• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 6.1. KETENAGAKERJAAN

Ketenagakerjaan di Sulawesi Utara

mengalami perbaikan sejalan dengan kinerja ekonomi Sulawesi Utara tahun 2016.

Perbaikan ketenagakerjaan di Sulawesi Utara tersebut tercermin dari tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada periode Februari 2017 yang sebesar 6,12%, menurun dari tahun sebelumnya yang berada di level 7,82%. Sejalan dengan itu, kinerja ekonomi Sulawesi Utara pada tahun 2016 juga meningkat dengan pertumbuhan sebesar 6,17% (yoy), lebih tinggi dibanding tahun 2015 (6,12%).

Jumlah tenaga kerja meningkat baik secara pertumbuhan maupun jumlah jiwanya dibandingkan jumlah peningkatan angkatan kerja dan penduduk berumur 15 tahun ke atas. Kondisi tersebut menyebabkan TPT

mengalami penurunan yang cukup dalam. Pada periode Februari 2017, peningkatan jumlah penduduk 15 tahun ke atas relatif stabil yakni bertambah sebanyak 51 ribu jiwa, sementara peningkatan jumlah angkatan kerja meningkat lebih tinggi yakni sebesar 75 ribu jiwa sebagai dampak bertambahnya jumlah penduduk di atas 15 tahun yang lulus sekolah. Jumlah yang meningkat tersebut dapat terserap oleh lapangan kerja pada periode Februari 2017 dimana jumlah penduduk yang bekerja bertambah sebesar 90,5 ribu jiwa jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, penyerapan tenaga kerja mendorong jumlah pengangguran berkurang hingga 15,6 ribu jiwa.

Tabel 6.1. Keadaan Ketenagakerjaan (ribu jiwa)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Grafik 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Periode Februari (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Berdasarkan lapangan usahanya, penurunan

tingkat pengangguran ditopang oleh

penyerapan tenaga kerja pada lapangan usaha pertanian. Pertumbuhan penyerapan

tenaga kerja di lapangan usaha tersebut tumbuh 16,5% (yoy), lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang tercatat kontraksi 14,5%, atau menyerap sebanyak 52,4 ribu orang dari total 90,5 ribu tenaga kerja (porsi 57,9%). Lapangan usaha pertanian meningkat kinerjanya seiring dengan perbaikan cuaca yang terkonfirmasi dari penurunan indeks El Nino (data BMKG), serta dukungan program pemerintah melalui penyaluran bibit/benih, pencetakan sawah dan bantuan alsintan. Di samping itu, penyerapan tenaga kerja juga didukung oleh lapangan usaha jasa kemasyarakatan dan perdagangan yang meningkat kinerjanya sebagai dampak peningkatan permintaan wisatawan mancanegara. Berdasarkan porsinya, tenaga

Keadaan Ketenagakerjaan Feb-15 Feb-16 Feb-17 Growth Feb-16 Growth Feb-17 Penduduk 15 thn ke atas 1,781 1,779 1,830 -0.13% 2.88% Angkatan kerja 1,180 1,184 1,259 0.34% 6.33% Bekerja 1,078 1,091 1,182 1.23% 8.33% Pengangguran 103 93 77 -9.36% -17.10% TPAK (%) 66.24 66.55 68.78 TPT (%) 8.69 7.82 6.12

47 kerja masih terkonsentrasi pada lapangan

usaha pertanian dengan jumlah 370,2 ribu jiwa atau sebesar 31,32% dari total tenaga kerja di Sulawesi Utara, kemudian diikuti oleh lapangan usaha perdagangan (23,27%) dan jasa kemasyarakatan (17,98%).

Tabel 6.2. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan

Utama (ribu orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Sejalan dengan peningkatan tenaga kerja di

lapangan usaha pertanian, pekerjaan

informal menunjukkan peningkatan jumlah tenaga kerja secara signifikan dan masih mendominasi jenis lapangan pekerjaan di Sulawesi Utara. Peningkatan jumlah tenaga

kerja di sektor informal sejalan dengan peningkatan kinerja dan jumlah tenaga kerja di lapangan usaha pertanian yang merupakan sektor informal. Senada dengan hal itu, pekerja yang berusaha sendiri dan pekerja keluarga/tak dibayar yang merupakan karakteristik lapangan usaha pertanian juga mengalami peningkatan penyerapan tenaga kerja. Hal tersebut juga terkonfirmasi dari peningkatan tenaga kerja dengan jumlah jam kerja 1-7 jam per minggu. Tenaga kerja yang bekerja dengan jumlah jam tersebut meningkat 77,50% (yoy) dari 14.490 jiwa menjadi 25.720 jiwa pada Februari 2017.

Tabel 6.3. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan

Utama (ribu orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Selain itu, penyerapan tenaga kerja di lapangan usaha pertanian terkonfirmasi oleh peningkatan tenaga kerja berdasarkan

pendidikannya. Tenaga kerja dengan

pendidikan SD ke bawah yang merupakan

karakteristik dari lapangan usaha pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 17,8% (yoy), lebih tinggi dibandingkan Februari 2016 sebesar 3,7%. Peningkatan tersebut mendorong jumlah tenaga kerja berpendidikan SD ke bawah bertambah sebanyak 70,7 ribu jiwa menjadi 468,4 ribu jiwa pada Februari 2017. Adapun tenaga kerja dengan pendidikan SD ke bawah memiliki pangsa 42,2% dari total seluruh tenaga kerja di Sulawesi Utara.

Tabel 6.4. Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi

yang Ditamatkan (ribu orang)

Sumber: Badan Pusat Statistik

Perbaikan keadaan ketenagakerjaan yang tercermin dari penurunan TPT terjadi di seluruh jenjang pendidikan tenaga kerja. TPT

penduduk dengan pendidikan SD ke bawah dan Diploma I/II/III merupakan yang terendah, sedangkan TPT penduduk dengan pendidikan SMA dan SMK merupakan yang tertinggi.

Tabel 6.5. Tingkat Pengangguran Terbuka Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan (%)

Sumber: Badan Pusat Statistik

6.2. KESEJAHTERAAN

Kondisi kesejahteraan di Sulawesi Utara secara umum mengalami peningkatan seiring

dengan perbaikan indikator-indikator

kesejahteraan. Indikator-indikator tersebut

antara lain upah, tingkat kemiskinan, Nilai Tukar Petani dan Indeks Kebahagiaan Penduduk.

Lapangan Pekerjaan Utama Feb-15 Feb-16 Feb-17 Growth Feb-16 Growth Feb-17 Pangsa Feb-17 Pertanian 371.6 317.8 370.2 -14.5% 16.5% 31.32% Industri 51.2 57.1 90.1 11.6% 57.7% 7.62% Konstruksi 67.1 94.0 86.3 40.2% -8.3% 7.30% Perdagangan 249.1 255.6 275.0 2.6% 7.6% 23.27% Transportasi 97.1 93.2 86.0 -4.0% -7.8% 7.28% Keuangan 33.6 23.6 24.6 -29.6% 4.0% 2.08% Jasa Kemasyarakatan 190.0 220.6 212.5 16.1% -3.7% 17.98% Lainnya 18.1 29.3 37.3 62.0% 27.3% 3.15%

Status Pekerjaan Feb-15 Feb-16 Feb-17 Growth Feb-16 Growth Feb-17 Pangsa Feb-17 Formal 416.40 471.10 471.30 13.14% 0.04% 39.88% Informal 661.30 620.30 710.60 -6.20% 14.56% 60.12%

Pendidikan Tertinggi yang

Ditamatkan Feb-15 Feb-16 Feb-17 Growth Feb-16 Growth Feb-17 Pangsa Feb-17 SD Ke bawah 383.5 397.7 468.4 3.7% 17.8% 39.6% SMP 218.8 206.5 234.5 -5.6% 13.6% 19.8% SMA 224.4 229.3 226.7 2.2% -1.1% 19.2% SMK 119.3 90.5 126.1 -24.2% 39.3% 10.7% Diploma I/II/III 23.8 24.1 33.4 1.3% 38.5% 2.8% Universitas 107.9 103.6 92.9 -3.9% -10.4% 7.9% 2016 2017 Feb Feb SD Ke bawah 3.95 2.72

Sekolah Menengah Pertama 6.70 5.63

Sekolah Menengah Atas 9.17 9.76

Sekolah Menengah Kejuruan 16.05 9.62

Diploma I/II/III 7.08 4.03

Universitas 11.59 10.26

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan

48

Pada tahun 2017, upah minimum provinsi (UMP) meningkat sehingga mendorong kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara.

Upah Minimum Provinsi Sulawesi Utara tahun 2017 ditetapkan pemerintah daerah sebesar Rp 2.598.000,00 meningkat sebesar 8,25% (yoy) dari UMP tahun 2016 yakni Rp 2.400.000,00. Berdasarkan spasialnya, UMP Provinsi Sulawesi Utara merupakan UMP tertinggi ketiga secara Nasional (di bawah Jakarta dan Papua). Hal ini sejalan dengan peningkatan Upah Minimum Kota (UMK) Manado tahun 2017 yang ditetapkan lebih tinggi dari UMP Sulawesi Utara yaitu sebesar Rp 2.650.000,00. Diharapkan dengan adanya peningkatan UMK ini dapat membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Manado.

Naiknya kesejahteraan masyarakat Sulawesi Utara juga tercermin dari tingkat kemiskinan yang mengalami penurunan. Pada posisi

Maret 2017, tingkat kemiskinan di Sulawesi Utara tercatat sebesar 8,10%, menurun dari posisi Maret 2016 (8,34%). Hal ini didorong oleh menurunnya jumlah pengangguran di Sulawesi Utara sebagai dampak dari kinerja perekonomian yang meningkat pada triwulan I 2017 dibanding tahun sebelumnya. Perbaikan kesejahteraan juga tercermin dari peningkatan pendapatan masyarakat di tengah garis kemiskinan yang bergeser naik, sementara tingkat kemiskinan mengalami penurunan. Garis kemiskinan total termasuk makanan dan non-makanan pada Maret 2017 sebesar Rp 333.510/kapita/bulan, meningkat dari Rp 317.478 pada Maret 2016. Meskipun garis kemiskinan meningkat, namun tingkat kemiskinan mengalami penurunan, sehingga diindikasikan pendapatan meningkat lebih tinggi dibandingkan kenaikan garis kemiskinan. Perbaikan tingkat kemiskinan yang terjadi di Sulawesi Utara menunjukkan bahwa daya beli masyarakat mengalami kenaikan yang tercermin dari Indeks Kedalaman Kemiskinan menurun dari 1,534 pada Maret 2016 menjadi 1,368 pada Maret 2017. Namun demikian, menurut daerahnya, kenaikan daya beli hanya

terjadi pada penduduk di pedesaan, sementara daya beli penduduk di perkotaan mengalami penurunan. Indeks Kedalaman Kemiskinan di perkotaan meningkat dari 0,784 menajdi 0,794. Hal tersebut sejalan dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang mengalami perlambatan pada triwulan I 2017 yaitu sebesar 4,38% (yoy) jika dibandingkan dengan triwulan VI 2016 yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,52% (yoy). Perbaikan tingkat kemiskinan juga terjadi di seluruh lapisan masyarakat tercermin dari Indeks Keparahan Kemiskinan mengalami penurunan, dari 0,456 menjadi 0,351. Namun sama halnya dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan, perbaikan ketimpangan pengeluaran di antara penduduk miskin hanya terjadi di pedesaan, sedangkan ketimpangan meningkat di daerah perkotaan. Kondisi tersebut sejalan dengan kinerja lapangan usaha pertanian meningkat dimana lapangan usaha tersebut terkonsentrasi di daerah pedesaan. Selain dampak dari peningkatan pertumbuhan ekonomi, perbaikan keadaan kesejahteraan didukung juga oleh faktor lain antara lain inflasi harga bahan pangan yang terkendali dan program pemerintah daerah “ODSK” Operasi Daerah Selesaikan Kemiskinan yang terbukti efektif dalam mengurangi kemiskinan. Apabila dibandingkan dengan nasional dan provinsi lain di Kawasan Sulawesi, tingkat kemiskinan Sulawesi Utara merupakan yang paling rendah, di bawah Sulawesi Selatan (9,38%) dan nasional (10,64%), sedangkan tingkat kemiskinan tertinggi tercatat di Provinsi Gorontalo dengan tingkat 17,65%.

Tabel 6.6. Indikator Keadaan Kesejahteraan

Sumber: Badan Pusat Statistik

Kesejahteraan petani di Sulawesi Utara masih relatif rendah yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang masih berada di bawah level sejahtera (100). NTP Sulawesi Utara pada

Indikator Mar-16 Mar-17

Tingkat Kemiskinan (%) 8.34 8.10 Jumlah Penduduk Miskin (ribu jiwa) 202.82 198.88 Garis Kemiskinan (Rp/kapita/bulan) 317.48 333.510 Indeks Kedalaman Kemiskinan 1.534 1.368 Indeks Keparahan Kemiskinan 0.456 0.351

49 triwulan II 2017 relatif sama dengan triwulan

sebelumnya, namun pertumbuhan tahunannya mengalami perbaikan. NTP pada triwulan II 2017 tercatat sebesar 92,33, membaik (-4,74% yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya (-5,14% yoy). Membaiknya NTP sejalan dengan membaiknya kondisi pertanian pada tahun 2017 seiring dengan berakhirnya El Nino pada semester I 2016. Namun demikian, angka NTP Sulut masih berada di bawah batas kesejahteraan. Hal tersebut disebabkan oleh Indeks Dibayar Petani yang cenderung meningkat dibandingkan Indeks Diterima Petani yang cenderung rendah. Faktor utama yang memengaruhi hal tersebut yaitu kenaikan komponen konsumsi rumah tangga subkelompok bahan makanan. Hal ini sejalan dengan tekanan harga terhadap bahan pokok utamanya komoditas bumbu-bumbuan (bawang, cabai rawit dan tomat) jelang hari raya Idul Fitri dan Perayaan Pengucapan di wilayah Minahasa.

Grafik 6.2. Perkembangan NTP Sulut

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Berdasarkan subsektor, petani pada subsektor perikanan merupakan yang paling sejahtera, hal ini terlihat dari angka NTP yang lebih besar dari dibandingkan dengan subsektor lainnya yaitu 101,99. Peningkatan kesejahteraan kelompok nelayan salah satunya disebabkan oleh preferensi pelaku usaha yang mulai menggandeng kelompok nelayan sebagai pemasok bahan baku pasca pemberlakuan kebijakan moratorium dan transhipment meski kini kebijakan tersebut telah direlaksasi secara bertahap. Dengan menggunakan ukuran yang sama, petani di subsektor tanaman pangan dan hortikultura masih berada di bawah batas

sejahtera dengan NTP masing-masing 90,81, dan 94,73. Kondisi curah hujan yang cukup tinggi pada triwulan II 2017 mengakibatkan pertumbuhan hama yang cukup cepat sehingga berdampak pada kualitas maupun kuantitas produksi padi, utamanya di wilayah lumbung padi Kab. Bolaang Mongondow dan sekitarnya. Di sisi lain, kesejahteraan petani di subsektor perkebunan yang masih cukup jauh dari batas sejahtera perlu menjadi perhatian. Minimnya kualitas kelapa serta penurunan harga komoditas kopra menjadi 10.000-11.300/kg dari sebelumnya berada pada kisaran 11.500-12.000/kg menjadi salah satu penyebab penurunan NTP subsektor perkebunan.

Grafik 6.3. NTP Sulut per Subsektor Triwulan II 2017

Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah

Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara Tahun 2017 meningkat dan merupakan tiga provinsi yang memiliki Indeks Kebahagiaan tertinggi di Indonesia. Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara

tahun 2017 berdasarkan Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) sebesar 73,69 pada skala 1-100. Indeks Kebahagiaan merupakan indeks komposit yang disusun oleh tiga dimensi, yaitu Kepuasan Hidup (Life Satisfaction), Perasaan (Affect), dan Makna Hidup (Eudaimonia). Besarnya indeks masing-masing dimensi penyusun Indeks Kebahagiaan yaitu Indeks Dimensi Kepuasan Hidup sebesar 74,27, Indeks Dimensi Perasaan sebesar 69,29 dan Indeks Dimensi Makna Hidup sebesar 77,11. Adapun kontribusi masing-masing dimensi terhadap Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara adalah Kepuasan Hidup (34,80%), Perasaan (31,18%) dan Makna Hidup (34,02%). Apabila dibandingkan dengan

6 5 4 3 2 1 0 1 2 88 90 92 94 96 98 100 102

I II III IV I II III IV I II III IV I II

2014 2015 2016 2017 % yoy Indeks NTP Pertumbuhan (rhs) 92.33 90.81 94.73 86.81 99.90 101.99

NTP Pangan Holtikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Batas Minimum Sejahtera

50 nasional dan provinsi lain di Kawasan Sulawesi,

Indeks Kebahagiaan Sulawesi Utara merupakan yang paling tinggi. Sementara itu, di KTI, Sulut berada di bawah Maluku Utara (75,68) dan Maluku (73,77), dengan Indeks

Kebahagiaan terendah tercatat di Provinsi Papua yaitu sebesar 67,52.

51

Bab VII.

Prospek Perekonomian Daerah

Dokumen terkait