• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PELAKU UMKM SEKTOR PARIWISATA DI MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS PEDAGANG SOUVENIR DI TAMAN WISATA ISTANA MAIMOON) SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STRATEGI BERTAHAN HIDUP PELAKU UMKM SEKTOR PARIWISATA DI MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS PEDAGANG SOUVENIR DI TAMAN WISATA ISTANA MAIMOON) SKRIPSI"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PEDAGANG SOUVENIR DI TAMAN WISATA ISTANA MAIMOON) SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Universitas Sumatera Utara Oleh:

RIDHA NURHALIZA 170902070

DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)
(4)
(5)

STRATEGI BERTAHAN HIDUP PELAKU UMKM SEKTOR PARIWISATA DI MASA PANDEMI COVID-19 (STUDI KASUS PEDAGANG SOUVENIR DI TAMAN WISATA ISTANA MAIMOON)

ABSTRAK

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor penting dalam perspektif kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi kelompok miskin, penyerapan tenaga kerja dan pengurangan kemiskinan juga berperan dalam kesejahteraan bagi keluarga yang menumpukan hidupnya sebagai pelaku UMKM.

Munculnya kasus Coronavirus Diseas 2019 (COVID-19) pada bulan Maret di Indonesia memberikan implikasi pada bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan pariwisata. Dampak ekonomi dan pariwisata akibat pandemi Covid-19 juga dirasakan para pelaku UMKM sektor pariwisata seperti pedagang souvenir yang ada di Kota Medan salah satunya di Taman Wisata Istana Maimoon yang merupakan icon pariwisata Kota Medan. Adapun dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 terhadap pedagang souvenir yaitu menurunnya jumlah pengunjung atau wisatawan, menurunnya omzet pendapatan dan penjualan secara drastis, serta pengurangan besar-besaran jumlah karyawan atau pekerja. Untuk itu diperlukan strategi bertahan hidup bagi pelaku UMKM di sektor pariwisata seperti pedagang souvenir untuk dapat terus memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari serta mempertahankan eksistensi usahanya di masa pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskripstif dengan pendekatan kualitatif agar peneliti dengan mudah mendapatkan data dan informasi gambaran secara menyeluruh tentang bagaimana strategi bertahan hidup pelaku UMKM sektor pariwisata yaitu pedagang souvenir di Taman Wisata Istana Maimoon di masa pandemi Covid-19. Hasil penelitian menujukkan bahwa terdapat tiga strategi bertahan hidup yang digunakan pedagang souvenir di Taman Wisata Istana Maimoon dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari pada masa pandemi Covid-19 yaitu: 1) Strategi aktif dengan diversifikasi usaha dan memanfaatkan anggota keluarga untuk mendapatkan penghasilan 2) Strategi pasif dengan menerapkan pola hidup hemat; 3) Strategi jaringan dengan memanfaatkan jaringan sosial seperti menjalin relasi dengan lingkungan sosial dan kelembagaan.

Kata Kunci : UMKM, Strategi bertahan hidup, Pedagang souvenir, Covid-19

(6)

SURVIVAL STRATEGIES FOR MSMEs IN THE TOURISM SECTOR IN THE TIME OF THE COVID-19 PANDEMIC (CASE STUDY OF SOUVENIR TRADERS IN THE MAIMOON PALACE TOURISM PARK)

ABSTRACT

Micro, Small and Medium Enterprises (MSMEs) are an important sector in the perspective of employment opportunities and sources of income for the poor, employment and poverty reduction also play a role in the welfare of families who rely on their lives as MSME actors. The emergence of cases of Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) in March in Indonesia had implications for the social, economic, educational and tourism sectors. The economic and tourism impacts due to the Covid-19 pandemic have also been felt by MSME actors in the tourism sector, such as souvenir traders in the city of Medan, one of which is the Maimoon Palace Tourism Park, which is a tourism icon in the city of Medan. The impact caused by the Covid-19 pandemic on souvenir traders is a decrease in the number of visitors or tourists, a drastic decrease in revenue and sales turnover, as well as a massive reduction in the number of employees or workers. For this reason, a survival strategy is needed for MSME actors in the tourism sector such as souvenir traders to be able to continue to meet their daily needs and maintain their business existence during the Covid-19 pandemic. This study uses a descriptive research method with a qualitative approach so that researchers can easily get data and information on a comprehensive picture of how the survival strategy of MSME actors in the tourism sector, namely souvenir traders at the Maimoon Palace Tourism Park during the Covid-19 pandemic. The results of the study show that there are three survival strategies used by souvenir traders at Taman Wisata Maimoon palace in meeting their daily needs during the Covid-19 pandemic, namely: 1) Active strategy by diversifying business and utilizing family members to earn income 2) Strategy passively by adopting a frugal lifestyle; 3) Network strategy by utilizing social networks such as establishing relationships with the social and institutional environment.

Keywords: MSMEs, survival strategies, souvenir traders, Covid-19

(7)

KATA PENGANTAR

Tidak ada kata yang paling indah selain mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan penulisan skripsi ini yang berjudul:

“Strategi Bertahan Hidup Pelaku UMKM Sektor Pariwisata Di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pedagang Souvenir Di Taman Wisata Istana Maimoon)” yang merupakan syarat dalam rangka menyelesaikan studi untuk menempuh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Sumatera Utara.

Selama melakukan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat pelajaran, dukungan motivasi, bantuan berupa bimbingan yang sangat berharga dari berbagai pihak mulai dari pelaksanaan hingga penyusunan laporan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini akan sangat sulit terwujud apabila tanpa bimbingan dan bantuan serta fasilitas yang diberikan oleh beberapa pihak.

Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada:

1. Almh. Ibu dan Ayah tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, do`a serta dorongan moril maupun materil yang tak terhingga selama hidup dan sampai saat ini.

2. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

(8)

3. Bapak Drs. Hendra Harahap M.Si, Ph.D, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Agus Suriadi, S.Sos, M.Si, selaku Ketua Departemen Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Husni Thamrin S.Sos, M.SP, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, meluangkan waktu, tenaga dan kesabaran untuk penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

6. Kak Malida Putri, S.Sos, M.Kessos, selaku Dosen Penguji yang telah banyak meluangkan waktunya dan memberikan masukan, saran dan kritikan yang membangun kepada penulis dengan sabar selama penyusunan skripsi ini.

7. Seluruh Staf Dosen Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial yang telah membantu kelancaran penulis dalam menyelesaikan studi.

8. Seluruh Staf akademik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara yang telah banyak membantu di bidang akademik dan kemahasiswaan.

9. Bapak Tengku Hamsyah, selaku pengelola serta guide di Istana Maimoon yang telah memberikan izin dan arahan kepada penulis untuk melakukan penelitian di Istana Maimoon.

10. Narasumber Bang Fadlan, Ibu Yani, Ibu Sulaika, Ibu Nila dan Riska yang telah bersedia menjadi informan dan meluangkan waktunya untuk diwawancarai oleh penulis.

11. Abang kandung penulis yaitu Hendy Widyawan dan Kakak Dian Ayu atas dukungan, semangat dan doa yang diberikan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

(9)

12. Kepada Bang Reza Fadheli Nasution S.Sos yang telah banyak memberikan motivasi, arahan dan dukungan dari tahap awal penulisan hingga tahap akhir agar penulis dapat melaksanakan wisuda tepat waktu. Semoga abangda diberikan kelancaran S2-nya.

13. Kepada teman-teman Infinity Friends yaitu Fahmy, April, Wahyu, Shofi, Diky, Amar, Bela, Azwar dan Dirgan. Terimakasih telah banyak memberikan dukungan, semangat, doa terbaiknya dan bantuannya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat waktu. Semoga kalian juga diberikan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi.

14. Kepada para sahabat penulis yaitu Ulan, Nola dan Tika yang selalu memberikan doa dan dukungannya dari jauh.

15. Kepada teman seperjuangan SBM Emon, yang telah memberikan sumbangsih ide dan waktunya untuk berdiskusi selama penulisan skripsi ini.

16. Kepada Boby, Gusti, Ayu dan Nurfadhilah yang sudah memberikan support kepada penulis. Semoga diberikan kelancaran skripsinya.

17. Teman-teman seperjuangan penulis dikelas genap maupun kelas ganjil di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial stambuk 2017 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

18. Dan semua teman-teman atau pihak-pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, yang selalu memberikan doa, masukan, dan semangat kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kata sempurna, hal itu disadari karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis berharap atas saran dan kritik yang dapat

(10)

membangun dan meningkatkan kualitas skripsi ini. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pihak lain pada umumnya.

Akhir kata, penulis mengharapkan semoga tujuan dari penulisan skripsi ini dapat tercapai sesuai dengan yang diharapkan.

Medan, Juni 2021 Penulis

Ridha Nurhaliza

(11)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 9

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 9

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 9

1.4 Sistematika Penulisan... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

2.1 Landasan Teoritis ... 12

2.1.1 Strategi Bertahan Hidup ... 12

2.1.1.1 Strategi Aktif ... 14

2.1.1.2 Strategi Pasif ... 14

2.1.1.3 Strategi Jaringan ... 15

2.1.2 Konsep UMKM ... 16

2.1.2.1 Pengertian UMKM ... 16

2.1.2.2 Karakteristik UMKM ... 18

2.1.2.3 Peran Strategis UMKM ... 21

(12)

2.1.3 Konsep Pariwisata ... 22

2.1.3.1 Pengertian Pariwisata ... 22

2.1.3.2 Pengertian Produk Pariwisata ... 25

2.1.3.3 Jenis-jenis Produk Pariwisata ... 26

2.1.4 Konsep Pedagang Souvenir ... 27

2.1.4.1 Pengertian Pedagang ... 27

2.1.4.2 Pengertian Souvenir ... 28

2.1.5 Konsep Kesejahteraan Sosial... 29

2.1.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial ... 29

2.1.5.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial ... 30

2.1.5.3 Fungsi Kesejahteraan Sosial ... 32

2.1.6 Pandemi Covid-19 ... 33

2.1.6.1 Pengertian Covid-19 ... 33

2.1.6.2 Mekanisme Penularan ... 34

2.1.6.3 Dampak Pandemi Covid-19 Terhadap UMKM ... 37

2.2 Penelitian yang Relevan ... 38

2.3 Kerangka Pemikiran ... 44

2.3.1 Bagan Alur Pikir ... 45

2.4 Definisi Konsep ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 47

3.1 Jenis Penelitian ... 47

3.1.1 Tipe Penelitian... 47

3.1.2 Pendekatan Penelitian ... 47

3.2 Lokasi Penelitian ... 48

(13)

3.3 Informan Penelitian ... 48

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 49

3.5 Teknik Analisa Data ... 50

BAB IV DESKRIPSI LOKASI WISATA ... 52

A. Temuan Umum ... 52

4.1 Letak Geografis Lokasi Penelitian ... 52

4.2 Sejarah Perkembangan Lokasi Penelitian ... 52

4.3 Profil Lokasi Penelitian ... 53

4.4 Visi, Misi dan Tujuan Lokasi Penelitian ... 54

4.5 Struktur Organisasi/Lembaga Lokasi Penelitian ... 55

4.6 Kondisi Umum Tentang Pedagang Souvenir di Taman Wisata Istana Maimoon ... 56

4.7 Kondisi Umum Tentang Petugas ... 57

4.8 Keadaan Sarana dan Prasarana Lokasi Penelitian ... 58

BAB V HASIL PENELITIAN ... 59

5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 59

5.1.1 Informan Kunci 1 ... 59

5.1.2 Informan Kunci 2 ... 64

5.1.3 Informan Utama 1 ... 67

5.1.4 Informan Utama 2 ... 72

5.1.5 Informan Utama 3 ... 76

5.1.6 Informan Tambahan 1 ... 81

5.2 Observasi ... 85

5.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 86

(14)

5.3.1 Strategi Bertahan Hidup ... 86

5.3.1.1 Strategi Aktif ... 88

5.3.1.2 Strategi Pasif ... 93

5.3.1.3 Strategi Jaringan ... 95

5.3.2 Dampak Pandemi Covid-19 ... 98

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 99

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 100

6.1 Kesimpulan ... 100

6.2 Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA ... 104 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Jumlah Pedagangg di Taman Wisata Istana Mimoon ... 8 Tabel 2.1 Kriteria UMKM berdasarkan jumlah aset dan omzet ... 18 Tabel 4.7 Keadaan Sarana dan Prasarana Lokasi Penelitian ... 56

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Covid-19 adalah wabah global yang berdampak buruk pada dimensi kehidupan manusia dan sosial. Setelah menyebar dari China, pandemi meluas dengan cepat ke-210 negara termasuk Indonesia. Pandemi Covid-19 merupakan ancaman besar bagi perekonomian global. Perekonomian mengalami perununan sejak awal tahun 2020 dan mungkin lebih lama jika tindakan pencegahan wabah Covid-19 tidak efektif (Sugihamretha, 2020).

Covid-19 merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut coronavirus 2 (Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 atau SARS-CoV-2). Virus Covid-19 adalah keluarga besar Coronavirus yang dapat menyerang hewan. Ketika menyerang manusia, Coronavirus biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernafasan, seperti flu, MERS (Middle East Respiratory Syndrome), dan SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome).

Covid-19 sendiri merupakan coronavirus jenis baru yang ditemukan di Wuhan, Hubei, China pada tahun 2019 (Ilmiyah, 2020).

Menurut Johns Hopkins CSSE (2020) mengatakan bahwa Coronavirus jenis baru ini diberi nama, Coronavirus disease-2019 yang kemudian disingkat menjadi Covid-19. Virus ini ditemukan menyebar secara luas ke beberapa negara hingga mengakibatkan pandemi global yang berlangsung hingga saat ini. Gejala Covid-19 sendiri umumnya ditandai dengan gelaja seperti demam 38℃, batuk kering, dan sesak nafas.

(17)

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK 01.07/MENKES/382/2020 (Covid-19) tanggal 19 Juni 2020 tentang protokol kesehatan bagi masyarakat di tempat dan fasilitas umum dalam rangka pencegahan dan pengendalian Coronavirus Disease-2019 (Covid-19), maka kegiatan-kegiatan di hotel, rumah makan, dan tempat wisata harus mengacu kepada protokol kesehatan, yakni mencuci tangan, menggunakan masker, menjaga jarak (physical distancing), dan selalu menjaga kebersihan tempat serta ketahanan diri (Menteri Kesehatan RI, 2020).

Selanjutnya, dalam rangka mencegah mata rantai penyebaran virus ini mengharuskan masyarakat untuk berdiam diri di rumah, pemerintah pun akhirnya melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) serta mengkampanyekan Stay at Home. Hal ini berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan salah satu yang terdampak adalah sektor UMKM. Untuk itu diperlukan startegi bertahan hidup bagi pelaku UMKM untuk dapat terus mempertahankan usahanya di tengah pandemi covid-19. Selain itu, himbauan dari pemerintah mengenai physical distancing yang dicanangkan mulai tanggal 15 Maret 2020 juga berdampak serius terhadap penyerapan produk UMKM.

Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan sektor informal dengan kegiatan produksi barang dan jasa, berskala kecil, unit-unit produksinya dimiliki secara perorangan atau keluarga, banyak menggunakan tenaga kerja (padat karya), dan teknologi yang dipakai relatif sederhana (Rumeon, 2020).

Selain itu, UMKM menjadi kekuatan ekonomi yang memegang peranan penting dalam membangun ekonomi rakyat. Diyakini, sektor ini akan tetap memainkan peran penting dalam perekonomian negara. Hampir dapat dipastikan sebagain

(18)

besar rakyat Indonesia akan kehilangan pekerjaan dan pendapatan tanpa kehadiran UMKM. Hal ini dikarenakan 49,8 juta tenaga kerja terserap melalui UMKM yang jumlah penyerapannya mencapai 99,99 persen (Tanjung, 2018).

Menurut data dari kementerian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2018 terdapat 64.194.057 UMKM yang ada di Indonesia (atau sekitar 99 persen dari total usaha), memperkerjakan 116.978.631 tenaga kerja (atau sekitar 97 persen dari total tenaga kerja di sektor ekonomi) dan menyumbang 60 persen terhadap Produk Domestik Bruto (Kemenkop dan UMKM, 2018).

Berdasarkan data dari Kementrian Koperasi memaparkan bahwa 1.785 koperasi dan 16.313 pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terdampak pandemi Covid-19. Para pengelola koperasi merasakan turunnya penjualan, kekurangan modal, dan terhambatnya distribusi. Sedikitnya terdapat 39,9 persen UMKM memutuskan mengurangi stok barang selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) akibat Covid-19 dan sebanyak 16,1 persen UMKM memilih mengurangi karyawan akibat toko fisik ditutup. Sektor UMKM mengalami dampak yang cukup besar akibat pandemi Covid-19 (Rosita, 2020).

Sementara itu, sektor UMKM yang terguncang selama pandemi Covid-19 selain daripada makanan dan minuman, adalah UMKM sektor pariwisata.

Lesunya sektor pariwisata memiliki efek domino terhadap sektor UMKM. UN World Tourism Organization (UNWTO) dalam Sugihamretha (2020) pada bulan Maret 2020 mengumumkan bahwa dampak wabah Covid-19 akan terasa di seluruh rantai nilai pariwisata. Sekitar 80 persen usaha kecil dan menengah dari

(19)

sektor pariwisata dengan jutaan mata pencaharian di seluruh dunia terkena dampak Covid-19.

Lebih lanjut, dalam merespon wabah Covid-19, UNWTO telah merevisi prospek pertumbuhan wisatawan internasional negatif 1% hingga 3%. Hal ini berdampak pada menurunnya penerimaan atau perkiraan kerugian US$ 30 miliar sampai dengan US$ 50 miliar. Sedangkan sebelum wabah Covid-19, wisatawan internasional diperkirakan tumbuh antara 3% sampai 4%. Asia dan Pasifik akan menjadi wilayah yang terkena dampak terburuk, dengan penurunan kedatangan yang diperkirakan antara 9% hingga 12% (Sugihamretha, 2020).

Industri pariwiasata merupakan salah satu industri yang terdampak penyebaran Covid-19 di mana banyak lokasi wisata ditutup oleh pemerintah.

Tekanan pada industri pariwisata sangat terlihat pada penurunan yang besar dari kedatangan wisatawan mancanegara dengan pembatalan besar-besaran dan penurunnan pesanan. Penurunan juga terjadi karena perlambatan perjalanan domestik, terutama karena keengganan masyarakat Indonesia untuk melakukan perjalanan, khawatir dengan adanya Covid-19. Sejalan dengan hal tersebut Sugihamretha (2020) menyatakan bahwa penurunan bisnis pariwisata dan perjalanan berdampak pada usaha UMKM, serta terganggunya lapagan kerja.

Padahal selama ini pariwisata merupakan sektor padat karya yang menyerap lebih dari 13 juta pekerja, UMKM di sektor pariwisata menyediakan kebutuhan bagi wisatawan yang kian hari semakin tumbuh berkembang.

Adanya Covid-19 memiliki dampak langsung terhadap penurunan ekonomi UMKM, terlebih bagi para pelaku UMKM yang bergantung pada wisatawan di destinasi pariwisata suatu daerah. Mulai dari sepinya pengunjung

(20)

hingga tidak ada sama sekali pengunjung pada destinasi wisata menyebabkan lumpuhnya perekonomian UMKM di sektor pariwisata. UMKM tersebut terdiri dari pengusaha kerajinan, penjual souvenir, pembuat cinderamata atau oleh-oleh, penyedia jasa penukaran uang (money changer), dan pemandu jasa wisata terpaksa kehilangan mata pencaharian serta pendapatan (Rumeon, 2020).

Pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyedia lapangan kerja, peningkatan penghasilan, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produksi lainnya. Sebagai sektor yang kompleks, pariwisata juga merealisasi industri-industri lokal seperti industri kerajinan tangan dan cinderamata, penginapan dan transportasi. Salah satu pendukung sektor pariwisata adalah adanya usaha mikro kecil menengah yang kian pesat berkembang. UMKM sangat berperan dalam pembangunan pariwisata.

Ciri khas suatu daerah biasanya sering dicari oleh wisatawan dan tidak jarang yang mampu menyediakan kebutuhan kekhasan suatu serah adalah berawal dari UMKM (Rumeon, 2020).

Menurut analis Roland Berger dan Dcode (2020) dalam Gunagama, Naurah, & Prabono (2020) menyatakan bahwa aktivitas perekonomian secara global yang mengalami dampak paling parah adalah industri pariwisata. Sebagai akibat dari penerapan pembatasan mobilitas dan anjuran untuk tidak berpergian serta kumpul dalam jumlah besar, banyak calon wisatawan yang membatalkan kunjungnnya ke lokasi destinasi wisata. Pemilik tempat wisata pun memilih untuk menutup diri dari kunjungan wisatawan sebagai imbas dari penerapan karantina wilayah sebagai usaha untuk membatasi penyebaran wabah pada area yang belum

(21)

Terjadinya pandemi global Coronavirus Disease 2019 (Covid-19), khususnya di Indonesia, lebih khusus lagi di Kota Medan Provinsi Sumatera Utara membuat bidang pariwisata diterpa krisis akibat Covid-19. Amhar (2020) dalam Prayudi (2020) mengatakan bahwa pariwisata merupakan sektor ekonomi yang diyakini berjaya di era Industri ke-4, karena sebagian besar lapangan kehidupan terdapat pada kegiatan pariwisata.

Kondisi UMKM sektor pariwisata di seluruh Indonesia saat ini mengalami masalah yang sama, termasuk di Taman wisata Istana Maimoon yang mengalami penurunan pengunjung hingga penutupan lokasi wisata. Istana Maimoon merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang (life monument) yang berlokasi di kelurahan Aur, kecamatan Medan Baru Kotamadya Medan.

Bangunan ini didesain oleh arsitek Italia dan dibangun oleh Sultan Deli, Makmun Al Rasyid Perkasah Almansyah yang merupakan keturunan raja ke-9 Sultan Deli.

Istana Maimoon menjadi tujuan wisata karena memiliki nilai historis yang luas dan sangat penting bagi sejarah perkembangan budaya Melayu di Kota Medan. Dengan keunikan yang dimiliki oleh Taman Wisata Istana Maimoon tersebut mampu mengundang dan mendatangkan para wisatawan baik dari domestik terutama Sumatera dan Jawa, maupun wisatawan mancaegara (turis asing) yaitu dari negara Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura dan Thailand.

Covid-19 sangat memberikan dampak terhadap kunjungan para wisatawan lokal maupun mancanegara. Sebelum adanya pandemi Covid-19 merebak, dalam satu bulan Istana Maimoon rata-rata dikunjungi sekitar 500 pengunjung per hari atau sebanyak 5.000 sampai 10.000 pengunjung per bualannya, namun jumlah

(22)

pengunjung semakin menurun setelah pandemi terjadi yaitu hanya berkisar 0-100 pengujung per hari.

Pengujung wisatawan di Taman Wisata Istana Maioon dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain, yaitu faktor penyediaan informasi mengenai obyek wisata atau promosi wisata serta faktor pelayanan pada obyek wisata meliputi kualitas pelayanan, pemeliharaan fasilitas, sarana dan prasarana. Dengan adanya Covid-19 maka hal tersebut juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kuantitas pengujung wisatawan serta memberi dampak yang signifikan yaitu sebesar 100 persen karena penutupan lokasi Istana maimoon hingga empat bulan lamanya yaitu di mulai dari bulan Maret, April, Mei dan Juni. Penutupan lokasi Taman Wisata Istana Maimoon dilakukan guna menindaklanjuti dari Surat Edaran Gurbernur Sumatera Utara Nomor 440/2666/2020 dan Wali Kota Medan Nomor 440/2582 terkait antisipasi pencegahan virus Covid-19 di Kota Medan.

Sementara itu, terdapat kurang lebih 200 orang termasuk di dalamnya pekerja, pengelola, pedagang dan penduduk setempat yang hidupnya sangat bergantung dan mencari nafkah di Taman Wisata Istana Mimoon.

Adanya Taman Wisata Istana Maimoon memberikan dampak positif bagi masyarakat yang berada di sekitarnya seperti terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat dengan membuka dan mendirikan beberapa UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) pada sektor pariwisata. Sebelum melakukan penelitian di Taman Wisata Istana Maimoon, peneliti sudah melakukan pra-riset terlebih dahulu. Hasil pra-riset menurut informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat beberapa pedagang yang merupakan pelaku UMKM di sektor pariwisata.

(23)

pariwisata di Taman Wisata Istana Maimoon berdasarkan jenis pedagang serta jumlah pedagangnya.

Table 1.1

Jumlah Pedagangg di Taman Wisata Istana Mimoon menurut jumlah pedagangnya

(Sumber data: hasil pra-riset 2020)

Pedagang souvenir merupakan pedagang yang menjual barang berupa cinderamata atau kenang-kenangan yang biasanya mempunyai ciri khas dengan lokasi usaha atau sekitar obyek wisata suatu daerah tertetu. Prospek usaha pedagang souvenir di lokasi Taman Wisata Istana Maimoon tentunya akan berkembang pesat seiring dengan bertambahnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Istana Maimoon, namun sejak adanya penyebaran Covid-19 menyebabkan penurunan jumlah pengunjung hingga penutupan lokasi tempat wisata yang mengancam eksistensi pedagang souvenir sebagai pelaku UMKM di sektor pariwisata. Bahkan diakui oleh salah satu pedagang souvenir bahwa penurunan pendapatan sejak adanya covid-19 sangat drastis yakni jika sebelum Covid-19 mendapat keuntungan 7-10 juta per hari, namun sejak adanya Covid-19 hanya meraup omzet rata-rata 100-200 ribu per hari atau maksimal hanya mencapai 1 juta. Hal tersebut juga diperparah dengan adanya penutupan lokasi

No. Jenis Pedagang Jumlah

1. Pedagang Mainan 2

2. Pedagang Souvenir 5

3. Pedagang Minuman 5

4. Pedagang Makanana 8

5. Pedagang Kerajinan 9

(24)

Taman Wisata Istana Maimoon selama empat bulan lamanya. Oleh sebab itu, diperlukan strategi bertahan hidup bagi pelaku UMKM khususnya pedagang souvenir di Taman Wisata Istana Maimoon untuk dapat terus mempertahankan usahanya di tengah pandemi covid-19

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti berpandangan bahwa hal tersebut sangat menarik dan penting untuk dilanjutkan sebagai bahan penelitian guna melihat secara komprehensif dan menyeluruh dengan judul “Strategi Bertahan Hidup Pelaku UMKM Sektor Pariwisata di Masa Pandemi Covid-19 (Studi Kasus Pedagang Souvenir di Taman Wisata Istana Maimoon)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang yang telah disajikan, penulis merumuskan masalah penelitian sebagai berikut: “Bagaimanakah Strategi Bertahan Hidup Pelaku UMKM Sektor Pariwisata di Masa Pandemi Covid- 19 (Studi Kasus Pedagang Souvenir di Taman Wisata Istana Maimoon).

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi bertahan hidup pelaku UMKM sektor pariwisata di masa pandemi Covid-19 (studi kasus pedagang souvenir di Taman Wisata Istana Maimoon).

1.3.2 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan referensi dalam rangka:

(25)

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khasanah ilmu pengetahuan di Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Universitas Sumatera Utara dan menjadi sumber informasi sebagai bahan kajian bagi peneliti lain maupun mahasiswa yang melakukan penelitian sehubungan dengan strategi bertahan hidup pelaku UMKM sektor pariwisata di masa pandemi Covid-19.

2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih pemikiran bagi pihak-pihak yang terkait dengan mengaplikasikan teori-teori yang ada.

1.4 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penelitian ini secara garis besar dikelompokkan dalam enam bab, dengan uraian sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah 2. Rumusan Masalah

3. Tujuan dan Manfaat Penelitian 4. Sistematika Penulisan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori

2. Penelitian Yang Relevan 3. Kerangka Pemikiran 4. Definisi Konsep

BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

(26)

2. Lokasi Penelitian 3. Informan Penelitian 4. Teknik Pengumpulan Data 5. Teknik Analisis Data

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Temuan Umum

1. Letak Geografis Lokasi Penelitian 2. Profil Lokasi Penelitian

3. Visi, misi, dan tujuan Lokasi Penelitian

4. Struktur Organisasi / Lembaga Lokasi Penelitian 5. Kondisi Umum Tentang Klien

6. Kondisi Umun Tentang Petugas

7. Keadaan Sarana Dan Prasarana Lokasi Penelitian BAB V HASIL PENELITIAN

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian 2. Pembahasan Hasil Penelitian 3. Keterbatasan Penelitian

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 1.Kesimpulan

2.Saran

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

(27)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teoritis

2.1.1 Strategi Bertahan Hidup

Strategi bertahan hidup sebagai suatu cara yang dilakukan oleh individu atau rumah tangga dalam memenuhi kebutuhannya menarik untuk diteliti sebagai suatu pemahaman bagaimana rumah tangga tersebut mengelola dan memanfaatkan aset sumber daya dan modal yang dimiliki melalui kegiatan tertentu yang dipilih. Menurut Ocktriyanti (2017) mengatakan bahwa strategi bertahan hidup sebenarnya dibangun pada level individu, akan tetapi pada tujuanya adalah untuk memperoleh ketahanan dan stabilitas bertahan hidup rumah tangga. Suatu kegiatan dapat dikatakan sebagai strategi bertahan hidup ketika kegiatan tersebut diarahkan pada kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan untuk mempertahankan dan melanjutkan eksistesinya.

Menurut Snel dan Staring (dalam Setia, 2005:6) menyatakan bahwa strategi bertahan hidup adalah rangkaian tindakan yang dipilih secara standar oleh individu dan rumah tangga yang menengah ke bawah secara sosial ekonomi.

Melalui strategi yang dilakukan oleh rumah tangga, hal tersebut dapat menambah penghasilan atau pendapatan melalui pemanfaatan sumber-sumber yang lain ataupun dengan mengurangi pemakaian terhadap suatu barang atau jasa di dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, strategi bertahan hidup menerapkan pola nafkah ganda yang merupakan bagaian dari strategi ekonomi. Selanjutnya, Susilawati (2003:52) menyatakan bahwa untuk peningkatan taraf hidup yaitu dengan menambahkan jenis pekerjaan dan merubah pola mata pencaharian.

(28)

Strategi bertahan hidup memilik banyak cara atau hal yang dapat dilakukan dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari suatu individu atau rumah tangga, Corner (dalam Kusnadi 2000:187-198) mengemukakan terdapat beberapa cara atau strategi yang dapat dikembangkan untuk menjaga keberlangsungan hidup yaitu seseorang atau rumah tangga:

1. Melakukan beraneka ragam pekerjaan untuk memperoleh penghasilan atau pendapatan.

2. Jika kegiatan-kegiatan tersebut masih kurang memadai, masyarakat miskin akan berpaling pada sistem penunjang yang ada di lingkungannya. Sistem ikatan kekerabatan dan pengatur tukar-menukar secara timbal balik merupakan sumber daya yang sangat berharga.

3. Memilih alternatif lain dari kedua alternatif di atas sulit dilakukan dan kemungkinan untuk tetap bertahan hidup sudah sangat kritis.

Lebih lanjut, Suharto (2009:29) mendefinisikan strategi bertahan hidup sebagai kemampuan seseorang dalam menerapkan seperangkat cara untuk mengatasi berbagai permasalahan yang melingkupi kehidupannya, strategi penanganan masalah ini pada dasarnya merupakan kemampuan segenap anggota keluarga dalam mengelola aset yang dimilikinya. Selanjutnya, Edi Suharto sebagai seorang pengamat masalah kemiskinan dalam teorinya mengatakan startegi bertahan hidup atau strategi adaptasi disebut juga dengan Copying Strategies. Strategi bertahan hidup (copying strategies) dalam mengatasi goncangan dan tekanan ekonomi dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori yaitu strategi aktif, strategi pasif dan strategi jaringan.

(29)

2.1.1.1 Strategi Aktif

Strategi aktif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara memanfaatkan segala potensi yang dimiliki. Menurut Suharto (2009:31) strategi aktif merupakan strategi yang dilakukan keluarga miskin dengan cara mengoptimalkan segala potensi keluarga (misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja dan melakukan apapun demi menambah penghasilannya). Selanjutnya, Suharno (2003:31) dalam Irwan (2015:187) menyatakan strategi aktif merupakan strategi yang mengoptimalkan segala potensi keluarga. Misalnya melakukan aktivitasnya sendiri, memperpanjang jam kerja, memanfaatkan sumber atau tanaman liar di lingkungan sekitarnya dan sebagainya.

Pendapat lain mengatakan Andriati (dalam Winarno, 2016:21) salah satu strategi yang digunakan oleh rumah tangga untuk mengatasi kesulitan ekonomi adalah dengan mendorong istri dan anak untuk mencari nafkah. Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi aktif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan seseorang atau rumah tangga dengan cara memaksimalkan segala sumber daya dan potensi yang dimiliki oleh keluarga mereka.

2.1.1.2 Strategi Pasif

Strategi pasif merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminimalisir pengeluaran keluarga sebagaimana pendapat Suharto (2009:31) yang menyatakan bahwa strategi pasif adalah strategi bertahan hidup dengan cara mengurangi pengeluaran keluarga (misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, dan sebagainya). Menurut Kusnadi (2000:8) strategi pasif

(30)

adalah strategi di mana individu berusaha meminimalisir pengeluaran uang, strategi ini merupakan salah satu cara masyarakat miskin untuk bertahan hidup.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi pasif adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan oleh individu atau rumah tangga dengan cara selektif, menerapkan pola hidup hemat, tidak boros dalam mengatur pengeluaran keuangan keluarga misalnya biaya untuk sandang, pangan, pendidikan, rumah dan lain sebagainya.

2.1.1.3 Strategi Jaringan

Strategi jaringan adalah strategi yang dilakukan dengan cara memanfaatkan jaringan sosial. Menurut Suharto (2009:31) strategi jaringan merupakan strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara menjalin relasi, baik formal maupun dengan lingkungan sosialnya dan lingkungan kelembagaan (misalnya meminjam uang kepada tetangga, mengutang di warung atau toko, memanfaatkan program kemiskinan, meminjam uang ke rentenir atau bank dan sebagainya). Di samping itu, Kusnadi (2000:146) mengatakan strategi jaringan terjadi akibat adanya interaksi sosial yang terjadi dalam masyarakat, jaringan sosial dapat membantu keluarga miskin ketika membutuhkan uang secara mendesak.

Strategi jaringan yang biasanya dilakukan adalah dengan memanfaatkan jaringan sosial yang dimiliki dengan cara meminjam uang ke kerabat, bank dan memanfaatkan bantuan sosial lainnya. Bantuan sosial yang diterima merupakan modal sosial yang sangat berperan sebagai penyelamat. Menurut Pertiwi (2012) dalam Rini (2017) mengatakan bahwa kehidupan manusia tidak selalu sesuai dengan apa yang direncanakan oleh manusia itu sendiri.

(31)

Terkadang ada keadaan yang tak diinginkan terjadi sehingga menuntut manusia itu sendiri untuk selalu siap sedia dalam menghadapi suatu keadaan.

Salah satu strategi yang dapat dilakukan dengan melakukan pinjaman atau bantuan yang biasanya dilakukan adalah dengan melakukan pinjaman atau bantuan yang biasanya dilakukan adalah dengan meminta bantuan atau pinjaman kepada sanak saudara, kawan atau memanfaatkan hubungan untuk melindunginya.

Meminjam biasanya dilakukan kepada orang yang paling memungkinkan dapat memberi, biasanya si peminjam sudah kenal baik dengan pemberi pinjaman, terlebih lagi peminjam yang diberikan tanpa jaminan, karena dengan total yang tidak terlalu besar.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan strategi jaringan adalah strategi bertahan hidup yang dilakukan dengan cara meminta bantuan kepada kerabat, tetangga dan relasi lainnya baik secara formal maupun informal ketika dalam kesulitan atau keadaan terdesak seperti meminjam uang ketika memerluakan uang secara mendadak.

2.1.2 Konsep UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) 2.1.2.1 Pengertian UMKM

UMKM umumnya didefinisikan berdasarkan kriteria dan ciri yang dapat berupa jumlah tenaga kerja yang digunakan, jumlah capital dan omzet dari kegiatan yang dihasilkan, serta dapat pula didefinsikan berdasarkan karateristik UMKM, seperti skala usaha, teknologi yang digunakan, organisasi dan manajemen, orientasi pasar dan lain sebagainya. Di Indonesia, terdapat beberapa definisi UMKM berdasarkan lembaga yang mendefinisikan, diantaranya:

(32)

a. Berdasarkan UU No. 20 tahun 2008 pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) adalah:

1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini.

3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.

b. Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM) mendefinisikan UMKM sebagai:

1) Usaha Kecil (UK), termasuk Usaha Mikro (UMI), adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih maksimal Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan maksimal Rp 1.000.000.000.

(33)

2) Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan.

c. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja yaitu:

1) Usaha kecil merupakan entitas usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja lima s.d 19 orang.

2) Usaha menengah merupakan entitias usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d. 99 orang.

Menurut Suci, Astari (2019) mengatakan bahwa beberapa ahli pernah menjelaskan tentang definisi UMKM diantaranya adalah:

1. Menurut Rudjito, pengertian UMKM adalah usaha yang punya peranan penting dalam perekonomian negara Indonesia, baik dari sisi lapangan kerja yang tercipta maupun sisi jumlah usahanya.

2. Menurut Ina Pramiana, pengertian UMKM adalah pengembangan empat kegiatan ekonomi utama yang menjadi motor penggerak pembangunan Indonesia, yaitu;

a) Industri manufaktur b) Agribisnis

c) Bisnis kelautan d) Sumber daya manusia 2.1.2.2 Karakteristik UMKM

Karakteristik UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) merupakan kondisi atau sifat yang ada pada aktivitas usaha maupun mampu perilaku

(34)

pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan usahanya. Bank Dunia (World Bank) membagi UMKM ke dalam tiga kelompok dengan kriteria sebagai berikut:

1. Medium Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan maksimal 300 orang, pendapatan per tahun mencapai US$ 15 juta, dan jumlah aset mencapai US$

15 juta.

2. Small Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 30 orang, pendapatan per tahun tidak melebihi US$3 juta, dan jumlah aset tidak melebihi US$3 juta.

3. Micro Enterprise dengan kriteria jumlah karyawan kurang dari 10 orang, pendapatan per tahun tidak melebihi US$ 100 ribu, dan jumlah aset tidak melebihi US$ 100 ribu.

Selain itu, Kriteria UMKM dapat juga dikelompokkan berdasarkan jumlah aset dan omzet yang dimiliki masing-masing badan usaha, yaitu:

Tabel 2.1

Kriteria UMKM berdasarkan jumlah aset dan omzet

(Sumber: Bank Indonesia)

No. Uraian Aset Omzet

1. Usaha Mikro Maksimum Rp50 juta

Masimum Rp300 juta 2. Usaha Kecil >Rp 50 juta – 500

juta

> Rp 300 – 2,5 milyar 3. Usaha

Menengah

>Rp 500 juta – 1 milyar

> Rp 2,5 milyar – 50 milyar

(35)

Sedangkan, berdasarkan aspek komoditas yang dihasilkan, UMKM juga memiliki karakteristik tersendiri antara lain:

1. Kualitasnya belum standar. Karena sebagian besar UMKM belum memiliki kemampuan teknologi yang memadai. Produk yang dihasilkan biasanya dalam bentuk handmade sehingga standar kualitasnya beragam.

2. Desain produknya terbatas. Hal ini dipicu keterbatasan pengetahuan dan pengalaman mengenai produk. Mayoritas UMKM bekerja berdasarkan pesanan, belum banyak yang berani mencoba brekreasi desain baru.

3. Jenis produknya terbatas. Biasanya UMKM hanya memproduksi beberapa jenis produk saja. Apabila ada permintaan model baru, UMKM sulit untuk memenuhinya. Kalaupun menerima, membutuhkan waktu yang lama.

4. Kapasitas dan daftar harga produknya terbatas. Kesulitan menetapkan kapasitas produk dan harga membuat konsumen kesulitan.

5. Bahan baku kurang terstandar. Karena bahan bakunya diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda.

6. Kontuinitas produk tidak terjamin dan kurang sempurna. Karena produksi belum teratur maka biasanya produk-produk yang dihasilkan sering apa adanya (Bank Indonesia, 2015).

Menurut Suci, Astari (2019) dalam perspektif usaha, UMKM diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu:

a. UMKM sektor informal, contohnya pedagang kaki lima.

b. UMKM Mikro adalah para UMKM dengan kemampuan sifat pengrajin namun kurang memiliki jiwa kewirausahaan untuk mengembangkan usahanya.

(36)

c. Usaha Kecil Dinamis adalah kelompok UMKM yang mampu berwirausaha dengan menjalin kerjasama (menerima pekerjaan sub kontrak) dan ekspor.

d. Fast Moving Enterprise adalah UMM yang mempunyai kewirausahaan yang cakap dan telah siap bertransformasi menjadi usaha besar.

2.1.2.3 Peran Strategis UMKM

Dalam konteks pengembangan ekonomi rakyat, sektor UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) memiliki titik sentral didalamnya. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (2010), dari total tenaga kerja usaha besar dan usaha kecil pada tahun 2010 menyatakan sebanyak 102,2 juta orang atau sekitar 99,4 juta orang 97,22%

berada pada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Data ini menjukkan bahwa sektor UMKM memiliki kontribusi dalam penyerapan tenaga kerja. Masalah kekurangan capital (investasi) yang dihadapi Indonesia dipecahkan dengan pola investasi yang padat tenaga kerja. Data empiris menunjukkan bahwa dengan investasi terbatas, unit usaha ekonomi rakyat dapat menciptakan lebih banyak unit usaha dan juga kesempatan kerja (Hamid, 2005:43).

Lebih lanjut, selain memberikan kontribusi pada penyerapan tenaga kerja, sektor UMKM juga memiliki peran dalam perekonomian nasional. Selama tahun 2010, kontribus UMKM berkisar 57% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Kemudian, banyaknya unit usaha yang bisa diciptakan dengan investasi terbatas di usaha kecil mencerminkan juga banyaknya kesempatan kerja baru yang

(37)

dapat diciptakannya jika unit usaha tersebut didorong untuk tumbuh dan berkembangang (Hamid, 2005:43).

Data di atas menujukkan bahwa usaha kecil dan mikro menjadi salah satu elemen penting dalam pengembangan ekonomi masyarakat. Fakta kinerja ini menunjukkan peran UMKM sebagai bagian terbesar dari seluruh unit usaha nasional yang merupakan wujud nyata kehidupan ekonomi kerakyatan sebagai wujud pembangunan ekonomi nasional. Sektor UMKM memiliki peranan yang sangat penting terlihat dari aspek-aspek peningkatan penyerapan tenaga kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi nasional dengan nilai tambah nasional, dan peningkatan ekspor nonmigas sebagai salah satu komponen besarnnya.

Peran strategis UMKM juga telah dibuktikan oleh pegalaman berbagai negara seperti Jepang, China, Korea dan Thailand. Di negara-negara tersebut, UMKM merupakan pelaku ekonomi yang dinamis, tumbuh menjadi bagian dan mendukung proses industrialisasi melalui keharmonisan hubungan sinergi antara UMKM dengan usaha-usaha besar. Konsistensi ini melahirkan efesiensi dan kemampuan daya saing di pasar global. Dengan peran strategis tersebut, sudah sepantasnya sektor ini menjadi prioritas dalam pembangunan nasional (Yustika 2007 :182).

2.1.3 Konsep Pariwisata 2.1.3.1 Pengertian Pariwisata

Istilah pariwisata (tourism) baru muncul di masyarakat pada abad ke-18, khususnya sesudah Revolusi Industri di Inggris. Istilah pariwisata berasal dari dilaksanakannya kegiatan wisata atau tour yaitu suatu aktivitas perubahan tempat

(38)

tinggal sementara seseorang, ke luar tempat tinggalnya sehari-hari bersifat sementara dengan suatu alasan apa pun kecuali melakukan kegiatan yang bisa menghasilkan gaji atau upah (Muljadi, 2009:7).

Pariwisata adalah keseluruhan hubungan dan gejala-gejala yang timbul dari adanya orang asing di mana perjalannya tidak untuk bertempat tinggal menetap dan tidak ada hubungan dengan kegiatan untuk mencari nafkah (Hunziker dan Kraft 1942). Udang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, memberikan pengertian bahwa pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah.

World Tourism Organization (WTO) mendefinisikan pariwisata sebagai berbagai aktivitas yang dilakukan orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk dan tinggal di luar kebiasaan lingkungannya dan tidak lebih dari satu tahun berturut-turut untuk kesenangan, bisnis dan keperluan lain. Pariwisata menyangkut segala sesuatu yang berhubungan dengan urusan dan kebutuhan seseorang yang melakukan perjalanan (Syaukani, 2013:1).

Selanjutnya, Kodhyat (1998) menyatakan pariwisata adalah perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan atau kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagian dengan lingkungan dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu. Sementara itu, Murphy (1985), mendefinisikan sektor pariwisata sebagai keseluruhan dari elemen yang terkait dengan wisatawan, daerah tujuan wisata, perjalanan, industri dan lain-lain, yang merupakan akibat dari perjalanan wisatawan ke daerah tujuan wisata sepanjang perjalanan tersebut tidak permanen.

(39)

Pengertian senada diberikan oleh Fennell (1999), yang menyatakan bahwa pariwisata adalah sebagai suatu sistem yang memasukkan wisatawan dan pelayanan yang disediakan (berupa fasilitasi, transportasi, dan akomodasi) untuk memuaskan dan mendukung perjalanan mereka. Lebih lanjut Marpaung (2002), mendefinisikan pariwisata sebagai perpindahan sementara yang dilakukan oleh manusia dengan tujuan keluar dari pekerjaan rutinnya, atau juga dari tempat kediamannya.

Pariwisata berperan terhadap pembanguan bidang ekonomi. Pariwisata meningkatkan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha. Pembangunan pariwisata dapat membuka lapangan usaha, baik yang langsung maupun yang tidak langsung. Sebelum dan sesudah berlangusng kegiatan kepariwisataan dimulai adalah pada bidang pembangunan prasarana dan sarana kepariwisataan.

Sesudah kegiatan kepariwisataan dimulai banyak diperlukan tenaga kerja dalam bidang restoran dan bar, angkutan wisata, taman rekreasi dan hiburan, perusahaan perjalanan, pramuwisata, usaha cendramata/souvenir, jasa informasi dan tenaga keamanan kawasan wisata (Prayudi, 2020:16).

Di samping itu, pariwisata juga dapat meningkatkan penerimaan devisa, meningkatkan penerimaan negara baik secara langsung maupun secara tidak langsung, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan jalan meningkatkan pandapatan rakyat atau masyarakat. Pariwisata juga dapat meningkatkan ekspor, antara lain kebutuhan cinderamata, dan menunjang ekspor komoditi (Syaukani, 2013).

Industri pariwisata juga berpengaruh dalam bidang perekonomian antara lain menghilangkan pengangguran dan mengikis kemiskinan, meningkatkan

(40)

pertumbuhan urbanisasi dan memperluas pasaran barang-barang yang dihasilkan dalam negeri. Jadi pembangunan pariwisata sangat berperan dalam bidang pembangunan ekonomi, khususnya pembangunan negara dan masyarakat.

Pariwisata merupakan andalan pendapatan negara dan pemerintah daerah.

Pemerintah daerah yang memiliki banyak objek wisata dan banyak dikunjungi para wisatawan, maka pemerintah daerah tersebut mempunyai pendapatan yang tinggi, sehingga dapat digunakan untuk pembangunan di sektor yang lain kesejahteraan masyarakat (Prayudi, 2020).

2.1.3.2 Pengertian Produk Pariwisata

Isdarmanto (2017) menyebutkan bahwa produk wisata adalah segala sesuatu yang dihasilkan sesuai dengan yang diperlukan oleh wisatawan mulai dari meninggalkan tempat tinggalnya sampai kembali ke tempat tinggalnya semula.

Produk wisata dapat bersifat nyata (tangible), yaitu yang dapat dilihat langsung dan diraba oleh wisatawan, dan tidak nyata (intangible), yaitu berupa pelayanan (service) yang mampu diverifikan oleh pengelola dan penyaji wisata yang mampu mencipkatan kepuasan bagi wisatawan.

Produk pariwisata memiliki karakter yang berbeda dibandingkan dengan produk industri lain. Delapan produk pariwisata antara lain pariwisata tidak dapat dipidahkan; pariwisata tidak memerlukan perantara untuk mencapai kepuasan;

pariwisata tidak dapat dicoba atau dicicipi; sangat tergantung pada sektor manusia; memiliki tingkat resiko yang tinggi dalam hal investasi; dan tidak memiliki standar atau ukuran yang objektif dalam menilai mutu produk (Isdarmanto, 2017).

(41)

Selanjutnya, Spillane (1987:87-88) mengatakan bahwa industri pariwisata mempunyai ciri-ciri khusus yaitu sebagai berikut: (1) produk wisata tidak dapat dipindahkan; (2) produksi dan konsumsi terjadi pada saat yang sama; (3) produk wisata memiliki beragam bentuk; (4) pembeli tidak dapat mencicipi bahkan tidak dapat menguji produk; (5) produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar.

2.1.3.3 Jenis-jenis Produk Pariwisata

Produk pariwisata terdiri dari berbagai macam-macam unsur yang merupakan suatu kesatuan yang masing-masing unsur tersebut saling terkait satu sama lain. Jenis atau bentuk produk pariwisata yang dibutuhkan secara langsung oleh wisatawan adalah terdiri dari beberapa jasa pelayanan, antara lain sebagai berikut:

1. Jasa travel atau biro perjalanan wisata, yang memberikan informasi, pengurusan dokumen perjalanan, perencanaan perjalanan;

2. Jasa perusahaan angkutan wisata (darat, laut, dan udara) yang akan membawa wisatawan dari dan ke daerah tujuan wisata;

3. Jasa penyedia akomodasi;

4. Jasa makanan dan minuman;

5. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi;

6. Daya tarik wisata; yang terdapat di daerah tujuan wisata, yang merupakan motivasi orang untuk datang berkunjung ke daerah tersebut;

7. Jasa-jasa souvenirshop dan handicraft serta shopping centre di mana wisatawan dapat berbelanja untuk membeli oleh-oleh dan barang-barang kenangan lainnnya;

(42)

8. Jasa perusahaan pendukung, seperti: bank/ATM, money changers, supermarket, rumah sakit, kantor pos, wartel dan lain-lain.

2.1.4 Konsep Pedagang Souvenir 2.1.4.1 Pengertian Pedagang

Di dalam aktivitas perdagangan, pedagang adalah orang atau instusi yang memperjualbelikan produk atau barang, kepada konsumen baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Menurut Poerdarminta (2009), di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, pengertian tentang pedagang yaitu; Orang yang berjualan. Dari pengertian yang diberikan ini maka dapat diartikan bahwa setiap orang yang pekerjaannya berdagang, baik ia berjualan bahan-bahan kebutuhan pokok sehari-hari maupun kebutuhan tambahan.

Menurut Sujatmiko (2014) pedagang adalah orang yang melakukan perdagangan, memperjualbelikan barang yang tidak diproduksi sendiri, untuk memperoleh keuntungan. Sementara itu, Hasim (2009) mendefinisikan pedagang sebagai siapa saja yang melakukan tindakan perdagangan dan dalam melakukan tindakan ini menganggapnya sebagai pekerjaan sehari-hari.

Berdasarkan penggunaan dan pengelolaan pendapatan yang diperoleh dari hasil perdagangan, pedagang dapat dibedakan menjadi:

a. Pedagang professional yaitu pedagang yang menggunakan aktivitas perdagangan merupakan sebagai sumber pendapatan dana satu-satunya bagi ekonomi keluarga.

b. Pedagang semi-professional yaitu pedagang yang mengakui aktivitas perdagangan untuk memperoleh uang tetapi pendapatan dari hasil perdagangan merupakan sumber tambahan bagi ekonomi keluarga.

(43)

c. Pedagang Subsistensi yaitu pedagang yang menjual produk atau barang dari hasil aktivitas atas subsistensi untuk memenuhi ekonomi keluarga.

d. Pedagang Semu adalah orang yang melakukan kegiatan perdagangan karena hobi atau untuk mendapatkan suasana baru atau untuk mengisi waktu luang.

Pedagang jenis ini tidak diharapkan kegiatan perdagangan sebagai sarana untuk memproleh pendapatan, malah sebaliknya mungkin saja ia akan memperoleh kerugian dalam berdagang.

2.1.4.2 Pengertian Souvenir

Souvenir adalah barang-barang kerajinan tangan (handycrafts) yang merupakan hasil kreativitas para pengrajin yang mampu merubah benda-benda yang terbuang dan tidak berharga menjadi produk-produk kraft tangan yang menarik dan diminati banyak orang, terutama pada wisatawan. Dalam kamus The Collins Cobuild Dictionary (2009), kata souvenir diartikan sebagai benda yang ukurannya relatif kecil dan harganya tidak mahal; dihadiahkan, disimpan, atau dibeli sebagai kenang-kenangan kepada suatu tempat yang dikunjungi, suatu kerjadian tertentu.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, souvenir adalah cinderamata, kenang-kenangan. Selanjutnya Febina (2008:8) mengatakan adapun contoh produk souvenir yang dihasilkan seperti frame hiasan, keranjang, penghias serbet, dompet cermin, stand up frame, dompet tisu mini, tempat pulpen, pemberat buku, pembatas buku, kotak hias, gantungan handphone, tempat korek api, pensil ornament jepang, magnet inisial nama pasangan, buku memo, gantungan pita, dompet koin, tempat tisu makanan, tempat notes, dan lain sebagainya.

(44)

Lebih lanjut, dari suatu produk pariwisata kita dapat menerjemahkan arti dan nilai suatu budaya dan daerah di mana souvenir itu berasal sebagaimana dijelaskan bahwa “a creative design for a tourist souvenir is an effective way to promote its sales. As a souvenir designer, you are not only to design its beautiful shape and outside looking, but also to give it a clearly regional characteristic and rich culture meaning” (Xue-ling, 2004). Sehingga, bentuk atau desain yang terkandung dalam suatu souvenir menjelaskan tentang karakteristik suatu budaya atau daerah tertentu.

2.1.5 Konsep Kesejahteraan Sosial 2.1.5.1 Pengertian Kesejahteraan Sosial

Kesejahteraan sosial bisa dipandang sebagai ilmu dan disiplin akademis.

Dalam hubungan ini, kesejahteraan sosial adalah studi tentang lembaga-lembaga, program-program, personel, dan kebijakan-kebijakan yang memusatkan pada pemberian pelayanan-pelayanan sosial kepada individu-individu, kelompok- kelompok, dan masyarakat-masyarakat. Ilmu kesejahteraan sosial berupaya mengembangkan basis pengetahuannya untuk mengidentifikasi masalah sosial, penyebabnya dan strategi penanggulangannya (Karimah, 2016).

Ilmu kesejahteraan sosial pada dasarnya merupakan suatu ilmu yang mencoba mengembangkan pemikiran, strategi, dan tehnik untuk meningkatkan derajat kesejahteraan bagi masyarakat. Kesejahteraan sosial menurut Rukminto (2005:17), Kesejahteraan sosial adalah sebagai suatu ilmu terapan yang mengkaji dan mengembangkan kerangka pemikiran serta metodelogi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup (kondisi) masyarakat antara lain

(45)

melalui pengelolaan masalah sosial; pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat, dan pemaksimalan kesempatan anggota masyarakat untuk berkembang.

Merujuk kepada undang- undang No.11 tahun 2009 yang dikutip oleh Suharto (2009:153) mendefinisikan Kesejahteraan Sosial adalah: “Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri, sehingga dapat melakukan fungsi sosialnya”.

Lebih lanjut, menurut Suharto (2014:2) kesejahteraann sosial mencangkup tiga konsepsi dasar yaitu: (1) Kondisi kehidupan atau sejahtera, yakni terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan jasmaniah, rohaniah, dan sosial; (2) Institusi, arena atau bidang kegiatan yang melibatkan lembaga kesejahteraan sosial dan berbagai profesi kemanusiaan yang menyelenggarakan usaha kesejahteraan sosial dan pelayanan sosial; (3) Aktivitas, yakni suatu kegiatan-kegiatan atau usaha yang teroganisir untuk mencapai kondisi sejahtera. Dengan demikian, adanya pemenuhan kebutuhan oleh masyarakat baik itu materil, spiritual, dan sosial sehingga akan mendorong masyarakat menuju ke arah kualitas hidup yang lebih baik dan mencapai fungsi sosialnya.

2.1.5.2 Tujuan Kesejahteraan Sosial

Menurut Fahrudin (2012:10) Kesejahteraan Sosial mempunyai tujuan yaitu:

1. Untuk mencapai kehidupan yang sejahtera dalam arti tercapainya standar kehidupan pokok seperti sandang, perumahan, pangan, kesehatan, dan relasi- relasi sosial yang harmonis dengan lingkungannya.

(46)

2. Untuk mencapai penyesuaian diri yang baik khususnya dengan masyarakat di lingkungannya, misalnya dengan menggali sumber-sumber, meningkatkan, dan mengembangkan taraf hidup yang memuaskan.

Schneiderman (1972) dalam Fahrudin (2012:10) mengemukakan tiga tujuan utama dari sistem kesejahteraan sosial yang sampai tingkat tertentu tercermin dalam semua program kesejahteraan sosial, yaitu pemeliharaan sistem, pengawasan sistem, dan perubahan sistem.

a) Pemeliharaan Sistem

Pemeliharaan dan menjaga keseimbangan atau kelangsungan keberadaan nilai- nilai dan norma sosial serta aturan-aturan kemasyarakatan dalam masyarakat, termasuk hal-hal yang berkitan dengan definisi makna dan tujuan hidup;

motivasi bagi kelangsungan hidup seseorang dalam perorangan, kelompok ataupun di masyarakat. Kegiatan sistem kesejahteraan sosial untuk mencapai tujuan semacam itu meliputi kegiatan yang diadakan untuk sosialisasi terhadap norma-norma yang dapat diterima, peningkatan pengetahuan dan kemampuan untuk mempergunakan sumber-sumber dan kesempatan yang tersedia dalam masyarakat melalui pemberian informasi, nasihat dan bimbingan, seperti penggunaan sistem rujukan, fasilitas pendidikan, kesehatan dan bantuan sosial lainnya.

b) Pengawasan Sistem

Melakukan pengawasan secara efektif terhadap perilaku yang tidak sesuai atau menyimpang dari nilai-nilai sosial. Kegiatan-kegiatan kesejahteraan sosial untuk mencapai tujuan semacam itu meliputi fungsi-fungsi pemeliharaan berupa kompensasi, sosialisasi, peningkatan kemampuan menjangkau fasilitas-

(47)

fasilitas yang ada bagi golongan masyarakat yang memperlihatkan penyimpangan tingkahlaku.

c) Perubahan Sistem

Mengadakan perubahan ke arah berkembangnya suatu sistem yang lebih efektif bagi anggota masyarakat (Effendi, 1982; Zastrow, 1982). Dalam mengadakan perubahan itu sistem kesejahteraan sosial merupakan instrumen untuk menyisihkan hambatan-hambatan terhadap partisipasi sepenuhnya dan adil bagi anggota masyarakat dalam pengambilan keputusan; pembagian sumber- sumber secara lebih pantas dan adil; dan terhadap penggunaan struktur kesempatan yang tersedia secara adil pula.

2.1.5.3 Fungsi Kesejahteraan Sosial

Fungsi-fungsi kesejahteraan sosial bertujuan untuk menghilangkan atau mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan terjadinya perubahan-perubahan sosial-ekonomi, menghindarkan terjadinya konsekuensi-konsekuensi sosial yang negatif akibat pembangunan serta menciptakan kondisi-kondisi yang mampu mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun fungsi-fungsi Kesejahteraan Sosial menurut Fahrudin (2012:12) yaitu sebagai berikut:

1. Fungsi Pencegahan (preventive)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk memperkuat individu, keluarga, dan masyarakat supaya terhindar dari masalah-masalah sosial baru. Dalam masyarakat transisi, upaya pencegahan ditekankan pada kegiatan-kegiatan untuk membantu menciptakan pola-pola baru dalam hubungan sosial serta lembaga-lembaga sosial baru.

2. Fungsi Penyembuhan (Curative)

(48)

Kesejahteraan sosial ditujukan untuk menghilangkan kondisi-kondisi ketidakmampuan fisik, emosional, dan sosial agar orang yang mengalami masalah tersebut dapat berfungsi kembali secara wajar dalam masyarakat. Dalam fungsi ini tercangkup juga fugsi pemulihan (rehabilitasi).

3. Fungsi Pengembangan (Development)

Kesejahteraan sosial berfungsi untuk memberikan sumbangan langsung ataupun tidak langsung dalam proses pembangunan atau pengembangan tatanan dan sumber-sumber daya sosial dalam masyarakat.

4. Fungsi Penunjang (Support)

Fungsi ini mencangkup kegiatan-kegiatan untuk membantu mencapai tujuan sektor atau bidang pelayanan sosial kesejahteraan sosial yang lain. Melihat kutipan di atas bahwa adanya fungsi dalam kesejahteraan sosial, untuk membantu atau proses pertolongan baik individu, kelompok, ataupun masyarakat agar dapat berfungsi kembali dengan menyelenggarakan pelayanan kesejahteraan sosial.

Serta terhindar dari masalah-masalah sosial baru dan mengurangi tekanan-tekanan yang diakibatkan dari terjadinya perubahan-perubahan dari sosiol-ekonomi.

2.1.6 Covid-19

2.1.6.1 Pengertian Covid-19

Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit pada manusia dan hewan. Pada manusia biasanya menyebabkan penyakit infeksi saluran pernapasan, mulai flu biasa hingga penyakit yang serius seperti Middle East Respiratory Syndrome (MERS) dan Sindrom Pernapasan Akut Berat/ Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Penyakit ini terutama menyebar di antara orang- orang melalui tetesan pernapasan dari batuk dan bersin. Virus ini dapat

(49)

tetap bertahan hingga tiga hari dengan plastik dan stainless steel SARS CoV-2 dapat bertahan hingga tiga hari, atau dalam aerosol selama tiga jam. (Doremalen et al, 2020).

Coronavirus jenis baru yang ditemukan pada manusia sejak kejadian luar biasa muncul di Wuhan China, pada Desember 2019, kemudian diberi nama Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS- COV2), dan menyebabkan penyakit Coronavirus Disease-2019 (Covid-19). Covid-19 termasuk dalam genus dengan flor elliptic dan sering berbentuk pleomorfik, dan berdiameter 60 - 140 nm. Virus ini secara genetik sangat berbeda dari virus SARS-CoV dan MERS-CoV (Letko et al, 2020).

Lebih lanjut, Letko et al (2020) menjelaskan homologi antara Covid-19 dan memiliki karakteristik DNA coronavirus pada kelelawar - SARS yaitu dengan kemiripan lebih dari 85%. Ketika dikultur pada vitro, Covid-19 dapat ditemukan dalam sel epitel pernapasan manusia setelah 96 jam. Sementara itu, untuk mengisolasi dan mengkultur vero E6 dan Huh-7 garis sel dibutuhkan waktu sekitar 6 hari. Paru-paru adalah organ yang paling terpengaruh oleh Covid-19, karena virus mengakses sel inang melalui enzim ACE2, yang paling melimpah di sel alveolar tipe II paru-paru. Virus ini menggunakan glikoprotein permukaan khusus, yang disebut “spike”, untuk terhubung ke ACE2 dan memasuki sel inang.

2.1.6.2 Mekanisme Penularan

Manusia banyak yang tertular Covid-19, sebab Covid-19 merupakan penyakit baru, jadi manusia belum memiliki kekebalan tubuh terhadap virus SARS Cov-2 ini. Covid-19 ditularkan melalui droplet (percikan ketika batuk, atau bersin dan berbicara). Orang dengan Covid-19 juga ditularkan melalui kontak

(50)

erat, seperti cium tangan, jabat tangan, berpelukan dan bersentuhan. Covid-19 juga dapat tertular melalui penyetuhan permukaan benda yang terkontaminasi (Prayudi, 2020).

Covid-19 paling utama ditransmisikan oleh tetesan aerosol penderita dan melalui kontak langsung. Aerosol kemungkinan ditransmisikan ketika orang memiliki kontak langsung dengan penderita dalam jangka waktu yang terlalu lama. Konsentrasi aerosol di ruang yang relatif tertutup akan semakin tinggi sehingga penularan akan semakin mudah (Safrizal dkk, 2020).

Menurut Kemenkes RI dalam Health Line (2020) pencegahan penularan Covid-19 dapat dilakukan meliputi:

1. Sering Mencuci Tangan

Sekitar 98 persen penyebaran penyakit bersumber dari tangan. Mencuci tangan hingga bersih menggunakan sabun dan air mengalir efektif membunuh kuman, bakteri, dan virus, termasuk virus Corona. Pentingnya menjaga kebersihan tangan membuat memiliki risiko rendah terjangkit berbagai penyakit.

2. Hindari Menyentuh Area Wajah

Virus Corona dapat menyerang tubuh melalui area segitiga wajah, seperti mata, mulut, dan hidung. Area segitiga wajah rentan tersentuh oleh tangan, sadar atau tanpa disadari. Sangat penting menjaga kebersihan tangan sebelum dan sesudah bersentuhan dengan benda atau bersalaman dengan orang lain.

3. Hindari Berjabat Tangan dan Berpelukan

Menghindari kontak kulit seperti berjabat tangan mampu mencegah penyebaran virus Corona. Untuk saat ini menghindari kontak adalah cara terbaik. Tangan dan wajah bisa menjadi media penyebaran virus Corona.

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan dalam menghadapi pandemi Covid-19 ini, antara lain: (1) Pada masa pandemi Covid-19 ini masih terjadi penambahan yang signifikan kasus Covid-19;

Pada masa pandemi Coronavirus 19 (COVID-19) ini resiko itu akan bertambah dengan permasalahan ekonomi, budaya baru pembatasan sosial yang berimbas kepada

Pandemi covid-19 mempengaruhi berbagai aspek kehidupan di Kota Padang, termasuk pada pedagang yang berjualan di daerah wisata. Kegiatan leisure time seperti berwisata menjadi

Fitrawaty, F., & Maipita, I.: Analisis dampak kebijakan pemulihan ekonomi nasional (Studi kasus: Masa pandemi Covid-19) 160 Kontribusi ekspor UMKM dinilai hanya

Dengan demikian, keterbatasan ini masih bisa dikembangkan untuk dikaji lebih dalam terkait dengan dampak atau hasil dari setiap program yang telah dicanangkan

Nopiansyah E100170085 Analisis Dampak Covid-19 Terhadap Sosial Ekonomi UMKM (Studi Kasus Home Industri Batik Kecamatan Masaran Kabupaten

Strategi Bank dalam Meningkatkan Jumlah Nasabah pada Produk Tabungan Haji di Masa Pandemi Covid-19 Ditinjau dari Perspektif Manajemen Syariah (Studi Kasus Bank

PEMBERSIH WAJAH POND’S DI MASA PANDEMI COVID-19 (Studi Kasus Pada Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya)” guna memenuhi salah satu syarat