• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Inflasi Daerah 3.1. EVALUASI REALISASI INFLASI

3.1.2. Inflasi Bulanan (mtm)

Secara bulanan, angka Indeks Harga

Konsumen (IHK) pada bulan April dan Mei mencatat deflasi yakni sebesar 0,02% (mtm) dan 1,13% (mtm), kemudian mencatat inflasi pada bulan Juni menjadi 1,15% (mtm).

Grafik 3.2. Inflasi Bulanan

April 2017

Pada April 2017, (IHK) Sulawesi Utara mencatat deflasi yakni sebesar 0,02% (mtm),

dibandingkan bulan sebelumnya yang

tercatat inflasi sebesar 0,23%. Berdasarkan

disagregasinya, deflasi tersebut disumbang oleh deflasi pada kelompok volatile food3 (VF)

3 Kelompok volatile food (VF) merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya cenderung berfluktuatif.

4 Kelompok core merupakan kelompok barang dan jasa selain kelompok administered prices dan

volatile food.

sebesar 0,16% dan core4 sebesar 0,06%. Sementara itu, kelompok administered prices5 (AP) menyumbang inflasi sebesar 0,20%.

Grafik 3.3. Inflasi dan Andil April 2017 Berdasarkan Disagregasi

Kelompok volatile food (VF) mencatat deflasi pada April 2017 setelah selama 3 bulan sebelumnya mencatat inflasi. IHK kelompok

VF tercatat sebesar -0,78% (mtm), lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya (0,79%) maupun pola historisnya (-0,65%). Deflasi kelompok VF terutama bersumber dari komoditas strategis Sulawesi Utara yaitu cabai rawit dan bawang merah serta beras seiring dengan tersedianya pasokan dan panen raya yang terjadi di daerah sentra produksi. Tekanan harga pada komoditas cabai rawit dan bawang merah pada April 2017 mulai mereda seiring dengan membaiknya pasokan di tengah level permintaan yang relatif normal dan kondisi cuaca yang cukup kondusif. Adapun pada triwulan I 2017, komoditas-komoditas tersebut tercatat mengalami kenaikan harga. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia, rata-rata harga cabai rawit mulai turun sejak minggu pertama April 2017 dan rata-rata harga bawang merah mulai turun sejak minggu kedua April 2017. Rata-rata harga cabai rawit pada April 2017 sebesar Rp66 ribu, menurun dari Rp106 ribu pada bulan sebelumnya. Sementara itu, rata-rata harga bawang merah pada April 2017 sebesar Rp41 ribu, menurun dari Rp44 ribu pada bulan

5 Kelompok administered prices (AP) merupakan kelompok barang dan jasa yang tarifnya diatur oleh Pemerintah. -3% -2% -1% 0% 1% 2% 3% 4% 5% 6% 7% -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 2014 2015 2016 2017 mtm mtm

Sumber: BPS & Bank Indonesia

Total Volatile Food Administered Prices (rhs) Core (rhs)

-0.78% 0.98% -0.10% -0.02% -1.0% -0.5% 0.0% 0.5% 1.0% 1.5% Volatile Food Administered Prices Core Total

Sumber: BPS & Bank Indonesia

24 sebelumnya. Sementara itu, komoditas beras

kembali mencatat deflasi seiring dengan masih tersedianya stok atau pasokan beras pasca panen pada bulan Februari dan Maret 2017. Di sisi lain, komoditas tomat sayur, terus mengalami kenaikan harga sepanjang tahun 2017. Tomat kembali menjadi komoditas utama yang mencatat inflasi pada bulan April 2017. Kondisi ini perlu mendapat perhatian dari pemerintah dan TPID mengingat tomat merupakan komoditas strategis Sulawesi Utara yang memiliki andil dalam pergerakan inflasi.

IHK kelompok core atau inti pada bulan April 2017 mencatat deflasi. Deflasi kelompok core

bulan April 2017 sebesar 0,10% (mtm), lebih rendah dari bulan sebelumnya yang tercatat inflasi 0,02% maupun pola historisnya yang juga tercatat inflasi yakni sebesar 0,03%. Berdasarkan sub kelompoknya, kedua sub kelompok core mengalami deflasi. Deflasi kelompok core terutama disebabkan oleh deflasi core traded dengan andil sebesar 0,05% terhadap deflasi kelompok core bulan April. Sub kelompok core non-traded yang juga tercatat deflasi memberikan andil sebesar 0,01%. Deflasi sub kelompok core traded pada April 2017 tercatat sebesar 0,21% (mtm) dengan komoditas penyumbang deflasi kelompok ini yaitu jeruk nipis, lemon, pasta gigi, gula pasir dan cakalang asap. Turunnya harga gula pasir terjadi seiring menguatnya Rupiah dan turunnya harga gula dunia. Di sisi lain, deflasi yang lebih dalam tertahan oleh kenaikan indeks harga seng seiring dengan meningkatnya harga komoditas internasional. Sementara itu, deflasi sub kelompok core non-traded pada April 2017 tercatat sebesar 0,02% (mtm), setelah sepanjang 3 bulan sebelumnya masih tercatat inflasi. Komoditas penyumbang deflasi core non-traded adalah tindarung dengan andil sebesar 0,03% terhadap inflasi bulanan April 2017. Di sisi lain, tarif pulsa ponsel kembali mengalami kenaikan indeks harga setelah pada bulan sebelumnya sempat turun.

Berbeda dengan 2 kelompok disagregasi di atas, IHK kelompok administered prices (AP)

April 2017 mencatat inflasi. Inflasi AP bulan

April 2017 tercatat sebesar 0,98% (mtm), lebih tinggi baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya (0,27%) maupun pola historisnya (0,89%). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi kelompok AP terutama didorong oleh tekanan inflasi pada kelompok AP energi yang memberikan andil sebesar 0,20% terhadap inflasi kelompok AP bulan April. Sementara itu, kelompok AP non-energi relatif stabil. Sub kelompok AP energi mencatat inflasi sebesar 2,24% (mtm) dengan andil tertinggi disumbang oleh tarif listrik sebesar 0,20%. Inflasi listrik bulan April disebabkan oleh penyesuaian tarif listrik tahap dua untuk pelanggan paska bayar daya 900 VA nonsubsidi. Sementara itu, sub kelompok AP non-energi relatif stabil pada April 2017 (0,00% mtm).

• Mei 2017

IHK Sulawesi Utara bulan Mei 2017 mencatat deflasi sebesar 1,13% (mtm), yang bersumber dari deflasi kelompok volatile food dan core, serta kelompok administered prices yang mengalami penurunan inflasi. Kelompok

volatile food memberikan andil terbesar yakni sebesar -1,05% terhadap deflasi bulan Mei 2017, sementara itu kelompok core memberikan andil sebesar -0,13%, sedangkan kelompok administered prices memberikan andil sebesar 0,05%.

Grafik 3.4. Inflasi dan Andil Mei 2017 Berdasarkan Disagregasi

Kelompok VF kembali mencatat deflasi pada Mei 2017 dan lebih dalam dari deflasi pada bulan sebelumnya. Deflasi kelompok VF

tercatat sebesar 5,13% (mtm), lebih rendah baik dibandingkan bulan sebelumnya (-0,78%) maupun pola historisnya (0,07%). Deflasi

-5.13% 0.23% -0.23% -1.13% -6.0% -5.0% -4.0% -3.0% -2.0% -1.0% 0.0% 1.0% Volatile Food Administered Prices Core Total

Sumber: BPS & Bank Indonesia

25 kelompok VF terutama bersumber dari

komoditas strategis Sulawesi Utara yakni tomat sayur. Komoditas lainnya yang mengalami penurunan harga yaitu bawang merah, cakalang dan cabai merah serta cabai rawit. Tekanan harga pada komoditas tomat sayur, bawang merah, cakalang dan cabai merah serta cabai rawit pada Mei 2017 mengalami penurunan seiring dengan membaiknya kondisi cuaca yang mendorong stabilnya pasokan di tengah level permintaan yang relatif normal. Adapun pada triwulan I 2017, komoditas-komoditas tersebut tercatat mengalami kenaikan harga. Harga mulai menurun memasuki bulan April 2017 dan kemudian penurunan harga berlanjut pada bulan Mei 2017. Khusus komoditas tomat sayur, berdasarkan Survei Pusat Informasi Harga Bahan Pokok Strategis (PIHBS), rata-rata harga pada bulan April 2017 tercatat sebesar Rp12.817/kg dan pada bulan Mei 2017 menurun hingga Rp7.645/kg. Di sisi lain, apel mengalami kenaikan harga seiring dengan kurangnya pasokan dari daerah produsen dan meningkatnya harga buah impor yang terpengaruh pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat. Nilai tukar Rupiah terdepresiasi sebesar 0,12% (mtm) dari Rp13.306 pada April 2017 menjadi Rp13.323 pada Mei 2017. Komoditas bawang putih juga mencatat inflasi pada Mei 2017. Naiknya harga bawang putih disebabkan oleh permasalahan pasokan dari China. Adapun Indonesia masih melakukan impor dari China untuk komoditas bawang putih. Berdasarkan Survei PIHPS, rata-rata harga bawang putih pada April 2017 tercatat sebesar Rp43.700/kg, meningkat menjadi Rp55.742/kg pada Mei 2017. Sementara itu, komoditas beras juga mencatat inflasi pada Mei 2017 setelah selama 2 bulan sebelumnya mencatat deflasi. Meningkatnya harga beras disebabkan oleh pasokan beras yang mulai berkurang seiring dengan masuknya musim tanam.

IHK kelompok core pada bulan Mei 2017 mencatat deflasi. Deflasi kelompok core bulan

Mei 2017 sebesar 0,23% (mtm), lebih dalam

dari deflasi bulan sebelumnya (0,10%) dan pola historisnya yang juga tercatat inflasi sebesar 0,04%. Berdasarkan sub kelompoknya, kedua sub kelompok core mengalami deflasi. Deflasi kelompok core disebabkan oleh deflasi core non traded dengan andil sebesar 0,08% dan sub kelompok core non traded yang juga tercatat deflasi dengan andil sebesar 0,06%. Deflasi sub kelompok core non traded pada Mei 2017 tercatat sebesar 0,23% (mtm) dengan komoditas penyumbang deflasi kelompok ini yaitu tindarung dan tarif pulsa ponsel. Turunnya harga tindarung didukung oleh kondisi cuaca yang membaik sehingga mendorong stabilnya pasokan. Sementara itu, tekanan harga tarif pulsa ponsel menurun setelah terus meningkat hingga bulan April 2017. Sementara itu, sub kelompok core traded pada Mei 2017 kembali tercatat deflasi. Pada bulan Mei 2017, deflasi kelompok tersebut sebesar 0,22% (mtm). Komoditas penyumbang utama deflasi core traded adalah emas perhiasan dengan andil deflasi sebesar 0,02% terhadap inflasi bulanan Mei 2017. Penurunan harga emas perhiasan sejalan dengan perkembangan harga emas dunia yang turun pada bulan Mei 2017 menjadi USD1.236/OZ dari USD1.271/OZ pada bulan sebelumnya.

Berbeda dengan 2 kelompok disagregasi di atas, IHK kelompok AP bulan Mei 2017

mencatat inflasi, meski mengalami

penurunan dibandingkan bulan sebelumnya.

Inflasi AP bulan Mei 2017 tercatat sebesar 0,23% (mtm), lebih rendah baik dibandingkan dengan bulan sebelumnya (0,98%) maupun pola historisnya (0,37%). Secara tahunan, kelompok AP pada Mei 2017 mencatat inflasi sebesar 8,62% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi kelompok AP terutama didorong oleh tekanan inflasi pada kelompok AP energi yang memberikan andil sebesar 0,07% terhadap inflasi kelompok AP bulan Mei. Sementara itu, kelompok AP non energi tercatat memberikan andil deflasi sebesar 0,03%. Sub kelompok AP energi mencatat inflasi sebesar 0,80% (mtm) dengan andil

26 tertinggi disumbang oleh tarif listrik sebesar

0,07%. Inflasi tarif listrik bulan Mei disebabkan oleh berlanjutnya penyesuaian tarif listrik tahap tiga untuk pelanggan paska bayar daya 900 VA nonsubsidi. Naiknya inflasi tarif listrik sesuai dengan perkiraan Bank Indonesia, meskipun tidak setinggi perkiraan sebelumnya. Sementara itu, sub kelompok AP non energi mencatat deflasi sebesar 0,22% (mtm) pada Mei 2017 dengan andil tertinggi disumbang oleh angkutan udara sebesar -0,03%.

• Juni 2017

IHK Sulut bulan Juni 2017 mencatat inflasi sebesar 1,15% (mtm), yang bersumber dari

inflasi kelompok volatile food dan

administered prices, serta kelompok core yang juga mengalami kenaikan indeks harga.

Kelompok volatile food memberikan andil terbesar yakni sebesar 0,55% terhadap inflasi bulanan Juni 2017, sementara itu kelompok core memberikan andil sebesar 0,48%, sedangkan kelompok administered prices memberikan andil sebesar 0,11%.

Grafik 3.5. Inflasi dan Andil Juni 2017 Berdasarkan Disagregasi

Kelompok VF mencatat inflasi pada Juni 2017 setelah mencatat deflasi pada bulan sebelumnya. Inflasi kelompok VF tercatat

sebesar 2,83% (mtm), meningkat dibandingkan bulan sebelumnya (-5,13%) maupun pola historisnya (1,25%). Inflasi kelompok VF terutama bersumber dari komoditas strategis Sulawesi Utara yakni tomat sayur. Pada bulan sebelumnya tomat sayur mengalami deflasi, namun kemudian meningkat harganya meningkat tinggi pada bulan Juni 2017, sehingga mencatat andil inflasi tertinggi. Komoditas strategis lainnya yakni beras dan

bawang merah serta cabai rawit juga mengalami kenaikan harga. Tekanan harga pada Barito (bawang merah, cabai rawit dan tomat) disebabkan oleh meningkatnya permintaan dalam rangka perayaan Idul Fitri di tengah curah hujan yang meningkat yang mengganggu produksi dan distribusi. Selain itu, berdasarkan informasi dari beberapa pedagang diketahui bahwa sebagian petani tidak melakukan panen karena merayakan Idul Fitri. Khusus komoditas beras, kenaikan harga disebabkan oleh kekurangan stok karena masa tanam masih berlangsung. Adapun andil bawang merah dan cabai rawit yang rendah dipengaruhi oleh harga pada bulan sebelumnya yang sudah tinggi. Di sisi lain, laju inflasi ditahan oleh komoditas buah-buahan yang umumnya mencatat deflasi seperti anggur, apel dan pisang.

Kelompok AP pada bulan Juni 2017 juga menjadi salah satu penyebab inflasi dengan mencatat inflasi sebesar 2,28% (mtm), lebih tingi dibandingkan dengan bulan sebelumnya (0,23%) maupun pola historisnya (1,55%).

Secara tahunan, kelompok AP pada Juni 2017 mencatat inflasi sebesar 10,75% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, inflasi kelompok AP didorong oleh kenaikan indeks harga pada kelompok AP energi dan kelompok AP non energi. Andil kelompok AP energi sebesar 0,19% dan andil kelompok non AP energi sebesar 0,29%. Sub kelompok AP non energi mencatat inflasi sebesar 2,49% (mtm) dengan andil tertinggi disumbang oleh tarif angkutan udara sebesar 0,29%. Inflasi tarif angkutan udara bulan Juni disebabkan oleh peningkatan mobilisasi penduduk dalam rangka perayaan Idul Fitri. Selain itu, didorong juga oleh masa liburan. Sementara itu, sub kelompok AP energi mencatat inflasi sebesar 2,02% (mtm) dengan andil tertinggi disumbang oleh tarif listrik yakni sebesar 0,19%. Inflasi tersebut disebabkan oleh lanjutan penyesuaian tarif listrik tahap ketiga untuk pelanggan paskabayar daya 900 VA non subsidi. 2.83% 2.28% 0.19% 1.15% 0.0% 0.5% 1.0% 1.5% 2.0% 2.5% 3.0% Volatile Food Administered Prices Core Total

Sumber: BPS & Bank Indonesia

27

IHK kelompok core pada bulan Juni 2017 mencatat inflasi. Inflasi kelompok core bulan

Juni 2017 sebesar 0,19% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang tercatat deflasi (0,23%) dan pola historisnya yang tercatat inflasi sebesar 0,22%. Adapun secara tahunan, kelompok core mencatat inflasi sebesar 2,18% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, kedua sub kelompok core mengalami inflasi. Inflasi kelompok core disebabkan oleh inflasi sub kelompok core traded dengan andil sebesar 0,09% dan sub kelompok core non traded yang juga tercatat inflasi dengan andil sebesar 0,02%. Inflasi sub kelompok core traded pada Juni 2017 tercatat sebesar 0,36% (mtm) dengan komoditas penyumbang inflasi kelompok ini yaitu bahan-bahan kebutuhan rumah tangga seperti pasta gigi, air kemasan, seng, jeruk nipis dan baju kaos tanpa kerah. Sub kelompok core non traded mencatat inflasi sebesar 0,07% (mtm). Komoditas penyumbang utama deflasi core non traded adalah roti manis dan mie.

3.2. ARAH PERKEMBANGAN INFLASI

Dokumen terkait