• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA

F. Infeksi Saluran Pernapasan Atas

Infeksi saluran pernapasan atas (ISPA) adalah Infeksi saluran pernafasan yang meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Infeksi saluran pernapasan atas apabila tidak diatasi dengan baik dapat berkembang menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah. Gejala yang sering terjadi pada infeksi saluran pernapasan bagian atas yaitu terasa nyeri pada tenggorokan, sakit kepala, dan demam, terkadang juga disertai bersin-bersin dan hidung berair. Infeksi ini sering disebabkan oleh virus sehingga pada penyakit infeksi saluran pernapasan bagian atas biasanya pengobatannya tidak memerlukan antibiotik karena pemberian antibiotik tidak akan memberikan respon terapi. Apabila infeksi ini dikarenakan oleh bakteri maka terapinya perlu diberikan

antibiotik. Terapi pendukung pada penyakit ini biasanya diberikan obat antipiretik, dekongestan, analgesik, dan antihistamin (jika terjadi alergi) (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005).

1. Rhinitis

Rhinitis merupakan inflamasi membran mukosa hidung. Penatalaksanaan pada rhinitis yaitu dengan pemberian anti histamin dan dekongestan. Apabila rhinitis disebabkan oleh bakteri maka diberikan antibiotik. Antibiotik yang sering digunakan yaitu kotrimoksazol, amoksisilin, dan doksisiklin. Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005).

2. Sinusitis

Sinusitis merupakan peradangan pada mukosa sinus paranasal. Penatalaksanaan sinusitis yaitu dengan pemberian antibiotik. Pada sinusitis akut pemberian antibiotik lini pertama yaitu amoksisilin, kotrimoksazol, eritromisin, dan doksisiklin, sedangkan lini kedua adalah amoksisilin-clavulanat, cefuroksim, klaritromisin, azitromisin, dan levofloxacin, sedangkan pada sinusitis kronis diberikan amoksisilin-clavulanat, azitromisin, dan levofloxacin. Selain pemberian antibiotik dapat diberikan terapi pendukung seperti analgesik dan dekongestan, sedangkan antihistamin hanya diberikan pada sinusitis yang disebabkan karena alergi. (Direktorat Jen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005).

Tabel I. Terapi Antibiotik Pada Sinusitis

Agen Antibiotik Dosis

Lini I

Amoksisilin Anak : 20-40 mg/kgBB per hari terbagi

dalam 3 dosis atau 25-45 mg/kg per hari terbagi dalam 2 dosis.

Dewasa : 3 x 500 mg atau 2 x 875 mg

Kotrimoksazol Anak : 6-12 mg TMP/30-60 mg

SMX/kgBB per hari terbagi dalam 2 dosis Dewasa : 2 x 2 tablet dewasa

Eritromisin Anak : 30-50 mg/kgBB per hari terbagi

setiap 6 jam

Dewasa : 4 x 250-500 mg

Doksisiklin Dewasa : 2 x 100 mg

Lini II

Amoksisilin-clavulanat Anak : 25-45 mg/kgBB per hari terbagi dalam 2 dosis

Dewasa : 2 x 875 mg

Cefuroksim 2 x 500 mg

Klaritromisin Anak : 15 mg/kgBB per hari terbagi dalam 2 dosis

Dewasa : 2 x 250 mg

Azitromisin 1 x 500 mg, kemudian 1 x 250 mg selama 4 hari berikutnya.

Levofloxacin Dewasa : 1 x 250-500 mg

(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005 ).

3. Faringitis

Faringitis adalah peradangan pada mukosa faring dan sering meluas ke jaringan sekitarnya. Faringitis biasanya timbul bersama-sama dengan tonsilitis, Rhinitis, dan laringitis (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005).

Penatalaksanaan penyakit faringitis berdasarkan Pedoman Pengobatan Dasar di Puskesmas tahun 2007, yaitu :

a. Diberikan obat untuk mengatasi demam dan nyeri : 1) Dewasa :

a) Parasetamol 250 mg atau 500 mg 1-2 tablet peroral 4 x sehari jika diperlukan.

b) Ibuprofen 200 mg 1-2 tablet 4 x sehari jika diperlukan. 2) Anak – anak :

Parasetamol diberikan 3 kali sehari jika demam a) Di bawah 1 tahun : 60 mg/kali (1/8 tablet) b) 1 – 3 tahun : 60 – 120 mg/kali (1/4 tablet) c) 3 – 6 tahun : 120 – 170 mg/kali (1/3 tablet) d) 6 – 12 tahun : 170 – 300 mg/kali (1/2 tablet)

Obati dengan antibiotik jika diduga ada infeksi bakteri. b. Diberikan antibiotik :

1) Dewasa :

a) Kotrimoksazol 2 tablet dewasa 2 x sehari selama 5 hari b) Amoksisilin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari

c) Eritromisin 500 mg 3 x sehari selama 5 hari 2) Anak-anak :

a) Kotrimoksazol 2 tablet anak 2 x sehari selama 5 hari b) Amoksisilin 30-50 mg/kgBB per hari selama 5 hari

c) Eritromsin 20-40 mg/kgBB per hari selama 5 hari (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008).

4. Laringitis

Laringitis adalah salah satu kondisi yang paling umum yang diidentifikasi dalam laring. Laringitis merupakan suatu peradangan pada bagian

laring. Gejala penyakit laringitis yaitu demam, batuk, dan pasien juga mengalami disfonia(suara serak) (Shah, 2009).

5. Epiglotitis

Epiglotitis adalah infeksi bakteri akut pada epiglotis dan daerah sekitarnya seperti lipatan ariepiglotis dan daerah supraglotis yang dapat menyumbat jalan napas (Betz, 2009). Epiglotis adalah lipatan jaringan yang berada di dasar lidah yang membantu makanan masuk ke tenggorokan. Ketika epiglotis itu mengalami infeksi dan peradangan maka dapat menghambat karena akan menutupi tenggorokan. Gejala yang sering muncul pada epiglotitis adalah gangguan pernapasan dan demam (Maloney, 2011).

6. Tonsilitis

Tonsil adalah kelenjar getah bening di mulut bagian belakang (di puncak tenggorokan) yang berfungsi membantu menyaring bakteri dan mikroorganisme lain sebagai tindakan pencegahan terhadap infeksi. Tonsilitis adalah suatu peradangan pada tonsil (amandel) (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008).

Penatalaksanaan pada tonsilitis yaitu jika penyebabnya adalah bakteri maka diberikan antibiotik per oral selama 10 hari. Jika anak mengalami kesulitan menelan bisa diberikan dalam bentuk suntikan.

a. Penisilin V 1,5 juta IU 2 x sehari selama 5 hari atau 500 mg 3 x sehari.

b. Pilihan lain adalah eritromisin 500 mg 3 x sehari atau amoksisilin 500 mg 3 x sehari yang diberikan selama 5 hari. Dosis pada anak yaitu eritromisin 40

mg/kgBB per hari atau amoksisilin 30-50 mg/kgBB per hari (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2008).

7. Otitis

Otitis merupakan inflamasi pada telinga bagian tengah. Otitis media dapat dikelompokkan menjadi otitis media akut dan otitis media kronik. (Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005).

Terapi pendukung pada otitis media yaitu dapat mengunakan acetaminophen atau obat nonsteroidal antiinflammatory drug (NSAID) seperti ibuprofen untuk menghilangkan rasa sakit dan malaise. Pemberian dekongestan, antihistamin, ekspektoran dan kortikosteroid topikal tidak terbukti efektif dalam terapi otitis media (Dipiroet.al, 2008).

Tabel II. Terapi Antibiotik Pada Otitis Media

Antibiotik Dosis Keterangan

Lini I

Amoksisilin Anak : 20-40 mg/kgBB per hari terbagi dalam 3 dosis. Dewasa : 40 mg /kg per hari terbagi dalam 3 dosis. Anak : 80 mg/kgBB per hari terbagi dalam 2 dosis. Dewasa : 80 mg/kg per hari terbagi dalam 2 dosis.

Untuk pasien risiko rendah yaitu: usia > 2 tahun tidak mendapatkan antibiotik selama 3 bulan terakhir. Untuk pasien risiko tinggi

Lini II

Amoksisilin-Klavulanat Anak : 25-45 mg/kgBB per hari terbagi dalam 2 dosis. Dewasa : 2 x 875 mg Kotrimoksazol Anak : 6-12 mg TMP/30-60

mg SMX/kgBB per hari terbagi dalam 2 dosis. Dewasa : 2 x 1-2 tablet

Tabel II. Lanjutan

Antibiotik

Dosis Keterangan

Cefuroksim Anak : 40 mg/kgBB per hari terbagi dalam 2 dosis. Dewasa : 2 x 250-500 mg

Ceftriaxone Anak : 50 mg/kgBB; Max 1 g; i.m

1 dosis untuk otitis media yang baru.

3 hari terapi untuk otitis yang resisten.

Cefprozil Anak : 30 mg/kgBB per hari terbagi dalam 2 dosis. Dewasa : 2 x 250-500 mg Cefixime Anak : 8 mg/kgBB per hari

terbagi dalam 1-2 dosis. Dewasa : 2 x 200 mg

(Direktorat Jendral Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2005 ).

Dokumen terkait