• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Pedagang Waralaba Dalam Merekrut Pelanggan (Studi Deskriptif : Pedagang Tela-Tela Fried Cassava di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Petisah Tangah, Kecamatan Medan Petisah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Pedagang Waralaba Dalam Merekrut Pelanggan (Studi Deskriptif : Pedagang Tela-Tela Fried Cassava di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Petisah Tangah, Kecamatan Medan Petisah)"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PEDAGANG WARALABA

DALAM MEREKRUT PELANGGAN

(Studi Deskriptif : Pedagang Tela-Tela Fried Cassava di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Petisah Tangah, Kecamatan Medan

Petisah)

Oleh :

030901048

ARLISA RAKHMADANI

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS IMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Arlisa Rakhmadani

NIM : 030901048

Departemen : Sosiologi

Judul :

STRATEGI PEDAGANG

WARALABA DALAM MEREKRUT

PELANGGAN (Studi Deskripsi :

pedagang Tela-Tela Fried Cassava di

jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah

Tengah, kecamatan Medan Petisah)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Sismudjito, M.Si

NIP . 132 270 051 NIP 131 996 175

DR. Badaruddin M.A

Dekan

NIP 131 757 010

(3)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Pedagang Waralaba Dalam Merekrut Pelanggan (Studi Deskripsi : Pedagang Tela-Tela Fried Cassava di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, berawal dari maraknya pedagang waralaba yang mempunyai produk sejenis yaitu tela-tela. Persaingan global yang telah mengubah peta persaingan melahirkan sistem pemasaran baru yaitu waralaba. Dengan bertambahnya pesaing-pesaing baru dalam dunia usaha membuat para pengusaha atau pedagang harus berpikir seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan serta mempertahankan keberadaan para pelanggan dan pembeli (konsumen) yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan sirkulasi pasar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah

Master Franchisee, Sub Master Franchisee, karyawan serta pembeli dan pelanggan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan-catatan dari setiap kali turun lapangan.

Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa tingginya kompetisi pasar di wilayah tersebut baik produk lokal maupun luar negeri membuat pedagang Tela-Tela harus mampu melakukan kreativitas maupun inovasi produk. Harga murah, kemasan pembungkus, ramah tamah karyawan, dan produk Tela-Tela Fried Cassava yang diolah dengan bahan tradisional dan keunggulan rasa yang modren yaitu rasa keju, barbeque, ayam, pizza, kebab, balado, lado mudo, rujak, pepperoni, pedas asin, pedas manis, super pedas, jagung manis, jagung pedas, jagung bakar dan campur, membuat pedagang Tela-Tela Fried Cassava dapat bertahan dan merekrut pelanggan. Warna yang mencolok di gerai merupakan daya tarik terbesar untuk menarik perhatian pelanggan. Untuk menghadapi persaingan produk sejenis, maka Tela-Tela Fried Cassva mempertahankan kualitas, meningkatkan aneka produk serta memiliki hak paten merek Tela-Tela Fried Cassava. Bertahannya pelanggan membeli produk Tela-Tela Fried Cassava adalah strategi-strategi yang berhasil dilakukan dalam merekrut pelanggan

Untuk menjalankan peran dan tanggung jawab Master Franchisee juga dibantu oleh Franchisor maupun Master Franchisee

(4)

KATA PENGANTAR

Syukur Alhambulillah penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,

atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi yang berjudul “Strategi

Pedagang Waralaba dalam Merekrut Pelanggan (Studi Deskriptif :

pedagang Tela-Tela Fried Cassava di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan

Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah), disusun sebagai salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP-USU). Secara

ringkas skripsi ini menggambarkan strategi-strategi pedagang waralaba

dalam mempertahankan pelanggan pada persaingan dengan pasar-pasar

modern.

Penulis menyadarai sepenuhnya bahwa tanpa dukungan dari

berbagai pihak skripsi ini tidak akan terselesaikan. Untuk itu penulis

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada seluruh pihak

yang telah membantu dengan sepenuh hati, baik berupa ide, semangat,

doa, bantuan maupun materil sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

Penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih yang

sebesar-besarnya dan tiada henti-hentinya penulis ucapkan kepada Ibu tercinta, S

br Sembiring yang dengan cinta kasihnya memotivasi dan mengingatkan

(5)

Izinkan penulis menyampaikan penghargaan yang tulus dan

ucapan terima kasih yang mendalam kepada pihak-pihak yang telah

membantu penyelesaian skripsi :

1. Bapak Prof DR. M. Arief Nasution, M.A, selaku Dekan Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak DR. Badaruddin, M.A, selaku ketua departemen Sosiologi

dan ibu Dra. Rosmiani, M.Si selaku sekretaris departemen

Sosiologi Universitas Sumatera Utara dan dosen wali.

3. Rasa hormat dan terima kasih yang tidak akan dapat penulis

ucapkan dengan kata-kata kepada bapak Drs. Sismudjito, M.Si,

selaku dosen pembimbing yang telah banyak mencurahkan

waktu, tenaga, ide-ide dan pemikiran dalam membimbing

penulis dari awal hingga penyelesaian penulisan skripsi ini.

4. Segenap dosen, staff, dan seluruh pegawai Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara, kak Fenni dan kak

Betti yang telah cukup banyak membantu penulis sejak masa

perkuliahan hingga meja hijau.

5. Saudara-saudara yang saya sayangi, adekku Lia, Agung dan

Ikbal yang telah memberikan semangat kepada penulis.

6. Para informan yang telah banyak membantu memberikan

informasi yang dibutuhhan dalam penulisan skripsi ini. Terima

(6)

7. Kawan-kawan satu angkatan di Sosiologi Sos 03, terutama

kepada Madan, Lena, Grace, Achong, Sri ‘cumi’, Ndah, Kiki,

Cecep, Feri, Vorta, Ferdinan, Bastian, Sidiq dan David markus

yang memberikan keceriaan dan teman-teman yang tidak dapat

disebutkan satu persatu.

8. Keluarga Besar IMASI (Ikatan Mahasiswa Sosiologi) FISIP

USU, adik-adik junior, abang/kakak senior terutama mas Ded

(Sos 01) yang telah meluangkan waktu untuk diskusi.

9. Anak-anak KU (KOMPAS-USU) yang seangkatan ‘SYLVA

DUPA’ terutama marihot dengan kesabaran, perhatian, kasih dan

semangatnya untuk segera menyelesaikan skripsi, Tari yang

mengutangkan pulsa serta menemani petualangan alam bebas

“alam memang ganas tapi indah”, Yoyo, April, Vani, Ibid, Rio,

Arif dan tujuh belas orang lainnya yang tidak kusebutkan satu

persatu

10. Senior-senior KOMPAS-USU yang telah menempa

kepribadianku menjadi lebih percaya diri dan mengasah

kemampuanku serta junior-junior yang menjadi cerminan diriku

untuk bersikap sebagai bagian dari masyarakat

11. Pengurus KOMPAS-USU periode 2008/2009 yang telah

(7)

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi terdapat

berbagai kekurangan dan keterbatasan, untuk itu penulis

mengharapkan masukan dan saran-saran yang sifatnya membangun

demi kebaikan tulisan ini. Demikianlah yang dapat penulis

sampaikan, semoga tulisan ini bisa bermanfaat bagi para pembaca,

dan akhir kata dengan kerendahan hati, penulis mengucapkan terima

kasih banyak kepada semua pihak yang telah membantu skripsi ini.

Medan, September 2008

(Penulis)

(8)

DAFTAR ISI

halaman

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

Daftar Gambar ... x

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1. Manfaat Teoritis ... 6

1.4.2. Manfaat Praktis ... 6

1.5. Definisi Konsep ... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA ... 9

BAB III. METODE PENELITIAN ... 14

3.1. Jenis Penelitian ... 14

3.2. Lokasi Penelitian ... 14

3.3. Unit Analisa dan Informan ... 15

3.3.1. Unit Analisa ... 15

3.3.2. Informan ... 15

(9)

b. Informan Biasa ... 16

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 17

3.5. Interpretasi Data ... 18

3.6. Jadwal Kegiatan ... 19

BAB IV. DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA ... 21

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 21

4.1.1. Sejarah Kelurahan Petisah ... 21

4.1.2. Topografi, Keadaan Alam dan Batas Wilayah ... 21

4.1.3. Administrasi Desa ... 22

4.1.4. Tata Penggunaan Lahan ... 25

4.1.5. Komposisi Penduduk ... 26

1. Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26

2. Berdasarkan Kelompok Usia ... 27

3. Berdasarkan Agama ... 28

4. Berdasarkan Suku ... 29

5. Berdasarkan Bidang Pekerjaan ... 30

6. Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31

4.1.6. Sarana dan Prasarana Kelurahan Petisah Tengah ... 32

4.2. Profil Informan ... 35

4.2.1. Informan Kunci ... 35

4.2.2. Informan Biasa ... 42

4.3. Strategi Tela-Tela Fried Cassava Merekrut Pelanggan ... 48

(10)

4.3.2 Pelanggan Bertahan Membeli Tela-Tela Fried

Cassava ... 65

BAB IV. PENUTUP ... 68

5.1 Kesimpulan... 68

5.2 Saran ... 70

(11)

DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1. Jadwal Kegiatan ... 19

Tabel 2. Tata Penggunaan Lahan... 25

Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 26

Tabel 4. Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia ... 27

Tabel 5. Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama ... 28

Tabel 6. Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku ... 29

Tabel 7. Jumlah Penduduk Berdasarkan Bidang Pekerjaan ... 30

Tabel 8. Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 31

(12)

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar I. Struktur Organisasi Pemerintahan Kelurahan Petisah Tengah ... 23

(13)

Nama : Jenis Kelamin : Agama : Umur : Pekerjaan : Alamat : Penghasilan : Pertanyaan

1. Sejak kapan bekerja di Tela-tela?

2. Bagaimana anda dapat bekerja disini?

3. Apakah anda menjalani training sebelum bekerja disini?

4. Berapa jam anda bekerja dalam satu hari?

5. Apa tugas anda?

6. Darimana anda mendapatkan bahan tela-tela (ubi, bumbu, minyak) bahan dagangan anda?

7. Berapa besar jumlah bahan tela-tela (ubi, bumbu, minyak) yang habis daam satu hari?

8. Menurut anda berapa jumlah pembeli dalam satu hari?

9. Menurut anda, apa yang menjadi alasan pelanggan membeli tela?

10.Pilihan rasa apa yang paling diminati oleh pelanggan tela-tela?

(14)

ABSTRAK

Penulisan skripsi yang berjudul “Strategi Pedagang Waralaba Dalam Merekrut Pelanggan (Studi Deskripsi : Pedagang Tela-Tela Fried Cassava di Jalan Gatot Subroto, Kelurahan Petisah Tengah, Kecamatan Medan Petisah, berawal dari maraknya pedagang waralaba yang mempunyai produk sejenis yaitu tela-tela. Persaingan global yang telah mengubah peta persaingan melahirkan sistem pemasaran baru yaitu waralaba. Dengan bertambahnya pesaing-pesaing baru dalam dunia usaha membuat para pengusaha atau pedagang harus berpikir seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan serta mempertahankan keberadaan para pelanggan dan pembeli (konsumen) yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan sirkulasi pasar.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara dan studi kepustakaan. Adapun yang menjadi unit analisa dan informan dalam penelitian ini adalah

Master Franchisee, Sub Master Franchisee, karyawan serta pembeli dan pelanggan. Interpretasi data dilakukan dengan menggunakan catatan-catatan dari setiap kali turun lapangan.

Hasil penelitian lapangan menunjukkan bahwa tingginya kompetisi pasar di wilayah tersebut baik produk lokal maupun luar negeri membuat pedagang Tela-Tela harus mampu melakukan kreativitas maupun inovasi produk. Harga murah, kemasan pembungkus, ramah tamah karyawan, dan produk Tela-Tela Fried Cassava yang diolah dengan bahan tradisional dan keunggulan rasa yang modren yaitu rasa keju, barbeque, ayam, pizza, kebab, balado, lado mudo, rujak, pepperoni, pedas asin, pedas manis, super pedas, jagung manis, jagung pedas, jagung bakar dan campur, membuat pedagang Tela-Tela Fried Cassava dapat bertahan dan merekrut pelanggan. Warna yang mencolok di gerai merupakan daya tarik terbesar untuk menarik perhatian pelanggan. Untuk menghadapi persaingan produk sejenis, maka Tela-Tela Fried Cassva mempertahankan kualitas, meningkatkan aneka produk serta memiliki hak paten merek Tela-Tela Fried Cassava. Bertahannya pelanggan membeli produk Tela-Tela Fried Cassava adalah strategi-strategi yang berhasil dilakukan dalam merekrut pelanggan

Untuk menjalankan peran dan tanggung jawab Master Franchisee juga dibantu oleh Franchisor maupun Master Franchisee

(15)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Globalisasi telah mengubah peta perdagangan dunia. Pasar yang semakin terbuka membuat persaingan semakin ketat dan melahirkan hiper kompetisi (hyper

competition). Dengan bertambahnya pesaing-pesaing baru dalam dunia usaha membuat para pengusaha atau pedagang harus berpikir seoptimal mungkin untuk mencapai tujuan. Belum lagi keberadaan para pelanggan dan pembeli (konsumen)

yang memegang peranan penting dalam keberlangsungan sirkulasi pasar. Pelanggan global yang telah bebas memilih mengenai produk-produk yang akan dibeli serta

dimana dia membeli menjadi manja dengan situasi global saat ini (

Pelanggan merupakan fokus dari aktivitas bisnis pasar apapun. Dengan

demikian, pelanggan adalah orang nomor satu di sirkulasi pasar. Ingatlah salah satu slogan ”costumer is our boss”. Segala sesuatunya harus dipandang dari sudut

pelanggan. Keingintahuan tentang pelanggan hendaknya terfokus pada apa yang sebenarnya mereka inginkan serta mengantisipasi apa yang mereka inginkan besok.

Penjualan bersifat dinamis, baik teknologi, pasar maupun ekonomi akan

berubah. Ekspektasi pelanggan berubah karena terimbas oleh perubahan, perkembangan informasi, provokasi pesaing dan sebagainya. Pelanggan lebih

(16)

mampu menyelaraskan antara kemampuan dan keterbatasannya untuk memanfaatkan

peluang sekaligus menahan ancaman yang diakibatkan perubahan tersebut.

Perubahan peta persaingan itu memaksa setiap pengusaha atau pedagang untuk mengubah strategi dasar mereka sehingga melahirkan sistem atau jenis pemasaran

baru, salah satunya adalah sistem waralaba (franchise).

Kata waralaba atau Franchise, berasal dari bahasa Prancis kuno (Franchise)

yang berarti bebas dari kungkungan/belenggu (free from servitude). Hakekat dari pengertian waralaba adalah mandiri atau bebas. Kata ’mandiri’atau ’bebas’ di sini lebih mengarah pada arti kepemilikan. Penerima waralaba (Franchisee) bukan

anak/cabang perusahaan atau unit (company-owned) pemberi waralaba (Franchisor). Hubungan antar kedua pihak ini bersifat horisontal. Dalam hubungan bisnis dan

aspek hukum keduanya setara, dalam arti sama-sama memiliki hak dan kewajiban yang harus ditaati dan dilaksanakan sesuai kesepakatan. Salah satu azas waralaba adalah kemitraan atau jaringan sosial, di dalam perjanjian waralaba, pemberi

waralaba (Franchisor) memberikan lisensi kepada penerima waralaba untuk dapat menggunakan merek dagang/jasa yang dimiliki oleh pemberi waralaba. Sistem bisnis

tersebut berupa pedoman yang mencakup standarisasi produk, metode untuk mempersiapkan atau mengolah produk atau makanan, atau metode jasa, standar rupa dari fasilitas bisnis, standar periklanan, sistem reservasi, sistem akuntansi, kontrol

persediaan, kebijakan dagang dan lain-lain.

Dalam setiap format bisnis waralaba, sang pemberi waralaba (Franchisor) baik

(17)

partisipasi dalam sistem waralaba yang dijalankan. Biaya biasanya terdiri atas biaya

awal, biaya royalti, biaya jasa, biaya lisensi atau biaya pemasaran. Untuk melebarkan wilayah usaha maka si pemberi waralaba (Franchisor) mencari sebanyak-banyaknya si penerima waralaba (Franchisee, Master Franchisee) sedangkan si penerima

waralaba akan mencari sebanyak-banyaknya Sub Master franchisee.

Pewaralabaan bisnis bertujuan meningkatkan efisien dan produktivitas. Ada

tiga alasan mengapa seorang pedagang mewaralabakan bisnisnya, yaitu : 1. Kekurangan modal untuk ekspansi usaha pasar

2. Kekurangan personil

3. Melakukan perluasan pasar secara cepat

Dari literatur, Isaac Singer (pencipta dan pemilik mesin jahit merek Singer),

dianggap sebagai pelopor waralaba. Pada tahun 1851, ia memasarkan produknya melalui penyalur-penyalur independen dengan memungut royalti. Walaupun demikian ada pula yang berpendapat jauh sebelum Isaac Singer, seorang pengusaha

di Cina telah mempraktekkannya. Mungkin, pelopor waralaba bukan Amerika Serikat melainkan Cina. Di AS, bisnis waralaba menyerap lebih dari 10 juta tenaga kerja dan

diperkirakan meningkat menjadi 15 juta pada tahun 2005. di Inggris total penjualan waralaba tahun 2000 menjadi 50, 24 miliar poundstering, dan meningkat 59,59 miliar poundsterling pada tahun 2001. Di AS dan Inggris, waralaba dijadikan program untuk

menanggulangi pengangguran dan mendorong kemajuan pengusaha kecil, yang merupakan perusahaan-perusahaan yang dimiliki dan dikendalikan suatu keluarga.

(18)

pertumbuhan bisnis waralaba. Di Indonesia, sistem ini mulai dikenal pada tahun

1950-an, pelopornya ialah Pertamina yang menjual minyak bumi atau melalui pompa-pompa bensin (SPBU). Kemudian perusahaan jamu antara lain Nyonya Meneer. Namun, mereka tidak pernah menyatakan bahwa sistem pemasaran dilakukan secara

waralaba (Karamoy, 1996:5).

Di tahun 1996, terdapat 154 franchisor pendatang baru diantaranya 20

franchisor lokal. Salah satunya adalah Tela-Tela Fried Cassava yang sampai saat ini laris di pasaran dengan produk singkong gaul. Tela-Tela Fried Cassava merupakan merek (brand) lokal dari Jogjakarta yang menyajikan makanan ringan siap saji (fast

food) yang mengandalkan bahan dasarnya ubi kayu dan keajaiban bumbu sehingga melahirkan rasa keju, barbeque, ayam, pizza, kebab, balado, lado mudo, rujak,

pepperoni, pedas asin, pedas manis, super pedas, jagung manis, jagung pedas, jagung bakar dan campur. Ubi kayu (Manihot Esculenta Grant) atau Singkong dalam bahasa Jawa atau Ketela menurut Rukmana dalam Simanjuntak, merupakan salah satu bahan

pangan yang utama. Dengan hadirnya singkong gaul mengubah citra ubi yang menjadi makanan kelas dua menjadi naik kelas

tanggal 19 Desember 2007).

Banyaknya permintaan membuat pedagang Tela-Tela Fried Cassava mewaralabakan usahanya dan hingga saat ini telah menjangkau 700 gerobak merah

kuning yang tersebar dari Aceh hingga Sorong dan Medan merupakan salah satu wilayah tersebut (Ardiansyah, 2008:16)

(19)

memunculkan strategi yang baru agar pembeli ataupun pelanggan tetap tertarik atau

bertambah. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mengetahui strategi-strategi yang dilakukan pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava khususnya pada pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava di jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah,

Kecamatan Medan Petisah-Medan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba untuk menarik suatu permasalahan agar lebih mengarah pada penelitian dimaksud yaitu :

1. Apakah strategi-strategi yang dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava yang berada di jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah,

kecamatan Medan Petisah- Medan dalam merekrut pelanggan?

2. Bagaimana Strategi Tela-Tela Fried Cassava terhadap maraknya produk sejenis? 3. Apakah penyebab para pelanggan bertahan membeli Tela-tela Fried

Cassava tersebut?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui strategi-strategi yang dilakukan oleh pedagang waralaba

khususnya pada pedagang waralaba Tela-tela Fried Cassava di jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah-Medan dalam

(20)

2. Untuk mengetahui hal-hal yang dilakukan dalam menghadapi maraknya produk

sejenis

3. Untuk mengetahui hal-hal apa saja yang menarik dari pedagang waralaba Tela-tela Fried Cassava sehingga para pelanggan membeli Tela-tela ?

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Untuk melatih kemampuan akademis sekaligus penerapan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh penulis.

2. Sebagai bahan rujukan bagi peneliti selanjutnya yang mempunyai ketertarikan dengan masalah penelitian ini

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Data-data dalam penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi perumus

Kebijakan dan instansi terkait.

2. Hasil penelitian ini dapat memberi masukan bagi pedagang (penerima

waralaba) Tela-Tela Fried Cassava

1.5. Definisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dalam memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan

(21)

1. Waralaba (Franchise) menurut peraturan menteri perdagangan (no.12/2006)

adalah perikatan antara pemberi waralaba dengan penerima waralaba dimana penerima waralaba diberikan hak untuk menjalankan usaha dengan memanfaatkan dan/atau menggunakan hak kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas

usaha yang dimiliki pemberi waralaba dengan sejumlah kewajiban menyediakan dukungan konsultan operasional yang berkesinambungan oleh pemberi waralaba

kepada penerima waralaba.

2. Pemberi waralaba (franchisor) adalah badan usaha atau perorangan yang memberikan hak kepada pihak lain untuk memanfaatkan dan atau menggunakan

hak atas kekayaan intelektual atau penerimaan atau ciri khas usaha yang dimilikinya.

3. Penerima Waralaba (Master Franchisee, Franchisee) adalah badan usaha atau perorangan yang diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan atau ciri khas yang dimiliki pemberi

waralaba.

4. Pedagang adalah orang atau institusi yang memperjualbelikan produk atau barang

kepada konsumen baik secara langsung maupun tidak langsung.

5. Pelanggan yaitu mereka datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli suatu barang atau jasa, tetapi tidak mempunyai ke (di) mana akan membeli.

6. Pembeli adalah mereka yang datang ke lokasi pasar dengan maksud untuk membeli suatu barang atau jasa, tetapi tidak mempunyai ke (di) mana akan

(22)

7. Stategi adalah rencana atau langkah tindakan mengarah pada alokasi sumber daya

langka organisasi atau badan usaha menurut waktu untuk mencapai tujuan

8. Merekrut adalah mencari atau mengajak orang-orang untuk ikut atau menikmati dan berpartisipasi dalam sebuah kegiatan.

9. Sub Master Franchisee adalah seseorang yang mempunyai gerai/gerobak yang dinaungi oleh Master Franchisee

10. Karyawan adalah pekerja

(23)

BAB II. KAJIAN PUSTAKA

Umumnya bertumbuhnya ekonomi selalu dijelaskan lebih karena faktor

eksternal seperti struktur dan sistem ekonomi. Namun, pengaruh internal juga sangat menentukan. Strategi utama yang harus dilakukan oleh pedagang waralaba Tela-Tela

Fried Cassava agar dapat banyak merekrut pelanggan adalah mengemas produk mereka dengan inovasi dan kreasi moderen yang mengikuti kualitas selera pelanggan.

Veblen memandang selera sebagai senjata dalam kompetisi. Kompetisi tersebut

berlangsung antarpribadi, antara seseorang dengan orang lain. Jika masyarakat tradisional, kepercayaan seseorang sangat dihargai sedangkan dalam masyarakat

modren, penghargaan diletakkan atas dasar selera dengan mengkonsumsi sesuatu yang merupakan refleksi. Konsumsi dapat dilihat sebagai pembentuk identitas. Barang-barang simbolis dapat juga dipandang sebagai sumber dengan mana

mengkonstruksi identitas dan hubungan-hubungan dengan orang lain yang menempati simbolis yang sama (Damsar, 2002:12).

Menurut Weber, gambaran gaya hidup tertentu dari kelompok status tertentu adalah konsumsi. Konsumsi dipandang dalam sosiologi bukan sekedar pemenuhan kebutuhan yang bersifat fisik dan biologis manusia tetapi terkait kepada aspek-aspek

sosial budaya. Konsumsi berhubungan dengan masalah selera, identitas, atau gaya hidup yang dapat berubah, dan tergantung pada persepsi tentang selera dari orang lain

(24)

2.1 Teori Aksi

Strategi pedagang waralaba dalam merekrut pelanggan diwujudkan dalam bentuk tindakan sosial yang penuh arti dilakukan oleh pedagang itu sendiri. Menurut Weber tindakan sosial adalah tindakan individu sepanjang tindakan itu mempunyai

makna atau arti subjek bagi dirinya (Damsar, 2002:124)

Tindakan pedagang waralaba menyangkut prilaku perdagangan yang

merupakan pertukaran prilaku dalam memberikan pelayanan kepada konsumen. Dalam hal ini termasuk melakukan adaptasi trend dan model yang beredar dipasaran. Dan merekapun memperhitungkan strategi dan merek dengan tujuan agar

memperoleh keuntungan sebagai pendapatan hidup sehingga strategi yang dilakukan dapat mempertahankan usahanya.

Pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava dalam strategi mempertahankan usahanya berusaha melebarkan jaringannya dan merekrut pelanggan melalui teori aksi tentang tindakan sosial sebagai konsep dasar dari Talcott Parsons mengatakan

bahwa manusia merupakan aktor yang kreatif dari realitas sosialnya dan memiliki kebebasan untuk bertindak. Menurut teori aksi manusia merupakan aktor yang aktif

dan kreatif dari realitas sosial. Asumsi teori aksi yakni :

1. Tindakan manusia mulai dari kesadaran sendiri sehingga subjek dan situasi eksternal dalam posisinya sebagai objek.

2. Sebagai subjek manusia bertindak untuk mencapai tujuan tertentu.

3. Dalam bertindak manusia menggunakan cara, teknik, metode, serta perangkat yang

(25)

4. Kelangsungan tindakan manusia hanya dibatasi oleh kondisi tidak dapat diubah

dengan sendirinya.

5. Manusia memilih, menilai dan mengevaluasi terhadap tindakan yang akan dilakukannya.

Talcott Parsons menggunakan istilah ”action” mengatakan secara tidak langsung aktifitas, kreatifitas, dan proses penghayatan diri individu dengan menyusun

skema unit-unit dasar tindakan sosial dan karekteristik sebagai berikut : 1. Adanya individu sebagai aktor.

2. Aktor dipandang sebagai pemburu tujuan tertentu

3. Aktor mempunyai alternatif cara, alat serta teknik untuk mencapai tujuan.

4. Aktor berhadapan dengan sejumlah kondisi/situasi serta dapat membatasi tindakan

untuk mencapai tujuan.

5. Aktor berada di bawah kendali nilai-nilai, norma-norma dan ide abstrak yang mempengaruhi dalam memilih dan menentukan tujuan serta tindakan alternatif

untuk mencapai tujuan (Ritzer, 2004:57).

Talcott Parsons juga mengatakan bahwa masyarakat adalah suatu organisme

yang hidup, agar dapat bertahan hidup dan mencapai suatu tujuan maka perlu empat prasyarat fungsional yaitu :

1. A-Adaptation (Adaptasi)

-Bahwa semua sistem sosial berawal dari hubungan dua (2) orang sampai dengan sistem sosial yang lebih besar dan rumit, harus mampu menyesuaikan

(26)

-Harus terdapat suatu penyesuaian dari sistem itu terhadap tuntutan kenyataan

yang keras dan mungkin dapat diubah dari lingkungan.

-Juga dapat dilakukan proses transformasi aktif dari situasi itu, yakni menggunakan keadaan lingkungan sebagai alat untuk mencapai tujuan.

2. G-Goal Attainment (Pencapaian Tujuan)

Tindakan diarahkan bukan untuk mencapai tujuan pribadi individu, melainkan

tujuan bersama para anggota sistem sosial. 3. I-Integration

Agar suatu sistem sosial dapat berfungsi secara efektif maka diperlukan adanya

tindakan solidaritas di antara individu-individu terlibat. Masalah integrasi merujuk pada kebutuhan untuk menjamin ikatan emosional yang mampu menghasilkan

solidaritas dan kerelaan untuk bekerja sama dapat dikembangkan dan dipertahankan.

4. L-Latent Patent Maintenance (Pemeliharaan Pola-pola yang Laten)

Suatu sistem sosial diharapkan mampu mengatasi kemungkinan bahwa suatu saat para anggotanya akan merasa letih dan jenuh sehingga mengarah pada terhentinya

interaksi. Ini dapat dikatakan wajar, tetapi harus diperhatikan agar komitmen terhadap kelompok tetap utuh sehingga interaksi sistem dapat dilanjutkan bila dirasa perlu (Doyle, 1986:131).

2.2 Jaringan Sosial

(27)

kerjasama yang dapat diterapkan oleh pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava

yaitu :

1. Jaringan sosial yang dibentuk adalah pola kerja sama pemberi waralaba dengan penerima waralaba yang berdasarkan pada sistem perjanjian usaha waralaba serta

sesama penerima waralaba

2. Jaringan sosial sesama pedagang waralaba dikembangkan melalui jaringan sosial

yang bersifat timbal balik dan sejajar. Jaringan sosial dapat dipandang sebagai pengaturan logika atau cara menggerakkan hubungan atau pelaku ekonomi dalam hal ini pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava. Jaringan sosial merupakan

perekat yang menyatukan individu-individu secara bersama-sama ke dalam suatu sistem terpadu. Keterlekatan hubungan timbal-balik dan koneksi semuanya

merupakan hubungan jaringan baik setiap tindakan tertentu melekat dalam struktur yang lebih luas (Damsar, 2002:45).

Aktor dalam jaringan sosial berhubungan satu dengan lainnya. Melalui jaringan

sosial, individu-individu ikut serta dalam tindakan yang respositas (hubungan timbal-balik) dan melalui hubungan ini pula diperoleh keuntungan yang saling memberikan

(28)

BAB III.

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan

kualitatif. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan tentang apa yang diteliti dan berusaha mendapatkan data sebanyak mungkin sehingga

memberikan gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian.

Dalam penelitian deskriptif juga mengandung pekerjaan mencatat, menganalisis

dan mengintrepretasikan kondisi-kondisi sekarang yang terjadi. Dengan kata lain penelitian deskriptif bertujuan untuk memperoleh informasi-informasi mengenai

keadaan saat ini dan melihat kaitan antara variabel-variabel yang ada (Mardalis, 1990:26).

Pendekatan deskriptif digunakan untuk menggambarkan atau melukiskan tentang

apa yang diteliti dan berusaha mendapatkan data sebanyak mungkin sehingga dapat memberikan suatu gambaran yang jelas dan tepat tentang apa yang menjadi pokok

permasalahan dalam penelitian.

3.2. Lokasi Penelitian

Pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava ini berada di jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah-Medan. Alasan pemilihan

(29)

1. Pedagang waralaba Tela-Tela Fried Cassava menganut sistem pemasaran yang

baru-baru ini berkembang pesat di Indonesia yang memiliki pesaing yang sangat banyak di lokasi ini.

2. Lokasinya berada di sekitar pasar-pasar modren yaitu Medan Plaza, Medan Fair

Plaza dan Pasar Petisah yang mempunyai produk-produk lebih inovatif, menawarkan banyak pilihan dan merupakan gambaran status sosial masyarakat

yang merupakan cerminan gaya hidup.

3.3. Unit Analisa dan Informan 3.3.1. Unit Analisa

Yang menjadi unit analisa data dalam penelitian ini adalah pedagang

Tela-Tela (Master Franchisee II) Fried Cassava Medan, Sub Master Franchisee, karyawan Tela Fried Cassava, pelanggan dan pembeli yang membeli Tela-Tela di jalan Gatot Subroto, kelurahan Petisah Tengah, kecamatan Medan

Petisah-Medan.

3.3.2. Informan

a) Informan Kunci (key informan)

Informan kunci merupakan sumber informasi yang aktual dalam menjalankan tentang dunia usaha Tela-Tela dalam strateginya merekrut

(30)

1) Master Franchisee II Tela-Tela Fried Cassava Medan

Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah berupa informasi tentang strategi-strategi menguasai pasar serta merekrut dan mempertahankan pelanggan Tela-Tela Fried Cassava

2) Sub Master Franchisee II Tela-Tela Medan

Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah berupa informasi

mengenai strategi-strategi khusus yang dilakukannya sehingga dapat merekrut dan mempertahankan pelanggan.

b) Informan Biasa

Informan biasa merupakan sumber informasi sebagai data-data pendukung. Informan biasa dalam penelitian ini adalah :

1) Karyawan Tela-Tela Fried Cassava

Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah mengenai pelayanan yang diberikan kepada pembeli ataupun pelanggan serta

kuantitas pembeli atau pelanggan. 2) Pelanggan Tela-Tela Fried Cassava

Adapun informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah pendapat dan alasan mereka untuk tetap bertahan mengkonsumsi Tela-Tela Fried Cassava

3) Pembeli Tela-Tela Fried Cassava

Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah penyebab yang

(31)

4) Staf Pemerintahan Kelurahan Petisah Tengah

Informasi yang ingin diperoleh dari informan ini adalah berupa informasi lokasi penelitian.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam mengumpulkan data, peneliti menggunakan metode tertentu untuk memperoleh informasi yang sesuai dengan

kebutuhan penelitian. Metode yang dipilih berdasarkan pada berbagai faktor terutama jenis data dan informan. Metode pengumpulan data tergantung karakteristik data,

maka metode yang digunakan tidak selalu sama dengan informan (Gulo, 2002:110-115).

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini ada 2 (dua) jenis, yakni data

primer dan data skunder.

1. Data Primer, diperoleh melalui :

a) Observasi partisipan, adalah suatu bentuk observasi khusus dimana peneliti tidak hanya menjadi pengamat pasif, melainkan juga mengambil berbagai peranan dalam situasi tertentu dan berpartisipasi dalam peristiwa-peristiwa yang

akan diteliti (K.Yin, 2002:113-114). Disini peneliti akan melakukan observasi langsung ke lapangan, ikut serta dalam meracik dan mengemas Tela-Tela Fried

(32)

b) Wawancara Mendalam, yakni melakukan suatu percakapan atau tanya jawab

secara mendalam dengan informan. Disini peneliti akan berusaha menggali informasi yang sebanyak-banyaknya dari informan dengan dipandu oleh pedoman wawancara (Depth Interview). Hal-hal yang ingin diwawancarai

adalah berupa informasi penyebab tertariknya pembeli atau pelanggan, lamanya waktu serta bertahannya pelanggan atau pembeli serta strategi-strategi dari

pedagang (Master Franchisee). 2. Data Sekunder, diperoleh melalui :

a) Studi Kepustakaan

Yakni dengan menggunakan buku-buku atau referensi lainnya yang dapat mendukung penelitian ini.

3.5. Interpretasi Data

Bogdan dan Biklei menjelaskan bahwa analisis data adalah upaya yang

dilakukan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang

penting dan apa yang dipelajari dan memutuskan apa yang diceritakan pada orang lain (Moleong, 2005:248).

Data-data yang diperoleh dari lapangan akan diatur, diurutkan, dikelompokkan

ke dalam kategori, pola atau uraian tertentu. Disini peneliti akan mengelompokkan data-data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan sebagainya yang

(33)

sesuai dengan teori yang digunakan dalam penelitian agar diperoleh hasil atau

kesimpulan yang baik.

3.6. Jadwal Kegiatan

Pengajuan judul ini merupakan tahap awal dari serangkaian kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan. Setelah seminar proposal dilakukan, lalu revisi proposal,

pengurusan izin penelitian, dan tahapan selanjutnya adalah persiapan penelitian langsung ke lapangan. Untuk lebih rinci jadwal penelitian dapat dilihat pada Tabel 1:

Tabel 1. Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan

I II III IV V VI VII VIII IX X XI

1 Pengajuan Judul Penelitian ●

2 Penyusunan Proposal Penelitian ●

3 Seminar Proposal ●

4 Revisi Proposal ● ● ● ● ●

5 Pengurusan Izin Penelitian ●

6 Penyusunan Interview Guide ●

7 Turun ke Lapangan ●

8 Interpretasi Data ●

9 Penyusunan Laporan Penelitian ●

(34)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Sebagai peneliti yang belum berpengalaman penulis merasakan banyak kendala yang dihadapi, salah satu diantaranya penulis masih belum menguasai secara penuh teknik dan metode penelitian, sehingga dapat menjadi keterbatasan dalam

mengumpulkan dan menyajikan data. Kendala tersebut dapat diatas melalui proses bimbingan dari dosen pembimbing skripsi, selain bimbingan dengan dosen

pembimbing, penulis juga berusaha untuk mencari informasi dari berbagai sumber yang dapat mendukung proses penelitian ini. Terbatasnya waktu yang dimiliki informan juga mempengaruhi pengerjaan tulisan ini, para informan yang hanya

membeli dan pedagang yang tidak menyediakan tempat hidangan membuat informan hanya sekedar saja meluangkan waktunya. Waktu yang terbatas karena banyaknya

(35)

BAB IV.

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1. Sejarah Kelurahan Petisah Tengah

Sejarah mengenai berdirinya kelurahan Petisah Tengah sampai saat ini

belum ada secara tertulis, penulis membuat tulisan ini berdasarkan hasil wawancara dengan staf kelurahan. Berdasarkan penuturannya diperoleh informasi bahwa awalnya kelurahan ini merupakan kuburan cina dan

semenjak tahun 1983-an mulailah berdiri pemukiman hingga sampai sekarang sedangkan, suku Melayu adalah suku yang mendominasi saat itu. Kehadiran

Pasar Petisah memicu tingkat mobilitas suku pendatang dan menetap di kelurahan ini sedangkan, pasar-pasar modern mulai merambah kawasan ini yaitu Medan Plaza dan Medan Fair Plaza yang menyemarakkan persaingan

dunia usaha.

4.1.2. Topografi, Keadaan Alam dan Batas Wilayah

Topografi kelurahan Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah-Medan memiliki topografi miring ke arah utara dan berada pada ketinggian tempat

30-32 m di atas permukaan laut. Secara geografis terletak diantara 2º29’-2º49’ Lintang Utara dan 98º35’-98º44’ Bujur Timur dan mempunyai dua sungai

(36)

wilayah ini tidak sampai membuat tercemarnya polusi udara, mungkin

dikarenakan pepohonan yang berdiri di sekitar jalan dan mempunyai sebuah taman.

Tanah diolah untuk pembangunan infrastruktur perkotaan dan keadaan

jalan yaitu jalan aspal yang lumayan bagus. Secara geografis kelurahan Petisah Tengah memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut :

1. Sebelah Timur berbatasan dengan wilayah kelurahan Kesawa 2. Sebelah Barat berbatasan dengan wilayah kelurahan Siskambing 3. Sebelah Utara berbatasan dengan wilayah kelurahan Skip

4. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kelurahan Madrasulu

4.1.3. Administrasi Desa

Kelurahan Petisah Tengah merupakan wilayah yang terletak di kecamatan Medan Petisah. kelurahan ini memiliki luas wilayah ±127 Ha.

Adapun jarak antara kelurahan Petisah Tengah dengan pusat pemerintahan kecamatan adalah ±1 Km.

(37)
(38)

Keterangan :

Lurah : H Azrul

Sekretaris Lurah : Frans Siahaan

Seksi Pemerintahan : Muhammad A Seksi Ketentraman Ketertiban : I Ginting

Seksi Pembangunan : Agustia Br Harahap Seksi Kesejahteraan Masyarakat : Syahdani

Seksi Umum : Mismi Z

Kepala Lingkungan I : Emmy T Kepala Lingkungan XIII : Dahril Nst

Kepala Lingkungan II : Indra Amri Kepala Lingkungan XIV: Eswin Sukarja Kepala Lingkungan III : Thamrin Kepala Lingkungan XVI : E Sitepu Kepala Lingkungan IV : Adrah Kepala Lingkungan XVII : Sinar Gtg

Kepala Lingkungan V/XV : A.Soemasis Kepala Lingkungan VI : Husin

Kepala Lingkungan VII : Sukiman Kepala Lingkungan VIII : H.Mansur Kepala Lingkungan IX : Siti Nurhaidah

Kepala Lingkungan X : Rustam Effendi Kepala Lingkungan XI : Kasim Pulungan

(39)

Lembaga pemerintahan desa merupakan lembaga formal paling penting

yang ada, di kelurahan Petisah Tengah telah memiliki perangkat pemerintahan desa yang lengkap, namun secara umum peran lurah bertanggung jawab dalam menjalankan fungsi lembaga, sementara perangkat lurah lainnya seperti

seksi-seksi lebih kepada administrasi kantor dan kepala lingkungan mempunyai peranan penting untuk membantu tugas lurah. Lurah dipilih

langsung oleh walikota dan lurah H.Azrul telah terpilih sejak 30 Januari 2004 sampai sekarang. Di lingkup internal kelurahan, lurah merupakan orang yang dihormati termasuk juga pemuka agama (haji)

4.1.4. Tata Penggunaan Lahan

Kelurahan Petisah Tengah yang memiliki luas wilayah ±127 Ha terbagi atas beberapa bagian lahan seperti lahan pemukiman, lahan kuburan, lahan pekarangan, lahan taman, lahan perkantoran dan lahan prasarana umum.

Adapun jumlah luas lahan-lahan tersebut dapat dilihat dari tabel berikut ini : Tabel 2.

Tata Penggunaan Lahan

No Penggunaan Lahan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Pemukiman 13 Ha 10

2 Kuburan 0,5 Ha 0,3

3 Pekarangan 3 Ha 2

(40)

5 Perkantoran 12 Ha 9,4

6 Prasarana Umum 100 Ha 78

Total 127 Ha 100

Sumber : Kantor Kelurahan Petisah Tengah, 2007.

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa penggunaan lahan untuk prasarana umum menempati posisi paling tinggi yakni 100 Ha, jumlah ini termasuk

prasarana transportasi, prasarana pemerintahan, prasarana peribadatan, prasarana olahraga, prasarana kesehatan, prasarana pendidikan, prasarana hiburan dan prasarana TPA umum.

4.1.5 Komposisi Penduduk

Secara demografi kelurahan Petisah Tengah dapat dilihat dari berbagai komposisi pendududuk. Untuk memudahkan proses penyusunan datanya, maka komposisi kelurahan Petisah Tengah di bagi dalam beberapa bagian yaitu :

1. Komposisi Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 3.

Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 8.060 orang 53

2 Perempuan 7.050 orang 47

Total 15.110 orang 100

(41)

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah

penduduk kelurahan Petisah Tengah yang berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada berjenis kelamin perempuan. Jumlah penduduk yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 8.060 orang (53%),

sedangkan penduduk berjenis kelamin perempuan sebanyak 7.050 orang (47%).

2. Komposisi Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

Komposisi penduduk kelurahan Petisah Tengah berdasarkan usia dapat dilihat sebagai berikut :

Tabel 4

Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Usia

No Kelompok Usia (Tahun) Jumlah Persentase (%)

1 0-15 5.091 orang 33.6

2 >15-24 2.168 orang 14.3

3 >24-58 7.018 orang 46.4

4 >58 833 orang 5.7

Total 15.110 orang 100

Sumber : Kantor Kelurahan Petisah Tengah, 2007.

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa jumlah usia penduduk yang paling banyak yaitu >24-58 tahun yaitu 7.018 orang (46,4 %) dan

(42)

3. Komposisi Penduduk Berdasarkan Agama

Manusia adalah mahluk sosial yang mempunyai kebutuhan yaitu kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani, kebutuhan tersebut saling

berhubungan dan harus seimbang. Agama termasuk kebutuhan rohani yang sangat penting karena turut mempengaruhi tata kehidupan sosial.

Secara sosiologis agama mempunyai beberapa fungsi diantaranya adalah fungsi edukatif, penyelamat, dan kontrol sosial (social control).

Komposisi penduduk berdasarkan agama dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 5

Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama

No Agama Jumlah Persentase (%)

1 Islam 4.766 orang 31.5

2 Kristen 1.099 orang 7.2

3 Katholik 2.662 orang 17.6

4 Hindu 448 orang 2.9

5 Budha 6.135 orang 40.8

Total 15.110 orang 100

Sumber : Kelurahan Petisah Tengah, 2007.

(43)

sebagai kontrol sosial masih berfungsi walaupun memiliki heterogen

agama yang banyak karena setiap agama di kelurahan Petisah Tengah mempunyai tujuan yang sama yaitu berbuat baik.

4. Komposisi Penduduk Berdasarkan Suku

Komposisi penduduk berdasarkan suku dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 6

Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku

No Suku Jumlah Persentase (%)

1 Batak Toba 282 orang 1,86

2 Nias 57 orang 0,3

3 Melayu 636 orang 4.2

4 Minang 840 orang 5.5

5 Mandailing 974 orang 6.4

6 Karo 406 orang 2.6

7 Jawa 995 orang 6.5

8 Aceh 195 orang 1.2

Cina, dll 10.725 orang 71.4

Total 15.110 orang 100

Sumber : Kantor Kelurahan Petisah Tengah, 2007

Dari tabel di atas dapat kita lihat suku Melayu yang pada dulunya

(44)

suku pendatang membuat bertambah heterogennya suku di wilayah ini.

Suku yang paling banyak adalah suku pendatang yaitu Cina dan lainnya dengan jumlah 10.725 orang (71,4 %) sedangkan suku yang paling sedikit yaitu suku pendatang juga yaitu Nias dengan jumlah 57

orang (0,3%). Adat di wilayah ini hanya terlihat pada pesta perkawinan dan upacara adat lainnya misalnya menyambut kelahiran.

Sedangkan bentuk rumah ataupun material rumah yang sudah permanen tidak berbau etnis. Pengaruh pasar dan perekonomian telah mengubahnya menjadi rumah-rumah model ruko.

5. Komposisi Penduduk Berdasarkan Bidang Pekerjaan

Komposisi penduduk berdasarkan bidang pekerjaan dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 7

Jumlah Penduduk Berdasarkan Bidang Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Buruh/Swasta 3.603 orang 67.9

2 Pegawai Negeri 105 orang 0.6

3 Pengrajin 6 orang 0.03

4 Pedagang 1.001 orang 6.62

5 Penjahit 11 orang 0.07

6 Tukang Batu 20 orang 0.1

(45)

8 Peternak 1 orang 0.00

9 Montir 25 orang 0.1

10 Dokter 12 orang 0.07

11 Supir 50 orang 0.3

12 Pengemudi Becak 10 orang 0.07

13 TNI/Polri 54 orang 0.3

14 Pengusaha 959 orang 23.8

Total 5.874 100

Sumber : Kantor Kelurahan Petisah Tengah, 2007

Dari tabel di atas dapat kita lihat di dominasi penduduk yang bekerja sebagai buruh/swasta yaitu 3.603 orang (67.9%) dan

pengusaha yang banyak yaitu 959 orang (23.8) di urutan kedua. Tingginya tingkat persaingan di dunia usaha dapat dilihat dari besarnya angka buruh/swasta dan pengusaha.

6. Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Tabel di bawah ini memperlihatkan pembagian jumlah penduduk berdasarkan tingkat pendidikan

Tabel 8

Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

(46)

2 Tidak Pernah Sekolah 7 orang 0.0

3 Tidak tamat SD 54 orang 0.3

4 SD 3.006 orang 19.8

5 SLTP 3.417 orang 22.6

6 SLTA 3.742 orang 24.7

7 DI-D3 2.540 orang 16.8

6 S1 1.302 orang 8.6

7 S2 158 orang 1.04

6 S3 4 orang 0.4

Total 15.110 orang 100

Sumber : Kelurahan Petisah Tengah, 2007

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kesadaran masyarakat akan pendidikan sangat tinggi, banyaknya jumlah dari tingkat SLTA,

DI-D3, S1,S2 sampai S3 yang dari persentasenya hampir 50% dari seluruh persentase penduduk berdasarkan pendidikannya.

4.1.6 Sarana dan Prasarana Kelurahan Petisah Tengah

Untuk menunjang aktifitas masyarakat di kelurahan Petisah Tengah

terdapat berbagai sarana dan prasarana yang mendukung berbagai aspek kehidupan masyarakat. Dengan adanya sarana dan prasarana tersebut

(47)

Sarana Transportasi

Sarana transportasi dari kelurahan Petisah Tengah menuju kelurahan yang lainnya atau ke kota Medan menggunakan angkutan umum dari ±20

jenis trayek yang selalu ada setiap hari selama 24 jam atau menggunakan jasa penarik becak mesin yang selalu mangkal di persimpangan jalan, dan

waktunya juga sama seperti angkutan umum, setiap hari dan selama 24 jam. Ditambah lagi taksi, bila memerlukan privatisasi penumpang namun, tarif yang sedikit tinggi dengan transportasi umum lainnya.

Walaupun kelurahan ini mempunyai dua sungai yaitu sungai Babura dan sungai Deli namun, tidak memiliki alat transportasi sungai dikarenakan

tersedianya jembatan-jembatan beton di setiap wilayah yang mengharuskan menyeberangi sungai tersebut.

Sarana Komunikasi

Saat ini, kelurahan Petisah Tengah memiliki 220 orang pelanggan telepon, 2000 unit TV dan 100 unit parabola belum lagi jumlah ponsel yang

tidak dapat dihitung. Kebutuhan akan komunikasi sangat perlu dan sarana komunikasi tersebut memudahkan aktifitas masyarakat.

Sarana Air Bersih

Pengguna PAM di kelurahan Petisah Tengah yaitu 2.562 KK namun, masih ada saja yang menggunakan air sungai untuk kebutuhan sehari-hari

(48)

yang tidak mungkin untuk menjadi pelanggan PAM. Di desa ini tidak pernah

kekurangan air bersih Sarana Peribadatan

Dengan tingkat heterogen agama yang tinggi, masing-masing agama

mempunyai rumah peribadatan yaitu delapan buah mesjid dengan dua mushalla, empat gereja, lima wihara dan dua pura yang terpencar di berbagai

wilayah di kelurahan Petisah Tengah. Sarana Olah Raga

Sesuai dengan minatnya masyarakat kelurahan Petisah Tengah dengan

jenis olahraga maka dikelurahan ini terdapat sebuah lapangan sepak bola, sebuah lapangan bulu tangkis, dua buah lapangan voli dan dua buah lapangan

basket. Walaupun fasilitas olahraga lengkap namun, prestasi yang di raih tidak unggul. Hal ini dimaklumi, karena sarana olahraga tersebut bukan orientasi menjadi atlet.

Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan yang dimiliki kelurahan Petisah Tengah adalah lima

unit rumah sakit yaitu rumah sakit Malahayati, rumah sakit Naterna, rumah sakit Sri Ratu, rumah sakit Sarah dan rumah sakit Gleni serta satu unit puskesmas, tiga poliklinik, sepuluh apotik, empat posyandu, tiga unit toko

obat dan sepuluh tempat praktek dokter. Dengan begitu banyaknya pilihan, membuat masyarakat mudah menentukan pilihannya sesuai dengan penyakit

(49)

Sarana Pendidikan

Sarana pendidikan yang dimiliki kelurahan Petisah Tengah adalah sebuah perguruan tinggi, tiga unit SLTA, tiga unit SLTP, satu unit SD, dua TK, satu TPA, dan sebuah perpustakaan. Memudahkan masyarakat di

kelurahan ini memasuki tahapan-tahapan dalam dunia pendidikan namun, tidak tertutup kemungkinan atau menemui hambatan yang berarti bila

masyarakat ingin bersekolah di luar kelurahan ini. Sarana Hiburan/Wisata

Sarana hiburan di kelurahan ini yaitu sebuah hotel berbintang 4, dua

buah hotel berbintang 3, sebuah hotel berbintang 2, delapan hotel melati, 20 diskotik, 20 bilyar, 20 karaoke dan 20 restauran. Fasilitas tidak hanya

dinikmati oleh masyarakat kelurahan Petisah Tengah saja, namun masyarakat dari kota Medan, luar kota Medan juga datang kemari untuk menikmatinya.

4.2. Profil Informan

4.2.1. Informan Kunci (Key Information)

Dalam penelitian ini terdapat seorang informan kunci untuk mengetahui banyak hal yang ingin diungkapkan dalam penelitian ini. Informan ini mempunyai pengetahuan dan keterlibatan langsung dalam

menjalankan usaha waralaba Tela-Tela Fried Cassava serta mengetahui strategi-strategi untuk merekrut dan mempertahankan pelanggan sehingga

(50)

A.Penerima Waralaba (Franchisee, Master Franchisee)

1. Sulistyaningtyas

Sulistyaningtyas (41 tahun) yang beralamat di jalan Karya Gg Sosro Medan adalah Master Franchisee II Tela-Tela Fried Cassava di Medan,

sedangkan Master Franchisee I Tela-Tela Fried Cassava di Medan adalah bapak Ponijan. Ibu Sulistyaningtyas atau akrab dipanggil ibu Sulis

mempunyai suami yang bekerja sebagai distributor tunggal buku-buku terbitan Jogjakarta, Bandung dan Jakarta, dan dua orang anak yang masih mengeyam pendidikan dasar. Ibu Sulis berasal dari Blitar dan sudah

menetap delapan tahun di Medan. Selama proses wawancara berlangsung ibu Sulis menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan santai dan jelas,

tutur katanya sangat kental dengan Jawa. Sebelum menekuni bidang ini, ibu Sulis bekerja sebagai perias pengantin dan pada Juli 2007 mulailah beralih ke Tela-Tela Fried Cassava sekaligus menyewakan pakaian

pengantin Jawa.

Bermula dari jalan-jalan ke Jogjakarta, ibu Sulis melihat outlet

Tela-Tela Fried Cassava. Tela-Tela-Tela-Tela salah satu makanan kesukaannya dan tertarik melihat warna outletnya akhirnya membeli. Melihat proses pembuatannya yang mudah karena ibu Sulis ini tidak bisa memasak membuat ibu ini ingin

(51)

mas eko akhirnya jadilah ibu Master Franchisee yang agen kota Medan”

( Hasil wawancara, bulan September 2008)

Dengan modal 8 juta, si Franchisor memberikan alat memasak, gerobak, bumbu, pembungkus serta bahan-bahan promosi. Tahun 2007

dan pelatihan di Jogjakarta selama dua hari yaitu pelatihan pemilihan ubi, produksi, sistem keuangan, sampai menajerial maka, mulailah ibu Sulis

merintisnya. Bermodalkan bumbu, Pencarian bahannya yaitu ubi membuat ia harus menjelajahi pasar-pasar di sekitarnya untuk mencari ubi. Dengan 10 Kg ubi/hari yang direbus, digoreng dan diracik dengan

bumbu modern dalam keadaan hangat dijualnya secara door to door tanpa memakai gerobak, hal itu dikarenakan belum selesainya pembuatan

gerobak. Masa percobaan Franchisor hanya memberi sampel bumbu sebanyak 1 Ons setiap jenisnya. Awalnya tetangga terdekat yang menjadi pelanggan, lama kelamaan publikasi dari mulut ke mulut membuat

bertambahnya omzet penjualan. Sebagaimana diutarakan oleh ibu Sulistyaningtyas dalam wawancara penulis berikut ini :

“Awalnya capek kali dek yang door to door itu apalagi ibu ke sekolah-sekolah dekat sini, ibu jual juga ke ibu-ibu yang nungggu anaknya pulang sekalian promosi lho. Terus mereka suka, ih koq ubi rasanya beda lebih modern. Lalu ibu bilang, ya iyalah inikan singkong gaul tuh banyak lagi di rumah. Maen2 aja ke rumah. Akhirnya mereka datang dan jadi pelanggan”

(Hasil wawancara, bulan September 2008)

Dan sekarang ibu ini harus menyiapkan sedikitnya 200-500 Kg ubi

(52)

Sulis akan di sebar pada 18 gerai yang tersebar di jalan Karya, Kartika,

Sari Mutiara, SMA 4, Gaperta Ujung, Glambir 5, Pasar IV, Sumber, Pringgan, Hangtuah, Brayan, Gatot Subroto, dan Setia Budi. Kriteria dalam pemilihan lokasi hanya melihat tempat yang strategis yaitu

kampus/sekolahan, pusat perbelanjaan, perkantoran, tempat hiburan dan rekreasi. Hasil keuntungan bersih yang diterima oleh ibu ini kira-kira 5-10

juta/bulan.

Sebenarnya dalam waralaba Tela-Tela Fried Cassava ini di setiap wilayah hanya boleh satu orang Master Franchisee saja. Namun, karena

Franchisor membayangkan kota Medan yang sangat luas akhirnya, ibu Sulistyaningtyas diterima menjadi Master Franchisee II setelah bapak

Ponizan sebagai Master Franchisee I. Hal ini diutarakan ibu Sulistyaningtyas dalam wawancara sebagai berikut :

“Seharusnya di setiap kota hanya ada satu master franchisee, nah dikirain si mas eko (Franchisor) kota Medan itu luas kali makanya ibu diterima jadi Master Franchisee setelah pak Ponijan yang telah lebih dahulu jadi Master Franchisee”.

(Hasil wawancara, bulan September 2008)

Walaupun begitu, di antara mereka tidak terjadi friksi sama sekali karena ada peraturan dalam waralaba Tela-Tela Fried Cassava bahwa setiap outlet berjarak ±2 Km. Dalam perjanjian antara Franchisor dan

Master Franchisee selain itu disebutkan juga bahwa kontrak kerja dua tahun yang akhir-akhir ini diganti menjadi lima tahun, pembagian

(53)

Master Franchisee ke Franchisor 3% dan bila dalam masa kontrak

terputus karena kejadian yang tidak terduga maka akan dilimpahkan ke atasnya misalnya bila Master Franchisee yang putus maka dilimpahkan ke Master Franchisee lainnya dan tidak ada sangsi. Namun, beda halnya

bila Sub Master Franchisee yang belum penuh masa kontraknya maka gerobak saja yang ditarik dan uang kembali maksimal 5 % dari uang

pokok.

Bila ada produk-produk maupun rasa baru maka, diadakan seminar di Jogyakarta. Seminar itu juga menjadi berkumpul sesama master

franchisee karena kalau di hari kerja, hal itu sangatlah tidak mungkin mengingat kesibukan masing-masing. Namun, biaya operasional

ditanggung pribadi. Sebagaimana diutarakan ibu Sulistyaningtyas sebagai berikut :

“Kalau ada produk-produk baru atau rasa-rasa yang baru diadakanlah seminar oleh mas eko (franchisor) di Jogjakarta. Jadi, wong dari mana-mana kesitu semua. Kesempatan itu digunakan untuk ngobrol-ngobrol, tanyak sana-sini”

(Hasil wawancara, bulan September 2008)

Walaupun memiliki sub agen tetapi ibu sulis tetap memberikan training kepada karyawan-karyawan yang dimiliki sub Master Franchisee. Hal itu dilakukan untuk tetap menjaga kualitas rasa dan memang ada

tanggung jawab Master Franchisee untuk mengontrol wilayahnya. Namun, itu hanya salah satu strategis untk mempertahankan rasa yang

(54)

gerai ataupun kemasan yaitu merah dan kuning. Merah artinya

perusahaan ingin selalu tampil menonjol, menunjukkan keberanian, kekuatan, semangat, dan kesuksesan. Warna Merah juga bisa mempengaruhi orang yang melihatnya untuk selalu bergerak dan tidak

kenal lelah. Kuning artinya bahwa perusahaan itu selalu menjunjung tinggi nilai kebijaksanaan dan intelektualitas, kehangatan dan keceriaan

yang ditebarkan warna Kuning ini diharapkan bisa meningkatkan kreativitas dan optimis karyawan. Berikut penuturannya :

“Warna gerai ituh mempunyai arti, gak sembarangan pilih. Semua itu ada artinya. Merah artinya perusahaan ingin selalu tampil menonjol, menunjukkan keberanian, kekuatan, semangat, dan kesuksesan. Warna Merah juga bisa mempengaruhi orang yang melihatnya untuk selalu bergerak dan tidak kenal lelah. Kuning artinya bahwa perusahaan itu selalu menjunjung tinggi nilai kebijaksanaan dan intelektualitas, kehangatan dan keceriaan yang ditebarkan warna Kuning ini diharapkan bisa meningkatkan kreativitas dan optimis karyawan”

(Hasil wawancara bulan Agustus 2008).

Lalu, masih banyak lagi strateginya yaitu dengan kemasannya yang cantik dan karyawan yang ramah serta publikasi yang diserahkan kepada

setiap Master Franchisee namun, tetap ada publikasi yang dilakukan oleh Franchisor. Berikut penuturannya :

“Pembungkusnya yang cantik, terbuat dari kertas bukan plastik keresek, terus karyawan yang ramah karena dengan senyuman, orang akan ingat. Dan publikasi dari setiap sub, terserah mereka mo buat apa tetapi tetap ada bantuan dari Franchisor untuk mempublikasikannya”

(55)

Terkenalnya Tela-Tela Fried Cassava karena produknya sudah berada

di sebagian besar wilayah Indonesia. Hal itu terjadi karena banyaknya permintaan masyarakat untuk menjadi pewaralaba maka muncullah ide dari 4 orang sahabat pada tahun 1995 untuk mengemas ulang bentuk

produk dan paket bisnis yang lebih menjual yaitu waralaba.

Sekarang, telah banyak produk sejenis singkong gaul yang

berserakan di Medan. Namun, ibu Sulis tidak gentar menghadapinya karena mengandalkan produknya yang lebih bermutu, kemasan yang cantik, gerai yang mencolok serta karyawan yang ramah. Kira-kira 3

bulan yang ada, ada perusahaan waralaba yang mengeluarkan singkong gaul dengan memakai merek Tela-Tela, akhirnya di somasi oleh pihak

Tela-Tela Fried Cassava karena nama Tela-Tela telah dipatenkan. Berarti bila ada produk yang sejenis, dilarang memakai nama Tela-Tela. Berikut penuturannya :

“Kalo’ gak salah inget, tiga bulan yang lalu ada orang yang menjual singkong gaul dengan memakai Tela-Tela. Nah, kita somasi karena nama itu sudah dipatenkan. Akhirnya diganti mereka. Tapi, kenapa mereka pake kata Tela-Tela yah? Nampak kali pengen numpang tenar (sembari tersenyum).

(hasil wawancara bulan Agustus).

Masalah lainnya, bila produk Tela-Tela Fried Cassava tidak enak

atau gurih. Hal itu pernah terjadi di gerai ibu Sulis dengan Sub gerai Yanti yang beralokasi di jalan Padang Bulan. Dalam satu hari hanya

(56)

ada pada pengolahannya yaitu penggorengan hingga dapat mengurangi

rasa. Maka, ibu Sulis kembali lagi mengadakan pelatihan memasak pada karyawannya tersebut. Berikut penuturannya :

“masalah lainnya, bila pengolahannya yaitu pada penggorengan ubi tersebut tidak sampai berwarna kuning. Itu akan mengurangi rasa. Itu pernah terjadi di gerai saya yang subnya Yanti. Saya heran, koq penjualannya paling rendah dibandingkan gerai lainnya dan terus berlanjut hingga beberap hari kedepannya. Setelah saya chek kesana, ternyata kesalahan ada di situ. Ya udah deh ibu latih karyawannya selama satu hari”

(Hasil wawancara bulan Agustus 2008)

4.2.2 Informan Biasa 1. Wito

Wito (30) tahun adalah sub agen Tela-Tela Fried Cassava di jalan Gatot Subroto Keluran Petisah Tengah, kecamatan Medan Petisah yang

mempunyai 2 outlet yaitu di jalan Gatot Subroto dan jalan Sumber, Padang Bulan. Telah ± I tahun menggeluti bidang ini. Awal ketertarikannya memulai

usaha ini karena melihat maraknya penjualan Tela-Tela dan modal yang tidak banyak yaitu 4 juta yang diserahkannya kepada Master Franchise II Medan dengan kontrak dua tahun dan memberikan laporan keuangan kepada Master

Franchisee II Medan setiap harinya . Uang tersebut sudah termasuk gerobak, alat-alat masak, pembungkus serta bumbu. Tugasnya adalah mengawasi

(57)

memberikan laporan keuangan kepada Master Franchisee II Medan serta

membeli bahan-bahan yang telah habis kepada Master Franchisee II Medan. Adapun keunikan pada gerai dibandingkan yang gerai lainnya adalah pada dinding gerai dihiasi lampu hias dan pada atas gerai di beri dua lampu merah

seperti lampu ambulans. Hal ini merupakan inisiatif Wito untuk menarik calon pembeli. Berikut penuturannya :

“ Keunikan dari punyaku ini adalah lampu-lampu hias di sepanjang dinding gerai. Ini kumaksudkan untuk menarik pembeli supaya beli di sini. Setelah beli, manatau bisa jadi pelanggan”

(Hasil wawancara bulan Agustus).

Alasan pemilihan lokasi ini karena tingginya mobilitas masyarakat yang berlalu-lalang di wilayah ini serta mempunyai tantangan yang besar

yaitu adanya pasar modern yaitu Medan Plaza dan Medan Fair Plaza dan salah satu pasar yang terkenal di kota Medan yaitu Pasar Petisah. Berikut

penuturannya :

“setelah dikasih izin ama bu Sulis, aku pilih tempat ini karena ramenya orang lewat disini serta ada dua plaza yaitu Medan Plaza dan di depan ini dan di sana ada pasar terkenal yaitu Pasar Petisah jadi, lebih menantang”

(Hasil wawancara bulan Agustus)

2. Uti

Uti (24 tahun) adalah seorang karyawan Tela-Tela Fried Cassava lulusan SLTA yang telah bekerja sejak lima bulan yang lalu sampai sekarang

(58)

Wib-21.00 Wib setiap hari Senin-Sabtu. Pekerjaan sebelumnya adalah karyawan

toko grosir, dan memilih bekerja di sini karena lebih dekat dengan tempat tinggal. Dalam proses wawancara, kadang-kadang terputus karena adanya pembeli namun pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dijawab dengan santai

saja.

Pekerjaan Uti tidaklah berat, mulai dari memasak ubi yang sudah

direbus, meraciknya dengan bumbu dan mengemasnya. Bekal itu di dapatnya ketika di-training oleh ibu Sulistyaningtyas. Walaupun, outlet ini dimiliki oleh sub agen tapi ibu sulistyaningtyas tetap mengajari karyawan untuk mengolah

Tela-Tela tersebut. Berikut penuturannya :

“Sebelum kerja tetap, aku di ajari selama satu hari tentang mengolah Tela-Tela, berapa timbangannya, memasaknya hingga menguning, cara mengaduknya dan mengemasnya. Semua itu diajari ibu Sulis. (Hasil wawancara, bulan Agustus 2008)

Tersedia 14 rasa unik dan modern dengan harga Rp 3.500-Rp 4.000

dengan timbangan 1,5 ons. Terkadang ada permintaan konsumen untuk menambah sedikit lebih banyak namun, tidak di beri olehnya karena itu sudah

standarnya. apalagi bahan ubi tersebut telah ditimbang sebelum sampai kepadanya yaitu bahan dan bumbu dari Master Franchisee yang telah ditimbang yaitu 10 Kg/plastik besar.

Outlet ini menghabiskan ubi ± 20 Kg/hari atau 2 plastik besar dengan jumlah pembeli ± 83 orang. Yang sebagian besar adalah pelanggan Tela-Tela

(59)

di sini karena unik dan murah. Mulai dari warna outlet, rasa dan

pengemasannya. Rasa yang paling diminati pembeli adalah Barbeque dan Balado.

3. Murni

Murni (40 tahun) adalah salah satu pelanggan Tela-Tela Fried

Cassava. Nenek yang sehari-hari tidak mempunyai pekerjaan, selalu menghabiskan waktu dengan cucu di rumah yang tidak jauh dengan lokasi penjualan. Nenek ini adalah penggemar berat ubi sejak masih muda. Semenjak

dia mengetahui Tela-Tela Fried Cassava dari televisi maka nenek ini mulai menjadi pelanggan Tela-Tela tersebut. Dari setahun yang lalu, hampir setiap

hari dia membeli ubi gaul di sini dengan rasa Ballado. Selain karena dekat dari rumah, Tela-Tela Fried Cassava lebih gurih dibanding produk sejenisnya. Berikut penuturannya :

“ Nenek suka ubi, dari muda dulu. Waktu nenek nonton tv penguasahanya di wawancarai, yang dari jogja. Ternyata Tela-Tela yang inih (sambil menunjuk outlet). Karena deket dari rumah jadi sering-sering beli. Di pringgan juga ada, tapi lebih gurih di sini.kreyes kreyes makannya”

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008).

4. Fina

Fina (21 tahun) adalah seorang gadis manis yang mempunyai toko sepatu. Awalnya dia tidak menyukai ubi. Namun, karena penasaran dengan

(60)

banyak rasa. Agak sedikit bingung akhirnya dia memilih rasa Ballado. Berikut

penuturannya :

“Warnanya itu lho yang buat aq tertarik dan rasa-rasa yang gak mungkin kalilah ubi koq rasanya aneh-aneh, malah agak sok gaul (sambil tertawa).

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008)

Setelah itu, dia mulai menyukai Tela-Tela Fried Cassava dengan rasa Ballado yang menjadi pilihannya. Apalagi murahnya harga serta kemasannya

membuat semakin gaul tapi tidak boros membuatnya hampir setiap hari membelinya. Berikut penuturannya :

“Aku suka pedas. Ballado kan pedas jadi sama dia. Harganya pun murah. Adek bayangkan aja, di Carrefour mana ada makanan yang harganya tiga setengah. Plus bungkusnya ini, gak malu-maluin

(Hasil wawancara, bulan Agustus 2008)

5. Nita

Nita (21 tahun) adalah karyawan di salah satu toko di Medan Fair

Plaza. Awal mulanya dia di ajak temennya untuk membeli Tela-Tela Fried Cassava. Murahnya harga dan rasa yang beraneka ragam membuat dia

menjadi pelanggan Tela-Tela Fried Cassava yang tidak jauh dari tempat kerjanya. Setiap pulang kerja sambil menunggu angkutan umum dia membeli Tela-Tela.

“Makanan ini cocok untuk cemilan aku waktu nunggu angkot. Ngenyangin, enak dan murah.

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2.
Tabel 3.
Tabel 4
+7

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul “ STRATEGI KOMUNIKASI KOMUNITAS FUTSAL YOUTHKREW PREMIER LEAGUE DALAM MEMPERTAHANKAN EKSISTENSI DI KOTA SALATIGA ” , ini disusun sebagai salah

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi tunggakan PKB di Kota Medan, faktor tersebut meliputi variabel umur, tingkat

PENGGUNAAN MEDIA KARTU KATA UNTUK MENINGKATKAN KOSAKATA PADA SISWA TUNARUNGU KELAS I SDLB-B DI SLB.. TARBIY ATUL MUTA’ALIMIN

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra. © Diah Khotimah 2016

Pada hari ini, Senin tanggal Satu bulan Februari tahun dua ribu enam belas, bertempat di Kantor Regional VIII Badan Kepegawaian Negara, Panitia Pengadaan Satpam

Selamat siang in English is .....

“Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Kelulusan.

Analisis angket tertutup dalam penelitian ini digunakan untuk melengkapi hasil observasi partisipatif dan wawancara serta untuk melengkapi seluruh tanggapan peserta