• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Karakteristik Sifat Fisik dan Hidrologi Tanah Di Lahan Penelitian .1 Bobot Isi dan Porositas .1 Bobot Isi dan Porositas

4.2.4 Infiltrasi dan Hantaran Hidrolik

Tabel 14 dan 15 menunjukkan bahwa kapasitas infiltrasi dan hantaran hidrolik tanah kelapa sawit lebih tinggi daripada tanah tegalan.

Tabel 14. Infiltrasi pada berbagai kemiringan lereng dan penggunaan lahan.

Kemiringan lereng Kelapa sawit Tegalan Rataan Gawangan Piringan % ...cm/jam… 0-5 1.4 1.8 0.56 1.25 5-8 1 1.07 0.15 0.74 8-15 1.5 1.6 0.31 1.14 Rata-rata 1.30a 1.49a 0.34a

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% (α = 0,05)

Tabel 14 menunjukkan bahwa penggunaan lahan dan kemiringan lereng tidak berpengaruh nyata terhadap infiltrasi tanah. Walaupun demikian Tabel tersebut memperlihatkan adanya perubahan infiltrasi karena perbedaan pengolahan tanah dan kemiringan lereng. Tanah tegalan memiliki kapasitas infiltrasi lebih rendah dibandingkan dengan lahan kelapa sawit. Hal ini disebabkan oleh pengolahan tanah yang intensif menyebabkan hancurnya agregat tanah yang telah terbentuk dan meningkatkan kepadatan tanah. Sehingga, tanah tegalan lebih banyak mengandung pori mikro. Pori mikro merupakan pori yang memiliki kemampuan melalukan air ke dalam tanah yang rendah (Raja, 2009).

Tabel 14 juga menunjukkan lahan kelapa sawit bagian piringan memiliki kapasitas infiltrasi lebih tinggi dibandingkan gawangan walaupun dalam satu lokasi yang sama. Hal ini dikarenakan adanya aktivitas manusia, pengolahan

tanah yang tidak intensif, dan tertutupi oleh tajuk pohon yang membuat jumlah pori makro menjadi berkurang akibat air hujan yang jatuh langsung mengenai permukaan tanah membuat struktur tanah menjadi hancur mengakibatkan terbentuknya kerak dipermukaan dan dapat menyebabkan pemadatan tanah (Arsyad, 2000; Januardin. 2009). Namun, lahan tersebut juga memiliki vegetasi dengan sistem perakaran serabut, bobot isi rendah (Tabel 4 dan 5), porositas tinggi (Tabel 6 dan 7), dan bahan organik yang tinggi dibandingkan tanah tegalan dan kelapa sawit bagian gawangan (Tabel 3). Menurut Arsyad (2002), tanaman bervegetasi dengan perakaran serabut mengakibatkan terbentuknya saluran air dan udara yang lebih banyak, sehingga air menjadi lebih mudah masuk kedalam ke dalam tanah.

Tanah kelapa sawit bagian gawangan memiliki infiltrasi lebih rendah daripada tanah kelapa sawit bagian piringan (Tabel 14), tetapi lebih besar daripada tanah tegalan. Hal tersebut karena pada permukaan tanah gawangan ditumbuhi lumut, memiliki lapisan tipis dipermukaan tanah, lapisan atasnya lebih padat, bobot isi lebih tinggi dan porositas yang lebih rendah daripada tanah kelapa sawit bagian piringan. Selain itu, tanah gawangan sering dilakukan penginjakan oleh masyarakat yang mengambil rumput sehingga mengakibatkan tanah menjadi padat dan hilangnya penutup tanah (rerumputan) yang mengakibatkan tumbuhnya lumut dipermukaan tanah. Lumut yang tumbuh mengakibatkan air sulit meresap kedalam tanah, sehingga menurunkan jumlah air yang masuk kedalam tanah dan meningkatkan jumlah air yang mengalir dipermukaan tanah (Darmansyah, 2004).

Seperti halnya pada kapasitas infiltrasi, lahan tegalan cenderung mempunyai nilai hantaran hidrolik yang lebih rendah dibandingkan lahan kelapa sawit baik gawangan maupun piringan (Tabel 15). Hantaran hidrolik di lahan tegalan tergolong kelas agak lambat samapi sedang, sedangkan hantaran hidrolik di lahan kelapa sawit tergolong kelas sedang (menurut klasifikasi Uhland dan O’neal, 1951). Lebih rendahnya nilai hantaran hidrolik di lahan tegalan ini karena lahan tegalan mempunyai tanah yang lebih padat dengan jumlah porositas total dan pori makro yang lebih rendah. Menurunnya pori total dan pori makro akan menyebabkan pergerakkan air di dalam tanah terhambat. (Sofyan, 2006, Syahadat, 2008).

Tabel 15. Hantaran hidrolik pada berbagai kemiringan lereng dan penggunaan lahan. Kemiringan lereng Kelapa sawit Tegalan Rataan Gawangan Piringan % ...cm/jam… 0-5 4.84 2.82 2.09 3.25 5-8 5.38 2.23 0.84 2.82 8-15 4.86 2.31 2.29 3.15 Rata-rata 5.03c 2.45ab 1.74a

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% (α = 0,05)

Tabel 15 juga menunjukkan tanah di lahan kelapa sawit bagian gawangan cenderung memiliki nilai hantaran hidrolik lebih tinggi dibandingkan tanah piringan. Hal tersebut karena secara umum tanah gawangan kondisinya lebih baik dibandingkan piringan dengan porositas lapisan bawah lebih besar dengan pori drainase yang lebih besar, terdapat rerumputan yang secara tidak langsung juga meningkatkan nilai hantaran hidrolik yang disebabkan oleh banyaknya perakaran oleh rerumputan tersebut. Banyaknya perakaran tumbuhan meningkatkan porositas tanah, dan mengurangi perusakan struktur akibat energi tumbukan butir hujan ke tanah sehingga kemantapan agregat tanah dapat tetap terjaga (Ardiyanto, 2004; Syahadat, 2008).

Nilai hantaran hidrolik yang lebih tinggi pada gawangan dibandingkan pada piringan menunjukkan kecenderungan yang berbeda dengan nilai kapasitas infiltrasi. Hal ini karena infiltrasi yang merupakan proses masuknya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah sangat ditentukan oleh kondisi lapisan tipis di permukaan tanah. Lapisan tipis permukaan tanah di lahan gawangan lebih buruk karena adanya lumut yang menyumbat pori. Sedangkan hantaran hidrolik lebih ditentukan oleh kondisi profil tanah secara keseluruhan. Kondisi tanah di bagian lahan gawangan cenderung lebih baik dibandingkan lahan piringan.

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan

Karakteristik sifat fisik tanah dan hidrologi pada berbagai penggunaan lahan memiliki nilai yang berbeda pada setiap penggunaan lahan dipengaruhi oleh intensitas pengelolaan tanah, keberadaan maupun ketebalan serasah, dan kadar bahan organik. Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan lahan tegalan yang menerapkan pengolahan tanah intensif mempunyai kualitas fisik dan hidrologi terendah. Penggunaan lahan ini memiliki infiltrasi, hantaran hidrolik, porositas, kadar air yang lebih rendah, dan bobot isi yang lebih tinggi dibandingkan penggunaan lahan lainnya.

2. Tanah kebun campuran yang tidak diolah dengan jumlah serasah yang banyak dan bervariasi memiliki sifat-sifat fisik tanah yang lebih baik dibandingkan dengan tegalan dan kelapa sawit. Hal ini dapat dilihat dari porositas, pori drainase, dan bahan organik. Tanah kebun campuran memiliki nilai porositas, pori drainase, dan bahan organik tertinggi dibandingkan penggunaan lahan lainnya.

3. Kelapa sawit dengan pengolahan tanah tidak intensif, memiliki kondisi sifat fisik dan hidrologi tanah diantara tanah tegalan dan kelapa sawit. Bagian piringan memiliki nilai infiltrasi dan hantaran hidrolik tinggi dan termasuk kedalam kelas sedang.

5.2 Saran

1. Untuk mempertahankan dan memperbaiki sifat fisik dan hidrologi tanah tetap baik, maka keberadaan serasah harus tetap dipertahankan sebanyak mungkin. 2. Untuk lahan perkebunan kelapa sawit keberadaan gawangan mati dengan

3. Untuk lahan tegalan perlu dilakukan peristirahatan pada tanahnya (pengolahan tanah tidak intensif) dan perlunya memperkenalkan cara mengolah tanah yang baik.

Dokumen terkait