• Tidak ada hasil yang ditemukan

Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Majalah FASILITATOR, terbit di Jakarta, Edisi III Juli 2006"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBIASAAN BERFIKIR KRITIS

ANAK TAMAN KANAK-KANAK

Oleh : Ki Supriyoko

A.

PENGANTAR

Ketika masih kuliah pada program doktor pertengahan tahun 90-an lalu dosen saya yang berkebangsaan Inggris, namanya Frank Barrow, sempat menjelaskan pengertian kreativitas (creativity) dan berbagai macam hal yang berkait dengan kreativitas itu, termasuk ciri-ciri orang yang kreatif (creative people). Saya pun masih ingat betul sampai sekarang, dari belasan ciri-ciri orang yang kreatif tersebut salah satunya adalah berfikir kritis (critical thinking). Artinya, apabila ada orang yang suka berfikir kritis hal itu memenuhi salah satu ciri dari orang yang kreatif; padahal keberhasilan seseorang dalam mengarungi bahtera kehidupan di dunia ini konon lebih ditentukan oleh kreativitas daripada tingkat kecerdasannya.

Meskipun sampai sekarang saya ingat betul bahwa berfikir kritis itu bagian dari kreativitas, namun ternyata saya tidak ingat lagi apa pengertian operasional atas berfikir kritis tersebut. Masalahnya, sejak dulu pengertian operasional tentang berfikir kritis sangatlah beragam. Keberagaman

(2)

penger-tian operasional itulah yang menyebabkan diskusi tentang berfikir kritis masih sering dilakukan sampai sekarang; baik di perguruan tinggi, sekolah, maupun tempat-tempat diskusi yang lainnya.

Pada tahun 2006 ini di Malaysia diselenggarakan Seminar Kebangsaan Pengajaran Bahasa Melayu 2006 dengan menghadirkan puluhan pembicara (pembentang) yang kebanyakan berasal dari universitas ternama di negeri jiran tersebut. Prof. Dr. Abdullah Hassan (UPSI), Prof. Madya Dr. Nor Hashimah Hashim (USM), Prof. Madya Dr. Ishak Ramly (USM), Dr. Zaitul Azma Zainon Hamzah (UPM), dsb. Dari 23 topik yang dibahas di dalam seminar tersebut ada topik yang langsung menjurus masalah berfikir kritis, yaitu “Penyerapan Kemahiran Berfikir Kritis dan Kreatif dalam Kefahaman Bacaan Bahasa Melayu Murid Sekolah Rendah di Malaysia” (topik 3). Meskipun berbagai seminar dan diskusi sudah sering dilakukan tetapi sampai kini keberagaman pengertian operasional tentang berfikir kritis masih tetap terjadi.

B.

INDIKATOR YANG SESUAI

Biarlah keberagaman pengertian operasional tetap berlangsung; hal itu menandakan bahwa pengetahuan dan ilmu tentang berfikir kritis itu sendiri senantiasa tumbuh dan berkembang. Pengembangan pengetahuan dan ilmu tentang berfikir kritis lebih menjadi tanggung jawab para dosen dan peneliti di perguruan tinggi; sementara itu bagi para pendidik, orang tua, dan siapa saja yang terlibat secara langsung dalam pendidikan anak TK lebih berke-pentingan pada cara membiasakan berfikir kritis pada anak-anak TK itu

(3)

sendiri. Indikator apa saja berfikir ktitis itu, bagaimana cara mengajarkan, dan bagaimana cara membiasakan kepada anak-anak TK, dsb. Ini semua merupakan bagian penting bagi praktisi pendidikan TK di Indonesia.

Apabila kita membuka situs internet tentang “Kemahiran Berfikir dan Startegi Berfikir dalam P&P Sains” (http://myschoolnet.ppk.kpm.my/pNp) di sana diperoleh definisi tentang berfikir kritis. Dalam definisi tersebut disebutkan dalam Bahasa Melayu sbb: kemahiran berfikir kritis ialah kebo-lehan untuk menilai kemunasabahan sesuatu idea. Kemahiran yang perlu dikuasai oleh seseorang individu untuk meningkatkan pemikiran kritisnya ialah mencirikan, membandingkan dan membezakan, mengumpulkan dan mengelaskan, membuat urutan, menyusun mengikut keutamaan, mengana-lisis, mengesan kecondongan, menilai dan membuat kesimpulan.

Menurut definisi tersebut di atas indikator berfikir kritis adalah sbb: (1) mengetahui karakter, (2) membandingkan dan membedakan, (3) mengga-bung dan memisah, (4) mengurutkan, (5) membuat prioritas, (6) membuat analisis, (7) melihat kecenderungan, (8) menilai, dan (9) menyimpulkan. Sudah barang tentu semua itu masih dilakukan dalam pikiran dan belum sampai pada tahap tindakan.

Sementara itu kalau kita melihat situs internet lainnya tentang “Kema-hiran Berfikir Secara Kritis dan Kreatif” (http://mahirkbkk.tripod.com) di sana disebutkan dalam Bahasa Melayu sbb: perkataan kritik berasal daripada Bahasa Yunani “Kritikos” yang bermakna mampu menilai. Pada asalnya perkataan kritis dicipta untuk mengelak kesilapan, kekeliruan dan andaian-andaian yang salah. Secara umumnya kemahiran berfikir secara kritis ialah kecekapan dan keupayaan menggunakan minda untuk menilai

(4)

kemunasabahan dan kewajaran sesuatu idea, meneliti kebernasan dan kelemahan sesuatu hujah, dan membuat pertimbangan yang wajar dengan menggunakan alasan dan bukti.

Selanjutnya dalam dokumen tersebut disebutkan indikator berfikir kritis sbb: (1) membandingkan dan membedakan, (2) membuat kategori, (3) meneliti secara detail, (4) menerangkan sebab, (5) membuat urutan, (6) menentukan sumber yang dipercaya, (7) membuat ramalan, (8) memeriksa kemungkinan, dan (9) membuat inferensi. Dalam hal ini pun tentunya masih dalam pikiran, artinya belum sampai pada tindakan.

Berbagai indikator tersebut barangkali tidak salah, namun terlalu sulit apabila harus diimplementasikan pada anak TK. Oleh karena itu perlulah kiranya disusun indikator berfikir kritis yang sesuai dengan perkembangan kejiwaan anak TK itu sendiri. Adapun indikator yang dimaksud terdiri dari empat hal sebagai berikut.

Pertama, menanyakan kekhasan. Sejauh mana kebiasaan anak menanyakan kekhasan dari benda-benda atau manusia tertentu; misalnya kursi itu terbuat dari apa, berapa lebar kursi, siapa yang membuat kursi, apa warna kulit orang Papua, apa warna rambut orang Kalimantan, dan sebagainya.

Kedua, menanyakan perbedaan. Sejauh mana kebiasaan anak menanyakan perbedaan benda atau manusia satu dengan lainnya; misalnya lebih keras mana di antara kursi kayu dengan kursi besi, lebih gelap mana warna kulit orang Papua dengan Sumatera, dan sebagainya.

(5)

Ketiga, menanyakan urutan. Sejauh mana kebiasaan anak menanyakan urutan benda atau manusia tertentu; misalnya di antara pohon jati, pohon sengon dan pohon pisang mana urutan dari yang paling keras, di antara lima pulau besar di Indonesia mana urutan dari barat, dan sebagainya.

Keempat, menanyakan sebab. Sejauh mana kebiasaan anak menanyakan sebab mengenai sesuatu menyangkut benda atau manusia tertentu; misalnya apa sebab pohon pisang jauh lebih mudah ditebang daripada pohon jati, apa sebab manusia harus bangun pagi hari, dan sebagainya.

Di luar keempat indikator tersebut masih banyak indikator lain yang menunjukkan kemampuan berfikir kritis; namun untuk anak TK kiranya dengan keempat indikator tersebut sudah cukup karena memang sudah sesuai dengan tahap perkembangan kejiwaannya. Dengan keempat indikator tersebut sudah cukup digunakan untuk mengetahui seorang anak kemam-puan berfikir kritisnya tinggi atau rendah.

C.

METODA PEMBIASAN

Setelah mengetahui indikator berfikir kritis yang sesuai dengan tahap perkembangan anak TK masalah selanjutnya adalah bagaimana metoda atau cara pembiasaan berfikir kritis.

Kalau ditelaah lebih mendalam, pembiasaan tersebut sebenarnya sama substansinya dengan melatih anak untuk berfikir kritis. Pembiasaan itu sama dengan berlatih secara berulang-ulang sehingga menjadi biasa; anak yang dibiasakan berfikir kritis sama artinya dengan dilatih secara

(6)

berulang-ulang. Dalam teori psikologi ada yang disebut naturalisasi (naturalization) yang maksudnya hampir sama dengan pembiasaan; yaitu mengerjakan hal-hal yang sulit tetapi menjadi mudah karena dilakukan secara berulang-ulang sampai menjadi biasa.

Bagaimana membiasakan berfikir kritis pada anak TK? Hal ini tidaklah terlalu sulit asalkan guru bersungguh-sungguh dalam melakukannya; yaitu dengan menyajikan gambar, benda, atau apa pun yang mengandung perbe-daan dan “keanehan” kepada siswa.

Contoh konkretnya sbb: guru menyajikan satu gambar anjing dan satu gambar kucing yang dipasang di papan tulis. Kemudian menyilahkan anak untuk menanyakan apa yang ingin ditanyakan. Bagi anak yang mempunyai kemampuan berfikir kritis tentu akan mulai bertanya; apa saja warna kulit anjing (kekhasan), makan apa kucing itu (kekhasan), apakah anjing dan kucing sama-sama makan daging (perbedaan), banyak mana jumlah jari kaki anjing dengan kucing (perbedaan), mana yang badannya lebih besar antara anjing dengan kucing (urutan), cepat mana larinya anjing dengan kucing (urutan), mengapa anjing suka mengejar kucing (sebab), mengapa kucing takut pada anjing (sebab), dan sebagainya.

Setelah memasang gambar anjing dan kucing, selanjutnya bisa saja guru memasang satu gambar anjing (misalnya jenis herder) dan satu lagi gambar anjing yang jenisnya berbeda (misalnya jenis pony). Pertanyaan dari anak-anak yang (diharapkan) muncul kira-kira sbb: apa jenis anjing pertama dan kedua (kekhasan), di mana jenis anjing itu dapat ditemukan (kekhasan), apakah kedua anjing tersebut makanannya sama (perbedaan), apakah kedua anjing tersebut benci dengan kucing (perbedaan), mana urutan yang lebih

(7)

besar badannya (urutan), mana yang lebih mahal harganya di antara kedua anjing tersebut (urutan), mengapa anjing herder lebih besar badannya daripada anjing pony (sebab), mengapa anjing herder sangat sedikit di tempat kita (sebab); dan sebagainya.

Pada waktu yang lain sang guru dapat menyajikan benda-benda lainnya seperti benda yang berwarna-warni, tongkat yang besar dan yang kecil, meja belajar yang dipakai anak dan guru, ketegapan di antara dua atau tiga anak, warna baju yang dipakai anak, jenis sepatu yang dipakai anak, bentuk tanaman yang ada di halaman sekolah, dan masih banyak yang lainnya. Itu semua dengan catatan, yang disajikan kepada anak haruslah sesuai dengan perkembangan jiwa anak TK itu sendiri. Ini semua kalau dilakukan sudah merupakan pembiasaan berfikir kritis pada anak TK.

D.

PENUTUP

Berfikir kritis bukanlah kegiatan yang statis dan hanya dimiliki oleh kaum dewasa saja akan tetapi merupakan kegiatan yang dinamis dan milik semua orang, baik orang tua, dewasa, remaja maupun anak-anak. Pem-biasaan berfikir kritis pada anak TK sama halnya dengan melatih berfikir kritis secara berulang-ulang pada anak yang bersangkutan. Apabila pem-biasaan ini bisa dilakukan di TK, ke depannya anak tersebut akan terbiasa berfikir kritis untuk mendorong pengembangan kreativitas yang bermanfaat bagi keberhasilan bahtera hidupnya !!!*****

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

(8)

Pesantren “Ar-Raudhah” Yogyakarta, dan Wakil Presiden Pan-Pacific Association of Private Education (PAPE) yang bermarkas di Tokyo, Jepang

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini di karenakan kepuasan yang diberikan kepada karyawan cenderung kurang dan karyawan tidak memiliki kepuasan kerja, bahkan terkadang karyawan harus lembur

Parfum Laundry Bojong Genteng Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI JENIS PRODUK NYA:.. Kimia Untuk Laundry Kiloan

RENCANA KERJA TAHUN 2018 80 Rencana Kerja Dinas Bangunan dan Penataan Ruang Kota Tangerang Selatan Tahun Anggaran 2018 merupakan dokumen rencana pembangunan yang berjangka

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang (selanjutnya disebut UUTPPU), dalam Pasal 73 menempatkan alat

RTS-PM untuk masing-masing kelurahan sesuai dengan pagu yang telah ditetapkan dan di sampaikan kepada lurah se Kota Madiun beserta Kartu Raskin dan apabila ada perubahan

Penguji luar dilakukan hanya untuk Program Pendidikan Apoteker, yaitu: yang berasal dari rumah sakit; industri farmasi; Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan; Dinas

Tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui sebaran penguasaan materi mata pelajaran Geografi SMA berdasarkan ujian nasional tahun 2010 – 2012, (2) Mengetahui

Setelah mengetahui daya yang dibutuhkan untuk melakukan manuver menggunakan bow thruster, kapal LPD KRI MAKASSAR dapat maneuver dalam waktu 4,25 menit. Hal