• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II GAMBARAN UMUM

3.6 Peran Indonesia di dalam OKI Di Masa Pemerintahan SBY

3.6.2 Indonesia dan Konflik Timur Tengah: Sebuah Mediasi Peran?

Karena situasi politik dalam negeri dan iklim internasional Indonesia meningkat fokusnya dunia dan hubungan Muslim dengan Timur Tengah. Pada bulan November 2004 SBY mengunjungi Kairo untuk menyampaikan belasungkawa atas wafatnya Presiden Palestina Yasser Arafat. Selama kunjungan ini, SBY didampingi oleh para pemimpin Muslim Indonesia seperti Hidayat Nurwahid (pemimpin PKS), Din Syamsuddin (Majelis Ulama Indonesia / MUI), Hasyim Muzadi (pemimpin nasional NU), dan Amin Abdullah (Muhammadiyah). Kunjungan memiliki makna simbolis yang menunjukkan dukungan Indonesia

untuk perjuangan Rakyat Palestina. Hal ini juga menggambarkan persahabatan Indonesia untuk Muslim di Timur Tengah.

Dalam politik domestik, kunjungan SBY dihargai oleh umat Islam dan organisasi Islam. Mereka berpendapat bahwa dukungan Indonesia untuk kemerdekaan Palestina berkorelasi dengan kepentingan umat Islam Indonesia dan semua.55 Pemerintah SBY menyatakan bahwa Timur Tengah atau konflik Arab- Israel adalah masalah emosional dalam hubungan Indonesia dengan Timur Tengah. Indonesia konsisten mendukung perjuangan Palestina untuk mencapai kemerdekaan dan hidup selaras dengan Israel. Akibatnya, Indonesia memberikan kontribusi dalam hal resolusi konflik dan bantuan untuk mengembangkan kapasitas bagi Palestina.

Dalam konteks ini, Hassan Wirajuda, yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri dalam jangka pertama SBY, menunjukkan bahwa Indonesia ingin terlibat dalam memecahkan masalah dalam konflik Timur Tengah. Praktek mushawara, seni membahas untuk memecahkan masalah dengan konsensus, Wirajuda menambahkan, dapat dianggap sebagai alat dalam menengahi konflik Palestina- Israel yang merupakan ibu dari semua konflik di Timur Tengah.56 Pemerintah SBY berharap untuk memainkan peran yang lebih besar dalam menyelesaikan konflik Palestina-Israel. Dino Patti Djalal menyatakan, "Indonesia selalu ingin meningkatkan keterlibatan kami dalam proses menuju perdamaian di Timur Tengah". SBY mengatakan bahwa Indonesia meminta Israel untuk menghentikan

55 Riza Sihbudi, 2005 „Politik Luar Negeri SBY-Kalla‟, In Usamah Hisyam (Ed), Perubahan Untuk Rakyat: Seputar Korupsi, Gaji PNS, Dan Rakyat Kecil. Jakarta. Dharmapena Publishing. Hal 190-191.

56 John Hughes.2010 , Islamic Extremism And The War Of Ideas: Lessons From Indonesia, Hoover Press Publication No. 592, California, Hal 82

serangan terhadap Palestina, dan mengirim surat kepada Sekretaris Jenderal PBB meminta untuk melakukan tindakan nyata untuk memecahkan Konflik Timur Tengah. Indonesia mengajukan banding ke Dewan Keamanan PBB untuk mengambil tindakan serius dan mencari solusi segera untuk konflik Timur Tengah. Permintaan itu dibuat pada meeting terbuka Dewan Keamanan PBB di New York.

Ketika Indonesia terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB (DK PBB) tahun 2007-2009, itu berkomitmen untuk memberikan prioritas utama untuk resolusi damai di Timur Tengah dan konflik regional lainnya. SBY menyatakan bahwa mencoba untuk menyelesaikan konflik Timur Tengah harus atas daftar kebijakan luar negeri Indonesia. Dia percaya bahwa jika konflik Timur Tengah dapat diselesaikan, masalah global dan ketegangan antara Islam dan Barat dapat dikurangi. Sebuah penyelesaian damai dari konflik Timur Tengah menjadi pusat perhatian dari pemerintah SBY, aspirasi Indonesia untuk memainkan peran yang lebih besar dalam dunia Muslim dan untuk menyelesaikan konflik di Timur Tengah memiliki beberapa momentum ketika kedua Barat dan Tengah didukung keterlibatan Indonesia. Itu memiliki hubungan baik dengan hampir setiap negara Timur Tengah. Sejumlah negara Barat mendekati Indonesia untuk melobi pemerintah Hamas yang baru untuk meyakinkan itu sampai posisinya.

Palestina meminta Indonesia untuk membujuk negara-negara Barat untuk tidak berhenti bantu ke Palestina setelah Hamas berkuasa di Gaza. Selama kunjungannya ke Jakarta, Presiden Palestina Mahmoud Abbas mendesak Indonesia untuk berpartisipasi dalam pertemuan Annapolis, yang diselenggarakan oleh Presiden Bush pada bulan November 2007, untuk membahas masalah Israel-

Palestina. Pada saat yang sama, Indonesia mengundang para pemimpin Hamas untuk datang dalam upaya untuk mendorong lebih terbuka terhadap dialog dan negosiasi. Perlu dicatat bahwa pemerintah SBY juga mengkritik AS dan Eropa melarangan bantuan kepada Hamas di Palestina.

SBY tidak hanya berjanji makanan, medis, dan bantuan keuangan, tetapi juga bersikeras bagi pemerintah pimpinan Hamas bekerja sama dengan faksi Fatah. Yang penting, SBY menunjuk mantan Menteri Luar Negeri Dr. Alwi Shihab sebagai 'utusan perdamaian khusus' ke Timur Tengah, dan menawarkan jasanya. Hasyim Muzadi meminta Hamas dan Fatah untuk belajar dari pengalaman Indonesia yang berhasil menyatukan umat Islam untuk melawan kolonialisme. Indonesia berpartisipasi dalam Konferensi Donor untuk Palestina di Paris, Desember 2007 dan memberi bantuan US $ 1 juta. Selain itu, pada bulan Juli 2008 Indonesia diprakarsai dan diselenggarakan Konferensi Asia-Afrika pada

Capacity Building for Palestine. Konferensi ini dihadiri oleh 55 negara dan Indonesia sebagai unit koordinasi untuk kawasan Asia berkomitmen untuk memberikan bantuan pembangunan sampai 1000 orang Palestina selama 5 tahun (2008-2013).

Dalam hal meningkatkan hubungan Indonesia dengan Timur Tengah, pada 25 April 2006 SBY berangkat untuk kunjungan lima negara Arab: Arab Saudi, Kuwait, Qatar, UEA dan Yordania dalam mencari keterlibatan lebih dalam dengan negara-negara Islam. Pada kesempatan ini, SBY mencoba hubungan ekonomi membangun lebih dekat dengan alasan bahwa kemitraan akan menguntungkan kedua daerah karena Indonesia membutuhkan investasi alternatif untuk membiayai pembangunan ekonomi. Sebagai Hajriyanto Y Thohari

berpendapat, kunjungan ini sangat penting dan strategis, menunjukkan bahwa Indonesia memiliki hubungan yang kuat dengan dan komitmen terhadap dunia Muslim.57

Hassan Wirajuda, yang didampingi Hasyim Muzadi (Ketua NU), juga mengunjungi Suriah dan Lebanon pada tahun 2007. Dengan mengunjungi dunia Muslim, Indonesia berpendapat bahwa itu mempertimbangkan praktik Indonesia dan usaha moderat dan demokratis Islam Indonesia untuk berperan dalam menyelesaikan konflik di Timur Tengah adalah nyata dalam meningkatkan keanggotaan dan kegiatannya di Organisasi Konferensi Islam (OKI). Pemerintah SBY berada di garis depan dalam upaya untuk membentuk kembali OKI untuk menjadi organisasi internasional yang kredibel dan kompeten.

Pengesahan OKI New Charter pada konferensi OKI di Dakar, Senegal, pada bulan Februari 2008 menandai awal yang baru bagi OKI untuk mengubah organisasinya. Banyak berharap bahwa dengan transformasi, OKI akan berkembang menjadi sebuah organisasi yang menyuarakan kepentingan dunia Muslim dan penyelesaian masalah. Indonesia dikejar kemitraan dengan anggota OKI untuk mempengaruhi diskusi dan arah resolusi konflik internasional. Indonesia juga membujuk anggota OKI bersikeras bahwa DK PBB mengadopsi resolusi yang menuntut Israel menghentikan invasi.

Meskipun keterlibatan Indonesia dalam OKI dapat dikatakan telah datang terlambat dibandingkan dengan Malaysia, itu harus dihargai. Posisi OKI sangat penting bagi dunia Islam dan karena mayoritas anggotanya adalah Timur Tengah,

dengan memainkan peran aktif dapat lebih mudah bagi Indonesia untuk membujuk negara lain untuk membangun penyelesaian damai di Timur Tengah.58

Upaya Indonesia untuk menjadi perdamaian pembuat dalam konflik di Timur Tengah menghadapi batas karena tidak memiliki hubungan diplomatik dengan Israel. Oleh karena itu, keterlibatan diplomatik resmi dengan pemerintah Israel dipandang sebagai langkah penting bagi Indonesia untuk mengambil untuk latihan beberapa pengaruh atas Israel. Majalli Whbee, Wakil Menteri Luar Negeri Israel, menyatakan bahwa kontribusi Indonesia untuk perdamaian di Timur Tengah hanya mungkin melalui dialog dengan semua kelompok, termasuk Israel. Namun, hubungan diplomatik dengan Israel tidak mungkin bagi Indonesia, karena berdasarkan UUD 1945 Indonesia masih menganggap Israel sebagai agresor. Ada oposisi domestik yang kuat, terutama dari kelompok Islam radikal, untuk setiap jenis usaha Indonesia di hubungan diplomatik. Hasil peran Indonesia dalam menengahi konflik di Timur Tengah adalah sulit untuk diukur, karena masih ada banyak konflik di wilayah tersebut.

Dokumen terkait