• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Transkrip Verbatim

2. Informan II

Nama Interviewee : SY (46 tahun)

Jabatan : Kepala & Pengasuh Panti Asuhan Lama berkarya : 2 tahun 7 bulan

Interview ke- : 1

Hari/Tanggal : Senin, 22 Febuari 2010 Waktu : 12.30 – 14.00

Tempat : Ruang Tamu Panti Asuhan & Ruang Makan Anak-anak

Baris Data Tematik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36

Ya, sukanya ya karena sekarang sudah berproses ya. Jadi ya sudah mengenal anaknya, juga tau situasinya seperti ini. Ya ada saat-saat memang karena inginnnya itukan mengajarkan yang baik-baik to. Karena ya dari latar belakang macem-macem to. Lha kalau anak-anak ini kan tidak lengkap. Jadi mau tidak mau mereka butuh sesuatu yang selalu mereka cari, cari, cari gitu lho. Terutama cinta, perhatian. Kaya Suster itu kan tidak bisa memberikan seluruhnya. Seandainya sama-sama lah nek ibu ki wanita, Suster juga wanita tapi kan beda ya. Mesti kan ada sesuatu yang kurang juga dari Suster to, gitu. Lain kalau dengan ibu, beda dengan ibu sendiri dengan ibu tiri to. Maunya kita itu ya memberikan seperti itu tapi, kenyataannya yang diingini anak itu lain. Nah itu kalau anak-anak kecil masih kita mengerti tapi kalau yang sudah mulai remaja-remaja ini kan kebutuhan mereka lain to. Mungkin ada yang butuh dibelai, disapa. Ya kita sendiri maunya begitu tetapi kalau terus berhadapan dengan anak yang kadang “wuih!”, tidak sesuai dengan kita dalam arti kita mendidik yang baik, mesti ada semacam perlawanan lah. Tapi ya sejauh tidak terlalu melanggar dalam arti kenakalanmu masih normal ya kita maklumi. kita kan kalau mau ngajarkan udah ada aturan, ya semacam kesepakatan bersama untuk hidup bersama banyak orang. Tapi kalau sudah ada yang mulai melanggar gitu tu kan kadang kita itu, kok susah gitu lho. Diajak yang sederhana, kan kita ngajarkan juga misalnya, nek pergi ya pamit, nek pulang ki ya ngomong. Gitu tu anak-anak kan yang masih pokoke semaunya sendiri. itukan susah. Itu yang kadang susah.

Pengasuh sudah berproses sehingga sudah mengenal anak dan situasi panti

Pengasuh ingin mengajarkan sesuatu yang baik terhadap anak Anak-anak di panti membutuhkan cinta dan perhatian

Pengasuh tidak dapat memberikan kebutuhan anak seluruhnya meskipun sama-sama seorang perempuan

Pengasuh merasa lebih mudah menghadapi anak-anak kecil dibandingkan dengan remaja Remaja memiliki kebutuhan yang berbeda : ingin dibelai, disapa

Pengasuh ingin memperlakukan anak dengan baik tetapi terkadang sikap anak membuat pengasuh kewalahan

Pengasuh kesulitan melakukan pendampingan ketika anak sudah mulai melanggar peraturan yang ada

Pengasuh mengajarkan anak untuk menyampaikan atau ijin jika akan pergi atau sudah pulang tetapi anak suka seenaknya sendiri

Perbedaan usia masing-masing anak membuat pengasuh sulit

108 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86

Trus juga masa-masa yang tidak seusia itukan tentunya juga to, o yang ini begini, yang itu begitu. Ada perbedaan antara usia yang kecil yang sedeng yang menengah yang besar, itu kan juga lain to kita melakukannya, melayaninya. Terus harapan mereka apa itu kan tidak bisa, meskipun kadang kita ya kalau nganu tanya pada anak, kamu tu ngopo to? Kok kamu berbuat seperti ini? Nah, itu yang kadang kita juga…

Tapi kalau sudah mulai, apalagi ini kan sudah banyak anak-anak yang menginjak remaja yang sudah mulai pingin kenal, pingin pacaran, pingin ini, mulai sembunyi-sembunyi. Inikan kita juga mesti waspada, dalam arti ya jangan samapi istilahnya, kalau saya mengistilahkan gini, ee apa ya, anak-anak ini kan juga korban dari orang tua mereka.

Ya kadang kita mendampingi, memberi tahu, mengarahkan itu ya sesudah doa malam itu. Jadi kalau kita melihat apa gitu, harus malam ini juga kita untuk ngingatkan mereka secara umum. Tanpa menyinggung perasaan mereka tapi kita buat secara umum. Misalnya, dianu lah, dibungkus supaya mereka tidak terlalu disinggung ya. Nggak nyolok. Ya masa sulit lah, ndampingi anak-anak masa pertumbuhan remaja itu.

Nanti, dalam proses sebulan dua bulan nanti kita belum begitu anu, tapi lama-lama kita tahu, o begitu-begitu. Kita juga ya ndampingi lah mereka. Karena anak-anak yang seperti begitu biasanya tertutup. Jadi minder. Tapi, kalau sudah merasa diterima, dalam arti temennya ya nggak ini, trus kita sendiri ya istilahnya menganggap dalam arti tidak ada apa-apa ya, karena itukan juga rahasia to untuk anaknya. Nah itu mereka terus mulai berani terbuka. Anak-anak sini nggak begitu anu, istilahnya senenglah, kadang lupa kemarin itu kenapa. Apalagi sekarangkan kita banyak mengajari mereka dengan musik, band, koor. Itukan untuk menutupi. Dulu waktu saya awal-awal di sini itu kelihatan sekali anak-anaknya itu agak minder. Nemui tamu pun juga gitu. Jadi kalau disuruh menemui gitu tu endak kecil endak besar. Kalau kecil masih lumayan agak seneng, karena kan mereka haus juga dengan tamu-tamu. Tapi kalau yang besar kan masih malu-malu. Tapi nek kita sudah biasa, acara

untuk mendampingi atau melayani mereka

Pengasuh berusaha bertanya kepada anak mengenai keinginan, keadaan atau perilaku anak

Pengasuh harus waspada dengan anak remaja yang sudah mulai ignin pacaran dan melakukannya dengan sembunyi-sembunyi Pengasuh memberikan pengarahan terhadap anak Ketika pengasuh mengetahui ada masalah maka harus segera memberi peringatan

Peringatan terhadap anak disampaikan dengan sangat hati-hati sehingga tidak menyinggung perasaan anak –tidak mencolok Sulit mendampingi anak remaja Butuh waktu untuk mengenali anak-anak

Pengasuh perlu mendampingi anak yang tertutup, minder Anak bermasalah akan mulai terbuka ketika ia merasa diterima oleh sekitarnya

Pengasuh memberikan keterampilan kepada anak (musik, band, koor) sehingga dapat menghibur anak

Anak cukup terhibur dengan kegiatan-kegiatan yang ada di panti

Pengasuh tetap mengingatkan anak pada latar belakang atau masa lalu agar tidak terlanjur enak-enakan dan melupakan masa lalunya

Pengasuh dan anak bersama-sama menata lingkungan panti

Pengasuh merasa bahwa dunianya adalah bersama dengan

87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136

mulai gini-gini mereka datang sendiri. anak-anak sini ini riang-riang kok, seneng. Jadi kadang kita sendiri, bahkan ya itu tadi lupa dengan dunia kemarin-kemarin itu. Tapi ya diingatkan dalam arti nanti ndak terlanjur to, di sini enak-enak dan memang paling enak itu kalau kita lihat itu di sini. Karena strategis, kami sendiri menata dalam arti bersama anak sih. Kami menata tempat ini kan lain dengan yang lain.

Bersama anak, ya mungkin itu dunia saya to. Dunia saya seperti itu. Itu makane untuk membuat saya seneng ya tanaman. Terus dengan binatang, ayam, apa, pokoknya seperti itu membuat apa ya, hati kita itu hidup gitu lho. Sehingga ya senangnya kan di situ. Jadi ada semacam kesejukan dalam hati sehingga ya menyemangati, kerasan. Kerasan atau tidak itu kan sebenarnya kita ciptakan ya to. Mau dibuat tidak krasan ya bisa apalagi dengan anak-anak yang kadang-kadang satu begini, yang satu begitu. Tapi nek saya, sudah ya sudah. Jadi, gampang menghilangkan gitu.

marah itu kalau dituruti, tiap detik, tiap menit, tiap jam mesti ada. Karena kan bertemu dengan anak yang satu begini. Tapi ya namanya nak, yaweslah, wong namanya juga anak-anak. Ya itu yang membuat saya ndak ini, karena saya kalau sudah ya sudah. Ganti yang lain gitu lho hehehe…

Nah, yang kecil-kecil itu takutnya dengan masnya, yang gede-gede itu. Lha dulu mungkin seringnya diapakan. Tapi herannya anak-anak itu bisa menutup itu lho. Menutup misalnya, dia diapakan sama masnya sampai babak, memar. Nanti saya tanya kenapa, jatuh kok, kenapa, kebentur kok. Tapi sekarang sudah banyak berkurang karena kita juga, saya sendiri kadang, kamu pernah po suster lakukan seperti itu padamu. Anak-anak teriak saja itukan saya tidak suka. Apalagi anak

perempuan, misalnya mengungkapkan

emosinya dengan teriak-teriak. Saya kadang itu, kamu pernah po lihat Suster seperti itu. Pernah po lihat Suster teriak-teriak. Jadi, kita kembalikan lagi ya. Ya cuma ya itu tadi, kita sendiri mesi hati-hati to untuk misalnya, berkata. Meskipun sejengkel apapun kita itu hati-hati. Karena nanti mesti kena anak lagi, ditiru anak. Saya juga sering tanya pada

anak-anak dan itu membuat beliau senang

Bersama dengan anak memberikan kesejukan hati yang dapat menyamangati dan kerasan Kerasan atau tidak sebenanrnya diciptakan oleh diri sendiri Pengasuh memahami dan menerima perilaku masing-masing anak yang beragam sehingga tidak menjadi beban bagi dirinya

Menurut pengasuh : menghadapi perilaku anak dapat menimbulkan kemarahan yang terjadi setiap saat

Pengasuh menerima situasi dan kondisi anak sehingga pengasuh tidak menyimpan kemarahan dalam hati

Pengasuh berusaha untuk menanyakan apa yang terjadi pada anak

Anak sering menutupi kejadian yang dialaminya

Pengasuh memberikan pengarahan dengan bercermin pada perilaku pengasuh terhadap anak

Pengasuh tidak menyukai anak-anak yang suka berteriak terlebih anak perempuan

Perilaku pengasuh menjadi cermin dalam pendampingan sehingga pengasuh harus berhati-hati dalam berperilaku Semarah apapun pengasuh, beliau tetap harus tetap berhati-hati dalam bersikap karena anak meniru sikap pengasuh

Pengasuh lebih banyak diam meskipun sedang jengkel - sebagai antisipasi agar anak tidak melihat sikap yang

110 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186

anak, kamu pernah po lihat Suster seperti itu, kamu pernah po diperlakukan Suster seperti itu. Nggak. Jadi, mereka ya spontan untuk mengatakan nek mereka itu melakukan, kita melihat trus kita katakan pernah po. Spontan dia menjawab nggak. Jadi, memang sungguh hati-hati sekali kalau kita mau anu, emosi. Maka saya itu kan banyak, kadang diam. Dalam arti meskipun saya mangkel sementara saya diam. Kalau nggak nanti dilihat, ditiru. Dan ya untungnya, kembali lagi mungkin ada unsur panggilan juga di situ.

Nah itu yang kita kadang mesti harus bisa bermain peran. Dalam arti, kalau seperti di sini misalnya, kan ketemu tamu, karyawan, anak, banyak to. Nah, satu dengan yang lain itu kan berbeda. Kadang itu juga misalnya, pagi harus mengantar anak-anak pergi sekolah to. Nah kadang ada anak yang tidak pakai baju rapi. Kita kasih tahu. Kamu kok nggak pakai baju rapi. Kok nggak pakai kaos kaki atau apa gitu. Nah terus yang lain itu ada yang tidak pakai kaos dalam atau pakai apa. Nah itu juga masih memperhatikan. Ya kalau dengan anak-anak yang kecil-kecil gitu ya masih, mereka itu kan butuh figur ibu. Kita nganunya ya seperti anak-anak misalnya, minta perhatian lebih to, masih kecil-kecil kaya gitu. Tapi kalau yang sudah gede-gede itu ya kita kan lebih ngajak kerja sama.kerja sama dalam arti juga membimbing mereka, diberi tanggung jawab. Kalau masih kecil-kecil gini ya kaya dengan anak lah. Terus kalau dengan yang gede-gede kaya dengan masnya. Saya juga nek dalam pembicaraan atau dalam minta tolong sama anak-anak yang kecil, suruh manggilkan masnya. Kebetulan selisih umur saya dengan mereka kan yo kaya anake saya hehehe. Mereka ya bisalah. Jadi yang gede itu diajak untuk bertanggung jawab lah.

O kalau saya itu kan orangnya nrimo-nrimo saja hehehe. Saya kira pengalaman kerja di mana saja itu sama saja. Ya itu tadi, kuncinya kan kita sendiri. Saya merasa, bagi saya di mana-mana kerasan. Jadi saya bisa bergaul dengan anak-anak, dengan orang tua.

Kalau untuk saya itu anak-anak itukan paling nggak kan segen ya. Jadi saya kebetulan, tapi mungkin karena saya tinggal di sini atau mereka ya awal-awalnya si, sebelum saya jadi

seharusnya tidak keluar (agar anak tidak mencontoh)

Pengasuh dapat menahan amarah (lebih memilih diam) mungkin dikarenakan adanya unsur panggilan untuk menjadi mendampingi anak

Pengasuh harus bisa bermain peran karena menghadapi masing-masing orang tidaklah sama

Pengasuh memperhatikan anak dengan menegur anak-anak yang tidak berperilaku sesuai dengan aturan (tidak mengenakan seragam dengan benar dan rapi) Anak-anak kecil masih sangat membutuhkan figur ibu, membutuhkan perhatian lebih Pengasuh mengajak anak-anak yang lebih dewasa (remaja) untuk bekerja sama, membimbing, dan memberi tanggung jawab

Pengasuh berkomunikasi dengan anak-anak seperti komunikasi orang tua dengan anak

Pengasuh menyadari jarak usia pengasuh dan usia anak seperti orang tua dengan anaknya Pengasuh merupakan orang yang nrimo – pasrah

Kunci hidup berasal dari dalam diri sendiri

Pengasuh cukup disegani dan ditakuti oleh anak-anak

Hanya pengasuh yang ditakuti oleh anak (pengasuh lain menyuruh anak untuk tidak dihiraukan)

Pengasuh melihat kenakalan yang ada pada anak kecil tidak sesuai dengan usianya (nakal

187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236

pimpinan itu kan nek anak-anak itu ya gini kaya setan-setan. Kalau yang gede-gede itu lumayan tapi ya takutnya itu ya sama saya, kalau yang lain-lain itu nggak. Jadi kalau saya pergi saya apa itu kan kayanya nggak ada yang nganu. Meskipun piketnya gentian. Kaya contohnya tidur saja. Tidur jam 2 itu nek ndak tak suruh gitu ya nggak tidur meskipun ada yang jaga, Suster yang jaga. Kalau lihat bentuknya kan anak kecil to tapi kalau lihat kenakalannya. Dan kayanya memang sengaja gitu. Dan kadang menguras energi. Kadang itu ya, po yo kudu ndampingi sampai gede hehehe. Seko kecil kaya gitu, gede kaya apa yo hehehe. Kalau yang gede aja masih mending, tahu dimarahi, maksudnya boleh atau nggak. Tapi kalau nanya panti asuhan itu kan tempat anak-anak yang kurang kasih sayang, perhatian. … Ya sebagai pemimpin di sini juga sebagai pengasuh, saya kalau harus menunjukkan kesalahan anak ya saya anu juga, tak tunjukkan dalam arti misalnya harus marah ya, supaya dia juga tahu to. Kaya gini lho, kamu tu berlaku seperti ini nggak bener. Tapi kalau saya sudah menunjukkan pada dia ya sudah, nanti sesudah itu ya sudah. Jadi nggak tak bawa terus. Karena toh nantinya dia kan punya kepentingan dengan saya yang lain lagi to. Jadi ya itu, kalau orang mengatakan itu bisa bermain peran. Bermain peran di mana dibutuhkan dan di mana harus berlaku seperti itu. Tapi ya mereka ya seandainya memang salah kan mereka diajak sampai ke kesadaran dia. misalnya, ada anak yang besar sekolah di Jogja.

Nah, itu kan diajak sadar gimana dia bisa ngirit. Itu kan harus. Di sini kan banyak sepeda dan sepeda dia bukan sepeda yang murahan tapi sepeda yang di atas, yang awetlah. Nah itu terus sekarang ini kan rusak. Terus saya bilang, “Sekarang bagaimana caramu”, kan ini sudah hampir 2 bulan kan naik sepeda. 2 bulan itu kali 10 ribu kan ya tambahan ekstra itu. Saya bilang gitu dan saya juga ngajari mereka prihatin juga to. Karena dulu dia yang pertama minta sepeda. Pernah tidak langsung saya beri aja dia sudah merasa bahwa saya kok tidak memberi sepeda. Padahal saya waktu awal itu sebenarnya melihat kasihan dengan kondisi dia. Tapi sekarang merasa enak naik bis. Wah ini harus bagaimana caranya supaya. Akhirnya

berlebih)

Pengasuh melihat kenakalan anak-anak sebagai sesuatu yang disengaja oleh si anak

Pengasuh merasa bahwa kenakalan anak cukup menguras energi

Sesekali pengasuh berpikir apakah ia juga harus mendampingi anak tersebut sampai besar

Pengasuh merasa anak yang agak besar (remaja) sudah lebih paham jika dimarahi, dapat mengerti apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan

Jika memang harus, pengasuh akan menunjukkan kesalahan anak atau dengan memarahi Pengasuh berharap anak mengetahui kesalahannya dengan diberi tahu kesalahannya atau dengan dimarahi

Pengasuh tidak menyimpan kemarahannya dan anak juga akan atau masih membutuhkan pengasuh untuk hal yang lain Pengasuh harus bisa bermain peran di mana ia dibutuhkan dan di mana harus berlaku

Jika anak memang salah maka anak akan disadarkan

Pengasuh menyadarkan anak (anak diajak untuk berhemat) Pengasuh menyadarkan dan membantu anak untuk prihatin Pengasuh berusaha mencari cara untuk menyadarkan anak agar anak tidak hanya memilih sesuatu yang menyenangkan Pengasuh mengajarkan anak untuk bertanggung jawab dengan pilihan anak dan kesalahan yang dilakukan

Pengasuh menunjukkan kesalahan anak (anak ingkar janji)

112 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272

rusak itu ya, “Kamu pokoknya, kemarin senen ini kan janjinya sudah naik sepeda, tapi kemarin libur Minggu tidak mengusahakan memperbaiki”, berarti dia sudah ingkar dengan janjinya to. Nah ini kan harus tak tunjukkan. Tapi ya masih ada toleran to untuk anak. Tapi yang jelas saya sudah menunjukkan pada dia bahwa saya tidak senang karena punya janji katanya mau memperbaiki, tidak.

Habis itu ya sudah. Tapi yang jelas dia tahu bahwa aku punya janji, aku melanggar janji. Dikatakan sadar ya belum sih, karena dia belum berbuat to. Tapi paling tidak diingatkan dan diberi batas waktu untuk dia harus kembali lagi naik sepeda. Bagi anaknya kan juga, wo iya aku harus bagaimana, bagaimana.

Pokoknya saya itu hanya supaya dia itu piye usahanya, jangan njagake, trima jadi, saya nggak mau. Karena nantinya kan juga untuk pengalamannya dia. yang jelas ada saat ya harus tegas, keras. Itu memang harus terlalui, harus melewati seperti itu. Tapi yang jelas tadi itu, nek sudah ya sudah. Saya gitu. Karena saya merasa mereka juga selalu butuh saya to, bukan berarti untuk sombong tapi kan itu tidak bisa lepas to. Jadi ya kita sendiri yang harus bisa. Dengan karyawan juga gitu. Nek perlu marah meskipun mereka lebih tua dari saya, itu juga saya tidak mau orang tergantung dengan saya gitu lho. Jadi, kalau udah diberi kepercayaan ya jalan. Perkara salah itu hal biasa to. Tapi nek suruh ngingatkan terus nggak mau. Kan saya tidak selamanya ada di sini. Kalau nggak gitu nanti nggak mlaku. Jadi ya mereka diberi kepercayaan, kebebasan. Anak-anak juga begitu. Wajarlah.

Pengasuh bersikap tegas terhadap anak yang berbuat salah tetapi masih memberikan toleransi kepada anak

Pengasuh berusaha mengingatkan atau menyadarkan anak

Pengasuh memberikan batas waktu kepada anak untuk menyelesaikan masalahnya Pengasuh mengajarkan kepada anak untuk berusaha, tidak hanya mengandalkan orang lain atau terima jadi

Ada saat-saat tertentu pengasuh harus tegas atau keras tetapi tidak menyimpan kemarahan/dendam

Pengasuh merasa bahwa anak masih membutuhkan pendampingan pengasuh Pengasuh juga marah terhadap karyawan meskipun lebih tua jika memang diharuskan Pengasuh ingin agar anak ataupun karyawan tidak bergantung dengan pengasuh karena tidak selamanya pengasuh ada di panti tersebut Anak ataupun karyawan diberi kepercayaan, kebebasan

Dokumen terkait