BAB V HASIL PENELITIAN
5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
5.1.1 Informan Kunci 1
Nama : Tengku Hamsyah
Jenis Kelamin : Laki – laki
Umur : 75 tahun
Pendidikan Terakhir : SMA
Pekerjaan : Pengelola Istana Maimoon
Agama : Islam
Informan kunci pertama yang peneliti wawancarai adalah Tengku Hamsyah, seorang juru kunci, pengelola sekaligus juga sebagai guide di Taman Wisata Istana Maimoon. Bapak Tengku Hamsyah merupakan cucu dan keturunan asli dari kerajaan Sultan Deli sehingga Bapak Tengku Hamsyah sudah bertahun-tahun lamanya berkerja dan aktif mengelola Taman Wisata Istana Maimoon.
Walaupun usianya yang sudah memasuki umur 75 tahun, Bapak Tengku Hamsyah sendiri setiap harinya tetap berada di Istana Maimoon selama jam operasional guna membantu dan memfasilitasi bagi siapa saja pengunjung atau wisatawan yang membutuhkan informasi terkait sejarah dari Taman Wisata Istana Maimoon.
Kehadiran Bapak Tengku Hamsayah yang merupakan pihak pengelola sekaligus keturunan Sultan Deli sebagai informan kunci pertama menjadi penguat data dalam penelitian yang dilakukan. Bapak Tengku Hamsyah sebagai pengelola memberikan infomasi terkait bagaimana kondisi pedagang souvenir di Taman Wisata Istana Maimoon. Salah satu data yang mendukung penelitian ini adalah penuturan pak Tengku Hamsyah terkait informasi kondisi pedagang souvenir sebelum dan sesudah adanya pandemi Covid-19, kendala-kendala serta strategi apa saja yang dihadapi pedagang souvenir sejak adanya pandemi Covid-19.
Berdasarkan penuturan dari Bapak Tengku Hamsyah selaku pengelola Istana Maimoon, adanya pedagang souvenir di Taman Wisata Istana Maimoon
memberikan daya tarik tersendiri bagi wisatawan atau pengunjung untuk berwisata. Keberadaan pedagang souvenir dimulai pada tahun 2000 ketika banyak wisatawan yang mengusulkan untuk disediakannya toko-toko souvenir di dalam komplek Istana Maimoon.
Berikut merupakan hasil wawancara peneliti yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“Sebenarnya adanya pedagang seouvenir di sini itu dilakukan sejak tahun 2000, di mana pada waktu itu banyak sekali wisatawan dari domestik maupun mancanegara yang menginginkan tersedianya tempat pembelian souvenir khas Kota Medan di kompleks Taman Wisata Istana Maimoon ini nak. Jadi karna itu, akhirnya saran dan keinginan dari pengunjung kita coba tampung dan kami sebagai pihak pengelola Taman Wisata Istana Maimoon memutuskan untuk menyediakan tempat penjualan souvenir di sini, selain itu kita sebagai pengelola melihat bahwa saat ini Istana Maimoon telah menjadi salah satu obyek wisata di Kota Medan maka perlu adanya pedagang souvenir sebagai daya tarik Istana Maimoon itu sendiri….”
Kemudian, peneliti bertanya terkait bagaimana kondisi para pedagang souvenir di Taman Wisata Istana Maimoon pada saat masa pandemi Covid-19.
Menurutnya kondisi pedagang souvenir sejak di terpa pandemi Covid -19 sangat berbeda dari segi pendapatan dan juga jumlah pengujung atau wisatawan yang membeli. Pak Tengku Hamsyah mengatakan dengan ditutupnya Istana Maimoon pada masa awal pandemi juga membuat berhentinya acara-acara besar yang biasanya diadakan di Istana Maimoon tiap tahunnya, akibat tidak adanya acara
yang terselenggara lagi maka pendapatan dari pedagang souvenir sangat menurun karena biasanya mereka mendapatkan pendapatan terbanyak dari acara besar atau saat musim libur panjang tiba. Jika ada acara besar atau musim libur para pedagang souvenir di sini sangat diuntungkan karena adanya wisatawan dari luar kota atau bahkan mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam dan Thailand.
Berikut merupakan hasil wawancara peneliti yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“ ….Kondisi pedagang souvenir di komplek Taman Wisata Istana Maimoon sebelum dan sesudah adanya pandemi Covid-19 tentunya sangat jauh berbeda nak, jauh sekali perbedaannya, mungkin juga karena faktor dari ditutupnya Istana Maimoon selama beberapa bulan yang lalu pada tahun lalu. Biasanya pendapatan mereka (pedagang souvenir) itu meningkat jika ada acara-acara besar, di saat itu lah biasanya ramai pengunjung yang tertarik dan membeli. Pada umumnya pengunjung yang tertarik dan membeli banyak dari luar daerah nak seperti dari Jakarta, Palembang, Padang dan kota-kota besar lainnya, bahkan dulu sebelum adanya Covid-19 juga banyak dari negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Brunei Darussalam dan Singapura yang bekunjung dan membeli souvenir. Kalau sekarang bisa kita liat sendiri ya sesepi inilah keadaanya bahkan kita sudah jarang melihat turis karena ditutupnya penerbangan internasional dampak dari kebijakan pemerintah…”
Kemudian saat peneliti bertanya mengenai adakah pedagang souvenir yang memutuskan untuk tidak lagi membuka usahanya, Bapak Tengku Hamsyah menambahkan bahwa tidak ada yang berhenti dari usaha sebagai pedagang souvenir melainkan rata-rata pedagang tersebut hanya mengurangi pekerja atau karyawannya guna menghemat pengeluaran serta melakukan usaha lain.
Berikut merupakan hasil wawancara peneliti yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“….Sejauh ini nak memang tidak ada dan belum ada pedagang yang berkurang karna kita ini semua masih dalam ikatan keluarga atau keturunan dan memang pedagang souvenir menjadi sumber mata pemcararian utama mereka (pelaku pedagang souvenir). Tapi justru yang berkurang adalah pekerja atau karyawannya karena mengimbangi wisatawan atau pengunjung yang sepi….”
Selanjutnya ketika peneliti bertanya terkait kendala apa saja yang dihadapi oleh para pedagang souvenir selama pandemi Covid-19, Bapak Tengku Hamsyah menuturkan bawah kendala yang dihadapi para pedagang souvenir di sini adalah karena berjualan souvenir rata-rata merupakan pendapatan utama serta sangat bergantung pada jumlah pengunjung maka pedagang souvenir tersebut merasa kesulitan untuk mendapatkan penghasilan selama pandemi Covid-19 terlebih lagi saat Istana Maimoonn ditutup untuk beberapa bulan lamanya pada tahun 2020.
Pedagang souvenir juga tidak bisa menggaji dan mempertahankan karyawan atau pekerjannya.
Berikut merupakan hasil wawancara peneliti yang peneliti cantumkan dalam tulisan:
“….. Selama Covid-19 ini banyak sekali kendala yang dihadapi para pedagang souvenir di sini karena pendapatan mereka sangat bergantung dengan jumlah wisatawan yang berkunjung. Selain itu juga sebagian keuntungan pendapatan hasil penjualan souvenir yang didapat juga diperuntukkan untuk mengembangkan dan pelestarian Istana Maimoon, jadi selama Taman Wisata Istana Maimoon ditutup maka mereka tidak memiliki pendapatan dari usahanya dan tentu juga tidak dapat menggaji pekerja atau karyawannya makanya tadi seperti bapak katakan sebelumnya bahwa adanya pengurangan pekerja atau karyawan di setiap toko souvenir dan hampir semua toko souvenir di sini yang memberhentikan beberapa pekerjanya…”