Kartu Insentif Anak (KIA)

Kartu Insentif Anak, selanjutnya disingkat KIA, adalah kartu yang

diterbitkan oleh Dinas, bagi anak yang berdomisili di Kota Surakarta,

berusia di bawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah. Sasaran

penerbitan KIA adalah anak yang berdomisili di kota Surakarta dan

berusia 0 sampai 18 tahun, belum menikah dan orangtua anak

mempunyai KTP Surakarta. Masa berlaku KIA adalah 3 tahun dan dapat

diperpanjang sebatas usia anak sampai dia mendapatkan KTP (Kartu

Tanda Penduduk) (Peraturan Walikota Surakarta Nomor 21 Tahun 2009

tentang Kartu Insentif Anak).

Pada Pasal 2 Peraturan Walikota tersebut dituliskan mengenai

maksud dan tujuan penerbitan KIA yaitu :

a. Maksud penerbitan KIA adalah :

1. Mendukung peningkatan kesejahteraan anak sebagai tatanan

kehidupan dan penghidupan anak yang dapat menjamin

pertumbuhan dan perkembangannya dengan wajar, baik secara

rohani, jasmani maupun sosial.

2. Terpenuhinya sebagian hak anak dalam terciptanya

(44)

commit to user b. Tujuan penerbitan KIA adalah :

1. Sebagai kartu identitas bagi anak yang berdomisili di kota

Surakarta.

2. Sebagai kartu yang memberi fasilitas tertentu oleh stakeholder

yang telah melakukan penandatanganan MoU dengan

pemerintah kota Surakarta.

Pasal 3 Peraturan Walikota tersebut menuliskan mengenai ruang

lingkup pemanfaatan KIA yaitu pemberian keringanan fasilitas kepada

anak meliputi pelayanan kesehatan, pendidikan, hiburan, dan olahraga.

Sedangkan pada pasal 5 dijelaskan mengenai persyaratan

penerbitan KIA antara lain :

a. Mengisi formulir permohonan KIA

b. Fotokopi akta kelahiran anak

c. Pas photo anak ukuran 2x3 sebanyak 2 lembar

d. Fotocopi Kartu Tanda Penduduk orang tua anak

e. Fotocopi Kartu Keluarga Orang Tua

C. Kerangka Berpikir

Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta dalam

mensosialisasikan program Kartu Insentif Anak (KIA) merupakan

kemampuan untuk menyebarluaskan informasi program KIA kepada

masyarakat agar mereka memahami program KIA dan turut serta

(45)

commit to user

menjelaskan apakah Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta

mampu melaksanakan tugas-tugas dan fungsi-fungsi yang diemban

kepadanya dalam menyebarkan informasi kepada masyarakat dan

stakeholder agar program KIA dapat berjalan secara optimal.

Indikator yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui kinerja

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil kota Surakarta adalah indikator yang

berasal dari SK Kepala LAN nomor 239/IX/6/8/2003 yaitu indikator input,

output, outcome, impact, dan benefit. Penjabaran indikator kinerja pada

Sosialisasi Program KIA adalah sebagai berikut :

1. Indikator Input adalah segala sesuatu yang dibutuhkan agar pelaksanaan

kegiatan dan program dapat berjalan atau dalam rangka menghasilkan

output, seperti dana, Sumber Daya Manusia (SDM), dan Alat seperti

kendaraan dinas.

2. Indikator Output adalah segala sesuatu berupa produk/jasa (fisik

dan/atau non fisik) sebagai hasil langsung dari pelaksanaan suatu

kegiatan dan program berdasarkan masukan yang digunakan, seperti

terlaksananya sosialisasi kepada masyarakat dan penyebaran leaflet.

3. Indikator Outcome adalah segala sesuatu yang mencerminkan

berfungsinya keluaran kegiatan pada jangka menengah. Outcomes

merupakan ukuran seberapa jauh setiap produk/jasa dapat memenuhi

kebutuhan dan harapan masyarakat. Dalam sosialisasi program KIA,

outcome yang diharapkan adalah terwujudnya pemahaman masyarakat

(46)

commit to user

4. Indikator Benefit adalah kegunaan suatu keluaran (outputs) yang

dirasakan langsung oleh masyarakat. Dalam sosialisasi program KIA

benefit yang diharapkan adalah terpenuhinya kepemilikan KIA oleh

seluruh anak-anak yang berusia 0-18 tahun.

5. Indikator Impact adalah ukuran tingkat pengaruh sosial, ekonomi,

lingkungan atau kepentingan umum lainnya yang dimulai oleh capaian

kinerja setiap indikator dalam suatu kegiatan. Dalam sosialisasi

program KIA, Impact yang diharapkan ialah berupa meningkatnya

kesadaran masyarakat tentang pentingnya administrasi kependudukan

khususnya tentang Kartu Insentif Anak (KIA).

Karena indikator input dan output sudah dapat diketahui dari LAKIP

Dispendukcapil tahun 2010, maka untuk mengetahui pencapaian sosialisasi

Program KIA digunakan indikator Outcome, Benefit, dan Impact dalam

penelitian ini. Pencapaian sosialisasi program KIA dapat dilihat dari

pemahaman masyarakat mengenai program KIA. Mengingat kepemilikan

KIA di Kota Surakarta baru mencapai 1,36 % atau dengan kata lain belum

mencapai hasil yang maksimal, maka usaha Dinas Kependudukan dan

Catatan Sipil Kota Surakarta tidak terlepas dari faktor-faktor yang

menghambat kinerja Dispendukcapil Kota Surakarta dalam

mensosialisasikan program KIA.

Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini berusaha

membuat arahan untuk mempermudah melakukan penelitian mengenai

(47)

commit to user

Mensosialisasikan program Kartu Insentif Anak. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat melalui bagan sebagai berikut :

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Berpikir

Pemahaman Masyarakat

Terhadap Program KIA

Kinerja Dispendukcapil Kota

Surakarta dalam Sosialisasi

Program KIA berdasarkan

indikator SK LAN nomor 239/IX/6/8/2003:

- Outcome

- Benefit

- Impact

(48)

commit to user

D. Definisi Konseptual

Definisi Konseptual yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kinerja adalah hasil kerja (outcomes) yang dicapai oleh suatu organisasi

sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya atau sebagai

gambaran mengenai tingkat pencapaian suatu

kegiatan/program/kebijakan baik dilihat secara kualitas maupun

kuantitas sesuai dengan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang

bersangkutan

2. Kartu Insentif Anak, selanjutnya disingkat KIA, adalah kartu yang

diterbitkan oleh Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, bagi anak yang

berdomisili di Kota Surakarta, berusia di bawah 18 (delapan belas)

tahun dan belum menikah. Sasaran penerbitan KIA adalah anak yang

berdomisili di kota Surakarta dan berusia 0 sampai 18 tahun, belum

menikah dan orangtua anak mempunyai KTP Surakarta. Masa berlaku

KIA adalah 3 tahun dan dapat diperpanjang sebatas usia anak sampai

dia mendapatkan KTP (Kartu Tanda Penduduk).

3. Sosialisasi program KIA yaitu penyebarluasan informasi program KIA

kepada masyarakat agar mereka memahami dan bisa mensukseskan

program KIA tersebut. Sosialisasi dilakukan secara formal dan non

formal.

4. Instansi Pemerintah yang melaksanakan sosialisasi program KIA adalah

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) Kota

(49)

commit to user

sosialisasi adalah masyarakat kota Surakarta terutama orang tua yang

memiliki anak berusia 0-18 tahun.

Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas dapat disimpulkan

bahwa Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam

mensosialisasikan program KIA adalah gambaran mengenai tingkat

pencapaian sosialisasi program KIA oleh Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil Surakarta kepada masyarakat agar mereka dapat memahami dan

mensukseskan program KIA tersebut.

E. Definisi Operasional

Dalam penelitian tentang Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil dalam Mensosialisasikan Program Kartu Insentif Anak (KIA)

ditentukan oleh pemahaman masyarakat mengenai program KIA tersebut.

Untuk menilai bagaimana Kinerja Dinas Kependudukan dan Catatan

Sipil dalam mensosialisasikan program KIA dapat diketahui menggunakan

indikator kinerja yang berasal dari SK LAN 23/IX/6/8/2003.

Indikator-indikator tersebut antara lain :

1. Outcome

- Pemahaman masyarakat tentang program KIA

- Pemahaman masyarakat tentang stakeholder yang memberikan

(50)

commit to user 2. Benefit

- Terpenuhinya kepemilikan KIA oleh seluruh anak-anak yang

berusia 0-18 tahun

- Kemudahan informasi yang didapatkan oleh masyarakat mengenai

program KIA

3. Impact

- Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya program

KIA

- Kemudahan penggunaan fasilitas/insentif yang telah disediakan oleh

(51)

commit to user

F. Operasionalisasi Variabel

Berikut ini akan dipaparkan mengenai operasionalisasi terhadap

variabel-variabel yang akan digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 2.1

Tabel Operasionalisasi Variabel

Variabel Indikator No Item Pertanyaan

Pada Instrumen Outcome - Pemahaman Masyarakat tentang

Program KIA

- Pemahaman Masyarakat tentang stakeholder yang memberikan insentif dalam program KIA

1, 2, 3, 4, 5

6 dan 7

Benefit - Terpenuhinya Kepemilikan KIA oleh seluruh anak-anak yang

Impact - Meningkatnya Kesadaran Masyarakat tentang Pentingnya Program KIA

- Kemudahan penggunaan

fasilitas/insentif yang disediakan oleh stakeholder bagi anak-anak pemilik KIA

12, 13

(52)

commit to user

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif

kuantitatif. Penelitian deskriptif hanya akan melukiskan keadaan obyek atau

persoalannya dan tidak dimaksudkan untuk mengambil atau menarik

kesimpulan yang berlaku umum (Marzuki, 2001:8). Sedangkan menurut

Singarimbun dan Sofian Effendi (1995:4), penelitian deskriptif dimaksudkan

untuk melakukan pengukuran yang cermat terhadap fenomena sosial

tertentu, peneliti mengenal konsep dan menghimpun fakta tetapi tidak

melakukan pengujian hipotesa. Sedangkan analisis data dilakukan secara

kuantitatif. Pengertian kuantitatif di sini tidak hanya bermakna sebatas angka

saja, sebab ”penelitian kuantitatif di samping menghasilkan angka hasil dari

kegiatan pengukuran, penelitian kuantitatif juga berurusan dengan hasil

pencatatan yang menghasilkan data berupa frekuensi, Persentase, atau rasio”

(Y. Slamet, 2006:107)

Dalam penelitian ini peneliti berusaha mendeskripsikan kinerja

Dispendukcapil Kota Surakarta dalam Mensosialisasikan Program Kartu

Insentif Anak (KIA) kepada masyarakat Surakarta dengan menggunakan

(53)

commit to user

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Kota Surakarta yang berlokasi di Jalan Bhayangkara no. 3, Surakarta dengan

pertimbangan bahwa Dispendukcapil merupakan instansi pemerintah yang

berwenang dalam mensosialisasikan program KIA. Sementara pemilihan

lokasi di kota Surakarta mengambil pertimbangan bahwa program KIA di

Surakarta akan menjadi percontohan di Indonesia sebagai salah satu upaya

dalam mensukseskan program Kota Layak Anak (KLA).

Selain itu peneliti juga mengambil lokasi penelitian di 5 kecamatan di

Kota Surakarta yang menjadi sasaran dari sosialisasi program KIA.

Kecamatan- kecamatan tersebut antara lain Jebres, Pasar Kliwon, Banjarsari,

Laweyan, dan Serengan.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 2009:90). Populasi yang dipilih dalam

penelitian ini adalah orang tua yang anaknya terdaftar sebagai pemilik

KIA dan orangtua yang anaknya belum terdaftar sebagai pemilik KIA.

Orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang tua yang

(54)

commit to user

belum memiliki KIA termasuk dalam populasi invisible karena tidak

diketahui jumlahnya dengan pasti. Sementara itu populasi berupa orang

tua yang anaknya terdaftar sebagai pemilik KIA berjumlah 2056 orang

yang tersebar di 5 kecamatan di Surakarta dengan rincian sebagai

berikut:

Tabel 3.1

JUMLAH ORANG TUA YANG ANAKNYA TERDAFTAR SEBAGAI PEMILIK KIA

Sumber : Dinas kependudukan dan Catatan Sipil Kota Surakarta

2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2009: 91). Suatu sampel harus

representative (mewakili) dan besarnya sampel harus memadai. Suatu

sampel dikatakan representative apabila ciri-ciri sampel yang berkaitan

dengan tujuan penelitian sama atau hampir sama dengan populasinya.

KECAMATAN JUMLAH ORANG TUA

Jebres 982

Banjarsari 455

Laweyan 240

Serengan 224

Pasar Kliwon 155

(55)

commit to user

Suatu sampel yang baik juga harus memenuhi syarat bahwa ukuran

atau besarnya memadai untuk dapat meyakinkan kestabilan cirinya.

Untuk pengambilan sampel pada orang tua yang anaknya memiliki KIA

besarnya sudah diketahui (fitnite population) yaitu sejumlah 2056 orang.

Pengambilan sampel yang besarnya sudah diketahui dapat menggunakan

daftar tabel tentang besarnya sampel untuk tingkat convidence interval

tertentu dan tingkat reliabilitas tertentu tetapi tabel tersebut terbatas

untuk p : q = 0,5 : 0,5 (Y. Slamet, 2006:58). Karena besarnya populasi

sejumlah 2056 maka diambil convidence interval sebesar 95% dan

reliabilitas sebesar 10 %, maka besarnya sampel yang harus diambil

sebesar 97 responden (dilihat dari tables for statisticians Arkin Herbert

et. Al (1957) dalam buku Y. Slamet (2006:59) )

Sementara itu untuk pengambilan sampel pada orang tua yang

anaknya belum terdaftar, karena jumlah populasinya tidak diketahui

maka penentuan jumlah sampel yang dibutuhkan dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut (Y. Slamet, 2006: 58) :

n=

Keterangan:

n = besarnya sampel yang akan ditarik

Z = besarnya satuan standar deviasi

p dan q = proporsi sub-sub sampel

Gambar

Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Kependudukan Dan Catatan Sipil Kota
TABEL 4.19  Distribusi Frekuensi Hasil (Outcome) Dari Orang tua yang
  Tabel 1.1
  Gambar 2.1
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian yang dilakukan ini diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kinerja Dinas kependudukan dan catatan sipil Kota Medan dalam pelayanan kartu keluarga dan kartu tanda penduduk

KINERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DALAM PELAYANAN PEMBUATAN AKTA KELAHIRAN..

Dari penelitian yang dilakukan ini diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kinerja Dinas kependudukan dan catatan sipil Kota Medan dalam pelayanan kartu keluarga dan kartu tanda penduduk

Dari penelitian yang dilakukan ini diperoleh kesimpulan bahwa tingkat kinerja Dinas kependudukan dan catatan sipil Kota Medan dalam pelayanan kartu keluarga dan kartu tanda penduduk

Pada tipologi inovasi produk (keluaran), berdasarkan dimensi total, ekspansi, dan evolusi, pelayanan Kartu Identitas Anak (KIA) melalui “aplikasi dukapil dalam

Begitu pentingnya keberadaan Kartu Identitas Anak (KIA) tersebut bagi anak Indonesia maka penulis merasa tertarik untuk mengetahui kesiapan pemerintah dalam

a) Orangtua selaku aktor dalam penelitian ini memilik ragam motif dalam pembuatan KIA bagi anak mereka. Motif orangtua dalam membuat KIA anatara lain, sebagai identitas

Berdasarkan hasil penelitian ini adalah dalam pelaksanaan program Kartu Identitas Anak KIA, yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tanjungpinang dapat ditarik