• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.2 Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

Menurut Roesli (2008), IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya setelah satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan the best crawl atau merangkak mencari payudara.

Ada beberapa intervensi yang menganggu kemampuan alami bayi untuk mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Di antaranya, obat kimiawi yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan obat-obatan atau tindakan seperti operasi caesar, vakum, forcep, bahkan perasaan

sakit di daerah kulit yang digunting pada saat epistiotomi dapat pula menganggu kemampuan alamiah ini. Penting untuk menyampaikan informasi tentang IMD ini pada tenaga kesehatan yang belum menerima informasi ini. Dianjurkan pada tenaga kesehatan unutk menyampaikan informasi IMD pada orang tua dan keluarga sebelum melakukan IMD.

Dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ada perilaku menakjubkan antara bayi dan ibunya. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa:

1. Ibu dan bayi sudah dapat berinteraksi dalam menit-menit pertama setelah lahir, jika bayi segera diletakkan di perut ibu.

2. Dalam beberapa menit, bayi dapat merangkak ke payudara dan menyusu sendiri (the best crawl).

3. Kulit ibu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan suhunya dengan suhu yang dibutuhkan bayi (thermoregulator, thermal synchrony).

2.2.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Terdapat beberapa alasan yang mendasari pentingnya kontak kulit segera setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan, yaitu:

1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia).

2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi.

3. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri ’baik’ di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi menyaingi bakteri ’jahat’ dari lingkungan. 4. Ikatan kasih sayang antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2

jam pertama bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.

5. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan dari susu manusia. Hal ini dapat menganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.

6. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu eksklusif dan akan lebih lama disusui. Hal ini telah terbukti dari beberapa penelitian.

7. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Hormon oksitosin berfungsi untuk :

a. Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu, sehingga dapat mencegah terjadinya anemia postpartum.

b. Merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, dan perasaan sangat bahagia.

c. Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua. Oleh karena itu, dinamakan juga hormon kasih sayang.

d. Merangsang pengeluaran ASI dari payudara.

8. Bayi mendapat ASI kolostrum. Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan IMD lebih dulu mendapat kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membentuk lapisan yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.

2.2.3 Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan

Berikut ini langkah-langkah melakukan IMD secara umum yang dianjurkan.

1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu.

2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya.

3. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

5. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari kepalanya. Menurut penelitian Dr. Neils Bergman dari Afrika Selatan, kulit dada ibu yang melahirkan satu derajat lebih panas daripada kulit dada ibu yang tidak melahirkan. Jika bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis turun satu derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu bersifat thermoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi.

6. Apabila bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

7. Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu-bayi tetap tidak terpisahkan dan bayi selalu dalam jangkauan ibu.

Tatalaksana IMD pada operasi caesar tetap dapat dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor, yaitu:

1. Pada ibu yang diberikan anestesi spinal atau epidural dan ibu dalam keadaan sadar, maka usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar operasi.

2. Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat ibu sudah mulai sadar walaupun masih mengantuk atau dalam pengaruh obat bius. Sementara menunggu ibu sadar, ayah dapat

menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit sehingga bayi tetap hangat.

2.2.4 Beberapa Penelitian tentang Inisiasi Menyusu Dini

Terdapat beberapa penelitian tentang IMD, yaitu:

1. Dr. Lennart Righard dan seorang bidan Margareta Alade, 1990. a. Penelitian dilakukan terhadap 72 pasangan ibu-bayi baru lahir.

Ke-72 ibu-bayi ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang lahir normal dan dengan obat-obatan (tindakan).

b. Kelompok yang lahir normal dibagi dua lagi. Berikut ini hasilnya. 1. Bayi yang begitu lahir, tali pusatnya dipotong, dikeringkan

dengan cepat. Setelah itu, segera diletakkan di dada atau di perut ibu dengan kontak kulit bayi ke kulit ibu dibiarkan setidaknya satu jam. Pada usia sekitar 20 menit, bayi mulai merangkak ke arah payudara dan dalam usia 50 menit, ia menyusu dengan baik.

2. Kelompok bayi yang lahir normal tanpa obat-obatan, tetapi langsung dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan dibersihkan, hasilnya 50% bayi tidak dapat menyusu sendiri. 3. Bayi yang lahir dengan obat-obatan atau tindakan, segera

setelah lahir diletakkan di dada ibu dengan kontak kulit ke kulit, hasilnya tidak semua dapat menyusu sendiri. Yang mencapai payudara ibunya pun, umumnya menyusu dengan lemah.

4. Bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera dipisahkan dari ibunya maka tidak ada satu pun yang dapat menyusu sendiri. 5. Kemampuan bayi merangkak mencari payudara bertahan

beberapa minggu.

6. Pada bayi yang dibiarkan menyusu sendiri, setelah berhenti menyusu baru dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang dan

diukur. Pada usia 10 jam saat bayi diletakkan kembali di bawah payudara ibunya, ia tampak menyusu dengan baik. 2. Sose dkk CIBA foundation, 1978.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu-bayi pertama sekali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui.

3. Fika dan Syafiq, Journal Kedokteran Trisakti, 2003.

Penelitian di Jakarta-Indonesia ini menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif.

4. Dr. Karren Edmond, 2006.

Peneliti-peneliti dari Inggris di bawah pimpinan Dr. Karren Edmond melakukan penelitian di Ghana terhadap hampir 11.000 bayi dipublikasikan di Pediatrics (30 Maret 2006). Judul penelitiannya ”Menunda Permulaan/Inisiasi Menyusu Meningkatkan Kematian Bayi”. Berikut ini hasil penelitiannya.

a. Penelitian di Ghana melibatkan 10.947 bayi yang baru lahir antara Juni 2003 sampai Juni 2004.

b. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu jam) maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan. c. Jika mulai menyusu pertama, saat bayi berusia di atas dua jam dan

di bawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi di bawah 28 hari yang dapat diselamatkan.

2.2.5 Cakupan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia

SDKI (2007) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 95% anak di bawah umur 5 tahun yang pernah mendapat ASI. Akan tetapi, hanya 44% yang mendapat ASI satu jam pertama setelah lahir dan 62% yang mendapat ASI dalam hari pertama setelah lahir. Median durasi pemberian ASI adalah 22,3 bulan.

Jumlah bayi di bawah umur 2 bulan yang mendapat ASI eksklusif adalah 48%, angka tersebut mengalami penurunan menjadi 18% pada umur 4 hingga 5 bulan.

TABEL 2.2

PERSENTASE STATUS MENYUSU DI INDONESIA TAHUN 2007

2.2.6 Faktor-Faktor Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi.

1. Bayi akan kedinginan merupakan pendapat yang tidak benar karena suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu.

2. Ibu yang harus dijahit bukan merupakan penghalang untuk menyusui karena kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara. Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

3. Suntikan vitamin K dan tetes mata harus segera diberikan setelah lahir untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) adalah pendapat yang tidak benar. Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi.

4. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur merupakan pendapat yang tidak benar karena menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai dilakukan.

5. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain adalah tidak benar karena kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

6. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi merupakan pendapat yang tidak benar karena kolostrum merupakan imunisasi pertama untuk bayi, dan dapat melindungi, serta mematangkan dinding usus yang masih muda.

Menurut Borade dan Hanumante (2007), pemberian ASI eksklusif lebih banyak dilaksanakan di kalangan multigravida daripada primigravida. Tan, Choong, Leong, Ng, dan Yong (2008) menemukan adanya hubungan antara pemberian ASI dengan tingkat pengalaman ibu sebagai multigravida. Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama sekali (Prawirohardjo, et al., 2007).

Dokumen terkait