• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemeliharaan Larva dan Spat Kerang Mutiara (P. maxima)

Dalam dokumen Satuan Laporan Tugas Akhirku (Halaman 60-70)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6 Pemeliharaan Larva dan Spat Kerang Mutiara (P. maxima)

6. Trocopord 5 jam setelah

pembuahan

Proses pembelahan sel terjadi setelah 40 menit dari pembuahan, atau setelah penonjolan polar I, polar II. Lima menit kemudian sel mulai membelah menjadi dua, 13 menit kemudian sel membelah menjadi empat, pembelahan berikutnya menjadi 8 sel, 16 sel dan sel terus menerus menjadi multi sel atau stadia morula setelah 2,5 jam. Pada setiap mikromernya berkembang silia kecil-kecil yang berfungsi membantu embrio bergerak. Stadia blastula dicapai setelah larva berumur 3,5 jam, gerakannya aktif berputar-putar. Pada stadia gastrula (7 jam) bentuknya seperti kacang hijau, bersifat photo-negatif dan bergerak-gerak dengan menggunakan silia. Beberapa menit setelah silia menghilang, maka berakhirlah fase grastula dan mengalami metamorphosis menjadi trochopore, ditandai dengan adanya flagella tunggal pada bagian anterior yang berfungsi untuk bergerak.

4.6 Pemeliharaan Larva dan Spat Kerang Mutiara (P. maxima)

Gambar 9. Kurva Jumlah Larva dari Fase ke Fase.

B. Pembahasan

Pemeliharaan larva bertujuan untuk mendapatkan pertumbuhan larva yang optimal dengan tingkat kelangsungan hidup (SR) yang tinggi. Berdasarkan gambar grafik diatas, dapat dilihat bahwa dari beberapa fase yang dilewati oleh larva, yang paling tinggi tingkat mortalitasnya yaitu pada fase pediveliger, karena pada fase tersebut, larva kerang mutiara mulai mencari tempat untuk melekat atau menempel dan pada fase plantigrade larva akan mengalami fase transisi dari larva yang bersifat planktonis menjadi larva yang bersifat penempel.

Pemeliharaan larva dilakukan didalam bak fiber glass yang berkapasitas 500 liter. Tempat pemeliharaan larva diupayakan tenang dan dalam keadaan gelap, sehingga diharapkan bisa mengurangi gangguan yang dapat menimbulkan stress. Selama proses pemeliharaan dilakukan, pergantian air media pemeliharaan setiap 3 hari sekali sebanyak 50% - 100% dengan cara menyaring larva menggunakan plankton net. Pada fase ini larva sudah mulai diberi aerasi yang

4.976.000 2.650.000 1.332.000 936.000 6.800 0 0 0 0 0 -1.000.000 2.000.000 3.000.000 4.000.000 5.000.000 6.000.000 jumlah larva hari ke- (fase)

kecil. Tujuan dari pemberian aerasi tersebut adalah untuk menambah kadar oksigen terlarut dalam air media pemeliharaan. Selain itu aerasi juga membantu agar pakan yang diberikan dapat menyebar secara merata sehingga larva dapat dengan mudah memperoleh makanan. Padat penebaran larva yaitu 4 sel/ml atau 4000 sel/liter. Sehingga jumlah larva per bak fiber 500 liter adalah 2.000.000 ekor.

Adapun ciri-ciri dari larva yang baik yaitu larva bergerak aktif, berada di permukaan dan aktif untuk makan. Menurut Winanto dan Dhoe (1998) dalam Anindiastuti et al. (2001), larva yang sehat dicirikan oleh keaktifannya bergerak, distribusi dan warna bagian perutnya. Untuk pengontrolan larva dapat dilakukan setiap hari baik pengamatan secara langsung maupun melalui mokroskop. Pengamatan langsung dapat dilakukan dengan menggunakan senter dan dilihat kepadatan larvanya dan jika menggunakan mikroskop, maka dengan menggunakan bantuan sedgwick rafter.

Pemeliharaan larva seperti di atas dilakukan ± 20 hari. Menurut Anindiastuti et al. (2001), setelah larva mencapai stadia pediveliger (18-20 hari dan berukuran 200 µm x 190 µm), larva mulai mencari tempat untuk menempel.

Gambar 10. Larva Kerang Mutiara (P. maxima) yang Telah Diberi Spat Collector (a) Tampak Atas, (b) Tampak Samping.

Cara makan kerang mutiara yaitu bersifat filter feeder, karena hidupnya menetap maka kebutuhan akan makanannya sangat bergantung dari pakan yang

diberikan, dimana pakan untuk kerang mutiara antara lain Pavlova luthery,

Isochrysis sp., dan Chaetoceros sp. Pemberian pakan alami yang baik adalah

pada waktu menjelang puncak kepadatannya, yaitu pada hari ke-4 dan ke-5, sebelum pemberia pakan terlebih dahulu dilakukan pengecekan terhadap kepadatan plankton hasil kultur, kondisi larva dan spat.

Pengecekan kepadatan plankton bertujuan untuk mengetahui berapa liter pakan yang harus diberikan kelarva agar larva tidak kekurangan makanan, sedangkan pengecekan kondisi larva dilakukan untuk mengukur kurang tidaknya pakan yang diberikan. Ada beberapa warna yang dapat digunakan untuk mengetahui apa larva atau spat tersebut kekurangan makanan atau tidak. Jika larva kerang mutiara tersebut berwarna putih atau pucat maka larva kerang mutiara tersebut kekurangan makanan dan jika warna larvanya coklat atau hijau tua, maka larva tersebut telah mendapatkan makanan yang cukup. Menurut Loosanoff dan Davis (1963) dalam Anindiastuti et al. (2001), warna larva kerang mutiara dapat bervariasi bergantung dari jenis pakan yang dikonsumsinya, tetapi larva kerang mutiara yang sehat biasanya berwarna coklat keemasan, terutama dibagian saluran pencernaan. Pada fase awal warna larva dapat berubah drastis bila mengkonsumsi pakan yang berbeda. Namun seiring dengan pertumbuhan larva dan cangkangnya semakin bertambah tebal, maka pengaruh warna pakan tidak terlihat lagi.

Dosis pakan alami yang diberika bergantung dari stadianya. Banyaknya pakan alami yang diberikan bergantung dari kepadatan pakan alami per mililiternya (ml). Banyaknya pakan alami yang diberikan ke dalam bak

pemeliharaan larva yang diberikan dalam sehari (2 kali pemberian). Karena frekuensi pemberian pakan sehari 2 kali, maka dalam setiap pemberiannya diberikan 50% dari total pakan yang harus diberikan seharinya.

Setelah larva kerang mutiara sudah berumur lebih dari 30 hari, maka kegiatan selanjutnya adalah pemanenan spat, merupakan tahapan akhir dari kegiatan pembenihan kerang mutiara. Biasanya, spat di panen pada ukuran 3-5 mm. Beberapa alat dan bahan yag akan digunakan untuk pemanenan spat diantaranya gunting, sterofoam, isolatip, koran, es batu, bambu dan handuk.

4.7 Kualitas Air untuk Larva Kerang Mutiara (P. maxima) A. Hasil

Adapun parameter kualitas air yag baik untuk perkembangan larva kerang mutiara, dapat dilihat pada Tabel 10 berikut ini.

Tabel 10. Tabel Kualitas Air untuk Kerang Mutiara (P. maxima)

Parameter (Parameters) Satuan (unit) Kisaran nilai (value range)

Suhu / Temprature oC 27 – 29 Oksigen Terlarut / DO (Dissolve Oxigen) mg/L 4,23 – 5,66 pH - 8,18 – 8,30 Salinitas / Salinity ppt 33 – 34 PO4 ppm 0,045 – 0,168 NH3 ppm 0,013 – 0,280 NO2 ppm 0,009 – 0,068 NO3 ppm 0,038 – 0,280 Sumber : BBRPBL Gondol, 2011. B. Pembahasan

Pergantian air idealnya dilakukan dua hari sekali dengan cara menyaring larva dengan menggunakan planktonet atau saringan telur. Pemasangan saringan

dilakukan secara berurutan dimana saringan dengan ukuran lebih besar berada diatas diikuti saringan yang lebih kecil (Winanto et al., 2004).

Alagarswami et al. (1987) menyatakan bahwa larva yang mengendap di dasar air media pemeliharaan dan tertinggal stadia sebaiknya dibuang karena akan berpengaruh terhadap pertumbuhan larva yang lain. Melalui proses penyaringan larva tersebut akan diketahui larva yang berenang aktif akan berada di permukaan air media dan larva yang mengendap di dasar merupakan larva yang tidak aktif.

Pemanenan spat, merupakan tahapan akhir dari kegiatan pembenihan kerang mutiara. Bias anya, spat di panen pada ukuran 3-5 mm. Beberapa alat dan bahan yag akan digunakan untuk pemanenan spat diantaranya gunting, sterofoam, isolatip, koran, es batu, bambu dan handuk.

4.8 Kultur Pakan Alami Kerang Mutiara (P. maxima) A. Hasil

Tabel 11. Pertumbuhan Pakan Alami untuk Kerang Mutiara (P. Maxima). Umur

(hari)

Kepadatan Sel Plankton ( x 103 sel/ml)

Isochrysis galbana Chaetoceros sp. Pavlova lutheri Isochrysis tahiti

1 1.800 1.480 1.800 1.800 2 2.080 2.640 1.920 1.980 3 2.800 3.220 4.020 2.780 4 4.080 4.240 5.380 2.880 5 4.800 8.000 4.240 2.900 6 4.840 8.640 2.500 2.940

Adapun pertumbuhan plankton dapat dilihat pada Gambar 11. K e p a d a t a n P a k a n

Gambar 11. Kurva Pertumbuhan Phitoplankton

B. Pembahasan

Kultur pakan alami merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dalam rangka menyediakan makanan yang sesuai bagi kebutuhan larva dan induk dengan jumlah yang memadai. Inokulan yang digunakan dalam kultur pakan alami phytoplankton merupakan hasil dari kultur murni pakan alami jenis Isochrysis

galbana, Chaetoceros sp, dan Pavlova lutheri yang diperoleh dari laboratorium

Bioteknologi. Kultur murni ini diambil setiap seminggu sekali. Inokulan yang diambil biasanya 500 ml dan 1000 ml.

Untuk memenuhi kebutuhan larva, kultur pakan alami dilakukan secara semi massal. Kultur ini dilakukan pada galon dengan kapasitas 10 liter hingga 20 liter. Pemberian pupuk dalam media kultur algae adalah suatu keharusan mengingat pupuk merupakan sumber nutrisi yang dibutuhkan algae untuk pembelahan sel. Pemberian pupuk akan mempersubur air laut sebagai media kultur sehingga algae dapat tumbuh lebih cepat dalam waktu yang singkat. Jenis

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 1 2 3 4 5 6 7 8 Umur (Hari)

formula pupuk yang digunakan di BBRPBL Gondol – Bali untuk kultur pakan alami (phytoplankton) adalah pupuk Na Medium atau KW 21.

Pemberian pupuk/nutrient dalam media kultur algae adalah suatu keharusan, dimana pupuk merupakan sumber nutrient yang dibutuhkan algae untuk pembelahan sel. Pemberian pupuk/nutrient akan mempersubur air laut sebagai media kultur sehingga algae dapat tumbuh lebih cepat dalam waktu yang singkat. Jenis formula pupuk yang digunakan di BBRPBL Gondol – Bali untuk kultur pakan alami (phytoplankton) adalah pupuk Na Medium atau KW 21. Pupuk ini didatangkan dari jepang karena lebih praktis, efisien dan lebih murah harganya. Gambar dan komposisi pupuk KW 21 dapat dilihat pada Gambar 12.

Saat ini, kegiatan kultur pakan alami di BBRPBL Gondol hanya menggunakan pupuk KW 21. Pupuk ini lebih efisien jika dibandingkan dengan menggunakan pupuk buatan sendiri.

Gambar 12. Pupuk KW 21.

Pemanenan phytoplankton yang baik dilakukan pada waktu menjelang puncak kepadatannya yaitu pada hari ke-4 dan ke-5. Hal ini dilakukan agar sisa plankton yang tidak termakan masih dapat hidup dan tidak menjadi kotoran karena mati.

4.9 Pengendalian Hama dan Penyakit Kerang Mutiara (P. maxima)

Hama dan penyakit dapat menyebabkan proses budidaya menjadi gagal, pertumbuhan tiram dapat terganggu bahkan dapat mematikan tiram, untuk itu perlu dilakukan pengendalian. Hama umumnya menyerang bagian cangkang. Hama tersebut berupa jenis teritip, cacing dan polichaeta yang mampu mengebor cangkang tiram. Hama yang lain berupa hewan predator, seperti gurita dan ikan sidat. Upaya pencegahan dengan cara membersihkan hama-hama tersebut dengan manual pada periode waktu tertentu.

Salah satu upaya yang sering dilakukan agar benih tiram mutiara terhindar dari serangan penyakit yakni dengan melakukan control atau pembersihan biofouling yang menempel pada pocket net, ini dilakukan sebulan sekali.

Penyakit tiram mutiara umumnya disebabkan parasit, bakteri, dan virus. Parasit yang sering ditemukan adalah Haplosporidium nelson. Bakteri yang sering menjadi masalah antara lain Pseudomonas enalia, Vibrio anguillarum dan

Achromobacter sp. Sementara itu, jenis virus yang biasanya menginfeksi tiram

mutiara adalah virus herpes.

Cara Penanggulangan

1. Organisme penempel

Dengan jalan membersihkan secara periodik permukaan cangkang, keranjang pemeliharaan, atau sarana budidaya lainnya.

Teknik yang lain adalah dengan menggantungkan keranjang pemeliharaan pada kedalaman lebih dari 5 m, utamanya selama musim puncak penempelan teritip (Balanus sp.). Penjemuran tiram mutiara secara

periodik pada panas matahari selama beberapa menit dapat membunuh larva organisme penempel. Perendaman dengan air tawar, larutan garam pekat juga efektif membunuh organisme penempel.

2. Organisme pengebor

Jenis Polichaeta mudah dibunuh dengan cara merendam tiram dalam air tawar selama 60 menit. Perlakuan lain yaitu dengan mengolesi cangkang dengan larutan formalin 1%, kemudian direndam dalam air tawar selama beberapa waktu dan segera dikembalikan ke tempat pemeliharaan.

3. Predator

Pemantauan secara periodik pada sarana pemeliharaan dan membersihkan predator secara manual. Pada pemeliharaan spat, digunakan jaring atau waring untuk menutupi atau melapisi keranjang pemeliharaan, sehingga spat terhindar dari serangan predator seperti ikan.

Dalam dokumen Satuan Laporan Tugas Akhirku (Halaman 60-70)

Dokumen terkait