• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah induk matang gonad, induk kerang mutiara tersebut diambil dan

Dalam dokumen Satuan Laporan Tugas Akhirku (Halaman 42-50)

BAB III. METODE PELAKSANAAN

2. Setelah induk matang gonad, induk kerang mutiara tersebut diambil dan

dipijahkan di hatchery kerang mutiara.

1. Induk kerang mutiara yang dipelihara di keramba jaring apung diangkat, dibersihkan, dan dikeluarkan dari pocket pemeliharaan,

2. Induk yang telah dikeluarkan dari pocket pemeliharaan diletakkan secara berdiri dengan bagian engsel di bagian bawah pada bak penampungan sementara,

3. Apabila ada induk yang membuka cangkangnya, maka tang segera dimasukkan kedalam celah bukaan cangkang agar cangkangnya tetap terbuka,

4. Induk yang diambil dari hasil budidaya di keramba jaring apung (KJA) alam diseleksi berdasarkan jenis kelamin dan tingkat kematagan gonad (TKG) nya.

5. Induk yang lolos seleksi dimasukan ke dalam bak fiber volume 200 liter/ 8 – 20 ekor induk yang berisi air laut yang dilengkapi dengan aerasi dan diberi pakan alami untuk diaklimatisasi (pemeliharaan sementara sebelum dipijahkan).

3.3.2.8 Pemeliharaan Induk Kerang Mutiara sebelum Dipijahkan

1. Induk kerang mutiara yang akan dipijahkan dibersihkan terlebih dahulu dengan menggunakan sikat,

2. Induk dimasukkan kedalam bak pemeliharaan induk berupa bak fiber berbentuk silinder volume 200 liter,

3. Bak pemeliharaan induk diisi air hingga ¾ bagian, selanjutnya pakan alami diberikan ke induk kerang mutiara sebelum dipijahkan (± 12 – 24 sebelum dipijahkan).

3.3.2.9 Pemijahan Induk

1. Pada saat induk kerang mutiara membuka cangkangnya di dalam bak pemeliharaan induk, tang kemudian dimasukkan kedalam celah cangkang kerang,

2. Kemudian, induk diangkat dari air dan dilakukan pengamatan TKG.

3. Bubuk hormon hCG 1500 IU (human Chronic Gonadothrophin) dicampurkan dengan Cairan Solvent steril 5 ml dengan perbandingan 1 : 1. Adapun teknik pencampuran hCG dengan solvent steril yaitu : larutan solvent steril sebanyak 5 ml diambil dengan menggunakan spoit, lalu dimasukkan kedalam botol yang berisi bubuk hCG 1500 IU hingga volume dalam botol solvent steril tersebut mencapai 5 ml.

4. Gonad induk jantan dan betina disuntik dengan larutan campuran tersebut dengan dosis 150 IU atau disetarakan dengan 0,5 ml,

5. Induk yang telah disuntik kemudian dimasukkan ke bak pemijahan,

6. Dilakukan sirkulasi (penggantian air) agar dapat merangsang terjadinya pemijahan.

3.3.2.10 Pemanenan Telur

1. Telur dialirkan dari bak pemijahan ke saringan bertingkat dengan cara disiphon,

2. Saringan yang mengandung telur kerang mutiara dibersihkan dari kotoran, 3. Telur yang telah dibersihkan dipindahkan dari saringan ke bak

3.3.2.11 Pengamatan dan Penghitungan Telur

1. 1 ml sampel telur diambil dan ditebar pada media preparat sedgwick rafter, 2. Sedgwick rafter diletakkan ke meja preparat mikroskop,

3. Lensa obyektif pembesaran 10 kali digunakan untuk memperjelas sampel yang diamati,

4. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan alat hand counter, pada tiap kotak sedgwick rafter,

5. Jumlah telur dihitung dan hasilnya dikalikan dengan jumlah volume telur yang dihasilkan dari proses pemijahan, yaitu : 3082 butir / ml x 4000 ml = 12.328.000.

Untuk penghitungan jumlah telur, dapat digunakan rumus sebagai berikut :

Jumlah telur = Rata-Rata Jumlah Telur Sampel (Butir) X Volume Bak (ml)

Volume Sampel

Cara penghitungan rasio pembuahan (Fertilize Rate / FR) digunakan rumus sebagai berikut :

FR = Rata-Rata Jumlah Telur yang Terbuahi X 100%

Jumlah Sampel

Telur yang terbuahi atau rasio pembuahan yang diperoleh sebesar 40,36%

atau sebanyak 4.976.000 butir telur.

Berdasarkan data diatas, maka dapat di simpulkan bahwa berat rata-rata induk betina yang memijah adalah 685 gram, dan jumlah telur yag dihasilkan adalah 12.328.000 butir, jadi fekunditasnya adalah sebagai berikut :

Fekunditas = Jumlah Telur yang Dihasilkan (Butir) Bobot Rata-Rata Induk (gram)

Fekunditas = 12. 328.000

685

Fekunditas = 17997,08 butir/gram

3.3.2.12 Penetasan Telur

1. Bak penetasan telur kerang mutiara diisi air laut yang telah disterilkan, 2. Telur yang telah diamati, dimasukkan kedalam bak penetasan telur kerang

mutiara,

3. Setelah 18 – 20 jam telur kerang mutiara telah menetas dan memasuki fase D Shape, larva segera dipindahkan ke bak pemeliharaan larva.

3.3.2.13 Pemeliharaan Larva Kerang Mutiara (P. maxima)

1. Alat dan bahan yang akan digunakan terlebih dahulu dipersiapkan dan dibersihkan,

2. Bak dibersihkan dengan menggunakan sikat sampai benar-benar bersih, 3. Kemudian pipa inlet dipasang, selanjutnya aerator dan instalasi penyuplai

udara diatur kekuatannya,

4. Bak diisi dengan air laut hingga air mencapai kira-kira lebih 5/6 bagian bak,

5. Larva diberikan pakan alami dengan frekuensi pemberian pakan sebanyak 3 kali sehari dengan dosis disesuaikan dengan fase dan kepadatan larva,

6. Spat collector dipasang pada saat larva memasuki fase pediveliger.

3.3.2.14 Pengamatan Pertumbuhan Larva Kerang Mutiara (P. maxima)

1. Sampel larva kerang mutiara diambil secara acak sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet tetes, selanjutnya sampel ditebar pada media preparat sedgwick rafter

2. Sedgwick rafter diletakkan pada meja preparat mikroskop, 3. Pertumbuhan larva diamati dengan menggunakan mikroskop.

3.3.2.15 Pembuatan Pupuk Pakan Alami

1. Vitamin mix (B12, B1 dan biotin) terlebih dahulu dilarutkan dalam aquadest 700 ml. Tahap-tahap dalam pembuatan pupuk Na medium adalah sebagai berikut:

a. NaNO3, Na2HPO4, (Na2HPO4, EDTA, NaHCO3) dan clewat ditimbang kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 1.000 ml, lalu ditambahkan sedikit air hingga volumenya mencapai 1.000 ml.

b. Selanjutnya dipanaskan dengan hot plate sampai suhunya mencapai

100oC, dan diaduk dengan pengaduk magnetik, lalu ditutup dengan

aluminium foil.

c. Jika suhu sudah mencapai 100oC dan pupuk sudah larut, erlenmeyer kemudian diangkat dan didinginkan selama 24 jam pada suhu ruang. d. Setelah dingin, larutan pupuk ditambahkan dengan vitamin mix dan

3.3.2.16 Kegiatan Kultur Pakan Alami

1. Peralatan yang akan digunakan dicuci dengan sabun dan disterilisasi dengan menggunakan HCl. Sedangkan untuk media kultur (air laut) disterilkan dengan cara direbus sampai mendidih kemudian disaring dan dimasukkan kedalam galon. Setelah itu, didinginkan pada suhu ruang. 2. Setelah dingin, dimasukkan larutan pupuk Na Medium atau KW 21

dengan dosis 1 ml/liter. Khusus untuk jenis diatomae, diberikan silikat dengan dosis 0,2 ml/liter.

3. Inokulan dimasukkan kedalam galon sebanyak 200 ml. Adapun jenis inokulan yang digunakan adalah sebagai berikut : Nannochloropsis,

Chaetoceros sp., Isochrysis sp., Pavlova luthery, Tetraselmis chuii.

Tabel 5. Dosis Pupuk dan Silikat yang Digunakan dalam Kultur Pakan Alami.

Jenis Pakan Alami Dosis Zat yang Digunakan (ml/liter)

Pupuk KW 21 Silikat Nannochloropsis 1 - Chaetoceros sp. 1 0,2 Pavlova luthery 1 - Tetraselmis chuii 1 - Isochrysis sp. 1 -

Sumber Unit Pembenihan Kerang Mutiara BBRPBL Gondol 2011.

3.3.2.17 Pemanenan Pakan Alami Kerang Mutiara (P. maxima)

Pemanenan phytoplankton yang baik dilakukan pada waktu menjelang puncak kepadatannya yaitu pada hari ke-4 dan ke-5. Hal ini dilakukan agar sisa plankton yang tidak termakan masih dapat hidup dan tidak menjadi kotoran karena mati.

3.3.2.18 Pemberian Pakan Alami ke Larva Kerang Mutiara (P. maxima)

1. Kondisi larva diperiksa dengan menggunakan senter untuk memperjelas dalam melihat kondisi larva di bak pemeliharaan larva, hal tersebut bertujuan untuk mengecek apakah larva yang dipelihara masih hidup atau mati,

2. Pakan alami diambil dari media kultur pakan alami di dalam lab kultur pakan alami dengan menggunakan gelas ukur volume 5000 ml dan volume 2000 ml (bergantung dengan volume pakan alami yang dibutuhkan) tapi terlebih dahulu pakan alami tersebut disaring dengan menggunakan saringan 53 mikron,

3. Selanjutnya pakan alami siap diberikan ke larva dengan dosis tertentu.

3.3.2.19 Pengendalian Hama dan Penyakit Kerang Mutiara (P. maxima)

1. Pocket net yang berisi induk diangkat dari media gantung pemeliharaan, baik itu dari long line maupun yang digantung di KJA,

2. Pocket net yang berisi induk di bersihkan dengan cara disemprot dengan penyemprot air dengan menggunakan mesin diesel (compressor) ,

3. Induk dikeluarkan dan dibersihkan, setelah itu induk dimasukkan lagi kedalam pocket net yang sudah bersih,

4. Pocket net kembali digantung ke long line pemeliharaan maupun ke KJA.

1. Media berupa kotak sterofoam berukuran 30x40x25 cm dengan bagian diberi es batu yang di bungkus dengan kertas koran kemudian diberi sekat dari bambu dan handuk yang merupakan alas paling dasar di bawah kolektor.

2. Aerasi pada bak dimatikan, lalu spat kolektor dikeluarkan dari bak dengan memotong tali gantungan dan pemberat yang menempel pada kolektor. 3. Kondisi spat diamati dan dilakukan penghitungan kepadatan spat tiap

kolektor.

4. Kotak sterofoam yang telah terisi di tutup rapat.

Dalam dokumen Satuan Laporan Tugas Akhirku (Halaman 42-50)

Dokumen terkait