BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian
Dalam penelitian ini telah dilakukan wawancara berdasarkan kuesioner yang telah valid dan reliabel untuk mengukur tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di RSUP Haji Adam Malik Medan yang dilakukan oleh peneliti langsung terhadap responden penelitian. Dari hasil pengumpulan didapatkan data tentang karakteristik-karakteristik responden ibu hamil yang mengisi kuesioner.
Menurut pembagian kelompok umur ibu, proporsi terbesar yaitu 37,8% responden berada dalam kelompok umur di bawah 25 tahun. Kelompok umur 25 sampai 30 tahun sebesar 28,9% . Proporsi 33,3% responden mempunyai berada dalam kelompok umur di atas 30 tahun.
Menurut Nursalam (2001) dalam Handayani (2007), umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Semakin cukup umur maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Berdasarkan pembagian kelompok umur kehamilan, proporsi terbesar yaitu 63,3% responden berada dalam kelompok umur kehamilan trimester ketiga. Kelompok trimester kedua sebesar 26,7%. Kelompok umur kehamilan trimester pertama mempunyai proporsi 10,0%.
Berdasarkan pengelompokan pekerjaan ibu, proporsi terbesar yaitu 51,1% responden berada dalam kelompok bekerja. Kelompok tidak bekerja mempunyai proporsi 48,9%.
Menurut Nursalam (2001) dalam Handayani (2007), paritas adalah jumlah anak yang pernah dilahirkan oleh seorang ibu. Menurut pembagian kelompok jumlah anak, didapatkan proporsi terbesar yaitu 60,0% responden berada dalam kelompok jumlah anak 0. Kelompok jumlah anak 1 sebesar 18,9%. Kelompok jumlah anak 2 sebesar 16,7%. Kelompok jumlah anak ≥3 sebesar 4,4%.
Sesuai dengan pembagian kelompok pendidikan ibu, proporsi terbesar yaitu 35% responden berada dalam kelompok tamat SD atau tidak sekolah. Kelompok tamat SMP sebesar 27% . Proporsi 28% responden mempunyai berada dalam kelompok tamat SMA atau Perguruan Tinggi.
5.2.2 Pengetahuan
Dilihat dari hasil penelitian, ternyata 70% Ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan memiliki pengetahuan yang cukup, sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang mengenai IMD sebesar 21,1%, dan selebihnya berpengetahuan kurang sebesar 8,9%.
Sementara hasil penelitian yang dilakukan oleh Lestari (2009) di Kelurahan Bagan Deli Kecamatan Medan Belawan, didapatkan 94,16% responden ibu memiliki pengetahuan baik tentang IMD dengan 5,83% responden yang memiliki pengetahuan buruk tentang IMD.
Penelitian oleh Lestari (2009) dengan lokasi penelitian di daerah Belawan memiliki hasil yang berbeda dengan penelitian ini dengan lokasi di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan. Perbedaan hasil penelitian tersebut mungkin disebabkan oleh perbedaan kondisi masyarakat, seperti tingginya arus informasi yang diterima oleh masyarakat setempat. Informasi yang diterima dapat berasal dari keluarga, tetangga, Poliklinik, dokter praktik pribadi, media elektronik, maupun penyuluhan-penyuluhan.
Pada penelitian ini memperlihatkan bahwa kebanyakan responden tidak mengerti tentang manfaat tindakan IMD bagi ibu secara langsung setelah proses kelahiran yang telah diumumkan oleh WHO (2007) yaitu untuk mempercepat proses pengeluaran plasenta dengan persentase jawaban benar hanya 32,2% dan untuk mengurangi perdarahan ibu dengan persentase jawaban benar hanya 33,3%.
Selain itu, kebanyakan responden juga tidak mengerti tentang proses IMD itu sendiri yang ditulis oleh Roesli (2008) yaitu tentang proses bayi yang merangkak sendiri ke payudara ibu tanpa dibantu oleh orang lain dengan persentase jawaban benar hanya 30,0%.
Kebanyakan responden dalam penelitian ini mengetahui tentang manfaat ASI untuk bayi mereka yang sesuai dengan penelitian oleh Talayero, et al. (2006) yaitu ASI dapat mengurangi angka kesakitan bayi. Ini dikarenakan manfaat ASI tersebut sudah lazim diketahui oleh ibu hamil yang datang memeriksakan kandungannya ke Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan dengan tempelan poster-poster tentang ASI dan manfaatnya di dinding ruang tunggu poliklinik tersebut.
Kebanyakan responden juga sudah mengetahui tentang definisi IMD menurut Roesli (2008). Para responden tersebut sudah mengetahui pengertian dari Inisiasi Menyusu Dini (IMD), namun ada dari mereka belum mengetahui
saat yang tepat untuk memulai IMD. Hal ini dapat diketahui dari persentase responden yang menjawab benar pada pertanyaan nomor 11 dari kuesioner yaitu sebesar 66,7 %.
Pengetahuan tentang pengaruh positif tindakan IMD untuk kelancaran proses menyusui seperti yang telah dipublikasikan melalui penelitian Edmond, et al. (2006) dan Kramer, et al. (2001) juga sudah diketahui oleh banyak responden. Hal ini disebabkan oleh adanya pengetahuan ibu bahwa ASI memberi pengaruh positif bagi anaknya dan ASI tersebut diberikan dalam pelaksanaan IMD.
Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti sumber informasi, faktor keluarga, dan faktor lingkungan. Semakin banyak seseorang mendapat informasi baik, maka semakin baik pula tingkat pengetahuan orang tersebut. Akan tetapi menurut Evi (1992) dalam Handayani (2007), pendidikan dan kebebasan informasi membuat para wanita masa kini lebih berani memasuki wilayah pekerjaan lain yang dapat memberdayakan kemampuan dirinya secara maksimal, sehingga ibu tidak dapat ikut dalam pelaksanaan pemberian ASI.
Berdasarkan karakteristik usia ibu, responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebagian besar berada pada kelompok usia di atas 30 tahun, yaitu sebesar 47,4%.
Hasil tersebut sesuai dengan hasil penelitian Kusmayanti (2005) dalam Handayani (2007), semakin meningkat umur maka presentase berpengetahuan semakin baik karena disebabkan oleh akses informasi, wawasan dan mobilitas yang masih rendah.
Selain itu, Depkes RI (1994) dalam Handayani (2007) juga mencantumkan bahwa umur ibu sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan dengan kondisi kehamilan, persalinan dan nifas serta cara mengasuh dan menyusui bayinya. lbu yang berumur kurang dari 20 tahun masih belum matang dan belum siap dalarn hal jasmani dan sosial dalarn menghadapi kehamilan, persalinan serta dalam membina bayi yang dilahirkan.
Berdasarkan karakteristik umur kehamilan, proporsi terbesar responden dengan pengetahuan baik berada di usia kehamilan trimester ketiga (78,5%). Sebanyak 15,8% responden dengan pengetahuan baik lainnya berada di usia
kehamilan trimester kedua dan 5,3% sisanya berada di trimester pertama. Selama masa kehamilan ibu akan mencari informasi tentang kehamilannya dan cara mengasuh bayinya kelak
Berdasarkan karakteristik pekerjaan ibu, responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebagian besar berada pada kelompok tidak bekerja, yaitu sebesar 57,9%.
Hasil tersebut tidak sesuai dengan Depkes RI (1999) dalam Handayani (2007) yang mencantumkan bahwa ibu yang bekerja di luar rumah (sektor formal) memiliki akses yang lebih baik terhadap berbagai informasi. Hal tersebut terjadi karena responden yang tidak bekerja mempunyai lebih banyak waktu untuk mengikuti penyuluhan-penyuluhan tentang Inisiasi Menyusu Dini apabila dibandingkan dengan kelompok yang bekerja yang pada umumnya lebih sibuk dan lebih terbatas waktunya untuk mengikuti kegiatan yang diadakan untuk menambah pengetahuan ibu hamil tentang inisiasi Menyusu Dini.
Berdasarkan karakteristik jumlah anak, proporsi terbesar yaitu 87,5% responden yang mempunyai pengetahuan kurang mengenai IMD berada dalam kelompok jumlah anak 0.
Berdasarkan karakteristik pendidikan ibu, responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebagian besar berada pada kelompok Tamat SMA atau Perguruan Tinggi, yaitu sebesar 42,1%.
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Depkes RI (1996) dalam Handayani (2007) yaitu pengetahuan diperoleh baik secara formal maupun informal. Sedangkan ibu-ibu yang mempunyai tingkat pendidikan yang lebih tinggi, umumnya terbuka menerima perubahan atau hal-hal baru guna pemeliharaan kesehatannya. Menurut Azwar (2000) dalam Handayani (2007), pendidikan juga akan membuat seseorang terdorong untuk ingin tahu, mencari pengalaman sehingga informasi yang diterima akan menjadi pengetahuan.