• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

B. Transkrip Verbatim

3. Informan III

Nama Interviewee : Agn (38 tahun)

Jabatan : Pengasuh dan Tenaga Rumah Tangga Lama berkarya : ± 10 tahun

Interview ke- : 1

Hari/Tanggal : Sabtu, 27 Febuari 2010 Waktu : 12.30 – 13.15

Tempat : Teras Depan Panti Asuhan

Baris Data Tematik

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

Kalau yang menyenangkannya banyak sekali. Jelas itu untuk saya ya. Saya bisa melihat perkembangan anak-anak yang misalnya ya, seperti ini, ini dari awal saya mendampingi anak ini. Ya nggak hanya anak ini saja. Dari dia belum bisa membuat garis, dari dia belum bisa menulis a i u e o sampai sekarang dia membaca. Nah itu suatu pengalaman yang menyenangkan buat saya. Dia dari awal itu, ya dia menceritakan saya begini-begini bu. O ya sama. Trus saya ajari sedikit demi demi sedikit dengan kesabaran yang saya miliki. Kadang-kadang saya nangis lho kalau melihat anak-anak yang dipanggil, sini dek, belajar dek. Trus dia nggak mau, kata-katanya kasar. Itu menurut saya karena perkembangan anak dan itu karena latar belakang anak untuk mengatakan seperti itu, untuk, pokoknya polah tingkah mereka itu karena terpengaruh apa ya kondisi psikis. Dia kan dari awal, dari kecil dari dalam perut merasa tidak dikehendaki. Ya to. Trus akhirnya dia punya sifat-sifat seperti itu bagi saya wajar. Karena saya mengalami anak-anak yang selalu berganti.

Karena kalau toh kita itu marah, nanti melihat tingkah polah mereka sudah ketawa sendiri. Misalnya, ada yang bikin lucu. Nah itu. Kita jadi hilang, rasa emosi kita itu hilang.

Diajak makan nggak mau. Nah, itu dia wangsulan. Nah itu yang tidak sesuai dengan kehendak kita padahal suruh makan biar sehat to? Tapi dia jawabannya gitu. Ayo dek belajar. Belajar itu untuk sapa to? Jadi, menurut saya yang menjengkelkan itu kalau disuruh belajar nggak mau, mandi sulit, mau sekolah ada yang lupa, ada yang ini itu. Kalau nilai anak itu jelek, saya juga kadang itu ya sedih, saya

Pengasuh senang menjadi pendamping karena dapat melihat perkembangan anak (sejak anak belum dapat membuat garis sampai anak mampu membaca dan menulis)

Pengasuh mau mendengarkan cerita anak-anak

Pengasuh membantu anak (mengajari) dengan penuh kesabaran

Pengasuh sedih ketika anak menolak untuk belajar dan dengan kata-kata yang kasar Pengasuh memahami kondisi psikis anak yang bermasalah karena terpengaruh oleh latar belakang anak dan orang tuanya Pengasuh masih menganggap wajar perilaku anak yang negatif dan sedikit berlebihan

Pengasuh dapat tertawa kembali setelah beliau marah karena melihat tingkah laku anak yang lucu

Pengasuh merasa jengkel ketika mengajak anak makan/belajar/mandi tetapi anak menolak (wangsulan)

Pengasuh sedih dan tidak puas jika anak mendapatkan nilai jelek di sekolah meskipun hal itu karena ulah si anak

114 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87

merasa tidak terpuaskan. Tidak terpuaskannya ya karena ulah anak-anaknya sendiri. tapi kan kita kan sebagai orang tua, sebagai

pendamping belajar kita memaklumi,

memahami. Karena itu merupakan pengaruh psikis dari anak itu sendiri.

Otomatis dia memiliki perasaan yang emosional. Selalu itu. Misalnya, kita tegur, kita halusi dia malah marah. Kita kasari, dia bilangnya menyiksa. Nah seperti itu. Kita itu tidak mungkin 24 jam mendampingi. Itu yang seperti saya. Sedangkan mereka itu butuh perhatian dimana perhatian itu kita bisa memahami anak dan anak itu apa to yang saya perhatikan, kok saya nggak pernah digini-ginikan. Sedangkan anak itu sendiri pokoknya mereka itu pinginnya itu perhatiannya itu lebih dari yang kita kasih. Kalau untuk yang TK – SD itu pinginnya ditemeni, seperti orang rumahan umumnya. Terus kebebasan juga terutama. Anak-anak ingin seperti itu tapi kan di sini tidak mungkin. Karena di sini ada peraturan, ada waktu-waktu tertentu anak-anak boleh merasakan kebebasan seperti nonton TV, bermain. Itu kan harus mengikuti peraturan yang ada. Kalau jam bebas itu ada biasanya malam minggu dan mereka boleh nonton TV. Hanya kita fokuskan pada malam minggu saja atau malam libur. Soalnya apa, kalau kita setiap hari atau jam-jam tertentu kita nonton TV, itu takutnya pelajaran ketinggalan, mengganggu. Wah karena saya nonton TV, besok saya ingin nonton TV. Nah, dengan nonton TV, anak itu selalu ingin dan ingin. Itu.

Kalau kesulitan, mungkin karena saya sudah terbiasa ya dengan keadaan sehari-hari, menghadapi anak-anak yang demikian. Jadi untuk kesulitan tidak terlalu banyak. Kalau pagi hari itu, ada anak-anak makan. Wah Bu, saya nggak nganu e. saya nggak ingin makan. Atau kadang, sayurnya pedes jadi saya nggak makan. Kadang-kadang kalau kita memberi tahu ke meraka itu tidak dengan hati, atau kalau misalnya, heh kamu kok nggak makan. Kita pasti kena semprot juga kok dari anak-anak. Untuk menghadapi anak-anak yang seperti itu yang sudah SMP ke atas, untuk menegur atau untuk memberi tahu bajunya itu dek dicuci. Trus dia jawabannya nggak mau

memaklumi kegagalan anak bahwa keadaan psikis anak cukup berpengaruh

Menghadapi anak panti cukup sulit (anak ditegur secara halus marah; dikasari anak merasa disiksa)

Pengasuh mengerti bahwa anak-anak panti membutuhkan perhatian yang mungkin tidak pernah didapatkan dari orang tua kandung/keluarganya

Anak ingin mendapatkan perhatian yang lebih

Anak usia TK-SD ingin selalu ditemani dan ingin mendapatkan kebebasan

Pengasuh atau panti tidak dapat memberikan kebebasan karena sudah ada peraturan yang berlaku Pengasuh dan panti memberikan kebebasan pada waktu-waktu menjelang libur

Jika anak diberi kebebasan ditakutkan akan mengganggu belajar dan anak menjadi ketagihan untuk merasakan kebebasan

Pengasuh tidak lagi merasakan kesulitan karena sudah terbiasa dengan keadaan sehari-hari Kesulitan : kalau ada anak yang sulit makan, tidak mau memakan makanna yang sudah disediakan Jika pengasuh tidak hati-hati ketika memberi tahu anak, pengasuh akan dibalas kata-kata oleh anak

Pengasuh merasa kesulitan jika pengasuh memberitahu anak (disuruh mencuci baju) tetapi anak membantah/menolak/tidak menghiraukan

Kesulitan : tentang bagaimana cara menegur anak, mengajak anak melakukan sesuatu

88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137

sambil jalan. Hal-hal seperti itu yang kadang-kadang membuat kita kesulitan. Tentang bagaimana cara menegur, mereka untuk diajak makan itu kadang ada yang sulit. kalau pilih-pilihnya sih nggak cuma ya itu tadi. Kalau diajak makan kadang sulit. Piket juga gitu. Bu aku kesusu e, aku nggak nyapu.

Yang menyemangati saya itu, saya bahagia dengan anak. Karena saya di rumah juga punya anak to. Itu juga, kebutuhan keluarga juga terpenuhi. Jadi semanat saya. Saya masih boleh berkumpul di sini mendampingi anak. Pokoknya dengan melihat kegembiraan anak-anak itu saya tersemangati.

kadang terjadi gap itu biasa. Contohnya kalau kita menegur, anaknya terkadang malah seenaknya. Dulu, waktu hari-hari awal, saya menyesuaikan diri dengan anak. Macem-macem sifatnya kan ya. Saya mengamati, bagaimana to mendampingi anak-anak. Kebetulan waktu itu kan saya tidur di sini, jadi tau seluk beluknya anak. Jadi kita harus tau karakter masing-masing anak. Dan itu butuh waktu, saya lama sekali utuk pendampingan. Karena waktu itu di samping saya juga pergi dari rumah, katakanlah saya merantau to. Kan saya bukan asli orang sini. Saya dari Lampung. Jadi dalam proses pendampingan waktu awal saya masuk butuh waktu yang tidak sebentar. Waktu itu saya tidur dengan anak-anak kecul yang sekarang sudah SLTA, bahkan sudah ada yang lulus. Kadang-kadang kalau menghadapi anak yang ngompol itu bagaiman, yang kalau disuruh makan susah bagaimana. Kita harus cerita kalau mau tidur. Kalau itu suatu pembelajaran buat saya. Dan saya sedikit demi sedikit belajar mengetahui karakter anak masing-masing. Saya bagaimana menghadapi Si Andi, Tiara. Ooo ternyata saya menghadapi Tiara itu dengan kelembutan dengan kasih yang di depan dia saya harus bagaimana, karena anak ini sensitif sekali. Misalnya, saya katakan eh kamu cepet makan. Ini kan sudah jam makan. Kalau kita tidak hati-hati menyampaikannya dan emosi. Seperti itu. Jadi saya harus tahu masing-masing anak, karakternya.

Kadang-kadang di rumah itu ada persolan yang sangat pelik sekali dan itu terbawa sampai ke sini. Saya menyesuaikan bagaimana

Pengasuh bahagia dan bersemangat dengan adanya kehadiran anak-anak, kebutuhan keluarga terpenuhi

Pengasuh mendapat semangat ketika melihat kegembiraan anak Terjadi gap antara pengasuh dan anak adalah hal yang wajar (pengasuh menegur tetapi anak seenaknya sendiri)

Pengasuh mengamati untuk mengerti bagaimana mendampingi anak-anak

Pengasuh tinggal bersama dengan anak sehingga mengetahui seluk beluk anak

Pengasuh membutuhkan waktu lama untuk mengenali anak dalam pendampingan

Pengasuh berasal dari luar Jawa sehingga hal ersebut juga mempengaruhi proses pengenalan terhadap anak

Pada awalnya, terkadang pengasuh bingung bagaimana menghadapi anak yang ngompol, disuruh makan susah, harus bercerita untuk menidurkan anak Pengasuh mempelajari karakter anak masing-masing secara sedikit demi sedikit

Dengan mempelajari, pengasuh dapat menghadapi satu persatunya anak

Ada anak yang memiliki perilaku khusus (tingkat emosi yang tidak stabil)

Pengasuh juga menghadapi persoalan rumah tangga dan terkadang hal tersebut terbawa sampai di panti asuhan

Pengasuh berusaha untuk menyesuaikan bagaimana menghadapi anak meskipun sedang mengalami masalah

116 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187

to saya mebghadapi anak sedangkan saya lagi seperti ini. Nah, sebisa mungkin dan itu katakanlah kok seperti sandiwara ya. Di rumah saya ada masalah yang begitu sulit untuk saya pecahkan sedangkan saya harus berhadapan dengan anak. Ya saya harus bisa menghadapi anak sebisa mungkin. Ya katakanlah seperti bunglon. Saya di sini harus seperti ini, di rumah seperti ini. Membedakan bagaimana saya menghadapi anak dan bagaimana saya menghadapi keadaan di rumah. Puji Tuhan, saya bisa lakukan. Bisa pilah-pilah mana yang tidak sewajarnya saya bawa ke sini dan mana yang seharusnya saya kerjakan dan hadapi di sini. Pernah juga sampai kebabalasan ya karena saya tidak bisa nahan ya.saya pernah menghadapi anaknya itu sampai, hiperaktif ya. Ya bukan tapi anak itu luar biasa nakalnya. kebetulan saya itu baru ngambilkan nasi untuk adiknya. Dia minta snack, Bu Agus saya minta snack. Ya sebentar dek, ini baru ngambilkan adiknya makan. Dia nggak sabar, saya diludahi kena kakinya saya, blakangnya. Terus, udah ngeludahinya? Saya bilang gitu. Dia terus ngelempar saya pakai tutup panci. Itu kena ke tubuh saya waktu itu. Suster kan lagi jam doa pagi. Nah terus saya bilang, dek mbok kamu itu sabar to. Ini adiknya itu baru mau makan, mau sekolah. Kok kamu seperti ini. Saya bilang gitu, dia malah marah-marah, pintu ditendang, dibanting. Dah nggak papa, biarin ibu yang kena ludahnya, dilempar nggak papa. Ternyata dia keluar bawa pisau. Mau membunuh saya. Nggak papa kalau kamu

memang mau membunuh aku, silakan

dibunuh. Ini lho nadi ibu, cepet dipotong. Saya bilang gitu. Saya memang sengaja supaya dia tahu ooo ini salah. Ini benar. Jadi, untuk memberi tahu mereka kan tidak langsung ke kata-kata saja. Tapi dengan perbuatan.

keliahatan sekali bedanya anak yang dari kecil tidak didampingi orang tuanya dengan anak yang dimasukkan sini tapi sudah ada pendampingan orang tua itu memang berbeda sekali, sifatnya anak-anak. Jadi, mereka kebanyakan emosionalnya tinggi, gampang tersinggung kalau yang tertentu.

figur pengasuh itu bijaksana, jelas ada wibawa, pengertian, mau diajak komunikasi dengan anak. Kadang kita sebagai sahabat dari

pribadi

Pengasuh berusaha menjadi seperti bunglon (dapat berperilaku sesuai dengan waktu dan tempat-bagaimana menghadapi anak dan bagaimana menghadapi permasalahan di rumah)

Pengasuh mampu memilih mana yang tidak seharusnya dibawa di tempat kerja (panti asuhan) dan mana yang harus dihadapi di panti Pengasuh pernah sampai mengalami kejadian yaitu marah terhadap anak yang nakal dan kebetulan beliau sedang mengalami masalah

Pengasuh melayani anak-anak panti asuhan

Ada anak yang tidak sabaran dan tempramen, berani melawan pengasuh

Pengasuh mencoba menyadarkan anak yang berusaha menyakiti beliau

Pengasuh berkorban (melindungi) anak panti lain dari perilaku anak yang kasar

Menurut pengasuh : tidak cukup hanya memberi tahu anak-anak dengan kata-kata, perlu perbuatan, contoh

Anak yang mendapat perhatian atau pendampingan dari orang tuanya sejak kecil berbeda dengan yang tidak pernah mendapat sentuhan orang tua

Anak yang tidak mendapat sentuhan orang tua sejak kecil memiliki tempramen yang tinggi, mudah tersinggung

Sebagai pengasuh : bijaksana, berwibawa, pengertian, dapat diajak berkomunikasi, dapat berperan sebagai teman juga orang tua

188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237

anak. Kita kadang-kadang harus jadi seperti orang tuanya. kadang-kadang kita harus jadi sahabat atau teman.

Kalau saya itu sebagai ibu dan teman. Kadang-kadang anak itu ada yang curhat, ada yang ngajak, Bu saya kok gini-gini Bu. Kita ngasih pandangan, solusi yang baik. Misalnya ada anak yang sedang bertengkar atau tanya apa kita ngasih jalan keluarnya. Kadang-kadang walaupun kita seperti saya, orangnya memang keras ya, galak. Anak saya aja mengatakan saya itu galak dari pada bapak. Saya harus bisa menempatkan di sini. Lebih apa ya katakanlah adil, bisa membawa diri menghadapi anak-anak. Kita menghadapi anak yang kecil dan besar itu beda, usianya kadang-kadang tidak labil to itu mereka. kadang-kadang ya ada gejolak. Misalnya anak itu sedang jatuh cinta, itu kita bisa memandang to. Ooo anak ini kok sepertinya lagi gini. Ooo anak ini kok sepertinya lagi suntuk, ada masalah apa. Kita berani mendekati itu. Nanti mereka sedikit demi sedikit akan terbuka ke kita. Yang jelas juga kita harus bisa menerima anak apa adanya dengan berbagai masalah yang dibawa dari rumah. Anak-anak itu kalau cerita biasanya waktu saya lagi nemeni mereka makan, jadi waktu makan bersama curhatnya. Terus kalau siang, saya kan biasanya jam 1-setengah 2 kan baru pulang. Ya anak-anak kadang-kadang jam setengah satu mereka makan. Dia curhatnya di situ. Kalau pagi atau siang hari mareka pulang sekolah. Kalau mereka ngomong ya kita mendengarkan, memberi masukan. Bla-bla-bla, yang penting mereka marem, puas dengan dia memberi tahu ke kita, kita memberi jawaban yang sekiranya memuaskan dia.

Kita sebagai pendamping secara material jelas tidak bisa mencukupi. Tapi kita bisa mendampingi saja. Kalau untuk saya, ya senang. Keluarga senang tercukupi dan mampu hidup pada umumnya. Misalnya, ini ada kegiatan seperti ini ayo kita ikut, jadi tidak

nduel di dalam rumah, bisa mbaur dengan

masyarakat. Saya bisa nyekolahkan anak saya, bisa membuat keluarga hidup lebih layak. Mengasuh dalam arti pendampingan ya seperti kalau mereka punya masalah ya kita membantu. Kalau melihat gejolak anak seperti

Pengasuh bersikap sebagai ibu dan teman

Ada anak yang curhat, meminta saran

Pengasuh mencoba untuk mendengarkan dan memberikan solusi atas keluhan atau masalah anak

Pengasuh merupakan pribadi yang keras, galak tetapi beliau mencoba untuk menempatkan diri (adil, bisa membawa diri untuk menghadapi anak)

Pengasuh mengalami gejolak karena menghadapi anak usia anak yang berbeda

Pengasuh memperhatikan, mengamati perilaku remaja (suntuk, jatuh cinta)

Pengasuh berani mendekati anak sehingga anak juga mau terbuka dengan pengasuh

Pengasuh harus bisa menerima anak dengan latar belakang dan masalah yang menyertai si anak Biasanya anak curhat pada jam makan atau setelah pulang sekolah

Pengasuh mau mendengarkan jika anak sedang bercerita

Pengasuh mau memberikan solusi, masukan terhadap keluhan anak sehingga anak merasa puas Pengasuh senang dengan pekerjaannya mendampingi anak walaupun secara material tidak terlalu mencukupi

Penghasilan yang di dapat berusaha dicukupkan untuk hidup pada umumnya

Mengasuh : membantu yang punya masalah, memahami gejolak anak, melayani anak, menegur yang kurang baik/salah,

118 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263

ini kita harus tahu, ngeladeni makan atau apa. Terus, kalau misalnya ada yang kurang baik atau keliru kita menegur. Mbantu ngawasi anak-anak yang kurang baik di mata umum. Kita mendapat laporan, anak ibu seperti ini-ini. Itu bagaimana kita memantau. Kalau yang di sekolah ya pasrah sama yang di sekolah. Nanti ada laporan, tadi nendang ini. Nah kita nanti ada sanksi. Misalnya ada yang ngompas temennya. Kita strap nggak boleh sekolah. Pokoknya kita mendukung yang di buat Suster. Tapi kalau nggak terlalu nakal ya kita nggak sampai menskor sampai tidak boleh sekolah. Paling kalau dikasih pisang rebus nggak dimakan. Biasanya, besok lagi kalau pas pisang rebus kita nggak kasih. Jadi nggak sampai yang terlalu berat. Di sini itu semua karyawan bisa jadi pengasuh atau pendamping kok mbak, ya mengawasi juga. Misalnya, bapak yang ngurus kebun itu. Mereka juga kalau anak bertengkar ya misah, kalau anak butuh apa ya ngambilkan. Dah otomatis seperti orang tuanya sendiri. Otomatis itu tergerak sendiri seperti naluri. anak-anak sendiri juga melihat mereka ya sebagai figur bapak ibu.

mengawasi anak yang kurang baik di mata umum

Pengasuh memantau anak berdasarkan laporan-laporan dari pihak luar panti

Pengasuh memberikan sanksi atas perbuatan yang dilakukan meskipun dilakukan di luar panti Hukumannya : tidak boleh sekolah, tidak memberi snack Semua karywan di panti dapat berperan sebagai pengasuh atau pendamping (melerai anak yang bertengkar, membantu anak mengambilkan sesuatu)

Karyawan tergerak dengan sendirinya untuk berperan sebagai orang tua

Anak-anak melihat semua karyawan sebagai figur orang tua

Dokumen terkait