BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Profil Nilai Pakai
Nilai pakai dapat ditentukan dengan banyaknya pemakaian obat-obatan oleh peresepan dari dokter atau banyaknya obat yang keluar dari ruang gudang obat. Jumlah pemakaian obat per item dalam satu bulan dikumulatifkan kedalam satu tahun kemudian diurutkan dari jumlah pemakaian terbesar hingga terkecil dan dilakukan perhitungan persentase jumlah pemakaian selanjutnya dilakukan pengelompokan dengan metode ABC. Obat yang masuk dalam kelompok A merupakan obat yang memiliki persentase tertinggi yaitu memiliki nilai pakai 80% dari seluruh obat. Obat yang masuk kelompok B memiliki persentase nilai
pakai 15% dari seluruh obat. Kelompok C merupakan obat-obatan yang memiliki persentase terendah yaitu memiliki nilai pakai 5% dari seluruh obat.
Jumlah sediaan yang masuk dalam penggolongan akan dipengaruhi oleh pemerataan jumlah pengkonsumsian suatu sediaan. Jika terdapat satu atau beberapa sediaan obat yang mendominasi pemakaian keseluruhan maka akan semakin sedikit sediaan yang masuk dalam kelompok A dan banyak obat yang masuk dalam kelompok B dan C. Begitu juga sebaliknya, jika tidak ada obat yang mendominasi dalam pemakaian maka golongan A akan lebih banyak daripada golongan B dan C.
Tabel III . Analisis ABC Tahun 2008 di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta
Kelompok Jumlah item obat Persentase item obat(%) Jumlah pemakaian Persentase jumlah pemakaian (%) A 21 9,29 833.658 79,33 B 31 13,72 162.950 15,51 C 174 76,99 54.252 5,16 Total 226 100 1.050.860 100
Tabel III menjelaskan tentang analisis ABC di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta pada tahun 2008. Pada tahun 2008 obat yang masuk dalam kelompok A sebesar 21 item atau 9,29% dari total item dengan jumlah pemakaian 833.658 atau 79,33% dari total pemakaian. Kelompok B sebesar 31 item atau 13,72% dari total item dengan jumlah pemakaian 162.950 atau 15,51% dari total pemakaian. Selanjutnya kelompok C sebesar 174 item atau 76,99% dengan jumlah pemakaian 54.252 atau 5,16% dari total pemakaian. Pada tahun 2008 kelompok C memiliki jumlah item obat yang paling banyak daripada kelompok A dan B tetapi memiliki jumlah pemakaian terendah dari kelompok A dan B.
Tabel IV. Analisis ABC Tahun 2009 di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta
Kelompok Jumlah item obat Persentase item obat(%) Jumlah pemakaian Persentase jumlah pemakaian (%) A 26 13,33 890.856 79,35 B 36 18,46 175.655 15,65 C 133 68,21 56.211 5,01 Total 195 100 1.122.722 100
Tabel IV menjelaskan tentang analisis ABC di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta pada tahun 2009. Pada tahun 2009 obat yang masuk dalam kelompok A sebesar 26 item atau 13,33% dari total item dengan jumlah pemakaian 890.856 atau 79,35% dari total pemakaian. Kelompok B sebesar 36 item atau 18,46% dari total item dengan jumlah pemakaian 175.655 atau 15,65% dari total pemakaian. Selanjutnya kelompok C sebesar 133 item atau 68,21% dari total dengan jumlah pemakaian 56.211 atau 5,01% dari total pemakaian. Pada tahun 2009 kelompok C memiliki jumlah item obat terbanyak dibanding kelompok A dan B tetapi memiliki jumlah pemakaian terendah dibanding kelompok A dan B.
Tabel V. Analisis ABC Tahun 2010 di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta Kelompok Jumlah item obat Persentase item obat(%) Jumlah pemakaian Persentase jumlah pemakaian (%) A 25 12,56 951.700 79,25 B 36 18,09 188.930 15,73 C 138 69,35 60227 5,02 Total 199 100 1.200.857 100
Tabel V menjelaskan tentang analisis ABC di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta pada tahun 2010. Pada tahun 2010 kelompok A memiliki
25 item atau 12,56% dari total item dengan jumlah pemakaian 951.700 atau 79,25% dari total pemakaian. Kelompok B sebesar 36 item atau 18,09% dari total item dengan jumlah pemakaian sebesar 188.930 atau 15,73% dari total pemakaian. Selanjutnya kelompok C sebesar 138 atau 69,35% dari total item dengan jumlah pemakaian 60.227 atau 5,02% dari total pemakaian. Pada tahun 2010 jumlah item obat pada kelompok C adalah paling banyak dibanding kelompok A dan B tetapi memiliki jumlah pemakaian terendah.
Gambar 1. Diagram Batang Persentase Item Obat Berdasarkan Analisis ABC di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta Tahun 2008-2010
Pada gambar 1 menjelaskan tentang nilai pakai obat berdasarkan jumlah item obat tiap kelompok pada tahun 2008-2010. Dapat dilihat bahwa kelompok A memiliki jumlah item obat terendah dari pada kelompok B dan C di tiap tahunnya, sedangkan kelompok C dari tahun 2008 hingga 2010 memiliki jumlah item obat terbesar dibanding kelompok A dan B. Pada tahun 2009 kelompok A mengalami peningkatan dari tahun 2008 yaitu sebesar 4,04% dan mengalami penurunan di tahun 2010 sebesar 0,77%. Penurunan 0,77% ini tidak memperlihatkan penurunan
yang signifikan karena hanya mengalami penurunan item obat sebanyak 1 item. Pada kelompok B tahun 2009 mengalami peningkatan dari tahun 2008 yaitu sebesar 4,74% dan mengalami penurunan di tahun 2010 sebesar 0,37%. Selanjutnya kelompok C pada tahun 2009 terjadi penurunan dari tahun 2008 sebesar 8,76% dan mengalami peningkatan di tahun 2010 sebesar 1,14%.
Gambar 2. Diagram Batang Persentase Pemakaian Obat Berdasarkan Analisis ABC di Puskesmas Induk Tegalrejo Yogyakarta Tahun 2008-2010
Pada gambar 2 menjelaskan tentang persentase pemakaian obat dari tahun 2008 hingga 2010. Dapat dilihat bahwa kelompok A dari tahun 2008-2010 merupakan obat yang banyak digunakan atau obat yang banyak keluar dari ruang obat, sedangkan kelompok C merupakan obat yang paling sedikit digunakan. Pemakaian obat di tiap tahunnya dari kelompok A hingga kelompok C selalu stabil atau tidak mengalami perubahan. Jika gambar 1 dan 2 dikaitkan maka dapat dilihat bahwa kelompok A memiliki jumlah item obat yang paling sedikit tetapi
memiliki jumlah pemakaian yang besar, sedangkan kelompok C memiliki jumlah item obat yang paling banyak tetapi memiliki jumlah pemakaian yang rendah. Pada tahun 2008 jumlah sediaan yang tidak terpakai sebanyak 20 item dari total item atau 9% dari total item, tahun 2009 jumlah sediaan yang tidak terpakai sebanyak 9 item dari total item atau 5% dari total item, dan tahun 2010 jumlah obat yang tidak terpakai sebanyak 14 item dari total item atau 7%. Obat yang tidak terpakai ini tidak memberikan kontribusi dalam pemakaian. Masih adanya obat yang tidak terpakai ini sebaiknya perlu dikelola kembali. Idealnya kelompok A memiliki item obat yang paling banyak, kemudian disusul dengan kelompok B dan C. Hal ini agar tidak terjadi kerugian.
Adanya peningkatan ataupun penurunan dalam jumlah pemakaian obat ditiap tahunnya itu dipengaruhi oleh tingkat kejadian penyakit. Apabila terdapat kasus tertentu yang memiliki tingkat kejadian tinggi maka akan memerlukan obat yang banyak juga dan apabila tingkat kejadian kasus tersebut turun maka obat yang digunakan akan semakin berkurang. Dengan adanya perubahan-perubahan ditiap tahunnya maka diperlukan pengelolaan obat yang baik.