• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

4.2. Profil Informan

4.2.2 Informan Biasa 1. Wito

Wito (30) tahun adalah sub agen Tela-Tela Fried Cassava di jalan Gatot Subroto Keluran Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah yang mempunyai 2 outlet yaitu di jalan Gatot Subroto dan jalan Sumber, Padang Bulan. Telah ± I tahun menggeluti bidang ini. Awal ketertarikannya memulai usaha ini karena melihat maraknya penjualan Tela-Tela dan modal yang tidak banyak yaitu 4 juta yang diserahkannya kepada Master Franchise II Medan dengan kontrak dua tahun dan memberikan laporan keuangan kepada Master Franchisee II Medan setiap harinya . Uang tersebut sudah termasuk gerobak, alat-alat masak, pembungkus serta bumbu. Tugasnya adalah mengawasi outlet-outletnya agar tetap berjalan dengan menjaga kualitas rasa serta mengingatkan karyawan agar selalu ramah kepada pembeli dan pelanggan dan

memberikan laporan keuangan kepada Master Franchisee II Medan serta membeli bahan-bahan yang telah habis kepada Master Franchisee II Medan. Adapun keunikan pada gerai dibandingkan yang gerai lainnya adalah pada dinding gerai dihiasi lampu hias dan pada atas gerai di beri dua lampu merah seperti lampu ambulans. Hal ini merupakan inisiatif Wito untuk menarik calon pembeli. Berikut penuturannya :

“ Keunikan dari punyaku ini adalah lampu-lampu hias di sepanjang dinding gerai. Ini kumaksudkan untuk menarik pembeli supaya beli di sini. Setelah beli, manatau bisa jadi pelanggan”

(Hasil wawancara bulan Agustus).

Alasan pemilihan lokasi ini karena tingginya mobilitas masyarakat yang berlalu-lalang di wilayah ini serta mempunyai tantangan yang besar yaitu adanya pasar modern yaitu Medan Plaza dan Medan Fair Plaza dan salah satu pasar yang terkenal di kota Medan yaitu Pasar Petisah. Berikut

penuturannya :

“setelah dikasih izin ama bu Sulis, aku pilih tempat ini karena ramenya orang lewat disini serta ada dua plaza yaitu Medan Plaza dan di depan ini dan di sana ada pasar terkenal yaitu Pasar Petisah jadi, lebih menantang”

(Hasil wawancara bulan Agustus)

2. Uti

Uti (24 tahun) adalah seorang karyawan Tela-Tela Fried Cassava lulusan SLTA yang telah bekerja sejak lima bulan yang lalu sampai sekarang dengan gaji Rp 800.000,-/bulan dengan jam kerja mulai pukul 09.00

Wib-21.00 Wib setiap hari Senin-Sabtu. Pekerjaan sebelumnya adalah karyawan toko grosir, dan memilih bekerja di sini karena lebih dekat dengan tempat tinggal. Dalam proses wawancara, kadang-kadang terputus karena adanya pembeli namun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dijawab dengan santai saja.

Pekerjaan Uti tidaklah berat, mulai dari memasak ubi yang sudah direbus, meraciknya dengan bumbu dan mengemasnya. Bekal itu di dapatnya ketika di-training oleh ibu Sulistyaningtyas. Walaupun, outlet ini dimiliki oleh sub agen tapi ibu sulistyaningtyas tetap mengajari karyawan untuk mengolah Tela-Tela tersebut. Berikut penuturannya :

“Sebelum kerja tetap, aku di ajari selama satu hari tentang mengolah Tela-Tela, berapa timbangannya, memasaknya hingga menguning, cara mengaduknya dan mengemasnya. Semua itu diajari ibu Sulis. (Hasil wawancara, bulan Agustus 2008)

Tersedia 14 rasa unik dan modern dengan harga Rp 3.500-Rp 4.000 dengan timbangan 1,5 ons. Terkadang ada permintaan konsumen untuk menambah sedikit lebih banyak namun, tidak di beri olehnya karena itu sudah standarnya. apalagi bahan ubi tersebut telah ditimbang sebelum sampai kepadanya yaitu bahan dan bumbu dari Master Franchisee yang telah ditimbang yaitu 10 Kg/plastik besar.

Outlet ini menghabiskan ubi ± 20 Kg/hari atau 2 plastik besar dengan jumlah pembeli ± 83 orang. Yang sebagian besar adalah pelanggan Tela-Tela Fried Cassava yaitu karyawan dari toko-toko ataupun plaza di sekitarnya, selebihnya adalah orang yang melintas. Menurutnya orang membeli Tela-Tela

di sini karena unik dan murah. Mulai dari warna outlet, rasa dan pengemasannya. Rasa yang paling diminati pembeli adalah Barbeque dan Balado.

3. Murni

Murni (40 tahun) adalah salah satu pelanggan Tela-Tela Fried Cassava. Nenek yang sehari-hari tidak mempunyai pekerjaan, selalu menghabiskan waktu dengan cucu di rumah yang tidak jauh dengan lokasi penjualan. Nenek ini adalah penggemar berat ubi sejak masih muda. Semenjak dia mengetahui Tela-Tela Fried Cassava dari televisi maka nenek ini mulai menjadi pelanggan Tela-Tela tersebut. Dari setahun yang lalu, hampir setiap hari dia membeli ubi gaul di sini dengan rasa Ballado. Selain karena dekat dari rumah, Tela-Tela Fried Cassava lebih gurih dibanding produk sejenisnya. Berikut penuturannya :

“ Nenek suka ubi, dari muda dulu. Waktu nenek nonton tv penguasahanya di wawancarai, yang dari jogja. Ternyata Tela-Tela yang inih (sambil menunjuk outlet). Karena deket dari rumah jadi sering-sering beli. Di pringgan juga ada, tapi lebih gurih di sini.kreyes kreyes makannya”

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008).

4. Fina

Fina (21 tahun) adalah seorang gadis manis yang mempunyai toko sepatu. Awalnya dia tidak menyukai ubi. Namun, karena penasaran dengan warna-warna yang cerah pada outlet tersebut membuat dia mencoba produknya. Rasa penasarannya bertambah ketika si karyawan menawarkan

banyak rasa. Agak sedikit bingung akhirnya dia memilih rasa Ballado. Berikut penuturannya :

“Warnanya itu lho yang buat aq tertarik dan rasa-rasa yang gak mungkin kalilah ubi koq rasanya aneh-aneh, malah agak sok gaul (sambil tertawa).

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008)

Setelah itu, dia mulai menyukai Tela-Tela Fried Cassava dengan rasa Ballado yang menjadi pilihannya. Apalagi murahnya harga serta kemasannya membuat semakin gaul tapi tidak boros membuatnya hampir setiap hari membelinya. Berikut penuturannya :

“Aku suka pedas. Ballado kan pedas jadi sama dia. Harganya pun murah. Adek bayangkan aja, di Carrefour mana ada makanan yang harganya tiga setengah. Plus bungkusnya ini, gak malu-maluin

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008)

5. Nita

Nita (21 tahun) adalah karyawan di salah satu toko di Medan Fair Plaza. Awal mulanya dia di ajak temennya untuk membeli Tela-Tela Fried Cassava. Murahnya harga dan rasa yang beraneka ragam membuat dia menjadi pelanggan Tela-Tela Fried Cassava yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Setiap pulang kerja sambil menunggu angkutan umum dia membeli Tela-Tela.

“Makanan ini cocok untuk cemilan aku waktu nunggu angkot. Ngenyangin, enak dan murah.

6. Anton

Anton (20 tahun), seorang mahasiswa yang lagi jalan-jalan di Medan Fair Plaza adalah penggemar berat Tela-Tela Fried Cassava. Dia tidak menyukai ubi karena merupakan makanan masyarakat desa. Namun, dengan rasa yang gaul, unik dan modern membuatnya menjadi pelanggan Tela-Tela Fried Cassava. berikut penuturannya :

“Ubi kan makanan desa, gue kan orang kota. Tapi…….karena rasanya yang gaul ituh, saya jadi suka. Apalagi ini kan lagi booming-booming. Kalo murahnya seh, bukan karena itu gue beli tapi ra..sa…nya!”

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008) 7. Rizal

Rizal (25 tahun) adalah menejer di Matahari dengan penghasilan ± Rp 3 juta menyukai makanan tradisional ini. Bosan dengan makanan impor, membuat dia beralih ke Tela-Tela. Di waktu istirahat pekerjaan, dia menyempatkan untuk membeli Tela-Tela Fried Cassava. kebiasaan tersebut dilakukannya sejak tiga bulan yang lalu.

Berikut penuturannya :

“Bosen dengan makanan impor, yang pizza lah, Mc D, sampe makanan jepang. Abang memang penyuka makanan tradisional seperti ayam penyet dan bakso. Nah, tela-tela ini juga abang sukai karena memang dari ubi. Kalo rasanya gak berapa kali suka,mungkin karena dah bosen yah rasa-rasa modern. Kalo abang beli Tela-Tela gak dicampur bumbu, lebih original. Dimakan selagi hangat, wah enak tenan”

8. Dedi

Dedi (22 tahun) adalah seorang karyawan yang sedang berbelanja di Medan Fair Plaza. Membeli Tela-Tela karena sedang menunggu angkutan umum.alasan memilih Tela-Tela karena murah dan rasanya yang beraneka. Namun, dia bukanlah penggemar Tela-Tela jadi, ketika lagi berbelanja saja dan tidak mempunyai uang.

Berikut penuturannya :

“Abis dari belanja dek, sekalian nyobain Tela-Tela ini sambil nunggu angkot. Harganya juga murah”

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008).

9. Pretti

Pretti (17 tahun) adalah seorang mahasiswa yang sedang menghabiskan waktunya di Medan Fair Plaza. Baru pertama kali membeli Tela-Tela karena di rayu temannya. Dia segan menolak, hingga akhirnya membeli sebungkus Tela-Tela Fried Cassava rasa jagung bakar. Berikut penuturannya :

“Inih..nih diajak dia, males aja cobain makanan yang aneh- aneh. Terpaksa juga aq beli. Lumayan enak sih, tapi gak terlalu wah”

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008)

10. Mismi Z

Mismi Z (45 tahun) adalah seorang staf pemerintahan yang bekerja di kelurahan Petisah Tengah, Medan Petisah. Bekerja sejak tahun 1999 sampai saat ini sudah menduduki posisi seksi umum. Informasi yang diberikan lebih

kepada lokasi penelitian yaitu jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah. Menurutnya, persaingan antara pedagang ataupun pengusaha disini selalu berputar, sehingga tingginya persaingan tersebut, banyak pedagang yang gulung tikar tetapi tidak mengurangi para pedagang untuk mengais rezeki disini. Berikut penuturannya :

“Maaf yah dek, kalo masalah waralaba, bapak gak ngerti tapi kalo tanyak mengenai kelurahan ini, bisalah bapak bantu. Disini, persaingannya tinggi sekali apalagi di kalangan pengusaha atau pedagang. Yang kalah yang gulung tikar dan yang lainnya berlomba-lomba mengais rezeki disini. Gak jera-jera. Namanya juga cari makan dek”

(Hasil wawancara bulan September 2008)

Dokumen terkait