Pendahuluan
Kualitas hidup serta kinerja yang dihasilkan oleh suatu makhluk hidup multiseluler sangat ditentukan oleh kualitas dan fungsionalitas organ-organ tubuh. Kualitas dan fungsionalitas organ-organ ini akan menentukan tingkat pertumbuhan dan perkembangan, kesehatan, dan daya hidup setelah lahir sampai dewasa. Kualitas dan fungsionalitas organ-organ tubuh pada periode setelah lahir sangat ditentukan oleh tingkat pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tersebut selama organogenesis pada periode embrional kebuntingan sampai ke proses pematangan pada fase perkembangan fetus dan setelah lahir sampai penyapihan. Kualitas lingkungan yang mendukung proses pertumbuhan dan perkembangan anak selama di dalam kandungan dan selama periode prasapih sangat menentukan tingkat perkembangan organ dan fungsionalitasnya yang pada akhirnya akan menentukan kualitas hidup individu tersebut pada masa dewasa.
Pertumbuhan pada fase embrio sangat dipengaruhi oleh kesiapan endometrium uterus untuk menyediakan makanan dan senyawa lain (faktor pertumbuhan dan hormon) yang selanjutnya akan memandu perkembangan embrio (Pope, 1988; Gandolfi et al. 1992; Satterfield et al. 2009; Gad et al. 2011). Kesiapan endometrium uterus untuk memandu perkembangan embrio diawali oleh hormon kebuntingan, terutama estrogen dan progesteron yang selanjutnya akan mempengaruhi pemrograman prenatal pertumbuhan hewan mamalia, yang bisa bersifat permanen dan dapat diidentifikasi sebagai suatu fenomena terukur pada masa hidup selanjutnya (Gill et al. 1998). Pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir sangat ditentukan oleh periode pertumbuhan selama di dalam kandungan. Pada periode inilah dibentuk dan dibangun organ-organ tubuh yang akan menopang dan mendukung fungsi-fungsi tubuh selanjutnya setelah lahir. Jika proses pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh selama di dalam kandungan ini terganggu maka kualitas hidup anak setelah lahir akan terganggu juga sehingga akan mengganggu pertumbuhan dan kesehatan sampai dewasa.
Bertumbuh dan berkembang merupakan aktivitas fisiologis yang penting di dalam suatu peternakan karena hal ini berkaitan erat dengan tingkat produktivitas. Produktivitas yang tinggi disebabkan oleh pertumbuhan dan perkembangan ternak yang maksimal. Pada kenyataannya, produktivitas ternak babi sebagai hewan politokus masih belum optimal, dilihat dari rendahnya efisiensi produksi yaitu rendahnya jumlah dan bobot anak yang lahir serta rendahnya pertumbuhan (Kapell et al. 2011; Quesnel et al. 2008). Anggapan utama dari rendahnya efisiensi produksi disebabkan oleh faktor yang berkaitan dengan sistem reproduksi betina, yaitu rendahnya rasio antara hormon-hormon kebuntingan (estrogen dan progesteron) (Bazer et al. 2014). Pada tahapan lepas sapih, pertumbuhan dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya genetik, bobot lahir, produksi susu induk, jumlah anak perkelahiran (littersize), umur induk, jenis kelamin anak, dan umur sapih. Sementara itu, pertumbuhan setelah disapih ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain potensi pertumbuhan dari masing-masing individu ternak dan
37 pakan yang tersedia. Sementara pola pertumbuhan ternak tergantung pada sistem manajemen yang dipakai, kesehatan, iklim, dan tingkat nutrisi pakan yang tersedia (Yuan et al. 2015).
Terdapat perbedaan respons terhadap pengaruh lingkungan pada setiap individu dalam suatu bangsa, seperti nutrisi/pakan, genotipe, hormon, lingkungan fisik, dan manajemen (Van Dijk et al. 2010; Hare etal. 2006; Dumas etal. 2006). Perbedaan respons ini mengakibatkan perbedaan laju pertumbuhan. Jenis, komposisi kimia dan konsumsi pakan mempunyai pengaruh yang besar terhadap pertumbuhan (Hlatini et al. 2016). Konsumsi protein dan energi yang tinggi akan menghasilkan laju pertumbuhan yang lebih cepat (Nieto et al. 2015). Pengaruh nutrisi pada pertumbuhan akan lebih besar bila perlakuannya dimulai sejak awal periode pertumbuhan. Jadi pertumbuhan ternak dapat dimanipulasi dengan lingkungan yang berbeda (Thornton, 2010; Salifua dan Birteeb 2013) termasuk nutrisi dan hormon (Yuan et al. 2015).
Selama pertumbuhan dan perkembangan, organ-organ tubuh secara kumulatif mengalami pertambahan bobot sampai mencapai kedewasaan. Organ- organ tubuh bertumbuh sesuai fungsinya, sehingga mencapai pertumbuhan maksimal, dengan kecepatan pertumbuhan yang berbeda pula. Usaha perbaikan pertumbuhan dan penggemukan ternak babi telah banyak dilakukan dengan prinsip memberikan perlakuan selama pertumbuhan, agar memperoleh nilai tambah yang besar bagi peternakan dalam bentuk pertambahan bobot badan ternak.
Pada pemotongan seekor ternak dihasilkan karkas dan offals (bagian non karkas) baik yang dapat dimakan (edible), maupun yang tidak dapat dimakan (non edible). Menurut Jayathilakan et al. (2012), komponen non karkas yang dapat dimakan (edible offal) adalah lidah, jantung, hati, paru-paru, otak, saluran pencernaan, dan limpa, sedangkan tanduk, kuku, tulang dahi atau tulang kepala adalah termasuk bagian yang tidak dapat dimakan (non edible offal). Penjumlahan antara bobot karkas dan non karkas merupakan bobot badan ternak. Ternak babi yang dilahirkan dengan bobot badan yang tidak merata atau tidak seragam selain mempengaruhi daya tahan hidup, akan mempengaruhi performa pertumbuhan (Yuan et al. 2015). Dengan demikian, bobot badan lahir menjadi faktor penting yang mempengaruhi pertumbuhan anak sampai usia dewasa.
Pertumbuhan dan perkembangan anak setelah lahir sangat ditentukan oleh kualitas dan fungsionalitas organ-organ tubuh yang berkembang selama periode kebuntingan dan prasapih. Fungsi organ-organ tubuh yang tidak optimum akan mengganggu fungsi tubuh secara keseluruhan, termasuk pertumbuhan, kesehatan, reproduksi, dan produksi. Perbedaan tingkat pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh yang dicapai setelah lahir oleh setiap individu inilah yang akhirnya menimbulkan perbedaan respons individu ternak terhadap pengaruh lingkungan, seperti kualitas pakan dan nutrisi, lingkungan fisik, dan manajemen (Van Dijk et al. 2010; Hare et al. 2006; Dumas et al. 2008). Perbedaan respons yang disebabkan oleh fungsionalitas organ-organ tubuh ini pada akhirnya akan menyebabkan perbedaan dalam laju pertumbuhan, kesehatan, dan daya hidup.
Salah satu cara untuk memperbaiki performans anak babi ialah dengan meningkatkan sekresi endogen hormon-hormon kebuntingan pada induk melalui penggunaan hormon seperti luteinizing hormone (LH) dan follicle stimulating hormone (FSH) atau melalui produk tiruannya seperti pregnant mare serum
38
gonadotropin (PMSG) dan human chorionic gonadotropin (hCG) (Manalu et al. 1996; Manalu et al. 2000; Mege et al. 2006, Lapian et al. 2013). PMSG dan hCG sebagai hormon eksogen lebih unggul dibanding dengan hormon eksogen lainnya dari segi waktu paruh, harga dan ketersediaan. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa dengan penyuntikkan PMSG dan hCG pada induk sebelum pengawinan dapat memperbaiki pertumbuhan dan perkembangan uterus dan plasenta (Mege et al. 2007), kualitas embrio (Wu et al. 2013), performans anak yang dilahirkan pada ternak domba (Manalu et al. 1998), dan babi (Mege et al. 2006).
Penelitian ini dirancang untuk mengamati bobot karkas dan mempelajari bobot organ-organ anak babi pada usia dewasa yang dilahirkan oleh induk yang disuntik gonadotropin sebelum pengawinan untuk memperbaiki lingkungan uterus selama kebuntingan yang pada akhirnya diharapkan akan memperbaiki pertumbuhan prenatal yang menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuh. Pertumbuhan organ-organ tubuh yang optimum akan mendukung fungsi-fungsi tubuh yang optimum sehingga akan menghasilkan individu yang dapat tumbuh, berkembang, dan hidup baik, sehat, cerdas, dan berdaya hidup tinggi walaupun lingkungan kurang optimum.
Materi dan Metode
Ternak babi yang digunakan berasal dari keturunan Landrace yang ada di Perusahaan peternakan babi CV.Wailan, Kota Tomohon, Provinsi Sulawesi Utara yang digunakan pada penelitian tahap 1 yaitu 32 ekor babi dara sebagai calon induk yang diberi perlakuan berdasarkan pertimbangan kesejahteraan hewan. Babi dara dalam penelitian ini dipilih pada kondisi berahi kedua setelah pubertas. Penyerentakan berahi dilakukan dengan penyuntikan 1ml prostaglandin (PGF2α)
(Lutalyse, Intervet, Belanda), sebanyak 2 kali dengan interval waktu 14 hari. Pada penyuntikan PGF2α yang kedua, atau 3 hari sebelum berahi, 16 calon induk
disuntik dengan NaCl fisiologis 0.9% sebagai kontrol, dan 16 calon induk lainnya disuntik hormon pregnant mare serum gonadotropin (PMSG) dan human chorionic gonadotropin (hCG) (PG 600, Intervet, Belanda) secara intramuskular, dengan dosis 600 IU per induk. Setelah babi menampakkan gejala berahi, pejantan dimasukkan ke dalam kandang untuk mengawini betina yang berahi. Induk dipelihara pada kandang terpisah sampai partus dan anak-anak yang dihasilkan dipelihara sampai umur dewasa.
Pengamatan organ dalam tubuh dilakukan pada anak babi saat berusia 150 hari. Euthanasia dilakukan pada 8 ekor anak setelah dipuasakan terlebih dahulu, yang terdiri atas 4 anak dari induk pada kelompok kontrol, dan 4 anak dari kelompok perlakuan. Anak yang dieuthanasia ini dipilih dari litter size 8, dengan bobot tubuh sekitar 85 kg. Ternak diberi pakan yang sama sesuai dengan yang ada di perusahaan, diberikan dua kali sehari, dan air minum tersedia ad libitum. Data organ dalam tubuh yang diamati dalam penelitian ini ialah bobot otak, jantung, hati, ginjal, limpa, paru-paru, usus, ovarium dan testis. Data diperoleh dengan penimbangan bobot tubuh dengan menggunakan timbangan ternak dengan kapasitas 500 kg. Penimbangan karkas dilakukan dengan menggunakan timbangan duduk jarum dengan kapasitas 100 kg, dan penimbangan organ
39 menggunakan timbangan digital dengan kapasitas 7.5 kg. Persentase bobot organ terhadap bobot tubuh anak yang dieuthanasia kemudian dihitung.
Data bobot karkas dan organ dalam tubuh yang diukur disajikan dalam nilai rataan ± standard error. Data dianalisis secara statistik dengan menggunakan uji t dua sampel independen, dengan tingkat signifikansi α=5%. Semua data diolah dengan menggunakan perangkat lunak komputer program SPSS 20.
Hasil dan Pembahasan Persentase Bobot Karkas
Karkas adalah bagian dari tubuh ternak setelah dipisahkan dari darah, kepala, keempat kaki bagian bawah, kulit, paru-paru, tenggorokan, saluran pencernaan, saluran urin, jantung, limpa, hati dan jaringan-jaringan lemak yang melekat pada bagian-bagian tersebut (Lawrie 1995; Soeparno 2005). Mourad et al. (2001) dan Mc Meekan (2009) menyatakan bahwa komposisi utama dari karkas adalah jaringan urat daging, tulang dan lemak, yang mempunyai kecepatan pertumbuhan yang berbeda-beda. Adapun persentase karkas menurut Kariasa dan Ilham (2000) merupakan perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100%.
Rataan umum persentase bobot karkas dalam penelitian ini adalah 70.785±1.444%. Anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG memiliki persen bobot karkas sebesar 71.898±0.957%, sedangkan anak yang dilahirkan leh induk yang disuntik NaCl fisiologis memiliki bobot karkas 69.673±0.808% dari bobot tubuh. Analisis statistik menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0.05), di mana anak yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG memiliki persentase bobot karkas yang lebih besar dibandingkan kontrol (Tabel 4.1). Persentase karkas pada ternak babi cukup tinggi, yaitu mencapai 65- 80% dibandingkan dengan ternak lain (Girisonta 1981). Menurut Lapian et al. (2013) persentase karkas ternak babi umur potong berkisar 68-74%.
Tabel 4.1 Bobot karkas anak babi yang dilahirkan oleh induk kontrol yang disuntik NaCl fisiologis dan PMSG hCG sebelum pengawinan
Parameter Kelompok Rataan
Kontrol PMSG hCG
Bobot tubuh (kg) 85.38 ± 1.676 85.63 ± 2.267 85.50 ± 1.306 Bobot karkas (kg) 59.50 ± 1.475 61.81 ± 2.122 60.66 ± 1.274 Bobot relatif karkas (%) 69.67 ± 0.404a 71.90 ± 0.478b 70.79 ± 0.511 Nilai dalam rataan ± standard error. Superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan secara nyata (P<0.05)
Persentase karkas dipengaruhi oleh bobot karkas, bobot badan, kondisi ternak, bangsa, proporsi bagian-bagian nonkarkas, kualitas ransum, umur, jenis kelamin, dan pengebirian (Davendra 1983). Tabel 4.1 menunjukkan bahwa bobot badan absolut anak babi yang dieutanasi memiliki rataan yang sama antarperlakuan. Hal ini menjunjukkan bahwa perbedaan pada persentase bobot karkas bukan dipengaruhi oleh bobot badan anak, namun karena perlakuan
40
penyuntikan induk dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan. Perkembangan otot, lemak, dan tulang yang berbeda-beda menyebabkan berubahnya proporsi dan komposisi tubuh ternak dan karkas. Aberle et al. (2001) menyatakan bahwa faktor utama yang mempengaruhi persentase karkas adalah bobot kepala, darah, total organ bagian dalam, serta isi saluran pencernaan. Pertambahan persentase karkas yang terus terjadi dengan bertambahnya umur disebabkan oleh peningkatan sekresi hormon selama pertumbuhan yang berpengaruh pada pertumbuhan baik tulang, otot, maupun lemak, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan bobot badan, bobot karkas, serta persentase karkas yang dihasilkan. Hormon tersebut merupakan hormon endogen, yaitu estrogen dan progesteron yang meningkat karena penyuntikan induk dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan. Dengan demikian, hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa penyuntikan PMSG dan hCG pada induk sebelum pengawinan dapat meningkatkan persentase karkas anak, di mana pertumbuhan yang terjadi sejak prenatal menghasilkan anak dengan bobot lahir yang lebih besar dibandingkan kontrol. Bobot lahir tersebut berdampak pada pertumbuhan anak sampai dewasa. Karena perbaikan kondisi lingkungan uterus akan mempengaruhi pertumbuhan anak sampai usia dewasa, termasuk bobot karkas dan bobot organ dalam tubuh.
Bobot Organ Dalam Tubuh
Pertumbuhan dan perkembangan ternak merupakan wujud dari pertumbuhan organ-organ yang menyusun tubuh ternak. Pertumbuhan organ-organ tersebut berlangsung dengan kecepatan yang berbeda pada setiap individu sehingga perubahan ukuran bagian-bagian tubuh menghasilkan perbedaan morfologis atau kimiawi, misalnya perbedaan pertumbuhan sel-sel otot, tulang, hati, jantung, ginjal, otak, saluran pencernaan, organ reproduksi, dan paru-paru (Soeparno, 2005).
Bobot badan dan bobot organ babi percobaan disajikan pada Tabel 4.2 dan bobot relatif, yaitu persentase bobot organ dibandingkan dengan bobot badan disajikan pada Tabel 4.3. Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak babi percobaan yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan mempunyai bobot absolut dan bobot relatif usus yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak babi yang dilahirkan oleh induk kontrol (Tabel 4.2 dan Tabel 4.3). Bobot usus pada babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik dengan PMSG dan hCG sebelum pengawinan untuk memperbaiki sekresi endogen hormon kebuntingan yang selanjutnya memperbaiki pertumbuhan perenatal anak secara konsisten mempunyai bobot usus yang lebih tinggi dibandingkan dengan babi yang dilahirkan oleh induk kontrol atau yang hanya disuntik NaCl 0.9%.
Sementara itu, organ-organ lain yang diukur, selain usus, tidak menunjukkan peningkatan bobot yang signifikan lebih tinggi pada anak-anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan dibandingkan dengan yang dilahirkan oleh induk kontrol. Anak-anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan mempunyai otak, jantung, hati, ginjal, limpa, dan paru-paru yang secara numerik relatif lebih besar dengan bobot absolut dan relatif yang lebih tinggi. Hal berbeda
41 ditunjukkan pada anak-anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan mempunyai bobot absolut dan bobot relatif ovarium dan testis yang cenderung lebih rendah (P>0.05) dibandingkan dengan anak babi yang dilahirkan oleh induk kontrol (Tabel 4.2 dan Tabel 4.3).
Kecenderungan peningkatan bobot organ pada anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan tidak mengurangi persentase karkas (Tabel 4.1) dan kualitas karkas. Babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan mempunyai persentase bobot karkas dan kualitas karkas yang lebih baik dibandingkan dengan anak yang dilahirkan oleh induk kontrol (Lapian et al. 2013).
Tabel 4.2 Bobot tubuh dan bobot organ dalam babi pada umur 150 hari pada babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik NaCl 0.9% sebagai kontrol dan induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan
Parameter Kelompok Rataan
Kontrol PMSG-hCG Bobot tubuh (kg) 85.38 ± 1.676 85.63 ± 2.267 85.50 ± 1.306 Bobot otak (kg) 0.123 ± 0.005 0.126 ± 0.004 0.124 ± 0.003 Bobot jantung (kg) 0.300 ± 0.021 0.318 ± 0.022 0.309 ± 0.014 Bobot hati (kg) 2.065 ± 0.133 2.115 ± 0.111 2.090 ± 0.081 Bobot ginjal (kg) 0.292 ± 0.016 0.307 ± 0.021 0.300 ± 0.012 Bobot limpa (kg) 0.130 ± 0.011 0.139 ± 0.014 0.134 ± 0.009 Bobot paru-paru (kg) 0.665 ± 0.063 0.712 ± 0.089 0.688 ± 0.051 Bobot usus (kg) 2.947 ± 0.057A 3.838 ± 0.077B 3.392 ± 0.174 Bobot ovarium (g) 9.950 ± 0.450 9.750 ± 1.150 9.850 ± 0.507 Bobot testis (g) 173.50 ± 8.50 162.50 ± 12.50 168.00 ± 6.94 Nilai dalam rataan ± standard error, A,B superskrip yang berbeda pada baris yang sama
menunjukkan perbedaan signifikan (P<0.01)
Tabel 4.3 Bobot relatif organ dalam babi pada umur 150 hari pada babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik NaCl 0.9% sebagai kontrol dan induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan
Parameter Kelompok Kelompok
Kontrol PMSG-hCG Bobot otak (%) 0.144 ± 0.005 0.148 ± 0.005 0.146 ± 0.004 Bobot jantung (%) 0.345 ± 0.025 0.370 ± 0.017 0.360 ± 0.012 Bobot hati (%) 2.413 ± 0.111 2.465 ± 0.073 2.439 ± 0.062 Bobot ginjal (%) 0.341 ± 0.012 0.358 ± 0.016 0.349 ± 0.010 Bobot limpa (%) 0.151 ± 0.011 0.161 ± 0.013 0.156 ± 0.008 Bobot paru-paru (%) 0.775 ± 0.060 0.825 ± 0.085 0.800 ± 0.049 Bobot usus (%) 3.588 ± 0.055a 4.318 ± 0.077b 3.953 ± 0.145 Bobot ovarium (%) 0.012 ± 0.001 0.011 ± 0.001 0.012 ± 0.000 Bobot testis (%) 0.203 ± 0.002 0.190 ± 0.005 0.197 ± 0.004 Nilai dalam rataan ± standard error, a,b superskrip yang berbeda pada baris yang sama
42
Bobot dan persentase organ dalam tubuh berupa otak, jantung, paru-paru, hati, limpa, dan ginjal dari perlakuan penyuntikan PMSG dan hCG tidak berbeda nyata antara perlakuan dengan kontrol. Hal ini disebabkan karena organ tersebut merupakan organ vital, dalam perkembangannya selama masa pertumbuhan tidak mudah dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Perkembangan sel beberapa organ vital selama masa pertumbuhan selain ditunjang oleh nutrient dari zat makanan, dapat juga dipenuhi dari proses katabolisme energi dan protein dalam tubuh sehingga perkembangan sel organ vital tetap sejalan dengan pertumbuhan ternak. Hal ini sesuai dengan pendapat Kyriazakis dan Whittemore (2006) yang menyatakan bahwa sel pada beberapa organ internal yang sifatnya vital berkembang cepat pada saat prenatal dan pada saat dari lahir hingga masa pertumbuhan perkembangan jumlah serabut sel organ-organ tersebut relatif tetap. McGlone dan Pond (2003) menyatakan bahwa beberapa organ internal yang bersifat vital dalam kehidupan pokok memiliki perkembangan yang lebih awal dibandingkan dengan organ-organ lainnya, sebagai contoh jantung dan organ vital lainnya telah terbentuk pada umur 20 – 21 hari masa kebuntingan.
Secara rinci, anak babi yang dihasilkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan mempunyai bobot relatif otak yang tidak berbeda nyata (P>0.05) dengan penyuntikan NaCl fisiologis, namun secara numerik penyuntikan PMSG dan hCG menunjukan peningkatan bobot otak pada anak. Hal ini disebabkan karena otak sebagai organ vital yang selalu mempertahankan kondisinya tetap stabil dari pengaruh faktor luar tubuh (Kyriazakis dan Whittemore 2006). Walaupun demikian, ukuran otak berkorelasi positif dengan kecerdasan, usia, jenis kelamin, dan perbedaan lingkungan yang akhirnya juga akan membantu kecerdasan dan daya hidup ternak. Individu yang hidup dan berkembang dalam lingkungan yang baik, termasuk lingkungan uterus yang baik selama perkembangan dalam kandungan yang dihasilkan pada penyuntikan gonadotropin sebelum pengawinan pada penelitian ini, diduga akan mempunyai otak dengan ukuran yang lebih besar, yang berkorelasi dengan tingkat kecerdasan (Rushton dan Ankney, 2009). Hewan mamalia yang dipelihara dalam lingkungan yang optimum dan baik akan memiliki otak yang lebih besar dibandingkan dengan hewan yang dipelihara dalam lingkungan yang buruk (Diamond, 1988).
Anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan mempunyai bobot jantung relatif yang tidak berbeda nyata dengan anak yang dilahirkan induk kontrol (P>0.05) (Tabel 4.3). Faktor yang mempengaruhi persentase bobot jantung ialah jenis, umur, besar, serta aktivitas ternak tersebut. Perbedaan yang tidak signifikan pada bobot jantung disebabkan karena jantung merupakan organ vital, dan perlakuan dalam penelitian ini tidak menyebabkan kontraksi otot yang berlebihan pada jantung. Frandson (1992) menyatakan bahwa jantung sangat rentan terhadap racun dan zat antinutrisi, pembesaran jantung dapat terjadi karena adanya akumulasi racun pada otot jantung. Pembesaran ukuran jantung juga dapat diakibatkan oleh pertambahan jaringan otot jantung, dimana pada batasan yang normal secara morfologi dan fisiologi, semakin besar bobot jantung maka daya pompa untuk mengalirkan darah keluar dan masuk jantung akan semakin lancar, dan berdampak pada metabolisme yang ada di dalam tubuh ternak (Ressang, 1998). Pertumbuhan organ jantung dan hati juga dipengaruhi oleh asupan pakan harian (Njoku et al. 2015).
43 Hasil penelitian menunjukkan pengaruh yang tidak nyata (P>0.05) terhadap persentase hati. Tidak signifikannya perbedaan bobot hati dikarenakan hati tidak mengalami tanda-tanda keracunan dan zat antinutrisi akibat perlakuan. Peningkatan atau pengurangan bobot hati bisa disebabkan karena banyak hal, di antaranya karena penyakit (keracunan) yang bisa dilihat dari warna hati, namun dalam penelitian ini tidak tampak adanya perubahan warna hati. Peningkatan bobot relatif hati yang lebih baik akan mendukung fungsi hati dalam metabolisme lemak, metabolisme protein dan zat besi, menghasilkan cairan empedu, fungsi detoksifikasi, pembentukan darah merah, metabolisme, dan penyimpanan vitamin (Ressang, 1998) yang akhirnya akan mendukung pertumbuhan, kesehatan, dan daya hidup ternak yang lebih baik.
Anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan mempunyai bobot ginjal yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan anak babi yang dilahirkan oleh induk kontrol (Tabel 4.3). Hal ini disebabkan karena organ ginjal merupakan organ vital yang dalam perkembangan selama masa pertumbuhan tidak banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Laju pertumbuhan relatif beberapa bagian tubuh nonkarkas hampir sama dengan laju pertumbuhan tubuh (Moughan et al. 2012). Pada masa dewasa, organ seperti hati, saluran pencernaan, dan ginjal menunjukkan variasi pada pola pertumbuhan sesuai dengan status nutrisi dan fisiologis ternak (Mickiewicz et al. 2012; Guilloteau et al. 2010). Konsumsi nutrisi yang tinggi dapat meningkatkan bobot hati, paru-paru, jantung, ginjal, lambung, usus besar, usus kecil, dan total alat pencernaan, tetapi menurunkan persentase bobot kepala, dan kaki (Akhmadi
et al. 2005; Hindle et al. 2002).
Anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan mempunyai bobot limpa yang tidak berbeda nyata dibandingkan dengan anak babi yang dilahirkan oleh induk kontrol (Tabel 4.3). Hal ini mungkin disebabkan karena berkurangnya antigen yang dapat mengurangi kerja limpa sehingga ukuran limpa dalam batas normal (Jamilah et al. 2013). Limpa merupakan organ tempat sintesis sel limfosit untuk pembentukan antibodi apabila zat yang mengandung toksik, zat antinutrisi, maupun antigen penyakit atau benda asing masuk ke dalam tubuh. Limpa mempunyai fungsi untuk menyaring darah, membuang partikel antigen yang sudah tua. Selain itu, limpa akan membesar bila volume darah yang ditampung meningkat (Ganong, 1980). Merryana et al. (2007) menemukan bahwa pembesaran limpa dapat juga terjadi karena ternak terinfeksi bakteri.
Anak babi yang dilahirkan oleh induk yang disuntik PMSG dan hCG sebelum pengawinan mempunyai bobot paru-paru yang tidak berbeda nyata dengan anak babi yang dilahirkan oleh induk kontrol (Tabel 4.3). Perbedaan yang