• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Karakteristik Sifat Fisik dan Hidrologi Tanah Di Lahan Penelitian .1 Bobot Isi dan Porositas .1 Bobot Isi dan Porositas

4.2.3 Kemampuan Tanah Memegang Air .1 Kurva pF .1 Kurva pF

4.2.3.2 Kapasitas Lapang dan Air Tersedia

Analisis kapasitas lapang pada berbagai penggunaan lahan di kemiringan lereng 8-15% dengan kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm disajikan pada Tabel 10. Tabel tersebut menunjukkan bahwa penggunaan lahan tidak berpengaruh nyata terhadap kapasitas lapang. Walaupun tidak nyata, terlihat kecenderungannya bahwa perbedaan penggunaan lahan menyebabkan perbedaan kapasitas lapang. Tanah gawangan memiliki kapasitas lapang tertinggi, diikuti tanah tegalan, tanah kebun campuran, dan terakhir tanah piringan. Perbedaan ini diduga karena tanah tersebut mempunyai tekstur tanah, bobot isi, pori mikro, dan bahan organik yang berbeda.

Tabel 10 juga menunjukkan bahwa pada tanah kelapa sawit yang terdapat dua fungsi lahan yang berbeda (gawangan dan piringan) memiliki kapasitas lapang yang berbeda. Tingginya kapasitas lapang pada gawangan dapat disebabkan oleh: 1) pada gawangan tidak dilakukan sesuai dengan fungsinya sebagai tempat penumpukan sisa pelepah maupun mempertahankan keberadaan rerumputan, 2) lahan gawangan kelapa sawit memiliki kadar liat yang tinggi, 3) terganggunya tanah akibat aktivitas manusia, dan 4) tidak adanya penutup lahan. Kondisi tersebut secara keseluruhan dapat menyebabkan tanah menjadi padat dan meningkatkan jumlah pori mikro.

Lahan tegalan memiliki kapasitas lapang tertinggi dibandingkan lahan kelapa sawit piringan, dan lahan kebun campuran, namun lebih rendah daripada lahan gawangan (Tabel 10). Tanah tegalan memiliki kadar air kapasitas lapang tertinggi karena kondisi tanah tegalan memiliki pori mikro tertinggi (Gambar 4) akibat pengolahan tanah yang intensif pada saat sebelum penanaman sampai pemanenan yang menyebabkan terjadinya pemadatan tanah. Tanah yang padat

akibat sering dilakukan pengolahan tanah lebih banyak memiliki pori mikro daripada pori makro. Pori mikro merupakan pori pemegang air yang pada kondisi alami air yang terdapat di dalamnya sulit terdrainase secara baik.

Tanah kebun campuran memiliki kapasitas lapang yang lebih tinggi daripada tanah kelapa sawit bagian piringan. Hal ini disebabkan pada kebun campuran memiliki kandungan liat (Tabel 3) dan tumpukan serasah (Gambar 3) yang lebih tinggi daripada tanah kelapa sawit bagian piringan. Walaupun kebun campuran memiliki liat yang tertinggi tetapi pada tanah tersebut tidak terjadi pemadatan tanah karena lahan ini memiliki serasah dan mikroorganisme yang banyak dan dapat membantu dan melindungi tanah dari pemadatan tanah. Lahan ini juga akan memiliki kemampuan memegang air yang besar karena liat dan bahan organik memiliki kemampuan untuk memegang air yang besar.

Tabel 10. Kapasitas lapang pada berbagai penggunaan lahan dan kemiringan lereng 8-15% di kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm.

. Penggunaan lahan Kedalaman tanah (cm) Rataan 0-20 20-40 ….….%v/v…... Gawangan 47.20 46.51 46.86a Piringan 39.90 39.13 39.51a Tegalan 42.94 48.98 45.96a Kebun campuran 43.52 44.13 43.83a

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% (α = 0,05)

Tabel 11 menunjukkan bahwa kemiringan lereng tidak berpengaruh terhadap kapasitas lapang. Walaupun demikian Tabel 11 memperlihatkan adanya perubahan kapasitas lapang karena meningkatnya kemiringan lereng. Secara teoritis semakin curam lereng menyebabkan erosi semakin tinggi. Namun, akibat erosi tidak berpengaruh ekstrim terhadap perubahan distribusi pori tanah. Sehingga perubahan jumlah kapasitas lapang pada Tabel 11 tidak dipengaruhi oleh kemiringan lereng.

Tabel 11. Kapasitas lapang pada berbagai kemiringan lereng, kedalaman tanah, dan penggunaan Lahan.

Kemiringan lereng Kedalaman tanah

Kelapa sawit Tegalan Rataan Gawangan Piringan % cm ….%v/v... 0-5 0-20 33.79 41.7 41.38 38.96 20-40 34.32 38.6 49.5 40.81 5-8 0-20 39.62 44.51 51.65 45.26 20-40 44.76 45.19 48.58 46.18 8-15 0-20 47.2 39.9 42.94 43.35 20-40 46.51 39.13 48.98 44.87

Tabel 12. Pori air tersedia pada berbagai penggunaan lahan dan kemiringan lereng 8-15% di kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm.

Penggunaan lahan Kedalaman tanah (cm) Rataan 0-20 20-40 ….%v/v... Gawangan 18.69 19.68 19.19 Piringan 16.66 17.69 17.18 Tegalan 13.21 21.56 17.39 Kebun campuran 17.01 21.87 19.44

Keterangan : angka yang diikuti oleh huruf sama tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf 5% (α = 0,05)

Tabel 12 menggambarkan air tersedia pada berbagai penggunaan lahan dan kemiringan lereng 8-15% di kedalaman tanah 0-20 cm dan 20-40 cm. Hasil analisis hubungan ini menunjukkan bahwa penggunaan lahan tidak berpengaruh terhadap pori air tersedia. Walaupun tidak berpengaruh tetapi menunjukkan tanah kebun campuran memiliki air tersedia tertinggi, diikuti tanah gawangan, tanah tegalan, dan terakhir tanah piringan. Hal ini karena cara pengolahan tanah, tekstur, dan penutup tanah yang dapat menyebabkan perubahan sifat-sifat fisik tanah.

Tanah kebun campuran memiliki pori air tersedia yang lebih tinggi daripada tanah lahan kelapa sawit dan tegalan. Hal ini disebabkan pada kebun campuran memiliki kandungan liat dan bahan organik yang lebih tinggi daripada tanah kelapa sawit dan tegalan (Tabel 3), bobot isi, dan porositas total. Kebun

campuran memiliki bahan organik yang tinggi ketersediaan air menjadi meningkat akibat kemampuan dari bahan organik dalam meningkatkan tanah meretensi air. Bahan organik juga dapat meningkatkan jumlah fauna tanah, kegiatan biologi tanah, merangsang aktivitas organisme dalam tanah untuk membangun struktur tanah, sehingga walaupun memiliki kadar liat tertinggi tetap memiliki distribusi ukuran pori dengan kemampuan tanah retensi yang baik.

Tanah kelapa sawit bagian gawangan memiliki pori air tersedia lebih tinggi daripada tanah tegalan dan piringan, tetapi lebih rendah daripada tanah kebun campuran. Hal ini karena tanah gawangan lebih padat dengan jumlah pori mikro yang lebih banyak. Tanah gawangan memiliki kadar liat yang tinggi, gangguan aktivitas manusia lebih besar, dan penutup lahan yang lebih sedikit yang dapat menyebabkan tanah menjadi padat. Lahan piringan tidak terdapat serasah sehingga pori makro dapat tertutup oleh butiran-butiran halus tanah dari hancuran struktur tanah.

Tanah tegalan memiliki pori air tersedia paling rendah terutama untuk lapisan atas tanah. Hal ini karena tanah tegalan mengalami pengolahan tanah yang intensif yang menyebabkan terjadinya pemadatan tanah. Pengelolaan tanah umumnya dilakukan sampai kedalaman sekitar 20-30 cm sehingga yang mengalami pemadatan tanah akibat pengelolaan ini hanya tanah lapisan atas. Tanah yang padat akibat pengelolaan tanah intensif memiliki lebih banyak pori mikro yang merupakan pori pemegang air terutama pori yang memegang air di bawah titik layu permanen (pF 4,2). Oleh karena itu, walaupun memiliki pori pemegang air paling tinggi, lahan tegalan memiliki pori air tersedia paling rendah.

Tabel 13 menunjukkan bahwa kemiringan lereng tidak berpengaruh terhadap pori air tersedia. Walaupun demikian Tabel 13 memperlihatkan adanya perubahan pori air tersedia karena meningkatnya kemiringan lereng. Secara teoritis semakin curam lereng menyebabkan erosi semakin tinggi. Namun, akibat erosi tidak berpengaruh ekstrim terhadap perubahan distribusi pori tanah. Sehingga perubahan jumlah pori air tersedia akibat perubahan kemiringan lereng tidak nyata.

Tabel 13. Air tersedia pada berbagai kemiringan lereng, kedalaman tanah, dan penggunaan lahan.

Kemiringan lereng Kedalaman tanah

Kelapa sawit Tegalan Rataan Gawangan Piringan % cm ….%v/v… 0-5 0-20 10.23 18.73 13.91 14.29 20-40 12.42 14.14 20.59 15.72 5-8 0-20 14.97 14.88 23.99 17.95 20-40 17.52 16.26 19.80 17.86 8-15 0-20 18.69 16.66 13.21 16.19 20-40 19.68 17.69 21.56 19.64

Dokumen terkait