TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI
MENYUSU DINI DI POLIKLINIK IBU HAMIL RSUP HAJI
ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010
Oleh:
ERVINA
070100050
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI
MENYUSU DINI DI POLIKLINIK IBU HAMIL RSUP HAJI
ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010
KARYA TULIS ILMIAH
Oleh:
ERVINA
070100050
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
HALAMAN PERSETUJUAN
Laporan Hasil Penelitian dengan judul:
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu
Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010
Yang dipersiapkan oleh:
ERVINA
070100050
Laporan Hasil Penelitian telah diperiksa dan disetujui
Medan, ………
(dr. Delyuzar, Sp.PA(K)) Disetujui,
LEMBAR PENGESAHAN
Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010.
Nama
NIM : Ervina : 070100050
Pembimbing
(dr. Delyuzar, Sp.PA(K)) NIP: 19630219 199003 1 001
Penguji 1
(dr. Donna Partogi, Sp.KK) NIP: 19720103 200501 2 001
Penguji 2
(dr.Vita Camelia, Sp.KJ) NIP: 19780404 200501 2 002
Medan, Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI merupakan makanan yang sempurna untuk bayi dan tidak ada produk makanan pengganti ASI yang kualitasnya menyamai ASI, sehingga ASI adalah makanan terbaik dengan standar emas. Standar emas makanan bayi diawali dengan tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan. IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya setelah satu jam segera setelah lahir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Juni sampai Agustus tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebanyak 90 orang responden dengan nilai kesalahan absolut (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode consecutive sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi karakteristik ibu hamil dan 12 pertanyaan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni 63 orang (70%) termasuk ke dalam kategori cukup, sebanyak 19 orang (21,1%) termasuk ke dalam kategori baik, dan sebanyak 8 orang (8,9%) termasuk dalam kategori kurang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan berada dalam kategori cukup. Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya peningkatkan arus informasi yang diterima oleh ibu hamil tentang IMD baik melalui Poliklinik, dokter praktik pribadi, media elektronik, pembagian leaflet, penempelan poster, maupun penyuluhan-penyuluhan.
ABSTRACT
Breastmilk is the best food to be given to infants, because it contains almost all the nutrients needed by infants. Breast milk is the perfect food for babies and there is no substitute food products whose quality is equal to breast milk, so breast milk is the best food with the gold standard. Gold standard of baby food begins with the act of Early Initiation of Breastfeeding (IMD), followed by exclusive breastfeeding for 6 months. IMD is the baby begins to suckle their own immediately after birth. As long as they left the baby skin contact with the skin of his mother, at least after one hour immediately after birth.
The purpose of this study was to determine the level of maternal knowledge about the IMD in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan. The study was a descriptive study with cross sectional approach. Location of the study was conducted in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan in June to August in 2010. The population in this study were as many as 90 pregnant women respondents with a value of absolute error (d) of 0.1. The sampling technique in this research is to use the method of consecutive sampling. Instrument in this research is a questionnaire that contains the characteristics of pregnant women and 12 questions about Early Initiation of Breastfeeding (IMD).
The results of this study showed that most respondents that is 63 people (70%) fall into the category enough, as many as 19 people (21.1%) fall into either category, and as many as 8 people (8.9%) included in the poor category . The conclusion of this research is the knowledge of pregnant women in the Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik is in the category enough. From the results of this study is expected to increase the flow of information received by pregnant women about IMD either through the clinic, doctor's private practice, electronic media, distribution of leaflets, pasting posters, as well as counselings.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karuniah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis
ilmiah ini sebagai salah satu syarat unuk memperoleh kelulusan sebagai Sarjana
Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas
Sumatera Utara.
Karya tulis ilmiah ini berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang
Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah
banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya
kepada:
1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak dr. Delyuzar, Sp.PA(K) dan Bapak dr. Riza Rivany, Sp.OG selaku
Dosen Pembimbing yang telah banyak member arahan dan masukan
kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan
baik.
3. Ibu dr. Vita Camelia, Sp.KJ, selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat untuk penyempurnaan
penulisan karya tulis ilmiah ini
4. Ibu dr. Donna Partogi, Sp.KK, selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan penulisan karya
tulis ilmiah ini
5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara.
6. Ibu, Lismawati Sembiring, Am.Keb selaku Penanggung Jawab Poliklinik
Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan beserta seluruh staf Poliklinik
Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan
7. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih
saying dan mendoakan serta memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan pendidikan.
8. Saudara-saudara penulis, abang, dan kakak yang selalu memberi
dukungan, doa, kasih sayang, dan keceriaan dalam hidupku.
9. Seluruh teman-teman stambuk 2007, terima kasih atas dukungan dan
bantuannya.
10.Semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan karya
tulis ilmiah ini.
Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan
kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan
membalas dengan pahala yang sebesar-besarnya.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.
Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang
membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah
ini dapat berguna bagi kita semua.
Medan, Desember 2010 Penulis,
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ………. LEMBAR PENGESAHAN ……….. ABSTRAK ……….. ABSTRACT ………. KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ……….. DAFTAR TABEL ………. DAFTAR GRAFIK ………. DAFTAR SINGKATAN ……… DAFTAR LAMPIRAN ……… BAB 1 PENDAHULUAN ………
1.1Latar Belakang ………
1.2 Rumusan Masalah ……….
1.3 Tujuan Penelitian ………
1.3.1 Tujuan Umum ……….
1.3.2 Tujuan Khusus ………
1.4 Manfaat Penelitian ………...
1.4.1 Manfaat bagi Peneliti ...
1.4.2 Manfaat bagi Ibu Hamil ...
1.4.3 Manfaat bagi Petugas Kesehatan ...
1.4.4 Manfaat bagi Instansi Pendidikan ...
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………..
2.1 ASI ………
2.1.1 Definisi ASI ………..
2.1.2 Fisiologi Menyusui ……….
2.1.3 Komposisi ASI ………
2.1.4 Manfaat ASI ………
2.1.5 ASI Eksklusif ………..
2.1.6 Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia ………..
2.1.7 Hubungan Keberhasilan Menyusui dengan IMD ……….…
2.2 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ……….
2.2.1 Definisi IMD ………..
2.2.2 Manfaat IMD ………..
2.2.3 IMD yang Dianjurkan ……….
2.2.4 Beberapa Penelitian tentang IMD ………
2.2.5 Cakupan IMD di Indonesia ………
2.2.6 Faktor Penghambat IMD ……….
2.3 Pengetahuan ………
2.3.1 Pengertian Pengetahuan ……….
2.3.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ………
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL …………
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ……….
3.2 Definisi Operasional ………..
BAB 4 METODE PENELITIAN ………..
4.1 Desain Penelitian ……….
4.2 Tempat dan waktu penelitian ………..
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...
4.3.1 Populasi ………...
4.3.2 Sampel ………
4.4 Metode Pengumpulan Data ……….
4.4.1 Data primer ……….
4.4.2 Data Sekunder ………
4.4.3 Uji Validitas ……….
4.4.4 Uji Reliabilitas ………..
4.5 Metode Analisis Data ……….
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...
5.1 Hasil penelitian ...
5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...
5.1.3 Pengetahuan Responden ...
5.2 Pembahasan ...
5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian ...
5.2.2 Pengetahuan ...
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...
6.1 Kesimpulan ...
6.2 Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN
37
43
43
44
48
48
49
DAFTAR TABEL
Perbandingan ASI dan Susu Sapi
Persentase Status Menyusu di Indonesia tahun 2007
Teknik Penilaian dan Skoring
Skor Pertanyaan pada Kuesioner
Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner
Distribusi karakteristik ibu hamil yang berada di Poliklinik
Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun
2010
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Pengetahuan
Responden pada Pertanyaan Pengetahuan Nomor 1 sampai
6 dalam Kuesioner
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Pengetahuan
Responden pada Pertanyaan Pengetahuan Nomor 7 sampai
12 dalam Kuesioner
Distribusi Frekuensi dan Presentasi Tingkat Pengetahuan
Responden Mengenai IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP
Haji Adam Malik Medan Tahun 2010
Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan Kelompok Umur Ibu
Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan Kelompok Umur Kehamilan
Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan Kelompok Pekerjaan Ibu
Halaman
Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan Kelompok Jumlah Anak
Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan
Berdasarkan Kelompok Pendidikan Ibu
42
43 5.8
DAFTAR GRAFIK
Nomor
2.1
2.2
Judul
Estimasi Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup di
Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002 – 2007
Persentase Pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Sumatera Utara
Tahun 2004-2008
Halaman
11
DAFTAR SINGKATAN
Angka Kematian Bayi
Air Susu Ibu
Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI
Departemen Kesehatan Republik Indonesia
Docosa Hexaenoic Acid
Dinas Kesehatan
Indeks Massa Tubuh
Inisiasi Menyusu Dini
Kelompok Pelindung ASI
Rumah Sakit
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia
Sekolah Dasar
Sekolah Menengah Atas
Sekolah Menengah Pertama
Statistical Product and Service Solutions
The United Nations Children's Fund
DAFTAR LAMPIRAN
BAB 1
Lampiran 1
Lampiran 2
Lampiran 3
Lampiran 4
Lampiran 5
Lampiran 6
Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Daftar Riwayat Hidup
Kuesioner
Lembar Penjelasan Terhadap Subjek Penelitian
Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan
Content Validity
Surat Persetujuan Izin Penelitian
Surat Keterangan Selesai Penelitian
Leaflet
Lembar Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan
Penelitian Bidang Kesehatan
Hasil Output dan Data Induk
ABSTRAK
ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI merupakan makanan yang sempurna untuk bayi dan tidak ada produk makanan pengganti ASI yang kualitasnya menyamai ASI, sehingga ASI adalah makanan terbaik dengan standar emas. Standar emas makanan bayi diawali dengan tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan. IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya setelah satu jam segera setelah lahir.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Juni sampai Agustus tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebanyak 90 orang responden dengan nilai kesalahan absolut (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode consecutive sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi karakteristik ibu hamil dan 12 pertanyaan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni 63 orang (70%) termasuk ke dalam kategori cukup, sebanyak 19 orang (21,1%) termasuk ke dalam kategori baik, dan sebanyak 8 orang (8,9%) termasuk dalam kategori kurang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan berada dalam kategori cukup. Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya peningkatkan arus informasi yang diterima oleh ibu hamil tentang IMD baik melalui Poliklinik, dokter praktik pribadi, media elektronik, pembagian leaflet, penempelan poster, maupun penyuluhan-penyuluhan.
ABSTRACT
Breastmilk is the best food to be given to infants, because it contains almost all the nutrients needed by infants. Breast milk is the perfect food for babies and there is no substitute food products whose quality is equal to breast milk, so breast milk is the best food with the gold standard. Gold standard of baby food begins with the act of Early Initiation of Breastfeeding (IMD), followed by exclusive breastfeeding for 6 months. IMD is the baby begins to suckle their own immediately after birth. As long as they left the baby skin contact with the skin of his mother, at least after one hour immediately after birth.
The purpose of this study was to determine the level of maternal knowledge about the IMD in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan. The study was a descriptive study with cross sectional approach. Location of the study was conducted in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan in June to August in 2010. The population in this study were as many as 90 pregnant women respondents with a value of absolute error (d) of 0.1. The sampling technique in this research is to use the method of consecutive sampling. Instrument in this research is a questionnaire that contains the characteristics of pregnant women and 12 questions about Early Initiation of Breastfeeding (IMD).
The results of this study showed that most respondents that is 63 people (70%) fall into the category enough, as many as 19 people (21.1%) fall into either category, and as many as 8 people (8.9%) included in the poor category . The conclusion of this research is the knowledge of pregnant women in the Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik is in the category enough. From the results of this study is expected to increase the flow of information received by pregnant women about IMD either through the clinic, doctor's private practice, electronic media, distribution of leaflets, pasting posters, as well as counselings.
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Menurut Sofyani (2008), ASI merupakan makanan yang sempurna untuk
bayi dan tidak ada produk makanan pengganti ASI yang kualitasnya menyamai
ASI. ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di
dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi.
Kandungan ASI sesuai untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan yang
optimal pada bayi (Anon., 1982). Dalam penelitian Kries, et al. (1999)
dicantumkan bahwa anak yang mendapat ASI dapat terhindar dari kekurangan
gizi dan obesitas. Selain itu, Jason, Nieburg, dan Marks (1984) juga menemukan
bahwa anak yang mendapat ASI dapat terhindar dari kejadian diare.
Edmond, Zandoh, Quigley, Etego, Agyei, dan Kirkwood (2006)
menyatakan bahwa keberhasilan menyusui sangat tergantung pada IMD (Inisiasi
Menyusu Dini). Penundaan saat permulaan menyusu akan menyebabkan bayi
sukar menyusu. Satu jam pertama kelahiran merupakan kunci sukses dalam
proses menyusui. Menurut Clemens, et al. (1999), tindakan IMD berhubungan
dengan penurunan angka kejadian diare sebesar 26% pada bayi dalam enam
bulan pertama setelah lahir dikarenakan adanya kandungan kolostrum di dalam
ASI.
SDKI (2007) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 95% anak di
bawah umur 5 tahun yang pernah mendapat ASI. Akan tetapi, hanya 44% yang
mendapat ASI satu jam pertama setelah lahir dan 62% yang mendapat ASI dalam
hari pertama setelah lahir. Median durasi pemberian ASI adalah 22,3 bulan.
Jumlah bayi di bawah umur 2 bulan yang mendapat ASI eksklusif adalah 48%,
angka tersebut mengalami penurunan menjadi 18% pada umur 4 hingga 5 bulan.
Menurut UNICEF (2010), Indonesia merupakan negara dengan peringkat
kesembilan dalam jumlah kematian neonatus di dunia setelah India, Cina,
Nigeria, Pakistan, Kongo, Etiopia, Bangladesh, dan Afganistan. Tanzania
yang lebih kecil daripada Indonesia. DinKes Provinsi Sumatera Utara (2009)
melaporkan bahwa Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara mengestimasi Angka
Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 sebesar 26,90 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka ini menurun bila dibandingkan dengan AKB tahun sebelumnya yang
sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran hidup.
Jones, et al. (2003) menemukan bahwa menyusui dapat mencegah 13%
kematian balita. Selain itu, menurut Edmond, Zandoh, Quigley, Etego, Agyei,
dan Kirkwood (2006), 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat
ASI pada hari pertama setelah lahir, dan angka tersebut meningkat menjadi 22%
bila bayi melakukan IMD dalam 1 jam pertama setelah lahir.
Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF dalam Global Strategy on
Infant and Young Child Feeding tahun 2002, merekomendasikan bahwa pola
makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 (dua) tahun adalah:
1. IMD dalam 30 sampai 60 menit setelah bayi lahir.
2. Memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia
6 bulan.
3. Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6
bulan.
4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih.
Menurut Borade dan Hanumante (2007), pemberian ASI eksklusif lebih
banyak dilaksanakan di kalangan multigravida daripada primigravida. Tan,
Choong, Leong, Ng, dan Yong (2008) menemukan adanya hubungan antara
pemberian ASI dengan tingkat pengalaman ibu sebagai multigravida.
Menurut Sitepu (2008), Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik
merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes no.
547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga sebagai rumah sakit pendidikan sesuai
dengan SK Menkes no. 502/Menkes/SK/IX/1991. Oleh karena itu, peneliti
berharap dapat menemukan sampel yang beragam dari segi karakteristik umur,
Berdasarkan data di atas, hanya sedikit realisasi tindakan IMD sebagai
akibat dari kurangnya pengetahuan ibu, padahal keberhasilan menyusu sangat
tergantung pada tindakan IMD. Oleh karena itu, penulis menganggap perlu
dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di
Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka dapat dirumuskan
masalah pada penelitian ini sebagai berikut :
Bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil
RSUP Haji Adam Malik Medan?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu
Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui karakteristik ibu hamil berdasarkan umur, umur
kehamilan, jumlah anak, pendidikan, dan pekerjaan.
2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD
berdasarkan umur ibu hamil.
3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan
umur kehamilan.
4. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan
jumlah anak.
5. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil IMD berdasarkan
pendidikan.
6. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat bagi Peneliti
Yang menjadi manfaat bagi peneliti dalam penelitian ini adalah:
1. Menambah pengetahuan peneliti tentang cara pembuatan karya tulis
ilmiah yang baik dan benar.
2. Menambah pengetahuan peneliti tentang IMD.
1.4.2 Manfaat bagi Ibu Hamil
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi ibu
tentang manfaat IMD dengan dibagikannya leaflet tentang IMD.
1.4.3 Manfaat bagi Petugas Kesehatan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan
untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai IMD di Poliklinik Ibu
Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan, sehingga dinas terkait dapat
merencanakan suatu penyuluhan tentang IMD.
1.4.4 Manfaat bagi Instansi Pendidikan
Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 ASI
2.1.1 Definisi ASI
Menurut Soetjinigsih (1997), ASI adalah suatu emulsi lemak dalam
larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kelenjar
payudara ibu (mammae), sebagai makanan utama bagi bayi. ASI merupakan
sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi dan dalam jumlah yang cukup dapat
memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 240/Men Kes/ Per/ V/85
tentang Pengganti ASI, ASI adalah makanan bayi yang paling baik dan tepat
untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi bayi dan oleh karena itu,
penggunaannya perlu dilestarikan.
Air susu ibu menurut stadium laktasi (masa pengeluaran air susu) dibagi
menjadi tiga, yaitu:
1. Kolostrum yaitu air susu ibu yang berwarna kekuning-kuningan,
disekresi pada hari pertama sampai hari keempat atau ketujuh.
2. Air susu transisi atau peralihan yaitu air susu ibu peralihan dari
kolostrum sampai menjadi ASI matur, disekresi dari hari ketujuh
sampai hari keempat belas.
3. Air susu matur atau matang yaitu air susu ibu yang keluar pada hari
keempat belas sampai seterusnya.
2.1.2 Fisiologi Menyusui
Menurut Soetjinigsih (1997), secara vertikal payudara terletak di antara
kosta II dan VI, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai ke linea
aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara
jaringan subkutan superfisial dan profundus yang menutupi muskulus pektoralis
Menurut Roesli (2007), payudara terdiri dari bagian eksternal dan
internal. Bagian eksternal payudara terdiri dari sepasang buah dada, puting susu,
dan areola mamae. Bagian internal terdiri dari mamary alveoli (kelenjar susu),
sinus lactiferus (gudang susu) yang terletak di bawah areola mamae, ductus
lactiferus (saluran susu), dan jaringan ikat dan lemak sebagai jaringan penunjang
dan pelindung.
Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang
menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan waktu yang tepat pula yaitu
refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon
prolaktin dan refleks pengaliran/pelepasan ASI (let down reflex). ASI diproduksi
oleh mamary alveoli dan disalurkan melalui ductus lactiferus ke sinus lactiferus.
Pada saat sinus lactiferus mengalami pengosongan ASI dan saat
perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses penghisapan,
maka kelenjar hipofisa bagian depan akan menghasilkan hormon prolaktin yang
akan merangsang mamary alveoli untuk memproduksi ASI. Selain itu, prolaktin
juga menekan fungsi ovarium sehingga memperlambat fungsi kesuburan dan
haid. Dengan kata lain, dapat menjarangkan kehamilan.
Pada saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses
penghisapan, oksitosin juga akan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian
belakang. Proses pengeluaran ASI dari sinus lactiferus terjadi karena kontraksi
sel otot polos di sekitar mamary alveoli yang merupakan kerja dari hormon
oksitosin. Oleh karena itu, oksitosin berperan dalam refleks pengeluaran ASI (let
down reflex).
2.1.3 Komposisi ASI
Menurut Roesli (2007), perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari
(stadium laktasi) adalah sebagai berikut:
1. Kolostrum (susu jolong) yaitu ASI yang keluar dari hari pertama
sampai hari ke-4 dan ke-7. Kolostrum merupakan cairan pelindung
yang kaya zat anti infeksi; berprotein tinggi; mempunyai kadar
dan pencahar yang ideal untuk membersihkan usus bayi yang baru
lahir agar siap menerima makanan yang akan datang.
2. Air susu transisi/ peralihan yaitu ASI yang keluar sejak hari ke-4/hari
ke-7 sampai hari ke-10/hari ke-14. Kadar protein akan semakin
merendah, kadar karbohidrat dan lemak akan makin meninggi, dan
volume ASI yang makin meningkat.
3. Air susu matang (matur) yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-14.
Perbandingan ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai
berikut:
TABEL 2.1
PERBANDINGAN ASI DAN SUSU SAPI
ASI SUSU SAPI
Pencemaran bakteri tidak ada mungkin ada
Zat anti-infeksi banyak tidak ada
Protein
Kasein (%) 40 80
Whey (%) 60 20
Asam amino
Taurin cukup untuk pertumbuhan otak tidak ada
Lemak
Kolesterol cukup untuk pertumbuhan
otak, karena banyak lemak
ikatan panjang
tidak cukup, karena
banyak lemak ikatan
pendek dan sedang
Lipase ada tidak ada
Laktosa/gula (%) 7 (cukup) 3-4(cukup)
Garam tepat untuk pertumbuhan terlalu banyak
Mineral
Kalsium 350 (tepat) 1440 (terlalu banyak)
Fosfat 150 (tepat) 900 (terlalu banyak)
Zat besi diserap baik diserap tidak baik
Terdapat beberapa perbedaan ASI dengan susu sapi, yaitu:
1. ASI mengandung lipase untuk memudahkan pencernaan lemak,
terutama lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, dan
arachidonic acid) yang merupakan komponen penting dalam
mielinisasi. Mielinisasi adalah pembentukan selaput isolasi yang
mengelilingi serabut saraf yang akan membantu penjalaran
rangsangan yang lebih cepat.
2. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. ASI mengandung lebih
banyak laktosa dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar
20-30% lebih banyak daripada susu sapi. Para pakar menemukan
bahwa makin tinggi kadar laktosa susu suatu jenis mamalia, maka
ukuran otaknya relatif makin besar karena laktosa dan metabolitnya
(galaktosa) merupakan makanan vital bagi otak yang sedang tumbuh.
Selain itu, laktosa juga meningkatkan penyerapan kalsium,
meningkatkan pertumbuhan Lactobacillus bifidus, dan menghambat
pertumbuhan bakteri patogen di dalam usus bayi karena asam laktat
yang merupakan hasil fermentasi laktosa akan memberikan suasana
asam di dalam usus bayi.
3. Protein ASI yang utama adalah whey yang mudah dicerna, sedangkan
protein susu sapi yang utama adalah kasein yang sukar dicerna oleh
usus bayi karena kasar dan bergumpal. Taurin yang diperlukan untuk
pertumbuhan otak, susunan saraf, dan retina hanya terdapat di dalam
ASI; sedangkan pada susu sapi sama sekali tidak dijumpai taurin.
Selain itu, ASI mengandung alfa-laktalbumin yang tidak
menyebabkan alergi. Susu sapi mengandung lactoglobulin dan bovine
serum albumin yang sering menimbulkan alergi.
4. ASI memberikan imunisasi pasif dan aktif kepada bayi karena
kandungan SIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang akan mencegah
terjadinya kebocoran dinding usus sehingga kuman tidak dapat masuk
pembentukan daya tahan tubuh bayi, sehingga ASI berperan juga
sebagai imunisasi aktif.
5. Zat nutrisi berupa vitamin, mineral, dan zat besi yang terdapat di
dalam ASI lebih mudah diserap oleh tubuh daripada zat nutrisi yang
berasal dari susu sapi maupun susu formula; sehingga yang penting
adalah bukan berapa banyak kandungan zat nutrisi di dalam suatu
makanan bayi, tetapi berapa persen dari zat tersebut yang dapat
diserap oleh tubuh.
2.1.4 Manfaat ASI
Manfaat pemberian ASI bagi bayi, yaitu:
1. ASI sebagai nutrisi. Dalam penelitian Valevski, et al. (2005) terbukti
rendahnya kadar tiamin dalam susu formula yang mengakibatkan
kejadian defisiensi tiamin pada bayi.
2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh.
Terdapat beberapa penelitian yang mendukung fungsi ASI sebagai
peningkat daya tahan tubuh, yaitu:
a. Menurut Beaudry (1995), angka kejadian infeksi gastrointestinal
47% lebih rendah pada bayi yang mendapat ASI dibandingkan
dengan bayi yang tidak mendapat ASI.
b. Menurut Talayero, et al. (2006), terdapat penurunan 30% angka
rawat inap di rumah sakit dengan peningkatan satu bulan menyusu
saat masih bayi.
c. Dalam penelitian Kramer, et al. (2001), promosi ASI menurunkan
40% kejadian infeksi gastrointestinal.
d. Menurut Cesar, Victoria, Barros, Santos, dan Flores (1999), bayi
yang diberi ASI mempunyai resiko 16,7 kali lebih jarang untuk
menderita pneumonia dibandingkan dengan anak ynag tidak
mendapat ASI.
e. Menurut Bachrach, Schwarz, dan Bachrach (2003), sejumlah
dengan resiko anak dirawat inap karena penyakit saluran
pernapasan bawah. Penelitian tersebut dilakukan pada bayi sehat
yang lahir cukup umur dan punya akses ke fasilitas kesehatan
yang memadai. Kesimpulan di negara maju, bayi yang mendapat
susu formula mengalami penyakit saluran pernapasan 3 kali lebih
parah dan memerlukan rawat inap di rumah sakit dibandingkan
dengan bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama 4 bulan.
f. Dalam penelitian Beral, et al. (2000), anak yang mendapat ASI
lebih jarang menderita leukemia dan limfoma.
g. Menurut Dell dan To (2001), anak yang diberi ASI mengalami
pengurangan 40% sampai 50% resiko untuk menderita asma
dibandingkan dengan anak yang tidak.
h. Dalam penelitian Martin, Middleton, Gunnel, Owen, dan Smith
(2005) terhadap 4.000 wanita dewasa ditemukan bahwa angka
kejadian kanker payudara 12% lebih kecil pada wanita yang diberi
ASI saat masih bayi dibandingkan dengan wanita yang tidak.
Dengan meningkatnya daya tahan tubuh bayi, tentu saja Angka
Kematian Bayi akan berkurang. Menurut DinKes Provinsi Sumatera
Utara (2009), Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
mengestimasi Angka Kematian Bayi pada tahun 2007 sebesar 26,90
per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun bila dibandingkan
dengan AKB tahun sebelumnya yang sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran
hidup. Penurunan Angka Kematian Bayi belum mencapai angka yang
memuaskan, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya dari pemerintah
untuk membantu penurunan angka tersebut, agar kualitas hidup
masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan dengan semakin berjalannya
waktu. Angka Kematian Bayi merujuk kepada jumlah bayi yang
meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai
umur 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan
terakhir mengenai estimasi AKB dari Badan Pusat Statistik Sumatera
GRAFIK 2.1
ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2002 – 2007
Sumber: DinKes (2009)
4. ASI meningkatkan kecerdasan.
Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat
meningkatkan kecerdasan, yaitu:
a. Menurut Horwood dan Fergusson (1998), tampak kecenderungan
kenaikan lama pemberian ASI sesuai dengan peningkatan IQ, hasil
tes kecerdasan standar, peningkatan ranking di sekolah, dan
peningkatan angka di sekolah dari 1.000 anak yang diikuti sampai
usia 18 tahun.
b. Dalam penelitian Jain dan Leventhal (2002) dilakukan meta
analisa terhadap 40 penelitian dengan 68% menyimpulkan bahwa
menyusui dapat meningkatkan kepandaian.
c. Mortensen, et al. (2002) melakukan penelitian terhadap 3.253
orang di Denmark didapatkan hubungan antara lama pemberian
ASI dan peningkatan IQ. Orang yang disusui kurang dari 1 bulan
mempunyai IQ 5 poin lebih rendah dari yang disusui setidaknya
7-9 bulan. Terdapat korelasi antara lamanya pemberian ASI dengan
tingkat IQ.
d. Menurut Gale, Callaghan, Godfrey, Law, dan Martyn (2004),
peningkatan IQ anak sesuai dengan peningkatan lama menyusui
e. Foroushani, Mohammad, Mahmoodi, dan Siassi (2010) melakukan
penelitian terhadap 5.362 anak di Inggris dan didapatkan asosiasi
positif antara lama menyusui dengan perkembangan kognitif anak.
f. Dalam penelitian Smith, Durkin, Hinton, Bellinger, dan Khun
(2003) dilakukan penelitian pada 439 anak usia sekolah dengan
berat badan lahir sangat rendah (di bawah 1.500 gram). Bayi yang
tidak diberi ASI ternyata mempunyai skor yang lebih rendah
dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal, kemampuan
visuo spasial, dan visuo motorik dibandingkan dengan bayi yang
diberi ASI.
g. Quinn, Callaghan, Williams, Najman, Andersen, dan Bor (2001)
melakukan penelitian terhadap 3.880 anak Australia sejak lahir
untuk menentukan pola pemberian ASI dan perkembangan
kognitif anak. Terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara
bayi yang diberikan ASI selam enam bulan atau lebih dan bayi
yang tidak pernah mendapat ASI. Dalam tes kosakata, anak
perempuan yang mengkonsumsi ASI memiliki skor 8,2 poin lebih
tinggi, sedangkan anak laki-laki memiliki 5,8 poin lebih tinggi.
4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang.
5. ASI memenuhi kebutuhan awal bayi untuk tumbuh kembang secara
optimal baik fisik, kepandaian, emosional, spiritual, maupun
sosialisasinya (Roesli, 2007).
6. Menurunkan resiko obesitas (kegemukan).
Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat
menurunkan resiko obesitas yaitu:
a. Shields, Callaghan, Williams, Najman, dan Bor (2006)
menyimpulkan bahwa anak yang disusui selama kurang dari 4
bulan mempunyai IMT yang lebih tinggi daripada anak yang
disusui selama 4 bulan atau lebih.
b. Dalam penelitian Strawn dan Zuguo (2004) terhadap 177.304
overweight yang tertinggi pada anak yang tidak pernah mendapat
ASI.
c. Liese, Hirsch, Mutius, Keil, Leopold, dan Weiland (2001)
melakukan penelitian terhadap dua kelompok anak dan
mendapatkan hasil bahwa anak yang mendapat ASI terhindar dari
resiko overweight.
d. Toschke, Vignerova, Lhotska, Osancova, Koletzko, dan Kries
(2002) melakukan penelitian terhadap 33.768 anak usia sekolah
dan menyimpulkan bahwa kejadian obesitas lebih sedikit pada
kelompok anak yang mendapat ASI.
7 Menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.
Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat
menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu:
a. Martin (2004) melakukan penelitian porspektif melibatkan 7.276
bayi Inggris selama 7,5 tahun. Pada usia tujuh tahun, bayi yang
tidak diberi ASI memiliki tekanan diastolik dan sistolik yang lebih
tinggi daripada bayi yang diberi ASI. Terjadi pengurangan tekanan
darah sistolik 1% pada masyarakat berhubungan dengan 1,5%
pengurangan angka kematian secara keseluruhan. Hal ini
merupakan keuntungan yang signifikan pada masa dewasa.
b. Penelitian Owen, et al. (2008) di Inggris meneliti tingkat kolesterol
pada 1.500 remaja umur 13-16 tahun. Mereka menemukan bahwa
pemberian ASI memiliki keuntungan jangka panjang dalam
mencegah penyakit kardiovaskuler dengan mengurangi kolesterol
total dan kolesterol berkadar lipid rendah.
c. Singhal, Cole, dan Lucas (2001) mengukur tekanan darah 216
anak usia 13-16 tahun yang lahir prematur. Mereka yang
mendapat susu formula bayi sangat awal atau susu formula secara
rutin, tekanan darahnya lebih tinggi daripada mereka yang
mendapat ASI selama masa bayi. Para penenliti menyimpulkan
tekanan darah pada tahun berikutnya. Kesimpulan ini juga berlaku
pada bayi yang lahir cukup bulan.
Manfaat pemberian ASI bagi ibu, yaitu:
1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Menurut WHO (2007),
tindakan IMD dapat mencegah perdarahan uterus postpartum karena
adanya faktor uterotonics yang bekerja.
2. Mengurangi terjadinya anemia. Postpartum anemia dapat dicegah oleh
tindakan IMD.
3. Menjarangkan kehamilan. Menurut Li dan Qiu (2007), penambahan
lama menyusui sesuai dengan penurunan kemungkinan ovulasi.
4. Mengecilkan rahim (Roesli, 2007).
5. Lebih cepat langsing kembali. Kac, Benicio, Melendez, Valente, dan
Struchiner (2004) melakukan penelitian kohort terhadap 405 wanita
postpartum dan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama
menyusui sesuai dengan peningkatan penurunan berat badan.
6. Mengurangi tingkat kejadian kanker.
a. Dalam peneltian Riman, et al. (2001) didapati penurunan angka
kejadian kanker ovarium pada wanita yang pernah menyusui
anaknya dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah.
b. Menurut Okamura, et al. (2006) menyusui dapat menurunkan
resiko kanker endometrium pada wanita di Jepang.
7. Lebih ekonomis/murah.
Pengeluaran biaya untuk membeli susu pengganti ASI akan
tergantikan dengan adanya ASI.
8. Tidak merepotkan dan hemat waktu.
9. Portabel dan praktis.
Perlengkapan seperti botol susu tidak perlu dibawa saat berpergian.
10.Memberi kepuasan bagi ibu (Roesli, 2007).
11.Mengurangi resiko osteoporosis. Menurut Karlsson, Ahlborg, dan
Karlsson (2005), wanita yang menyusui anaknya mempunyai densitas
2.1.5 ASI eksklusif
Pada awal kehidupan, seorang bayi akan menggantungkan hidupnya
kepada makanan berupa ASI sampai usia enam bulan. Biasanya tidak terdapat
gangguan pertumbuhan dalam usia enam bulan, kecuali jika anak menderita
penyakit. ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan selama jangka waktu minimal
empat bulan dan akan lebih baik apabila diberikan sampai bayi berusia enam
bulan serta bayi tanpa diberi tambahan cairan lain seperti: susu formula, jeruk,
madu, air teh, bahkan air putih dan tidak diberi makanan padat lain seperti :
pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain-lain (Roesli, 2007).
2.1.6 Cakupan ASI Eksklusif Di Indonesia
Menurut Dinkes (2009), persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi
mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 di Provinsi Sumatera Utara tidak
menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan seperti tergambar pada grafik
2.2 dibawah ini.
GRAFIK 2.2
PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2004-2008
Sumber: Dinkes (2009)
Cakupan persentase bayi yang diberi ASI eksklusif dari tahun 2004
sampai dengan 2007 cenderung menurun secara signifikan, namun pada tahun
tahun 2007. Oleh karena itu, diharapkan pada tahun-tahun berikutnya dapat
dicapai angka yang lebih memuaskan guna meningkatkan kesejahteraan hidup
masayarakat di Indonesia.
2.1.7 Hubungan Keberhasilan Menyusui dengan Inisiasi Menyusu Dini
Edmond, et al. (2006) menyatakan bahwa keberhasilan menyusui sangat
tergantung pada IMD. Penundaan saat permulaan menyusu akan menyebabkan
bayi sukar menyusu. Satu jam pertama kelahiran merupakan kunci sukses dalam
proses menyusui. Menurut Kramer, et al. (2001), bayi yang melakukan IMD lebih
berhasil disusui secara eksklusif dan lebih lama disusui.
Menurut Roesli (2008), hasil penelitian menunjukkan hubungan antara
saat kontak ibu-bayi pertama sekali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi
kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit
setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan
dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya 59% dan
38% yang masih disusui. Bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini
tinggal 29% dan 8% yang masih disusui di usia yang sama. Penelitian di
Jakarta-Indonesia ini menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini,
hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif.
WHO/UNICEF telah mempublikasikan tentang sepuluh langkah menuju
keberhasilan menyusui dan telah dikembangkan oleh DepKes RI dan BKPPASI
(Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI), yaitu:
1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui.
2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan.
3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan
penatalaksanaannya. Pada klinik pranatal, kepada para ibu hamil
diberikan informasi tentang keuntungan menyusui dan membimbing
mereka untuk menyelesaikan masalah laktasi.
4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit
setelah melahirkan. Petugas memberi bantuan agar ibu dapat saling
sedangkan pada ibu dengan bedah sesar yang dibius diberikan waktu
setangah jam sampai ibu sadar kembali dan dapat mengawali proses
menyusui
5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara
mempertahankannya.
6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada
bayi baru lahir.
7. Melaksanakan rawat gabung.
8. Mendukung pemberian ASI kepada bayi tanpa dijadwal karena
pemberian ASI sekehendak hati akan melancarkan produksi ASI.
9. Tidak memberikan dot atau kompeng karena dapat mengakibatkan
bayi bingung puting. Oleh karena itu, bila bayi dirawat pisah, maka
ASI diberikan dengan pipet, sonde, atau sendok.
10.Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu
menyusui. Setiap RS/Rumah Bersalin/Puskesmas sebaiknya
membentuk KP-ASI (Kelompok Pelindung ASI) untuk membantu
ibu-ibu yang mengalami masalah laktasi dan meyakinkan mereka
tentang manfaat menyusui, terutama pada mereka yang pertama sekali
menyusui bayinya.
2.2 Inisiasi Menyusu Dini 2.2.1 Definisi
Menurut Roesli (2008), IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera
setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya
setelah satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan
the best crawl atau merangkak mencari payudara.
Ada beberapa intervensi yang menganggu kemampuan alami bayi untuk
mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Di antaranya, obat kimiawi
yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan
mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan
sakit di daerah kulit yang digunting pada saat epistiotomi dapat pula menganggu
kemampuan alamiah ini. Penting untuk menyampaikan informasi tentang IMD
ini pada tenaga kesehatan yang belum menerima informasi ini. Dianjurkan pada
tenaga kesehatan unutk menyampaikan informasi IMD pada orang tua dan
keluarga sebelum melakukan IMD.
Dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ada perilaku menakjubkan
antara bayi dan ibunya. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa:
1. Ibu dan bayi sudah dapat berinteraksi dalam menit-menit pertama
setelah lahir, jika bayi segera diletakkan di perut ibu.
2. Dalam beberapa menit, bayi dapat merangkak ke payudara dan
menyusu sendiri (the best crawl).
3. Kulit ibu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan suhunya dengan
suhu yang dibutuhkan bayi (thermoregulator, thermal synchrony).
2.2.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini
Terdapat beberapa alasan yang mendasari pentingnya kontak kulit segera
setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan, yaitu:
1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak
mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan
(hypothermia).
2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi
lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi
pemakaian energi.
3. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari
kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri ’baik’
di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni
di kulit dan usus bayi menyaingi bakteri ’jahat’ dari lingkungan.
4. Ikatan kasih sayang antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2
jam pertama bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi
5. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan dari
susu manusia. Hal ini dapat menganggu pertumbuhan fungsi usus dan
mencetuskan alergi lebih awal.
6. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu
eksklusif dan akan lebih lama disusui. Hal ini telah terbukti dari
beberapa penelitian.
7. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting
susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu
merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Hormon oksitosin
berfungsi untuk :
a. Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran
ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu, sehingga dapat
mencegah terjadinya anemia postpartum.
b. Merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi
lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri,
dan perasaan sangat bahagia.
c. Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua.
Oleh karena itu, dinamakan juga hormon kasih sayang.
d. Merangsang pengeluaran ASI dari payudara.
8. Bayi mendapat ASI kolostrum. Cairan emas ini kadang juga
dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan IMD lebih
dulu mendapat kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan.
Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting
untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus,
bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membentuk lapisan
yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus
mematangkan dinding usus ini.
2.2.3 Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan
Berikut ini langkah-langkah melakukan IMD secara umum yang
1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu.
2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali
kedua tangannya.
3. Tali pusat dipotong, lalu diikat.
4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu
dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti
bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi
pengeluaran panas dari kepalanya. Menurut penelitian Dr. Neils
Bergman dari Afrika Selatan, kulit dada ibu yang melahirkan satu
derajat lebih panas daripada kulit dada ibu yang tidak melahirkan. Jika
bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk
menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis
turun satu derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu bersifat
thermoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi.
6. Apabila bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu
satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya
sampai berhasil menyusu pertama.
7. Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama
24 jam ibu-bayi tetap tidak terpisahkan dan bayi selalu dalam
jangkauan ibu.
Tatalaksana IMD pada operasi caesar tetap dapat dilakukan dengan
memperhatikan beberapa faktor, yaitu:
1. Pada ibu yang diberikan anestesi spinal atau epidural dan ibu dalam
keadaan sadar, maka usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar
operasi.
2. Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat
ibu sudah mulai sadar walaupun masih mengantuk atau dalam
menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit
sehingga bayi tetap hangat.
2.2.4 Beberapa Penelitian tentang Inisiasi Menyusu Dini
Terdapat beberapa penelitian tentang IMD, yaitu:
1. Dr. Lennart Righard dan seorang bidan Margareta Alade, 1990.
a. Penelitian dilakukan terhadap 72 pasangan ibu-bayi baru lahir.
Ke-72 ibu-bayi ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang lahir
normal dan dengan obat-obatan (tindakan).
b. Kelompok yang lahir normal dibagi dua lagi. Berikut ini hasilnya.
1. Bayi yang begitu lahir, tali pusatnya dipotong, dikeringkan
dengan cepat. Setelah itu, segera diletakkan di dada atau di
perut ibu dengan kontak kulit bayi ke kulit ibu dibiarkan
setidaknya satu jam. Pada usia sekitar 20 menit, bayi mulai
merangkak ke arah payudara dan dalam usia 50 menit, ia
menyusu dengan baik.
2. Kelompok bayi yang lahir normal tanpa obat-obatan, tetapi
langsung dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan
dibersihkan, hasilnya 50% bayi tidak dapat menyusu sendiri.
3. Bayi yang lahir dengan obat-obatan atau tindakan, segera
setelah lahir diletakkan di dada ibu dengan kontak kulit ke
kulit, hasilnya tidak semua dapat menyusu sendiri. Yang
mencapai payudara ibunya pun, umumnya menyusu dengan
lemah.
4. Bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera dipisahkan dari
ibunya maka tidak ada satu pun yang dapat menyusu sendiri.
5. Kemampuan bayi merangkak mencari payudara bertahan
beberapa minggu.
6. Pada bayi yang dibiarkan menyusu sendiri, setelah berhenti
diukur. Pada usia 10 jam saat bayi diletakkan kembali di
bawah payudara ibunya, ia tampak menyusu dengan baik.
2. Sose dkk CIBA foundation, 1978.
Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu-bayi
pertama sekali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi kesempatan
menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit
setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui.
3. Fika dan Syafiq, Journal Kedokteran Trisakti, 2003.
Penelitian di Jakarta-Indonesia ini menunjukkan bayi yang diberi
kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil
ASI eksklusif.
4. Dr. Karren Edmond, 2006.
Peneliti-peneliti dari Inggris di bawah pimpinan Dr. Karren Edmond
melakukan penelitian di Ghana terhadap hampir 11.000 bayi
dipublikasikan di Pediatrics (30 Maret 2006). Judul penelitiannya
”Menunda Permulaan/Inisiasi Menyusu Meningkatkan Kematian
Bayi”. Berikut ini hasil penelitiannya.
a. Penelitian di Ghana melibatkan 10.947 bayi yang baru lahir antara
Juni 2003 sampai Juni 2004.
b. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama
dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu
jam) maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan.
c. Jika mulai menyusu pertama, saat bayi berusia di atas dua jam dan
di bawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi di bawah 28
hari yang dapat diselamatkan.
2.2.5 Cakupan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia
SDKI (2007) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 95% anak di
bawah umur 5 tahun yang pernah mendapat ASI. Akan tetapi, hanya 44% yang
mendapat ASI satu jam pertama setelah lahir dan 62% yang mendapat ASI dalam
Jumlah bayi di bawah umur 2 bulan yang mendapat ASI eksklusif adalah 48%,
angka tersebut mengalami penurunan menjadi 18% pada umur 4 hingga 5 bulan.
TABEL 2.2
PERSENTASE STATUS MENYUSU DI INDONESIA TAHUN 2007
2.2.6 Faktor-Faktor Penghambat Inisiasi Menyusu Dini
Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini
kulit ibu dengan kulit bayi.
1. Bayi akan kedinginan merupakan pendapat yang tidak benar karena
suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi
diletakkan di dada ibu.
2. Ibu yang harus dijahit bukan merupakan penghalang untuk menyusui
karena kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara.
Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.
3. Suntikan vitamin K dan tetes mata harus segera diberikan setelah lahir
untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) adalah pendapat yang
tidak benar. Menurut American College of Obstetrics and Gynecology
dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini
dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu
sendiri tanpa membahayakan bayi.
4. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur
merupakan pendapat yang tidak benar karena menunda memandikan
bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu,
kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi
lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan
dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai
dilakukan.
5. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai
sehingga diperlukan cairan lain adalah tidak benar karena kolostrum
cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan
membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.
6. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi merupakan
pendapat yang tidak benar karena kolostrum merupakan imunisasi
pertama untuk bayi, dan dapat melindungi, serta mematangkan
Menurut Borade dan Hanumante (2007), pemberian ASI eksklusif lebih
banyak dilaksanakan di kalangan multigravida daripada primigravida. Tan,
Choong, Leong, Ng, dan Yong (2008) menemukan adanya hubungan antara
pemberian ASI dengan tingkat pengalaman ibu sebagai multigravida.
Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama sekali
(Prawirohardjo, et al., 2007).
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang
melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan
domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Domain
kognitif mempunyai enam tahapan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis,
sintesis dan penilaian kembali. Untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan
seseorang harus melampui semua tahap tersebut. (Notoatmodjo, 2007).
2.3.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu :
1. Pengalaman yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang
lain.
2. Tingkat pendidikan yang dapat menambah wawasan atau pengetahuan
seseorang
3. Keyakinan bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang
4. Fasilitas, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku
5. Penghasilan berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk
mampu menyediakan atau membeli fasilitas – fasilitas sumber
informasi
6. Sosial budaya dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
3.2 Definisi Operasional
Pengetahuan merupakan apa yang diketahui oleh responden mengenai
pengertian dan manfaat IMD. Menurut Arikunto (1995), penilaian tiga kategori
yaitu baik, cukup, dan kurang menggunakan teknik dengan rentangan skor dibagi
tiga sama besar.
Pengukuran tingkat pengetahuan responden mengenai IMD berdasarkan
jawaban yang diberikan responden dengan cara ukur berupa wawancara dan alat
ukur berupa kuesioner dengan menggunakan sistem skoring. Teknik penilaian
dan skoring, yaitu:
TABEL 3.1
TEKNIK PENILAIAN DAN SKORING
Skor Pengetahuan
9-12 Baik
5-8 Cukup
0-4 Kurang
Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di
Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik
Skor 0 berarti jawaban responden tersebut salah dan skor 1 berarti
jawaban responden tersebut benar. Terdapat dua belas pertanyaan mengenai
tingkat pengetahuan responden tentang IMD dengan penilaian tingkat
pengetahuan responden mengenai sistem skor dengan skala pengukuran ordinal
sebagai berikut:
TABEL 3.2
SKOR PERTANYAAN PADA KUESIONER
NO YA TIDAK TIDAK TAHU
1 1 0 0
2 1 0 0
3 1 0 0
4 1 0 0
5 1 0 0
6 1 0 0
7 1 0 0
8 1 0 0
9 1 0 0
10 1 0 0
11 0 1 0
12 1 0 0
Menurut Roesli (2008), Inisiasi menyusu dini adalah bayi mulai menyusu
sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan the best
crawl atau merangkak mencari payudara.
Tingkat pendidikan merupakan tingkat pendidikan responden yang
didefinisikan sebagai jenjang pendidikan terakhir yang dijalani sampai tamat.
Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi:
1. Rendah apabila responden tidak sekolah sampai tamat SD sederajat.
2. Sedang apabila responden tamat SMP sederajat.
Pekerjaan merupakan pekerjaan ibu saat mengandung. Pekerjaan ibu
dikategorikan menjadi:
1. Bekerja.
2. Tidak bekerja.
Umur ibu merupakan umur ibu hamil saat mengisi kuesioner. Umur ibu
dikategorikan menjadi:
1. Di bawah 25 tahun.
2. Dari 25 sampai 30 tahun.
3. Dari 30 tahun ke atas.
Umur kehamilan merupakan umur kehamilan ibu saat mengisi kuesioner.
Umur kehamilan dikategorikan menjadi:
1. Trimester pertama.
2. Trimester kedua.
3. Trimester ketiga.
Jumlah anak merupakan jumlah anak ibu saat mengisi kuesioner. Jumlah
anak dikategorikan menjadi:
1. 0
2. 1
3. 2
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross
sectional. Yang dimaksud dengan :
1. Metode deskriptif
Adalah penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai
fenomena yang ditemukan baik yang berupa faktor resiko maupun
efek atau hasil (Sastroasmoro, 2010).
2. Cross sectional
Dalam penelitian cross-sectional peneliti melakukan observasi atau
pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Kata suatu saat bukan
berarti semua subyek diamati tepat pada saat yang sama, tetapi artinya
setiap subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel
subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut (Sastroasmoro,
2010).
4.2Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam
Malik Medan pada tahun 2010 selama bulan Juni sampai Juli 2010.
4.3Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1Populasi
Populasi penelitian dikategorikan menjadi dua yaitu:
1. Populasi Target
Ibu hamil.
2. Populasi Aktual
Ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan
4.3.2Sampel
Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara
tertentu, sehingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2010).
Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria
inklusi yaitu berada di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan
selama penelitian berlangsung. Kriteria eksklusi adalah ibu hamil yang tidak
bersedia mengikuti penelitian.
Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode consecutive sampling yang merupakan jenis
non-probability sampling yang paling baik.
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan besar
populasi dengan menggunakan rumus di bawah ini (Wahyuni, 2008):
n
N
Z1-α/2
p
d
Berdasarkan rumus di atas, maka didapatkan jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah 90 orang responden. : besar sampel minimum.
: jumlah populasi ibu hamil dari tanggal 6 Januari 2009 selama satu
tahun di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu
sebanyak 1151 ibu hamil.
: nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu.
: harga proporsi di populasi, dalam penelitian ini dipakai 0,5.
: kesalahan absolut yang dapat ditolerir di dalam penelitian ini
digunakan 10%.
n = N.Z21-α/2.p.(1-p) (N-1)d2+ Z21-α/2.p.(1-p)
4.4Metode Pengumpulan Data 4.4.1Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.
Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung terhadap responden
dengan menggunakan kuesioner yang ada. Penelitian ini sudah mendapat
persetujuan dari komisi etik tentang pelaksanaan penelitian di bidang kesehatan.
4.4.2Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang didapatkan dari Poliklinik Ibu Hamil
RSUP Haji Adam Malik Medan.
4.4.3Uji Validitas
Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan bahwa alat ukur itu
benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang sudah selesai disusun
dan diuji validitasnya dengan SPSS versi 15.0. Teknik untuk menguji korelasi
antara skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner adalah product moment.
r = koefisien korelasi product moment.
x = skor tiap pertanyaan atau item.
y = skor total.
N = jumlah responden.
Uji validitas dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan validitas isi (content)
dan validitas konstrak (construct). Setelah melakukan validitas konstrak untuk
dua kali dan didapatkan bahwa soal-soal di dalam kuesioner telah valid dan
reliabel, peneliti melanjutkan uji validitas dengan cara validitas isi kepada ahli.
Sampel yang digunakan dalam uji validitas konstrak adalah pasien
Poliklinik Ibu Hamil (PIH) RSU Dr. Pirngadi Medan sebanyak 20 orang sampel
pada bulan Juni 2010 yang memiliki karakter yang hampir sama dengan karakter
pasien dalam penelitian.
r = N(∑xy)-(∑x∑y)
Pada uji validitas konstrak yang pertama, terdapat 2 soal dari kuesioner
awal yang tidak valid yaitu soal nomor 7 yang berisi pertanyaan tentang bayi
dengan kesempatan menyusu dini yang akan lebih jarang menangis dan soal
nomor 8 yang berisi pertanyaan tentang pernapasan dan denyut jantung akan
menjadi lebih stabil saat dilakukan Inisiasi Menyusu Dini.
Pada uji validitas konstrak yang kedua ditambahkan pertanyaan pengganti
untuk soal nomor 7 dan 8 yaitu tentang jumlah kolostrum (ASI) yang keluar pada
saat Inisiasi Menyusu Dini yang sudah mencukupi untuk dijadikan makanan
pertama bayi baru lahir, sehingga tidak diperlukan tambahan cairan yang lain
dan tentang kemungkinan pelaksanaan tindakan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi
yang lahir dengan operasi Caesar.
Validitas isi dilakukan setelah selesai validitas konstrak dengan cara
memberikan instrumen kepada pakar yang menguasai topik yang diteliti. Dalam
hal ini yaitu dr. Yusuf R. Surbakti, Sp.OG (K).
4.4.4Uji Reliabilitas
Reliabilitas merupakan suatu indeks yang dipakai untuk menunjukkan
sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti,
menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tepat asas
bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan
alat ukur yang sama. Kuesioner yang sudah selesai disusun dan diuji
reliabilitasnya dengan SPSS versi 15.0. Kuesioner diuji reliabilitasnya dengan
menggunakan rumus Koefifien Reliabilitas Alfa, yaitu:
r = reliabilitas instrument.
k = jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal.
∑σb2 = jumlah varians butir. σt2 = varians total.
r = k 1- ∑σb2
Soal yang telah valid dengan cara validitas konstrak yang kedua akan
diuji reliabilitasnya. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel 4.1.
TABEL 4.1
HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER
Variabel Nomor
Pertanyaan
Total
Pearson
Correlation
Status Alpha Status
Pengetahuan 1
2
0.843 Reliabel
Reliabel
4.5 Metode Analisis Data
Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh
peneliti. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan SPSS