• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembahasan ·······································································

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.2 Pembahasan ·······································································

Dari analisis hasil dan pengamatan peneliti, maka peneliti membuat pembahasan sebagai berikut :

Dari kelima informan tersebut, peneliti melakukan pembahasan yang dikaitkan dengan tujuan peneliti dalam penelitian ini, yaitu untuk mengetahui karakteristik warga bina sosial dan untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan antara warga bina sosial di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi.

Berdasarkan hasil analisis, peneliti mendapatkan bahwa karakteristik seorang warga bina sosial pada tahun 2012 - 2013 dari Parawasa adalah orang memiliki rata-rata pendidikan SD dan paling tinggi SMA, umur warga bina sosial yang berada di Parawasa diantara 18 sampai 43 tahun, warga bina sosial di Perawasa beragama Kristen dan Islam dan bersuku Jawa, Batak serta Sunda.

Alasan Warga Bina Sosial melakukan pekerjaan seks komersial adalah:

Alasan Warga Bina Sosial Karakteristiknya

Keluarga (Informan I, VI dan V)  Suami tidak memberikan nafkah

(Informan I)

 Kebutuhan anak ( Informan I)

 Membantu Orang tua (Informan

V)

 Dijual Orang tua ( Informan VI)

Pengaruh Teman (Informan III dan V)  Dijual teman (Informan III dan

V)

 Di dorong untuk bekerja (

Informan III)

Diri sendiri (Informan II) Mendapat penghasilan sendiri

(Informan II )

Pertama, Alasan warga bina sosial melakukan pekerjaan seks komersial adalah masalah keluarga terhadap informan dalam membantu kebutuhan keluarganya. Hasil wawancara dengan Informan I, IV dan V menunjukan bahwa mereka melakukan pekerja

seks komersial karena membantu kebutuhan keluarganya. Keluarga informan V melakukan pekerjaan seks komersial membantu kehidupan keluarganya supaya keluarganya tidak di pandang sebelah mata oleh tetangganya, ia rela merantau ke Medan bekerja sebagai simpanan pejabat dan pengantar narkoba. Hal ini terbukti dari hasil wawancara peneliti terhadap informan yang mengatakan

“aku lakukan menjadi PSK pak, untuk membantu orang tuaku di Aceh supaya tetangga- tetangga rumahku tidak memandang kami rendah pak”

Berbeda dengan Informan I dan IV, Informan I melakukan pekerjaan seks komersial disebabkan suaminya tidak dapat menafkahi dan tidak tinggal lagi bersamanya sehingga ia bekerja penjajah seks untuk kebutuhan anak-anaknya. hal ini terbukti dari hasil wawancara peneliti terhadap informan yang mengatakan

“karna kan pak, suamiku gak bisaa nafkahi aku lagi dan kami sudah gak seranjang lagi jadi gimana aku bisa memberi kebutuhan anak-anakku yang masih kecil ku lakukanlah pekerjaan itu”

Informan IV melakukan perkerjaan seks komersial karena Umur delapan tahun ia sudah di perkosa bapaknya selama tiga kali sampai dijual mamanya di cafe-cafe. Hal ini juga terbukti dari hasil wawancara peneliti terhadap informan yang mengatakan

”Dari umur delapan tahun aku uda diperkosa bapakku sampe tiga kali baru dijual mamaku, T**k emang mereka, gara-gara mereka aku kerja sebagai pelacur di café-cafe”

Kedua, selain faktor keluarga, warga bina sosial bekerja sebagai PSK disebabkan pengaruh teman. Pengaruh teman dalam kehidupan warga bina sosial dapat kita lihat pada kasus informan III dan V. Informan III mulai dari selesai sekolah ia di ajak seorang perempuan yang baru dikenalnya untuk bekerja di cafenya sebagai penerima tamu, selama bekerja ia melayani tamu yang datang dan pada saat ia melayani tamu. Ia dibuat mabuk oleh tamu tersebut dan melakukan hubungan intim dikamarnya. Hal ini terbukti dari hasil wawancara peneliti terhadap informan yang mengatakan

“pas selesai sekolahkan aku di ajak teman kerja di cafe sebagai penerima tamu, selama disana aku melayani tamu sampai ada tamu dibuatnya aku mabuk, aku gak tahan mabuk setelah mabuk aku gak sadar, setelah sadar aku uda dikamarku berhubungan badan”

Informan V hampir sama dengan informan III, ia mulai dari seorang temannya mengajak ia kerja di Medan, sesampai di Medan ia di ajak ke hotel dan temannya meninggalkannya di dalam hotel setelah beberapa lama seorang lelaki masuk dan mengajaknya melakukan hubungan badan. Hal ini juga terbukti dari hasil wawancara peneliti terhadap informan yang mengatakan

“awalnya aku di ajak ke Medan bekerja tapi aku dibawa ke hotel di Medan, baru kami masuk ke kamar tapi temanku itu pergi sebentar lalu gak berapa lama ada cowok masuk dan mengajak aku berhubungan badan.

Ketiga, selain dari keluarga dan pengaruh teman, faktor yang menjadi warga bina sosial melakukan pekerjaan seks komersial adalah Diri sendiri. satu dari lima informan melakukan pekerjaan seks untuk memenuhi kebutuhan dirinya seperti dilakukan Informan II melakukan pekerjaan seks komersial disebabkan diri sendiri untuk kebutuhannya sehari-hari untuk membeli make up dan pakaian agar tamu-tamu di tempatnya bekerja tertarik kepadanya. Hal ini terbukti dari hasil wawancara peneliti terhadap informan yang mengatakan

“aku melukan pekerjaan itu untuk memenuhi kebutuhan pribadiku seperti membeli make up dan pakaian agar tamu-tamu aku gak lari ke orang lain jadi musti tampil cantik”

Interaksi yang dilakukan warga bina sosial, terlihat pada saat informan berinteraksi dengan warga bina sosial lain dan pegawai melalui komunikasi. Komunikasi itu sendiri terlihat dari komunikasi antarpribadi, ini terlihat dari pesan yang bersifat persuasif dan disampaikan oleh warga bina sosial dengan yang lainnya sehingga saling memahami antar pelaku komunikan sesuai dengan ciri-ciri komunikasi antarpribadi seperti hubungan timbal balik, hubungan interaksi dan terlibat dua orang atau lebih.

Namun seiring berjalannya waktu, para warga bina sosial tentu sudah dapat menyesuaikan diri dengan komunikasi antarpribadi, dan bertambah baik lagi sikap mereka. dapat dilihat bahwa proses tersebut membawa mereka pada individu yang lebih baik lagi dari sebelumnya. Memang seorang warga bina sosial perlu bimbingan dan motivasi dalam merubah sesuatu dalam dirinya, karena memang pada akhirnya mau tidak mau, suka atau tidak suka, seorang warga bina sosial harus menjalani bimbingan yang di berikan terhadap dirinya. Dan yang terpenting lagi adalah ketika seseorang warga bina sosial sudah memutuskan untuk berubah setelah keluar, dia juga harus berani mempertanggungjawabkan apa yang diperbuat di dalam masyarakat.

Para warga bina sosial telah merasakan berkomunikasi dan berinteraksi terhadap warga bina sosial lain dan pegawai sangat dibutuhkan untuk pembentukan dalam dirinya, dan itu berujung pada perubahan prilaku para warga bina sosial itu sendiri. Ada beberapa hal yang didapatkan, dan didukung dalam merubah prilaku diri warga bina sosial, diantaranya mereka menyadari bahwa orang-orang yang didekat mereka sangat berpengaruh dalam perkembangan prilaku mereka. karena ketika warga bina sosial yang sudah berada di daerah

terbuka diri mereka dan mau tidak mau mereka harus bersosialisasi, inilah yang disebut hubungan sosial dalam berinteraksi dengan orang lain dan pegawai. Dimana ada sekumpulan orang dan berkerumun bersama serta saling berinteraksi satu sama lainnya untuk menjalankan hubungan sosial bersama.

Pada warga bina sosial menyadari pentingnya komunikasi antarpribadi dalam pembentukan prilaku mereka selama berada di dalam, membuat mereka memahami cara bersosialisasi dengan baik, tidak minder, menjaga kerpercayaan serta saling membantu sesama warga bina sosial. Karena pada dasarnya sifat manusia tidak mudah dapat di tebak dan dipredisikan serta tidak dapat hidup sendiri, agar komunikasi antarpribadi dan interaksi mereka tetap berjalan dengan baik, maka mereka harus saling memberikan kepercayaan satu dengan lainnya dan tanpa disadari mereka telah belajar bagaimana merubah prilaku diri mereka masing-masing.

Selain perilaku yang berubah yang dirasakan warga bina sosial, mereka tetap menemukan faktor penghambat dalam berkomunikasi, khusus komunikasi antarpribadi. Meskipun mereka berbeda usia sering berkomunikasi, faktor penghambat tetaplah ada karenaa latar belakang seseorang di dalam kehidupannya berbeda-beda, sehingga hal ini ditangani langsung oleh petugas dengan melakukan interaksi dan pendekatan-pendekatan kepada warga bina sosial tersebut, dan seorang warga bina sosial haruslah mampu membuka diri dengan lingkungannya yang baru, agar saat interaksi dan berkomunikasi antarpribadi dengan orang lain kecanggungan berinteraksi dapat dihilangkan. Komunikasi antarpribadi memiliki peranan penting dalam pembentukan sikap seseorang. Disaat komunikasi antarpribadi tercipta maka warga bina sosial dapat mengetahui hak-haknya, dan pegawai pun dengan mudah melakukan pembinaan.

Dalam wawancara mendalam yang dilakukan dengan kelima warga bina sosial dapat diketahui bahwa komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial di Parawasa Berastagi adalah bahwa kebanyakan warga bina sosial melakukan komunikasi antarpribadi dengan teman yang dipercayai atau sahabat. Warga bina sosial menganggap bahwa bercerita atau sharing dengan teman yang dipercayai atau sahabat lebih menyenangkan, dari pada dengan pegawai-pegawai Parawasa, itu disebabkan karena kurang nyaman dan tidak mempercayai para pegawai. Ini terjadi pada informan I, II, III, dan V. Komunikasi yang mereka lakukan berupa curhat atau sharing tentang kehidupannya. Komunikasi antarpribadi yang terjadi diantara mereka dengan teman-temannya sangat dekat dan efektif. Hal-hal yang sering didiskusikan dalam komunikasi warga bina sosial adalah mengenai masalah keluarga, pekerjaan dan cinta.

Komunikasi tersebut dilakukan hampir setiap hari dan hubungan yang terjadi diantara warga bina sosial dan warga bina sosial lainnya cukup terjalin dengan baik. Akan tetapi tidak menjamin komunikasi tersebut memberikan pengaruh yang baik bagi warga bina sosial tersebut. Ini terjadi pada informan I, III, IV dan V mereka cenderung terbuka dengan warga bina sosial lainnya. Hubungan dan komunikasi mereka dengan warga bina sosial cukup baik. Hal-hal yang sering di ceritakan adalah mengenai keluarga, masa lalu dan orang di cintai. Informan I dan V berasal dari tangkapan yang sama yaitu Pantai Cermin tetapi berbeda cafe. Di dalam Parawasa Informan I dan V sangat dekat, mereka selalu melakukan kegiatan bersama-sama sampai dengan mandi sama begitu juga dengan Informan III dan IV berasal dari tempat tinggal dan tempat tangkapan yang sama yaitu daerah Belawan dan Porsea tetapi berbeda cafe. Informan III dan IV di dalam Parawasa sangat dekat, mereka selalu melakukan aktifitas bersama-sama.

Komunikasi antara warga bina sosial dengan Pegawai dapat memberikan dampak yang positif bagi warga bina sosial, karena warga bina sosial mengikuti semua kegiatan- kegiatan yang ada di Parawasa dan mengerjakan yng diperintahkan pegawai, tetapi warga bina sosial kurang terbuka terhadap kehidupan mereka. warga bina sosial menganggap bahwa mereka malu menceritakan privasi dan masa lalu mereka kepada pegawai dengan terus terang. Seperti informan V yang mengaku terakhir di tangkap saat melakukan hubungan badan dengan pacarnya, informan V menganggap bahwa masa lalu yang memakai narkoba dan simpanan pejabat ia tidak berani membicarakan hal itu kepada orangtua. Pegawai Parawasa kurang mendalam dan detail mengetahui masa lalu dan perjalanan hidup warga bina sosial.

Komunikasi antarpribadi dapat berlangsung tidak efektif. Dan bila kedua pihak menanggapi perilaku satu sama lain dengan tidak terbuka, maka dapat terjadi kegagalan komunikasi.

Adapun ciri komunikasi efektif antara lain : a. Keterbukaan

b. Kemauan menanggapi dengan senang hati informasi yang diterima di dalam

menghadapi hubungan antarpribadi. c. Empati

Merasakan apa yang dirasakan orang lain. d. Dukungan

Situasi yang terbuka untuk mendukung komunikasi berlangsung efektif e. Rasa positif

Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif.

f. Kesetaraan

Pengakuan secara diam-diam bahwa belah pihak menghargai, berguna dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan (Liliweri, 1991 : 13)

Bila dikaitkn dengan tingkat ketidakpastian dalam interaksi komunikasi antarpribadi warga bina sosial dan pegawai, maka ciri komunikasi antarpribadi yang berlangsung adalah

1. Pada tingkat kecemasan dan ketidakpastian tinggi, komunikasi antarpribadi yang berlangsung umumnya berlawanan dengan komunikasi efektif Devito. Saat terjadi ketidakpastian yang tinggi, keterbukaan diantara warga bina sosial dan pegawai sangat rendah. Pada tahap masuk warga bina sosial akan menyesuaikan diri dengan diri dengan karakter pegawai. Di tingkat ini warga bina sosial kurang terbuka dengan warga bina sosial akan dirinya.

2. Pada tingkat kecemasan dan ketidakpastian moderat, komunikasi antarpribadi yang berlangsung umumnya biasa saja, tidak ada kesan khusus yang diperoleh sesama warga bina sosial dan pegawai. Pada tingkat ini berlangsung singkat dan suasana tidak menegangkan tetapi tidak menyenangkan juga.

3. Pada tingkat ketidakpastian rendah, komunikasi berlangsung umumnya efektif dimana warga bina sosial dengan pegawai membuka diri untuk berkomunikasi, suasana komunikasi menyenangkan, kondusif, serta mendukung berlangsungnya interaksi yang efektif. Komunikasi efektif akan menurunkan ketidakpastian warga bina sosial.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dalam melakukan penelitian komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi ini, peneliti menemukan beberapa kesimpulan berikut ini :

1. Karkteristik warga bina sosial yang berada di Parawasa tidak memandang tua muda, agama yang dianut, sukunya dan bermacam-macam alasan bekerja sebagai PSK.

2. Komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh warga bina sosial terhadap warga bina sosial lain terjalin dengan baik. Hal ini terbukti dari hasil penelitian peneliti lakukan bahwa dari kelima informan, terdapat empat informan yang lebih memilih untuk melakukan komunikasi atau terbuka terhadap warga bina sosial lain.

3. Kurangnya komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai di Parawasa yang kurang baik. Hal ini terbukti dari hasil penelitian peneliti lakukan bahwa warga bina sosial merasa segan dan takut terbuka menceritkan tentang dirinya kepada pegawai lebih terbuka dengan warga sosial lainnya.

5.2 Saran

Setelah melakukan penelitian mengenai proses komunikasi antarpribadi antara warga bina sosial dan pegawai di UPT Pelayanan Sosial Tuna Susila Berastagi, peneliti mendapati masih banyak hal yang dapat dikaji dan dikembangkan dari penelitian ini. Oleh sebab itu peneliti memiliki beberapa saran yang kiranya bisa bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu sebagai berikut :

1. Dalam hal ini sangat disaran agar adanya pemahaman yang lebih dalam bentuk mata kuliah pada mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU mengenai segala penelitian yang berkaitan dengan penelitian kualitatif dan pendalaman materi tentang teori deskritif kualitatif. Hal ini guna memperkaya khasanah berpikir dan ilmu bagi para mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Orang-orang yang berada di sekeliling warga bina sosial dapat memberikan motivasi serta melihat perjuangan para warga bina sosial dalam menjalani masa rehabilitasinya yang begitu lama dalam pembentukan prilaku kearah yang lebih positif. Hendaknya masing-masing warga bina sosial yang hampir selesai masa rehabilitasi di Parawasa dapat membagi pengalaman dengan teman warga bina sosial yang baru menjalankan masa rehabilitasinya agar tidak menemukan titik jenuh dalam menjalankan masa rehabilitasi, tentang bagaimana mereka harus berkomunikasi dengan lingkungan baru dalam pembentukan prilak mereka.

3. Penelitian kulitatif pada umumnya tidak mempunyai ukuran yang pasti tentang batas benar dan salah, semua tergantung dari nilai, etika dan moral yang dianut peneliti. karena itu, peneliti menyarankan bagi mereka yang berminat untuk meneliti penelitian kualitatif agar mempunyai ukuran yang pasti. Penelitian ini agar memberikan sumbangan pemikiran bagi pembaca yang ingin melakukan penelitian serupa lebih lanjut dengan menambah kekurangan-kekurangan pada penelitian ini, serta dapat memberikan masukan dan saran di Parawasa Berastagi.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharimi. 2002. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Edisi Pertama. Jakarta: Prenada Media.

Cangara, Hafied. 2000. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Depari, Eduard, Peranan Komunikasi Massa dalam Pembangunan, UGM Press,

Yogyakarta, 1988.

Devito, Joseph A, 1997, Human Communication, Jakarta, Profesional Books.

Effendy, Onong Uchana. 2000. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

---2004, Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek, Remadja

Rosdakarya, Bandung

Kartono, K. Dr. (2009). Patalogi Sosial jilid 1. Jakarta: Rajawali Pers.

Koentjoro, Ph.D., (2004) On The Spot: Tutur Dari Sarang Pelacur. Yogyakarta: Tinta (Kelompok Penerbit Qalam).

Krisyantono, Rachmat. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana. Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Pribadi. Bandung : Citra Aditya.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: Penerbit PT. Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy J. 2009. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Nawawi, Hadari. 2002. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press. Purba, Amir dkk.2006. Pengantar Ilmu Komunikasi,Bandung : Remaja Rosdakarya  Rakhmat, Jalaludin. 2004. Metode Penelitian Komunikasi: Rosdakarya.

Ruslan, Rosady. 2003. Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarata : PT. Raja Grafindo Persada

Singarimbun, Masri dan Sofyan Effendi. 1995. Metode Penelitian Survey. Jakarta : PT Pustaka LP3ES Indonesia.

Sugiyono. 2005. Statistika untuk Penelitian. Bandung: CV Alfabeta.

Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial : Suatu Pengantar. Yogyakarta : PT Andi Offset.

Sumber lain :

 http://forum.kompas.com/teras/251315-4-jalan-lokasi-prostitusi-melegenda-di- indonesia.html

 http://www.antarasumut.com/dprdselama-ramadhan-medan-harus-bersih-pelacuran/

Tujuan Penelitian

3. Untuk mengetahui Karakteristik wanita tunasusila yang menjalani rehabilitas. 4. Untuk mengetahui proses komunikasi antarpribadi yang dilakukan antara PSK.

I. Biodata warga bina

1. Nama : 2. TTL : 3. Usia : 4. Suku : 5. Agama : 6. Pendidikan :

7. Anak Ke …. Dari ….. Bersaudara

8. Tempat tinggal :

9. Status : Menikah / Belum menikah

10.Anak : ….Laki-laki / …..Perempuan

11.Tingkat ekonomi : (TANYAKAN)

Pendahuluan:

1. Sudah berapa lama anda di Parawasa? 2. Berapa banyak orang dalam ruangan? 3. Bagaimana kondisi di sini?

4. Apakah anda baru pertama kali masuk sini? 5. Bagaimana latar belakang anda?

6. Bagaimana perasaan anda pertama masuk di sini? a. Apakah anda sudah tahu tentang tempat ini?

- Jika sudah tahu tantang panti ini dari mana?

- Tentang orang-orang yang ada panti atau tentang tempat ini sendiri? - Sebelum atau sesudah berada di panti ini?

- Apa yang harus anda lakukan agar anda dapat keluar dari panti? c. Apa persepsi yang anda miliki tentang panti rehabilitasi?

d. Menerima atau tidak berada disini?

- PROBING (respon jawaban dari responden dengan pertanyaan-pertanyaan medalam)  berkaitan dengan status mereka.

e. Bagaimana anda dapat menyesuaikan diri di sini?

f. Butuh waktu berapa lama anda dapat menyesuaikan diri di dalam panti?

g. Apakah anda tatap bisa mendapat informasi tentang kehidupan anda (keluarga, teman, tempat tinggal, dsb) di dalam panti?

h. Dari mana?

i. Apakah anda diizinkan menggunakan HP di dalam panti? j. Kenapa?

k. Pernahkan anda mengalami hambatan dalam proses penyesuaian diri. - Hambatan apa saja?

- Bagaimana anda mengatasinnya?

7. Siapa saja yang bertugas dan berhubungan langsung dengan anda selama berada di Panti?

a. Sebelum masuk ke dalam panti, persepsi apa yang anda miliki tentang orang- orang (pegawai dan teman-teman) yang ada di dalam panti?

b. Apakah perilaku mereka sesuai dengan persepsi yang anda miliki?

c. Bagaimana cara anda mendekatkan diri dengan teman-teman anda di panti? d. Banyakkah teman-teman yang akrab dengan anda?

- Siapa teman yang paling dekat dengan anda di dalam panti?

- Kapan anda kenal dengan dia, sudah kenal sebelumnya atau kenal di dalam panti?

- Apa yang membuat anda dekat dengan dia?

- Apakah anda dan teman anda saling terbuka dalam berbicara? (adakah

keterbukaan)

- Bagaimana teman anda menanggapi anda dalam berbicara (mendukung atau tidak)? (adakah dukungan dan rasa positif)

- Apakah anda sering bersama-sama?

- Jika ada masalah dengan pegawai atau teman-teman yang lain apakah teman dekat anda mendukung/membela anda?

- Dengan cara apa teman anda mendukung/membela anda? - Apakah anda pernah bertengkar dengan teman dekat anda? - Bagaimana anda dan teman dekat anda menyelesaikannya e. Bagaimana anda bersosialisasi dengan teman-teman anda di panti?

- Apa yang biasa anda bicarakan dengan teman-teman anda? - Apakah anda terbuka dengan seluruh teman-teman anda?

- Kenapa?

- Masalah tentang apa saja yang dapat anda bukakan kepada teman anda? - Apakah teman anda juga menceritakan tentang masalahnya kepada anda? - Masalah tentang apa?

- Pernah ada masalah gak dengan teman-teman anda? - Masalah apa?

- Kepada siapa anda meminta tolong ketika menghadapi masalah di dalam

panti?

f. Apakah ada pegawai yang dekat dengan anda?

- Siapa?

- Bertugas sebagai apa?

- Bagaimana anda bisa dekat dengan dia?

- Dalam hal apa saja anda berinteraksi dengan dia?

g. Apakah anda lebih suka berbagi (curhat) dengan pegawai atau dengan teman anda?

- Kenapa?

- Bagaimana sikap anda menanggapi hal tersebut. 8. Kegiatan-kegiatan di panti

a. Kegiatan apa saja yang anda ikuti di sini? - Bagaimana kegiatan konseling dilakukan? - Apa saja yang dibicarakan?

- Pesan apa yang disampaikan oleh konselor? PROBING (respon jawaban dari responden dengan pertanyaan-pertanyaan medalam)

b. Apa yang biasa anda lakukan dalam kegiatan-kegiatan tersebut? c. Kegiatan apa yang anda lakukan di waktu senggang?

- PROBING (respon jawaban dari responden dengan pertanyaan-pertanyaan medalam)

d. Kendala apa saja yang anda hadapi saat mengikuti kegiatan panti? e. Apa yang anda dapatkan dari kegiatan-kegiatan di sini?

f. Apakah anda merasakan perubahan perilaku saat di dalam panti? g. Apakah rehabilitasi ini membawa dampak positif pada diri anda?