• Tidak ada hasil yang ditemukan

Informan Tambahan ·······················································

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1.8 Informan Tambahan ·······················································

Informan tambahan diperlukan untuk membandingkan (memverifikasi) guna menentukan keabsahan data yang telah peneliti peroleh dari kelima Warga Bina Sosial di Parawasa sebagai informan dalam penelitian ini. Penentuan keabsahan data ini merupakan hal yang sangat penting dalam menentukan validitas informasi yang telah peneliti peroleh dalam peneilitian ini. Untuk menentukan keabsahan data peneliti menggunakan teknik triangulasi data, teknik ini memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan dan sebagai pembanding terhadap data tersebut. Dalam hal ini peneliti menggunakan informan tambahan untuk membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan informasi yang telah peneliti peroleh. Berikut adalah profile informan tambahan penelitian.

1. Ganepo Ginting

TTL : Buluh Naman, 2 Desember 1963

Usia : 50 Tahun

Suku : Batak Karo

Agama : Kristen Protestan

Pendidikan : SMA

Tempat Tinggal : Desa Ujung Tran Kec. Merdeka

Kab. Karo

Status : Menikah

Jabatan di UPT Pelayanan Sosial : Peksos (Pejabat Sosial) Tuna Susila Berastagi

Lama Bekerja : 28 Tahun

2. Rini Sukmawati Br Ginting

TTL : Banda Aceh, 17 Juli 1985

Usia : 28 Tahun

Agama : Kristen Prostestan

Pendidikan : D3 Keperawatan di Akper Herna

Tempat Tinggal : Medan

Status : Menikah

Tuna Susila Berastagi

Lama Bekerja : Tiga Tahun

Informan Tambahan I

Nama : Ganepo Ginting

Tanggal Wawancara : 6 Desember 2013

Pukul : 11.50 WIB

Tempat : Ruang Peksos (Pekerja Sosial)

Peneliti berangkat dari Medan jam sembilan pagi sampai di Parawasa jam 11.30 WIB. Sesampainya di Parawasa, peneliti disambut oleh pegawai-pegawai Parawasa. Peneliti beristirahat 20 menit, setelah itu peneliti menjumpai Pak Ganepo Ginting, yang sebelumnya peneliti sudah bertemu dengan beliau untuk menanyakan tentang latar belakang Warga Bina Sosial semuanya. Waktu bertemu Beliau memakai baju hitam, celana training warna hitam dan sepatu olahraga warna putih. Beliau mengajak peneliti ke tempat ruangan Peksos (Pekerja Sosial) yang bersebelahan dengan Asrama I Warga Bina Sosial, ketika berada di dalam ruangan Peksos (Pekerja Sosial) peneliti memberitahukan tujuannya datang kembali kepada Beliau. Beliau mensetujui dan mau menjadi Informan tambahan peneliti. sebelum memulai wawancara, peneliti mengisi biodata Beliau.

Selesai mengisi biodata, peneliti menanyakan kembali tentang latar belakang lima informan utama (Indah, Taing, Nurmala, Fina dan Kiki) peneliti kepada Beliau. Awalnya Beliau memberitahukan tentang Indah memiliki latar belakang bekerja sebagai pelayan, dikarenakan tuntutan ekonomi anak-anaknya yang banyak, sedangkan suaminya yang ke dua bekerja penjaga parkir di rumah sakit di Perbaungan. Penghasilan suaminya tidak sanggup membiayai mereka. Awalnya Indah di ajak teman yang baru dikenalnya bekerja di Pantai Gudang Garam, tetapi tidak tahu sebagai apa. Sesampainya di cafe, Ia bekerja melayani dan mengantar minuman ke tamu. Indah merasa uang mengantar minuman tidak cukup, Indah melakukan pekerjaan sebagai PSK untuk menambah uang sampai ia tertangkap oleh Satpol PP saat berhubungan seks dengan tamunya.

Beliau menceritakan latar belakang Taing yang kehidupan keluarga kurang mampu, Bapaknya bekerja sebagai pegawai biasa di Aceh sedangkan Ibunya sudah meninggal sehingga Taing melakukan pekerjaan kupu-kupu malam di berbagai cafe, berbagai cafe ia bekerja melayani tamu. Ia melakukan pekerjaan kupu-kupu malam untuk memenuhi kebutuhannya. Ia kehilangan keperawananya ketika masih SMA, melakukannya bersama pacarnya sedangkan Nurmala, peneliti melihat ketika itu Nurmala dipanggil ke ruang Peksos

oleh Pak Ganepo untuk di tanyai latar belakangnya, di ruangan Nurmala menjawab pertanyaan Pak Ganepo. Ia tinggal di daerah belawan bersama Bapak dan kakaknya. Nurmala pertama kali melakukan seks bersama pacarnya saat di bangku sekolah. Ia bekerja sebagai PSK disaat lulus dari SMA di ajak sodaranya untuk bekerja di cafe yang berada di Porsea, Ia pun mau bekerja di cafe saudaranya untuk memenuhi kebutuhannya. Di cafe saudaranya Nurmala bekerja melayani tamu yang datang, Ia melakukan pekerjaan PSK di cafe tersebut, pada waktu Ia melayani tamu, di ajak minum minuman keras sampai ia mabuk, ketika mabuk Nurmala di ajak ke dalam kamarnya untuk melakukan hubungan seks.

Kalo si Indah ini latar belakangnya menjadi PSK karena suaminya tidak sanggup membiayai anak-anaknya. suaminya cuma penjaga parkiran di rumah sakit tidak cukup memenuhi kebutuhan anaknya yang banyak. Awal si Indah ini bekerja sebagai PSK, dia di ajak temannya yang baru dikenalnya tapi gak tau kerja apa di cafe jadi dia mau aja karena perlu uangkan untuk anaknya. di cafe si Indah ini kerja mengantar minuman ke tamu yang datang. Gara-gara gak cukup cuma mengantar minuman aja, jadi dia melakukan hubungan seks dengan tamu-tamu yang singgah di cafenya.

Taing dan Nurmala sama dari keluarga kurang mampu. Bapak Taing bekerja sebagai pegawai biasa, ibunya uda meninggal. Taing ini menjadi PSK untuk kebutuhan hidupnya. Ia berawal dari cafe, sudah banyak pengalamnya bekerja cafe. Di cafe ia melayani tamu sampai keranjang. Awal melakukan hubungan seks waktu pas SMA, Ia melakukan dengan pacarnya, biasalah kenak rayuan gombal pacarnya. kalo si Nurmala ini tinggal belawan sama dengan si Zulfina. Awal Ia melakukan seks sama pacarnya sama dengan si Taing. Nurmala bekerja sebagai PSK di ajak sodaranya, di lihat sodaranya ini, ia tidak ada kegiatan waktu selesai sekolah di ajaklah bekerja di cafe di Porsea, di Porsea Ia melayani tamu sampai waktu ada tamu ngajak minum sampai mabuk, Ia tidak tahan mabok katanya jadi saat mabok di ajak ke kost si Nurmala, disitulah mereka melakukan seks dan dibayar.

Berbeda dengan Zulfina dan Kiki latar belakang menjadi PSK, Zulfina dari keluarga yang kurang mampu yang tinggal di Belawan. Awal Ia melakukan hubungan seks saat umur delapan tahun. Ia mengajak Bapaknya pulang ke rumah, di rumah Bapaknya memberi minuman kepada Ia yang ternyata sudah dimasukkan obat tidur, ketika Ia sudah tidur Bapaknya memperkosanya sampai tiga kali hingga neneknya mengetahui bahwa Ia sudah

tidak perawan lagi. Setelah kejadian itu neneknya menjauhkan Zulfina dengan Bapaknya, tinggal bersama neneknya. Ketika tinggal bersama neneknya, Ibunya menjemput Zulfina untuk bekerja menjadi seorang PSK di Belawan lalu pindah ke Batam sampai Porsea.

Kiki berasal dari Aceh yang merantau ke Medan mencari kerja untuk membantu keuangan keluarganya yang kurang mampu. Orang tuanya bekerja sebagai wiraswasta di Aceh sedangkan adik-adiknya masih sekolah. Kiki ke Medan ingin mencari kerja untuk membantu orang tuanya dan adik-adiknya yang masih sekolah, Kiki mengaku kepada pegawai Parawasa Ia bekerja di Cafe di Pantai Gudang Garam sebagai pelayan. Orang tuanya tidak tahu Kiki bekerja di Cafe, orang tuanya tahu Kiki bekerja di Swalayan sebagai kasir. Ia tertangkap satpol PP saat melayani seorang pria di pondok dekat Ia bekerja.

Zulfina ini, dari keluarga kurang mampu. Dari umur delapan tahun sudah di perkosa bapaknya dirumahnya sendiri, dilihatnya anaknya sudah tumbuh naik lah nafsunya kan. Di masukkannya obat tidur ke minuman anaknya, setelah tertidur diperkosanya sampai dua kali, nah ketahuanlah sama neneknya disuruhlah si Zulfina ini ngaku sapa yang sudah memecahkan perawannya, di kasih taunya lah bapaknya, sejak saat itu di pisahkan lah bapaknya dengan dia tetapi mamanya membawa si Zulfina ini kembali di suruhlah ia kerja sebagai PSK di Belawan baru ke Batam dan di Porsea.

Si Kiki yang dari Aceh kan, kalo dia dari keluarga kurang mampukan, Orang tuanya kerja jualan-jualan gitu disana. Dia datang ke Medan untuk mencari kerja bantu orang tua dan adiknya. Orang tua tidak tahu si Kiki ini kerja di cafe-café di pantai Gudang Garam. Orang tuanya tahu dia bekerja sebagai kasir di swalayan. Dia tertangkap saat melayani pria, gak tahu itu pacarnya atau tamunya.

Alasan para Warga Bina Sosial (WBS) menjadi PSK bermacam-macam, ada yang mengatakan mereka awalnya bekerja sebagai PSK dijual orang tua untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, menjadi PSK untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri, tidak adanya keterampilan yang bisa digunakan melamar pekerjaan lain, dan di tinggal oleh suami. Kebanyak warga bina sosial (WBS) di Parawasa melakukan perkerjaan seorang PSK untuk memenuh kebutuhan diri dan keluarganya.

Mereka memiliki alasan berbeda-beda menjadi seorang PSK, ada yang bilang dijual orang tuanya lah, memenuhi kebutuhan keluargalah, kebutuhan

sendirilah, tidak punya keterampilan, tinggal suaminya. Banyak mereka disini bekerja menjadi PSK untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarganya.

Awal masuk ke Parawasa semua warga bina sosial (WBS) tidak menerima berada di dalam Parawasa. Mereka berontak ingin keluar dari Parawasa dan tidak suka berada di Parawasa, sampai pernah ada kejadian Warga Bina Sosial ingin melarikan diri dari Parawasa untuk memanjat tembok yang tinggi dan di atasnya berkawat duri agar bisa keluar dari Parawasa. Peneliti bertanya tentang lima informan utama, mereka pernah berusaha melarikan diri, Beliau mengatakan mereka tidak pernah ingin melarikan diri, mereka semua bertingkah baik. Beliau mengatakan kepada peneliti jika ada ketahuan dan tertangkap warga bina sosial melarikan diri, mereka akan di siram di malam hari oleh teman-temannya serta semakin lama berada di Parawasa.

Semua mana ada mau disini, sapa yang tahan berada di sini, disana mereka bisa bebas disini tidak. Pasti tidak menerimalah mereka dan berontak ingin keluar. Ada yang melarikan diri malam-malam manjat tembok, pada hal tembok itu tinggi dan di atasnya di buat diri, adek lihat sendirikan gimana tembok disini semua, tinggi-tinggikan. Kalo si Indah, Kiki, Zulfina, Nurmala dan Taing gak pernah mereka berkasus melarikan diri, mereka baik-baiknya. Disini dek, kalo ketahuan melarikan diri, yang melarikan diri itu di siram malam-malam sama teman-temannya dan makin lama mereka di Parawasa ini.

Warga bina sosial (WBS) dibagi tempat oleh pegawai Peksos di Asrama jika ada warga bina sosial yang bermasalah maka warga bina sosial yang membuat masalah di tempatkan sendiri di kamar agar tidak mengganggu. Awal di Parawasa warga bina sosial susah di atur oleh pegawai-pegawai Parawasa, mereka lebih suka bermalasan di Asrama dari pada mengikuti kegiatan di Parawasa, emosi mereka tidak terkontrol, suka berkata alat kelamin pria dan wanita kepada petugas dan tidak pernah menegur pegawai. Selang berapa lama berada di Parawasa warga bina sosial sudah mudah di atur, emosi bisa terkontrol, rajin beribadah, mengikuti semua kegiatan yang ada di Parawasa dan mendekati pegawai-pegawai di Parawasa untuk mencari informasi kapan mereka bisa pulang. Pegawai di Parawasa juga berusaha mendekatkan diri kepada warga bina sosial (WBS) supaya tidak dibilang sombong, Pegawai harus bersikap dan berprilaku sopan santun agar warga bina sosial (WBS) mengikuti sikap dan prilaku pegawai-pegawai di Parawasa. Pegawai juga bersimpati kepada warga bina

sosial ketika mereka rindu dengan keluarga dan anaknya yang berada di luar Parawasa. Bentuk simpati pegawai kepada warga bina sosial dengan mendengar cerita-cerita tentang kerinduan mereka dengan keluarga dan anaknya dan memberikan nasehat kepada mereka untuk tetap sabar menghadapi cobaan di Parawasa. Ketika warga bina sosial datang ke pegawai untuk bercerita, pegawai tidak sepenuhnya percaya dengan perkataan mereka karena pegawai tidak tahu itu benar atau tidak yang di sampaikan kepada pegawai.

Ketika mereka tertangkap, mereka kita bagi kamarnya dek, yang bagi peksos. Kita lihat dulukan kalo gak ada masalah berarti cocoklah tapi ada masalah di dalam Asrama, warga bina sosial yang membuat masalah itu kita pindahkan kekamar yang buat dia sendirian dek. Susah kali mereka di atur awal masuk, sukanya di asrama tidur dari pada mereka mengikuti kegiatan yang sudah dibuat dek, mereka juga emosian, cakap mereka suka jorok, kita maklumlah dan mereka tidak mau menyapa pegawai-pegawai kalo sedang lewat jadi kita lah yang menyapa mereka tapi setelah sudah lama disini mereka baik-baik, mau mendekatkan diri sama kami, rajin mengikuti kegiatan disini, udah rajin beribadah, sudah bisa ngatur emosi dan sudah mudah diatur. Sikap dan perilaku kami ke mereka harus sopan santun dek, agar mereka juga melihatkan dan menirunya. Mereka dekati kami cuma satu ditanya dek, kapan pulang itu saja.

Dalam Parawasa warga bina sosial sering berkata kasar terhadap warga bina sosial lain sehingga pegawai sering menegur warga bina sosial yang berkata kasar. Selang berapa lama berada di Parawasa dan sudah diajarkan tentang sopan santun dalam berkata-kata warga bina sosial sudah tidak berkata kasar saat bersama temannya. Informan utama peneliti tidak ada yang tidak disukai warga bina sosial dari sikap atau perilaku mereka. Di dalam Parawasa warga bina sosial tidak dibolehkan memegang handphone sebab bisa berhubungan dengan keluar dan dapat membocorkan keadaan yang berada di Parawasa sehingga membuat warga bina sosial melarikan diri. Warga bina sosial merasakan rindu kepada keluarganya, sehingga

warga bina sosial meminjamkan handphone kepada pegawai di Parawasa untuk

menghubungi keluarganya, karena. Informan utama peneliti semuanya pernah meminjam handphone untuk menelpon keluarganya di luar Parawasa. Mereka sering meminjam handphone pegawai bernama Kak Rini, Kak Nita dan Pak Ganepo.

Mereka masuk pertama itu kata-katanya kasar dek, semua bintang dan cakap kotor disebutkan disini dek seringlah kami menegur mereka kalau kata-kata

kasar gitu. tapi setelah lama mereka kami ajarkan tidak boleh kata kasar harus sopan santun. Kalau orang si indah, taing, zulfina, nurmala dan kiki mereka semua disukai sama yang lainnya dari sikap dan perilakunya. Pasti mereka rindulah dek dengan keluarganya apalagi kalau ada anaknya, jadi mereka kadang meminjam handphone pegawai untuk menelpon mereka, kasihan kami dek lihatnya kami kasih tapi tidak sering-sering, pegawai yang ngasih pinjam Rini, Nita dan Pak Ganepo. Di sini dek, mereka tidak di bolehkan megang hp, ntar mereka berhubungan terus sama orang luar jadi bisa membuat rencana melarikan diri dek.

Berada di dalam Parawasa, warga bina sosial di berikan kegiatan keterampilan, tentang kesehatan, Konsultasi, beretika dan olahraga. Kegiatan keterampilan di Parawasa ada Menjahit dan Salon, warga bina sosial memilih salah satu keterampilan yang ingin dipelajari, setelah memilih keterampilan pegawai Peksos membagi warga bina sosial dengan melihat tingkat pendidikan terakhir warga bina sosial. Pak Ganepo mengatakan bahwa jika yang mengikuti keterampilan menjahit memilikit tingkat pendidikan rendah, tidak bisa membuat pola dan menghitung akan menyusahkan warga bina sosial yang mengikutinya sedangkan salon tidak perlu menghitung-hitung dan membuat pola, salon baik bagi warga bina sosial yang tingkat pendidikannya rendah. Kegiatan pelajaran kesehatan yang diberikan kepada warga bina sosial untuk mengetahui bahayanya seks bebas dan mengerti harus memakai pengaman saat melakukan hubungan seks. Pada saat tidak ada kegiatan yang dilakukan oleh warga bina sosial, warga bina sosial menghabiskan waktunya dengan bermain bola kasti, nonton televisi dan membantu Ibu pegawai dirumahnya jualan.

Di Parawasa ini, ada kegiatan keterampilan, kesehatan, konsultasi, etika dan olahraga. Kalau di Parawasa ada menjahit dan salon dik. Adik uda pernahkan mengikutinya. Dari kedua keterampilan itu, mereka terserah memilih yang mana tapi kita lihat juga pendidikan terakhir mereka, kalau pendidikannya SD gak mungkin masuk menjahit, di jahit musti ngerti hitung- hitungan, buat pola jugakan untuk baju yang mau dibuat berbeda dengan salon dek, kalau salon gak perlu hitung-hitungan kan. Tentang pelajaran kesehatan yang nangis saat ini Ibu Rini, disini mereka pasti diajarkan tentang bahayanya seks bebas dan bahayanya jika tidak pakai pengaman saat melakukan sek. Mereka jika gak ada kegiatan kadang-kadang mereka maen kasti, nonton tv dan bantu ibu pegawai dirumahnya jualan,

Warga bina sosial pernah dikunjungi keluarganya dan teman-teman dekatnya untuk melihat keadaan dan kondisi warga bina sosial. Empat Informan utama peneliti pernah di kunjungi oleh keluarga mereka. Informan utama peneliti merasa senang dikunjungi keluarganya, informan utama peneliti sering diberi uang, makanan dan pakaian untuk mereka pakai setiap hari di Parawasa, sedangkan informan utama peneliti bernama Zulfina tidak pernah sekalipun dikunjungi keluarga atau orang terdekatnya karena keluarga Zulfina yang membuat ia menjadi seorang PSK.

Mereka disini pernah kunjungi keluarga mereka masing-masing ataupun teman dekat. Biasanya untuk melihat keadaan dan kondisi mereka cuman si Zulfina yang tidak pernah dikunjungi satu pun kelurga atau pun teman dekatnya. Itu karena mamanya sendiri yang ngajari jadi PSK. Mereka dikunjungi sering di kasih uang, makanan dan pakai untuk mereka pakai.

Pak Ganepo mengatakan bahwa warga bina sosial tidak mau masuk ke Parawasa dan bekerja sebagai PSK lagi, karena jika tertangkap kembali warga bina sosial yang sudah pernah di Parawasa akan di rehabilitasi selama dua tahun. Selama Pak Ganepo bekerja di Parawasa, Beliau pernah menangkap warga bina sosial yang pernah berada di Parawasa ketika ditanya kepada warga bina sosial yang tertangkap dua kali mengatakan ia bekerja kembali karena kebutuhan uang. Selama Pak Ganepo bekerja di Parawasa yang menjadi kesulitan terjadi karena kurangnya fasilitas keterampilan selain menjahit dan salon karena diharapkan sehingga warga bina sosial mempunyai keterampilan yang banyak dan kebutuhan-kebutuhan sehari-hari untuk memenuhi kehidupan warga bina sosial di Parawasa.

Disini ada peraturannya dek, kalau tertangkap kembali di rehabilitasi dua tahun. Pernah ada yang tertangkap sekali disini dek, baru kenak tangkap lagi dia kan ya uda kenak dua tahun lah dia disini, bapak tanya kenapa kerja sebagai PSK, karena tuntutan pak. Kalau kesulitan disini dek, bapak melihat kurangnya fasilitas yang ada disini, seharusnya jangan menjahit dan salon aja, harusnya ada yang lain jadi mereka tidak bosan dan keterampilan mereka banyak dan kebutuhan sehari mereka seharusnya dapat dipenuhi dek.

Warga bina sosial sangat menyesal berada di Parawasa karena mereka tidak bisa bebas dan bertemu dengan orang terdekat warga bina sosial. Warga bina sosial memiliki harapan setelah keluar dari Parawasa, warga bina sosial tidak lagi mengulangi pekerjaan sebagai PSK sehingga memotivasi warga bina sosial sadar bahwa bekerja sebagai PSK tidak

baik untuk diri warga bina sosial dan keluarganya. Ketika warga bina sosial sudah menjalani rehabilitasi selama enam bulan warga bina sosial langsung dipulangkan ke keluarganya serta warga bina sosial yang sudah siap dipulangkan mendapat fasilitas seperti mesin jahit kepada warga bina sosial selama berada di Parawasa yang mengikuti keterampilan menjahit dan hairdrayer kepada warga bina sosial yang selama berada di Parawasa yang mengikuti keterampilan salon.

Pasti mereka nyesal lah dek pernah berada di Parawasa ini, diluar mereka suka-suka, pigi suka-suka sedangkan disini mana bisa dek. Mereka pasti memiliki harapan kedepannya, mereka tidak mau mengulangi perbuatan mereka dan memotivasi mereka supaya tidak terjun ke tempat begituan pasti orang tua dan orang-orang terdekat mereka. disini mereka di rehabilitasi enam bulan setelah itu kita antar langsung kerumahnya masing-masing dan mendapat mesin jahit siapa yang ikut keterampilan menjahit sedangkan salon mendapat pengering rambut dek.

Informan Tambahan II

Nama : Rini Sukmawati Ginting

Tanggal Wawancara : 6 Desember 2013

Pukul : 13.00 Wib

Tempat : Ruang Peksos (Pekerja Sosial)

Wawancara dengan Kak Rini dilakukan pada tanggal 6 Desember 2013 jam 13.00 WIB di Ruangan Peksos (Pekerja Sosial). Sebelumnya Peneliti sudah bertemu dengan Kak Rini disaat pertama kali datang ke Parawasa. Beliau yang memberikan informasi dan mengajak peneliti mengikuti pelajaran tentang kesehatan untuk Warga Bina Sosial. Awal bertemu dengan Kak Rini, peneliti melihat badannya masih kurus, ketika peneliti ketemu kembali dengannya, Peneliti mengetahui Kak Rini sedang mengandung anak ke dua yang kandungannya berusia lima bulan.

Wawancara dimulai peneliti dan meminta Kak Rini untuk mengisi data diri klien. Setelah selesai mengisi data tersebut peneliti mulai melakukan wawancara.

Kak Rini bekerja di Parawasa sudah tiga tahun. Selama berada di Parawasa, Kak Rini mengatakan kebanyakan Warga Bina Sosial disini yang ditangkap melakukan pekerjaan PSK dikarenakan tuntutan Ekonomi berbeda dengan kasus Zulfina yang dipaksa oleh orang tuanya yang menjadikannya seorang PSK disaat masih berumur delapan tahun. Zulfina sudah kehilangan keperawanannya saat bapaknya menidurinya dengan memberi obat tidur ke dalam

minumannya. Bapaknya sudah tiga kali meniduri Zulfina di rumah sampai neneknya