• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Induce Spawning (Rangsang Pemijahan)

Dalam dokumen Satuan Laporan Tugas Akhirku (Halaman 53-59)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.3 Teknik Induce Spawning (Rangsang Pemijahan)

A. Hasil

N o Kelamin Panjang Cangkang Lebar Cangkang Panjang Engsel Berat Waktu penyuntikan Waktu Pemijahan TKG 1 Betina 18,5 cm 17,4 cm 12,4 cm 600 gr 08. 50 Tidak II 2 Betina 17,3 cm 18,7 cm 13,5 cm 930 gr 08. 52 14. 20 II 3 Jantan 20 cm 19,5 cm 12,2 cm 850 gr 08. 54 13. 50 III 4 Betina 18,3 cm 17,2 cm 13,1 cm 675 gr 08. 56 14. 05 II 5 Betina 15 cm 15,5 cm 9,8 cm 450 gr 08. 58 14. 10 III 6 Jantan 14,4 cm 12,7 cm 9,3 cm 380 gr 09. 00 13. 50 III 7 Betina 14 cm 16 cm 12,1 cm 530 gr 09. 02 Tidak II 8 Jantan 18,5 cm 16,7 cm 11,7 cm 690 gr 09. 04 14.00 III

Jumlah Telur yang Dihasilkan 12.328.000 butir Jumlah Telur yang Terbuahi 4.976.000 butir

B. Pembahasan

Proses pemijahan yaitu proses pengeluaran sel telur oleh induk betina dan spermatozoa oleh induk jantan yang diikuti dengan perkawinan (mempertemukan spermatozoa dan telur P. maxima). Induk kerang mutiara yang mendapatkan perlakuan teknik pemijahan dengan injeksi hormon hCG tidak harus mempunyai TKG tidak kurang dari 80 %, karena melalui teknik ini, induk bisa mengalami pemijahan walaupun memiliki TKG kurang dari 80 %. Teknik rangsang pemijahan yang dilakukan adalah teknik injeksi hormon hCG (hormon Chorionic

Gonadotropin). Teknik ini dilakukan dengan cara menginjeksi hormon hCG

kebagian pangkal gonad induk kerang mutiara, dimana pada saat induk kerang mutiara membuka cangkangnya, tang dimasukkan kedalam celah cangkang lalu induk diangkat dari air. Dengan menggunakan spoit 5 ml, larutan hormon hCG disuntikkan ke bagian pangkal gonad induk jantan dan betina. Induk yang telah disuntik dimasukkan ke bak pemijahan, kemudian dilakukan sirkulasi (penggantian air) agar dapat merangsang terjadinya pemijahan. Kerang mutiara mulai menunjukkan aktivitas pemijahan 5 jam setelah dilakukan penyuntikan.

Dari tabel 7, dapat dilihat bahwa dari 8 induk (3 jantan dan 5 betina) yang di injeksi hormon hCG, hanya 6 (3 jantan dan 3 betina) yang memijah, serta dari 12.328.000 butir telur yang dihasilkan, hanya 4. 976.000 butir yang terbuahi. Hal tersebut terjadi akibat kualitas dari spermatozoa jantan yang kurang baik, dimana spermatozoa menggumpal sehingga banyak telur yang tidak terbuahi. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh rendahnya tingkat kematangan gonad induk yang digunakan. Faktor lain yang berpengaruh terhadap keberhasilan induce

spawning dengan injeksi hCG ini adalah penanganan induk sebelum pemijahan.

Namun demikian, hasil ini membuktikan bahwa penggunaan metode injeksi hormon hCG mampu merangsang terjadinya pemijahan meskipun induk memiliki tingkat kematangan gonad dibawah 80%. Hal ini disebabkan karena hCG dipercaya mempunyai fungsi yang sama dengan LH (Luteinizing Hormone) dalam sel theca untuk merangsang terjadinya ovulasi. Pernyataan ini sesuai pendapat Adinegara (2006) bahwa hormon gonadotropin yang tersedia dalam bentuk FSH dan hCG mempunyai cara kerja langsung memicu ovuarium. hCG mempunyai peran yang serupa dengan LH dalam memicu pelepasan ovum, dimana induksi ovulasi tidak hanya digunakan untuk stimulasi pertumbuhan folikel saja, namun juga untuk inisiasi terjadinya ovulasi. Lebih lanjut diuraikan bahwa HCG berperan dalam pemecahan dinding folikel saat akan terjadi ovulasi. LH (Luteinizing Hormone) adalah hormon perangsang ovulasi yang kuat, hCG memiliki potensi LH. Fungsi LH dalam sel theca akan merangsang prostaglandin

(PGE) dan PGF2α dari asam arakidonat. PGF2α juga mempunyai peran penting

4.4 Penanganan Telur Kerang Mutiara (P. maxima) a. Hasil

Tabel 8. Fekunditas, Persentase Telur Terbuahi dan Menetas pada Pemijaha Kerang Mutiara dengan Penyuntikan Hormon hCG.

Kelangsungan Hidup Telur Jumlah Satuan

Fekunditas 17997,08 Butir/Gram

Jumlah Telur yang Terbuahi (FR) 40,36 %

Jumlah Telur yang Menetas (HR) 53,26 %

b. Pembahasan

Dari tabel 8, dapat dilihat bahwa fekunditas yang diperoleh dari induk kerang mutiara yang dipijahkan dengan metode penyuntikan hormon hCG, hanya 17997,08 butir/gram, Jumlah Telur yang Terbuahi (FR) hanya 40,36% dan Jumlah Telur yang Menetas (HR) hanya 53,26%. Hal tersebut terjadi akibat kualitas dari spermatozoa jantan yang kurang baik, dimana spermatozoa menggumpal sehingga banyak telur yang tidak terbuahi (FR) dan yang menetas (HR). Hal ini kemungkinan besar juga disebabkan oleh rendahnya tingkat kematangan gonad induk yang digunakan.

Telur yang terbuahi akan berbentuk bulat sempurna sementara yang tidak terbuahi akan berbentuk agak lonjong. Telur kerang mutiara memiliki ukuran antara 50 µm – 60 µm dan berwarna kuning kecoklatan. Pada awal pembuahan telur yang sudah fertil maupun yag belum fertil bergabung menjadi satu pada badan air. Hal ini sesuai dengan pernyataan Winanto (2004), proses pembuahan terjadi segera setelah kedua induk memijah (induk jantan mengeluarkan

spermatozoa dan induk betina telah mengeluarkan sel telur). Telur-telur yang belum dibuahi bentuknya lonjong yang menyerupai biji jeruk, sedangkan yang telah terbuahi berbentuk bulat dengan diameter antara 56 µm – 65 µm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Perbedaan Telur Kerang Mutiara yang Terbuahi dan yang Tidak Terbuahi.

Sel telur yang telah terbuahi cenderung berada di dasar bak untuk 1-2 hari, setelah itu telur akan naik ke permukaan. Telur yang tidak terbuahi atau telah mati maka embrionya tersebut tidak akan berkembang (perkembangannya akan berhenti pada saat fase telur tersebut mati) dan telur yang telah mati tersebut akan terjadi penyusutan volume, maka dari itu perlu adanya seleksi telur agar telur yang telah mati tidak mengganggu perkembangan telur yang hidup.

Seleksi telur dilakukan dengan cara membuka kran outlet dari bak larva dan spat lalu pada bagian ujung outlet diletakkan baskom yang berisi plankton net yang disusun secara bertingkat dengan ukuran 100 µm, 80 µm, 60 µm, 48 µm, 30 µm dan 25 µm secara berurutan (Gambar 7). Fungsi dari penggunaan plankton net tersebut diantaranya adalah untuk menyaring kotoran-kotoran yang ada pada bak larva, menyaring telur yang telah mati dan juga agar telur yang hidup tidak

Telur yang tidak terbuahi bentuknya agak lonjong Telur yang terbuahi bentuknya agak bulat

ikut terbuang. Kotoran-kotoran yang ada akan tersaring pada plankton net yang berukuran 100 µm. Pemisahan antara telur yang terbuahi dan yang tidak terbuahi, dilakukan dengan cara telur yang terbuahi akan tersaring ke plankton net yang berukuran > 30 µm, sedangkan telur yang tidak terbuahi akan berada di plankton net yang < 30 µm karena telur yang tidak terbuahi akan mengalami penyusutan diameter telur.

Gambar 7. Penyusunan Plankton Net Penyaringan Telur Kerang Mutiara (P.

maxima).

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penanganan larva adalah kualitas air terutama suhu. Karena jika suhu terlalu dingin (rendah) maka perkembangan larva akan lambat bahkan dapat mematikan larva, begitupun jika suhunya terlalu panas (tinggi), larva kerang mutiara akan mati.

Untuk mengetahui fekunditas (jumlah telur yang dihasilkan oleh induk kerang mutiara), maka perlu dilakukan penghitungan jumlah telur. Penghitungan telur ini dilakukan dengan metode volumetrik. Pengambilan sampel telur dilakukan dengan menggunakan pipet tetes. Cara perhitungannya adalah sampel yang telah dipadatkan jumlahnya diambil sebanyak 1 ml dengan menggunakan pipet tetes dibeberapa titik. Sebelum pengambilan sampel, sebaiknya air diaduk dengan spatula atau diaerasi agar pengambilan sampel merata. Setelah itu

masukkan telur yang akan disampling ke dalam sedgwick rafter, lalu diamati dibawah mikroskop dan dilakukan penghitungan jumlah telurnya (Gambar 8).

Gambar 8. Penghitungan Telur Kerang Mutiara (P. maxima).

Dalam dokumen Satuan Laporan Tugas Akhirku (Halaman 53-59)

Dokumen terkait