• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI

MENYUSU DINI DI POLIKLINIK IBU HAMIL RSUP HAJI

ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

Oleh:

ERVINA

070100050

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG INISIASI

MENYUSU DINI DI POLIKLINIK IBU HAMIL RSUP HAJI

ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

Oleh:

ERVINA

070100050

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

Laporan Hasil Penelitian dengan judul:

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu

Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010

Yang dipersiapkan oleh:

ERVINA

070100050

Laporan Hasil Penelitian telah diperiksa dan disetujui

Medan, ………

(dr. Delyuzar, Sp.PA(K)) Disetujui,

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010.

Nama

NIM : Ervina : 070100050

Pembimbing

(dr. Delyuzar, Sp.PA(K)) NIP: 19630219 199003 1 001

Penguji 1

(dr. Donna Partogi, Sp.KK) NIP: 19720103 200501 2 001

Penguji 2

(dr.Vita Camelia, Sp.KJ) NIP: 19780404 200501 2 002

Medan, Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(5)

ABSTRAK

ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI merupakan makanan yang sempurna untuk bayi dan tidak ada produk makanan pengganti ASI yang kualitasnya menyamai ASI, sehingga ASI adalah makanan terbaik dengan standar emas. Standar emas makanan bayi diawali dengan tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan. IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya setelah satu jam segera setelah lahir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Juni sampai Agustus tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebanyak 90 orang responden dengan nilai kesalahan absolut (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode consecutive sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi karakteristik ibu hamil dan 12 pertanyaan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni 63 orang (70%) termasuk ke dalam kategori cukup, sebanyak 19 orang (21,1%) termasuk ke dalam kategori baik, dan sebanyak 8 orang (8,9%) termasuk dalam kategori kurang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan berada dalam kategori cukup. Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya peningkatkan arus informasi yang diterima oleh ibu hamil tentang IMD baik melalui Poliklinik, dokter praktik pribadi, media elektronik, pembagian leaflet, penempelan poster, maupun penyuluhan-penyuluhan.

(6)

ABSTRACT

Breastmilk is the best food to be given to infants, because it contains almost all the nutrients needed by infants. Breast milk is the perfect food for babies and there is no substitute food products whose quality is equal to breast milk, so breast milk is the best food with the gold standard. Gold standard of baby food begins with the act of Early Initiation of Breastfeeding (IMD), followed by exclusive breastfeeding for 6 months. IMD is the baby begins to suckle their own immediately after birth. As long as they left the baby skin contact with the skin of his mother, at least after one hour immediately after birth.

The purpose of this study was to determine the level of maternal knowledge about the IMD in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan. The study was a descriptive study with cross sectional approach. Location of the study was conducted in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan in June to August in 2010. The population in this study were as many as 90 pregnant women respondents with a value of absolute error (d) of 0.1. The sampling technique in this research is to use the method of consecutive sampling. Instrument in this research is a questionnaire that contains the characteristics of pregnant women and 12 questions about Early Initiation of Breastfeeding (IMD).

The results of this study showed that most respondents that is 63 people (70%) fall into the category enough, as many as 19 people (21.1%) fall into either category, and as many as 8 people (8.9%) included in the poor category . The conclusion of this research is the knowledge of pregnant women in the Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik is in the category enough. From the results of this study is expected to increase the flow of information received by pregnant women about IMD either through the clinic, doctor's private practice, electronic media, distribution of leaflets, pasting posters, as well as counselings.

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

rahmat dan karuniah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya tulis

ilmiah ini sebagai salah satu syarat unuk memperoleh kelulusan sebagai Sarjana

Kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas

Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang

Inisiasi Menyusu Dini di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2010. Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah

banyak menerima bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin

menyampaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya

kepada:

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak dr. Delyuzar, Sp.PA(K) dan Bapak dr. Riza Rivany, Sp.OG selaku

Dosen Pembimbing yang telah banyak member arahan dan masukan

kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan

baik.

3. Ibu dr. Vita Camelia, Sp.KJ, selaku Dosen Penguji I yang telah

memberikan petunjuk-petunjuk dan nasihat-nasihat untuk penyempurnaan

penulisan karya tulis ilmiah ini

4. Ibu dr. Donna Partogi, Sp.KK, selaku Dosen Penguji II yang telah

memberikan masukan-masukan untuk penyempurnaan penulisan karya

tulis ilmiah ini

5. Seluruh staf pengajar dan civitas akademika Fakultas Kedokteran

Universitas Sumatera Utara.

6. Ibu, Lismawati Sembiring, Am.Keb selaku Penanggung Jawab Poliklinik

Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan beserta seluruh staf Poliklinik

Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah memberikan

(8)

7. Kedua orang tua penulis yang telah membesarkan dengan penuh kasih

saying dan mendoakan serta memberi semangat kepada penulis dalam

menyelesaikan pendidikan.

8. Saudara-saudara penulis, abang, dan kakak yang selalu memberi

dukungan, doa, kasih sayang, dan keceriaan dalam hidupku.

9. Seluruh teman-teman stambuk 2007, terima kasih atas dukungan dan

bantuannya.

10.Semua pihak yang telah mendukung penulis dalam menyelesaikan karya

tulis ilmiah ini.

Untuk seluruh bantuan baik moril maupun materil yang telah diberikan

kepada penulis selama ini, penulis ucapkan terima kasih dan semoga Tuhan

membalas dengan pahala yang sebesar-besarnya.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna.

Untuk itu, penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang

membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah

ini dapat berguna bagi kita semua.

Medan, Desember 2010 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN ………. LEMBAR PENGESAHAN ……….. ABSTRAK ……….. ABSTRACT ………. KATA PENGANTAR ………. DAFTAR ISI ……….. DAFTAR TABEL ………. DAFTAR GRAFIK ………. DAFTAR SINGKATAN ……… DAFTAR LAMPIRAN ……… BAB 1 PENDAHULUAN ………

1.1Latar Belakang ………

1.2 Rumusan Masalah ……….

1.3 Tujuan Penelitian ………

1.3.1 Tujuan Umum ……….

1.3.2 Tujuan Khusus ………

1.4 Manfaat Penelitian ………...

1.4.1 Manfaat bagi Peneliti ...

1.4.2 Manfaat bagi Ibu Hamil ...

1.4.3 Manfaat bagi Petugas Kesehatan ...

1.4.4 Manfaat bagi Instansi Pendidikan ...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ………..

2.1 ASI ………

2.1.1 Definisi ASI ………..

2.1.2 Fisiologi Menyusui ……….

2.1.3 Komposisi ASI ………

2.1.4 Manfaat ASI ………

2.1.5 ASI Eksklusif ………..

(10)

2.1.6 Cakupan ASI Eksklusif di Indonesia ………..

2.1.7 Hubungan Keberhasilan Menyusui dengan IMD ……….…

2.2 Inisiasi Menyusu Dini (IMD) ……….

2.2.1 Definisi IMD ………..

2.2.2 Manfaat IMD ………..

2.2.3 IMD yang Dianjurkan ……….

2.2.4 Beberapa Penelitian tentang IMD ………

2.2.5 Cakupan IMD di Indonesia ………

2.2.6 Faktor Penghambat IMD ……….

2.3 Pengetahuan ………

2.3.1 Pengertian Pengetahuan ……….

2.3.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan ………

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL …………

3.1 Kerangka Konsep Penelitian ……….

3.2 Definisi Operasional ………..

BAB 4 METODE PENELITIAN ………..

4.1 Desain Penelitian ……….

4.2 Tempat dan waktu penelitian ………..

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian ...

4.3.1 Populasi ………...

4.3.2 Sampel ………

4.4 Metode Pengumpulan Data ……….

4.4.1 Data primer ……….

4.4.2 Data Sekunder ………

4.4.3 Uji Validitas ……….

4.4.4 Uji Reliabilitas ………..

4.5 Metode Analisis Data ……….

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

5.1 Hasil penelitian ...

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...

(11)

5.1.3 Pengetahuan Responden ...

5.2 Pembahasan ...

5.2.1 Karakteristik Responden Penelitian ...

5.2.2 Pengetahuan ...

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...

6.1 Kesimpulan ...

6.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN

37

43

43

44

48

48

49

(12)

DAFTAR TABEL

Perbandingan ASI dan Susu Sapi

Persentase Status Menyusu di Indonesia tahun 2007

Teknik Penilaian dan Skoring

Skor Pertanyaan pada Kuesioner

Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner

Distribusi karakteristik ibu hamil yang berada di Poliklinik

Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada Tahun

2010

Distribusi Frekuensi dan Presentasi Pengetahuan

Responden pada Pertanyaan Pengetahuan Nomor 1 sampai

6 dalam Kuesioner

Distribusi Frekuensi dan Presentasi Pengetahuan

Responden pada Pertanyaan Pengetahuan Nomor 7 sampai

12 dalam Kuesioner

Distribusi Frekuensi dan Presentasi Tingkat Pengetahuan

Responden Mengenai IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP

Haji Adam Malik Medan Tahun 2010

Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan Kelompok Umur Ibu

Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan Kelompok Umur Kehamilan

Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan Kelompok Pekerjaan Ibu

Halaman

Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan Kelompok Jumlah Anak

Distribusi Frekuensi Hasil Uji Tingkat Pengetahuan

Berdasarkan Kelompok Pendidikan Ibu

42

43 5.8

(13)

DAFTAR GRAFIK

Nomor

2.1

2.2

Judul

Estimasi Angka Kematian Bayi per 1.000 Kelahiran Hidup di

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2002 – 2007

Persentase Pemberian ASI Eksklusif di Provinsi Sumatera Utara

Tahun 2004-2008

Halaman

11

(14)

DAFTAR SINGKATAN

Angka Kematian Bayi

Air Susu Ibu

Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI

Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Docosa Hexaenoic Acid

Dinas Kesehatan

Indeks Massa Tubuh

Inisiasi Menyusu Dini

Kelompok Pelindung ASI

Rumah Sakit

Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

Sekolah Dasar

Sekolah Menengah Atas

Sekolah Menengah Pertama

Statistical Product and Service Solutions

The United Nations Children's Fund

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

BAB 1

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

Lampiran 11

Daftar Riwayat Hidup

Kuesioner

Lembar Penjelasan Terhadap Subjek Penelitian

Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan

Content Validity

Surat Persetujuan Izin Penelitian

Surat Keterangan Selesai Penelitian

Leaflet

Lembar Persetujuan Komisi Etik tentang Pelaksanaan

Penelitian Bidang Kesehatan

Hasil Output dan Data Induk

(16)

ABSTRAK

ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi. ASI merupakan makanan yang sempurna untuk bayi dan tidak ada produk makanan pengganti ASI yang kualitasnya menyamai ASI, sehingga ASI adalah makanan terbaik dengan standar emas. Standar emas makanan bayi diawali dengan tindakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dilanjutkan dengan pemberian ASI secara eksklusif selama 6 bulan. IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya setelah satu jam segera setelah lahir.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian ini dilakukan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada bulan Juni sampai Agustus tahun 2010. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil sebanyak 90 orang responden dengan nilai kesalahan absolut (d) sebesar 0,1. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan menggunakan metode consecutive sampling. Instrumen dalam penelitian ini berupa kuesioner yang berisi karakteristik ibu hamil dan 12 pertanyaan tentang Inisiasi Menyusu Dini (IMD).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden yakni 63 orang (70%) termasuk ke dalam kategori cukup, sebanyak 19 orang (21,1%) termasuk ke dalam kategori baik, dan sebanyak 8 orang (8,9%) termasuk dalam kategori kurang. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah pengetahuan ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan berada dalam kategori cukup. Dari hasil penelitian ini diharapkan adanya peningkatkan arus informasi yang diterima oleh ibu hamil tentang IMD baik melalui Poliklinik, dokter praktik pribadi, media elektronik, pembagian leaflet, penempelan poster, maupun penyuluhan-penyuluhan.

(17)

ABSTRACT

Breastmilk is the best food to be given to infants, because it contains almost all the nutrients needed by infants. Breast milk is the perfect food for babies and there is no substitute food products whose quality is equal to breast milk, so breast milk is the best food with the gold standard. Gold standard of baby food begins with the act of Early Initiation of Breastfeeding (IMD), followed by exclusive breastfeeding for 6 months. IMD is the baby begins to suckle their own immediately after birth. As long as they left the baby skin contact with the skin of his mother, at least after one hour immediately after birth.

The purpose of this study was to determine the level of maternal knowledge about the IMD in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan. The study was a descriptive study with cross sectional approach. Location of the study was conducted in Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik Medan in June to August in 2010. The population in this study were as many as 90 pregnant women respondents with a value of absolute error (d) of 0.1. The sampling technique in this research is to use the method of consecutive sampling. Instrument in this research is a questionnaire that contains the characteristics of pregnant women and 12 questions about Early Initiation of Breastfeeding (IMD).

The results of this study showed that most respondents that is 63 people (70%) fall into the category enough, as many as 19 people (21.1%) fall into either category, and as many as 8 people (8.9%) included in the poor category . The conclusion of this research is the knowledge of pregnant women in the Pregnancy Clinic Dr Haji Adam Malik is in the category enough. From the results of this study is expected to increase the flow of information received by pregnant women about IMD either through the clinic, doctor's private practice, electronic media, distribution of leaflets, pasting posters, as well as counselings.

(18)

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menurut Sofyani (2008), ASI merupakan makanan yang sempurna untuk

bayi dan tidak ada produk makanan pengganti ASI yang kualitasnya menyamai

ASI. ASI adalah makanan terbaik yang harus diberikan kepada bayi, karena di

dalamnya terkandung hampir semua zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi.

Kandungan ASI sesuai untuk kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan yang

optimal pada bayi (Anon., 1982). Dalam penelitian Kries, et al. (1999)

dicantumkan bahwa anak yang mendapat ASI dapat terhindar dari kekurangan

gizi dan obesitas. Selain itu, Jason, Nieburg, dan Marks (1984) juga menemukan

bahwa anak yang mendapat ASI dapat terhindar dari kejadian diare.

Edmond, Zandoh, Quigley, Etego, Agyei, dan Kirkwood (2006)

menyatakan bahwa keberhasilan menyusui sangat tergantung pada IMD (Inisiasi

Menyusu Dini). Penundaan saat permulaan menyusu akan menyebabkan bayi

sukar menyusu. Satu jam pertama kelahiran merupakan kunci sukses dalam

proses menyusui. Menurut Clemens, et al. (1999), tindakan IMD berhubungan

dengan penurunan angka kejadian diare sebesar 26% pada bayi dalam enam

bulan pertama setelah lahir dikarenakan adanya kandungan kolostrum di dalam

ASI.

SDKI (2007) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 95% anak di

bawah umur 5 tahun yang pernah mendapat ASI. Akan tetapi, hanya 44% yang

mendapat ASI satu jam pertama setelah lahir dan 62% yang mendapat ASI dalam

hari pertama setelah lahir. Median durasi pemberian ASI adalah 22,3 bulan.

Jumlah bayi di bawah umur 2 bulan yang mendapat ASI eksklusif adalah 48%,

angka tersebut mengalami penurunan menjadi 18% pada umur 4 hingga 5 bulan.

Menurut UNICEF (2010), Indonesia merupakan negara dengan peringkat

kesembilan dalam jumlah kematian neonatus di dunia setelah India, Cina,

Nigeria, Pakistan, Kongo, Etiopia, Bangladesh, dan Afganistan. Tanzania

(19)

yang lebih kecil daripada Indonesia. DinKes Provinsi Sumatera Utara (2009)

melaporkan bahwa Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara mengestimasi Angka

Kematian Bayi (AKB) pada tahun 2007 sebesar 26,90 per 1.000 kelahiran hidup.

Angka ini menurun bila dibandingkan dengan AKB tahun sebelumnya yang

sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran hidup.

Jones, et al. (2003) menemukan bahwa menyusui dapat mencegah 13%

kematian balita. Selain itu, menurut Edmond, Zandoh, Quigley, Etego, Agyei,

dan Kirkwood (2006), 16% kematian neonatus dapat dicegah bila bayi mendapat

ASI pada hari pertama setelah lahir, dan angka tersebut meningkat menjadi 22%

bila bayi melakukan IMD dalam 1 jam pertama setelah lahir.

Terkait dengan hal tersebut, WHO/UNICEF dalam Global Strategy on

Infant and Young Child Feeding tahun 2002, merekomendasikan bahwa pola

makan terbaik untuk bayi dan anak sampai usia 2 (dua) tahun adalah:

1. IMD dalam 30 sampai 60 menit setelah bayi lahir.

2. Memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi sejak lahir sampai usia

6 bulan.

3. Mulai memberikan makanan pendamping ASI sejak bayi berusia 6

bulan.

4. Meneruskan pemberian ASI sampai anak berusia dua tahun atau lebih.

Menurut Borade dan Hanumante (2007), pemberian ASI eksklusif lebih

banyak dilaksanakan di kalangan multigravida daripada primigravida. Tan,

Choong, Leong, Ng, dan Yong (2008) menemukan adanya hubungan antara

pemberian ASI dengan tingkat pengalaman ibu sebagai multigravida.

Menurut Sitepu (2008), Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik

merupakan Rumah Sakit tipe A sesuai dengan SK Menkes no.

547/Menkes/SK/VII/1998 dan juga sebagai rumah sakit pendidikan sesuai

dengan SK Menkes no. 502/Menkes/SK/IX/1991. Oleh karena itu, peneliti

berharap dapat menemukan sampel yang beragam dari segi karakteristik umur,

(20)

Berdasarkan data di atas, hanya sedikit realisasi tindakan IMD sebagai

akibat dari kurangnya pengetahuan ibu, padahal keberhasilan menyusu sangat

tergantung pada tindakan IMD. Oleh karena itu, penulis menganggap perlu

dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di

Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan pada tahun 2010.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada bagian latar belakang, maka dapat dirumuskan

masalah pada penelitian ini sebagai berikut :

Bagaimana tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu Hamil

RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di Poliklinik Ibu

Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:

1. Mengetahui karakteristik ibu hamil berdasarkan umur, umur

kehamilan, jumlah anak, pendidikan, dan pekerjaan.

2. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD

berdasarkan umur ibu hamil.

3. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan

umur kehamilan.

4. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD berdasarkan

jumlah anak.

5. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil IMD berdasarkan

pendidikan.

6. Mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD

(21)

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat bagi Peneliti

Yang menjadi manfaat bagi peneliti dalam penelitian ini adalah:

1. Menambah pengetahuan peneliti tentang cara pembuatan karya tulis

ilmiah yang baik dan benar.

2. Menambah pengetahuan peneliti tentang IMD.

1.4.2 Manfaat bagi Ibu Hamil

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan bagi ibu

tentang manfaat IMD dengan dibagikannya leaflet tentang IMD.

1.4.3 Manfaat bagi Petugas Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi petugas kesehatan

untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai IMD di Poliklinik Ibu

Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan, sehingga dinas terkait dapat

merencanakan suatu penyuluhan tentang IMD.

1.4.4 Manfaat bagi Instansi Pendidikan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI

2.1.1 Definisi ASI

Menurut Soetjinigsih (1997), ASI adalah suatu emulsi lemak dalam

larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang disekresi oleh kelenjar

payudara ibu (mammae), sebagai makanan utama bagi bayi. ASI merupakan

sumber nutrisi yang sangat penting bagi bayi dan dalam jumlah yang cukup dapat

memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 4-6 bulan pertama.

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 240/Men Kes/ Per/ V/85

tentang Pengganti ASI, ASI adalah makanan bayi yang paling baik dan tepat

untuk pertumbuhan dan perkembangan yang sehat bagi bayi dan oleh karena itu,

penggunaannya perlu dilestarikan.

Air susu ibu menurut stadium laktasi (masa pengeluaran air susu) dibagi

menjadi tiga, yaitu:

1. Kolostrum yaitu air susu ibu yang berwarna kekuning-kuningan,

disekresi pada hari pertama sampai hari keempat atau ketujuh.

2. Air susu transisi atau peralihan yaitu air susu ibu peralihan dari

kolostrum sampai menjadi ASI matur, disekresi dari hari ketujuh

sampai hari keempat belas.

3. Air susu matur atau matang yaitu air susu ibu yang keluar pada hari

keempat belas sampai seterusnya.

2.1.2 Fisiologi Menyusui

Menurut Soetjinigsih (1997), secara vertikal payudara terletak di antara

kosta II dan VI, secara horizontal mulai dari pinggir sternum sampai ke linea

aksilaris medialis. Kelenjar susu berada di jaringan subkutan, tepatnya di antara

jaringan subkutan superfisial dan profundus yang menutupi muskulus pektoralis

(23)

Menurut Roesli (2007), payudara terdiri dari bagian eksternal dan

internal. Bagian eksternal payudara terdiri dari sepasang buah dada, puting susu,

dan areola mamae. Bagian internal terdiri dari mamary alveoli (kelenjar susu),

sinus lactiferus (gudang susu) yang terletak di bawah areola mamae, ductus

lactiferus (saluran susu), dan jaringan ikat dan lemak sebagai jaringan penunjang

dan pelindung.

Pada waktu bayi mulai menghisap ASI, akan terjadi dua refleks yang

menyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dan waktu yang tepat pula yaitu

refleks pembentukan ASI atau refleks prolaktin yang dirangsang oleh hormon

prolaktin dan refleks pengaliran/pelepasan ASI (let down reflex). ASI diproduksi

oleh mamary alveoli dan disalurkan melalui ductus lactiferus ke sinus lactiferus.

Pada saat sinus lactiferus mengalami pengosongan ASI dan saat

perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses penghisapan,

maka kelenjar hipofisa bagian depan akan menghasilkan hormon prolaktin yang

akan merangsang mamary alveoli untuk memproduksi ASI. Selain itu, prolaktin

juga menekan fungsi ovarium sehingga memperlambat fungsi kesuburan dan

haid. Dengan kata lain, dapat menjarangkan kehamilan.

Pada saat perangsangan ujung saraf di sekitar payudara oleh karena proses

penghisapan, oksitosin juga akan dihasilkan oleh kelenjar hipofisa bagian

belakang. Proses pengeluaran ASI dari sinus lactiferus terjadi karena kontraksi

sel otot polos di sekitar mamary alveoli yang merupakan kerja dari hormon

oksitosin. Oleh karena itu, oksitosin berperan dalam refleks pengeluaran ASI (let

down reflex).

2.1.3 Komposisi ASI

Menurut Roesli (2007), perbedaan komposisi ASI dari hari ke hari

(stadium laktasi) adalah sebagai berikut:

1. Kolostrum (susu jolong) yaitu ASI yang keluar dari hari pertama

sampai hari ke-4 dan ke-7. Kolostrum merupakan cairan pelindung

yang kaya zat anti infeksi; berprotein tinggi; mempunyai kadar

(24)

dan pencahar yang ideal untuk membersihkan usus bayi yang baru

lahir agar siap menerima makanan yang akan datang.

2. Air susu transisi/ peralihan yaitu ASI yang keluar sejak hari ke-4/hari

ke-7 sampai hari ke-10/hari ke-14. Kadar protein akan semakin

merendah, kadar karbohidrat dan lemak akan makin meninggi, dan

volume ASI yang makin meningkat.

3. Air susu matang (matur) yaitu ASI yang keluar setelah hari ke-14.

Perbandingan ASI dan susu sapi dapat dilihat pada tabel 2.1 sebagai

berikut:

TABEL 2.1

PERBANDINGAN ASI DAN SUSU SAPI

ASI SUSU SAPI

Pencemaran bakteri tidak ada mungkin ada

Zat anti-infeksi banyak tidak ada

Protein

฀Kasein (%) 40 80

฀Whey (%) 60 20

Asam amino

Taurin cukup untuk pertumbuhan otak tidak ada

Lemak

Kolesterol cukup untuk pertumbuhan

otak, karena banyak lemak

ikatan panjang

tidak cukup, karena

banyak lemak ikatan

pendek dan sedang

Lipase ada tidak ada

Laktosa/gula (%) 7 (cukup) 3-4(cukup)

Garam tepat untuk pertumbuhan terlalu banyak

Mineral

Kalsium 350 (tepat) 1440 (terlalu banyak)

Fosfat 150 (tepat) 900 (terlalu banyak)

Zat besi diserap baik diserap tidak baik

(25)

Terdapat beberapa perbedaan ASI dengan susu sapi, yaitu:

1. ASI mengandung lipase untuk memudahkan pencernaan lemak,

terutama lemak ikatan panjang (omega-3, omega-6, DHA, dan

arachidonic acid) yang merupakan komponen penting dalam

mielinisasi. Mielinisasi adalah pembentukan selaput isolasi yang

mengelilingi serabut saraf yang akan membantu penjalaran

rangsangan yang lebih cepat.

2. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. ASI mengandung lebih

banyak laktosa dibanding dengan susu mamalia lainnya atau sekitar

20-30% lebih banyak daripada susu sapi. Para pakar menemukan

bahwa makin tinggi kadar laktosa susu suatu jenis mamalia, maka

ukuran otaknya relatif makin besar karena laktosa dan metabolitnya

(galaktosa) merupakan makanan vital bagi otak yang sedang tumbuh.

Selain itu, laktosa juga meningkatkan penyerapan kalsium,

meningkatkan pertumbuhan Lactobacillus bifidus, dan menghambat

pertumbuhan bakteri patogen di dalam usus bayi karena asam laktat

yang merupakan hasil fermentasi laktosa akan memberikan suasana

asam di dalam usus bayi.

3. Protein ASI yang utama adalah whey yang mudah dicerna, sedangkan

protein susu sapi yang utama adalah kasein yang sukar dicerna oleh

usus bayi karena kasar dan bergumpal. Taurin yang diperlukan untuk

pertumbuhan otak, susunan saraf, dan retina hanya terdapat di dalam

ASI; sedangkan pada susu sapi sama sekali tidak dijumpai taurin.

Selain itu, ASI mengandung alfa-laktalbumin yang tidak

menyebabkan alergi. Susu sapi mengandung lactoglobulin dan bovine

serum albumin yang sering menimbulkan alergi.

4. ASI memberikan imunisasi pasif dan aktif kepada bayi karena

kandungan SIgA (Secretory Immunoglobulin A) yang akan mencegah

terjadinya kebocoran dinding usus sehingga kuman tidak dapat masuk

(26)

pembentukan daya tahan tubuh bayi, sehingga ASI berperan juga

sebagai imunisasi aktif.

5. Zat nutrisi berupa vitamin, mineral, dan zat besi yang terdapat di

dalam ASI lebih mudah diserap oleh tubuh daripada zat nutrisi yang

berasal dari susu sapi maupun susu formula; sehingga yang penting

adalah bukan berapa banyak kandungan zat nutrisi di dalam suatu

makanan bayi, tetapi berapa persen dari zat tersebut yang dapat

diserap oleh tubuh.

2.1.4 Manfaat ASI

Manfaat pemberian ASI bagi bayi, yaitu:

1. ASI sebagai nutrisi. Dalam penelitian Valevski, et al. (2005) terbukti

rendahnya kadar tiamin dalam susu formula yang mengakibatkan

kejadian defisiensi tiamin pada bayi.

2. ASI meningkatkan daya tahan tubuh.

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung fungsi ASI sebagai

peningkat daya tahan tubuh, yaitu:

a. Menurut Beaudry (1995), angka kejadian infeksi gastrointestinal

47% lebih rendah pada bayi yang mendapat ASI dibandingkan

dengan bayi yang tidak mendapat ASI.

b. Menurut Talayero, et al. (2006), terdapat penurunan 30% angka

rawat inap di rumah sakit dengan peningkatan satu bulan menyusu

saat masih bayi.

c. Dalam penelitian Kramer, et al. (2001), promosi ASI menurunkan

40% kejadian infeksi gastrointestinal.

d. Menurut Cesar, Victoria, Barros, Santos, dan Flores (1999), bayi

yang diberi ASI mempunyai resiko 16,7 kali lebih jarang untuk

menderita pneumonia dibandingkan dengan anak ynag tidak

mendapat ASI.

e. Menurut Bachrach, Schwarz, dan Bachrach (2003), sejumlah

(27)

dengan resiko anak dirawat inap karena penyakit saluran

pernapasan bawah. Penelitian tersebut dilakukan pada bayi sehat

yang lahir cukup umur dan punya akses ke fasilitas kesehatan

yang memadai. Kesimpulan di negara maju, bayi yang mendapat

susu formula mengalami penyakit saluran pernapasan 3 kali lebih

parah dan memerlukan rawat inap di rumah sakit dibandingkan

dengan bayi yang diberi ASI secara eksklusif selama 4 bulan.

f. Dalam penelitian Beral, et al. (2000), anak yang mendapat ASI

lebih jarang menderita leukemia dan limfoma.

g. Menurut Dell dan To (2001), anak yang diberi ASI mengalami

pengurangan 40% sampai 50% resiko untuk menderita asma

dibandingkan dengan anak yang tidak.

h. Dalam penelitian Martin, Middleton, Gunnel, Owen, dan Smith

(2005) terhadap 4.000 wanita dewasa ditemukan bahwa angka

kejadian kanker payudara 12% lebih kecil pada wanita yang diberi

ASI saat masih bayi dibandingkan dengan wanita yang tidak.

Dengan meningkatnya daya tahan tubuh bayi, tentu saja Angka

Kematian Bayi akan berkurang. Menurut DinKes Provinsi Sumatera

Utara (2009), Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

mengestimasi Angka Kematian Bayi pada tahun 2007 sebesar 26,90

per 1.000 kelahiran hidup. Angka ini menurun bila dibandingkan

dengan AKB tahun sebelumnya yang sebesar 28,2 per 1.000 kelahiran

hidup. Penurunan Angka Kematian Bayi belum mencapai angka yang

memuaskan, sehingga perlu dilakukan upaya-upaya dari pemerintah

untuk membantu penurunan angka tersebut, agar kualitas hidup

masyarakat Indonesia dapat ditingkatkan dengan semakin berjalannya

waktu. Angka Kematian Bayi merujuk kepada jumlah bayi yang

meninggal pada fase antara kelahiran hingga bayi belum mencapai

umur 1 tahun per 1.000 kelahiran hidup. Gambaran perkembangan

terakhir mengenai estimasi AKB dari Badan Pusat Statistik Sumatera

(28)

GRAFIK 2.1

ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN HIDUP DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2002 – 2007

Sumber: DinKes (2009)

4. ASI meningkatkan kecerdasan.

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat

meningkatkan kecerdasan, yaitu:

a. Menurut Horwood dan Fergusson (1998), tampak kecenderungan

kenaikan lama pemberian ASI sesuai dengan peningkatan IQ, hasil

tes kecerdasan standar, peningkatan ranking di sekolah, dan

peningkatan angka di sekolah dari 1.000 anak yang diikuti sampai

usia 18 tahun.

b. Dalam penelitian Jain dan Leventhal (2002) dilakukan meta

analisa terhadap 40 penelitian dengan 68% menyimpulkan bahwa

menyusui dapat meningkatkan kepandaian.

c. Mortensen, et al. (2002) melakukan penelitian terhadap 3.253

orang di Denmark didapatkan hubungan antara lama pemberian

ASI dan peningkatan IQ. Orang yang disusui kurang dari 1 bulan

mempunyai IQ 5 poin lebih rendah dari yang disusui setidaknya

7-9 bulan. Terdapat korelasi antara lamanya pemberian ASI dengan

tingkat IQ.

d. Menurut Gale, Callaghan, Godfrey, Law, dan Martyn (2004),

peningkatan IQ anak sesuai dengan peningkatan lama menyusui

(29)

e. Foroushani, Mohammad, Mahmoodi, dan Siassi (2010) melakukan

penelitian terhadap 5.362 anak di Inggris dan didapatkan asosiasi

positif antara lama menyusui dengan perkembangan kognitif anak.

f. Dalam penelitian Smith, Durkin, Hinton, Bellinger, dan Khun

(2003) dilakukan penelitian pada 439 anak usia sekolah dengan

berat badan lahir sangat rendah (di bawah 1.500 gram). Bayi yang

tidak diberi ASI ternyata mempunyai skor yang lebih rendah

dalam semua fungsi intelektual, kemampuan verbal, kemampuan

visuo spasial, dan visuo motorik dibandingkan dengan bayi yang

diberi ASI.

g. Quinn, Callaghan, Williams, Najman, Andersen, dan Bor (2001)

melakukan penelitian terhadap 3.880 anak Australia sejak lahir

untuk menentukan pola pemberian ASI dan perkembangan

kognitif anak. Terdapat perbedaan hasil yang signifikan antara

bayi yang diberikan ASI selam enam bulan atau lebih dan bayi

yang tidak pernah mendapat ASI. Dalam tes kosakata, anak

perempuan yang mengkonsumsi ASI memiliki skor 8,2 poin lebih

tinggi, sedangkan anak laki-laki memiliki 5,8 poin lebih tinggi.

4. Menyusui meningkatkan jalinan kasih sayang.

5. ASI memenuhi kebutuhan awal bayi untuk tumbuh kembang secara

optimal baik fisik, kepandaian, emosional, spiritual, maupun

sosialisasinya (Roesli, 2007).

6. Menurunkan resiko obesitas (kegemukan).

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat

menurunkan resiko obesitas yaitu:

a. Shields, Callaghan, Williams, Najman, dan Bor (2006)

menyimpulkan bahwa anak yang disusui selama kurang dari 4

bulan mempunyai IMT yang lebih tinggi daripada anak yang

disusui selama 4 bulan atau lebih.

b. Dalam penelitian Strawn dan Zuguo (2004) terhadap 177.304

(30)

overweight yang tertinggi pada anak yang tidak pernah mendapat

ASI.

c. Liese, Hirsch, Mutius, Keil, Leopold, dan Weiland (2001)

melakukan penelitian terhadap dua kelompok anak dan

mendapatkan hasil bahwa anak yang mendapat ASI terhindar dari

resiko overweight.

d. Toschke, Vignerova, Lhotska, Osancova, Koletzko, dan Kries

(2002) melakukan penelitian terhadap 33.768 anak usia sekolah

dan menyimpulkan bahwa kejadian obesitas lebih sedikit pada

kelompok anak yang mendapat ASI.

7 Menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah.

Terdapat beberapa penelitian yang mendukung bahwa ASI dapat

menurunkan resiko penyakit jantung dan pembuluh darah, yaitu:

a. Martin (2004) melakukan penelitian porspektif melibatkan 7.276

bayi Inggris selama 7,5 tahun. Pada usia tujuh tahun, bayi yang

tidak diberi ASI memiliki tekanan diastolik dan sistolik yang lebih

tinggi daripada bayi yang diberi ASI. Terjadi pengurangan tekanan

darah sistolik 1% pada masyarakat berhubungan dengan 1,5%

pengurangan angka kematian secara keseluruhan. Hal ini

merupakan keuntungan yang signifikan pada masa dewasa.

b. Penelitian Owen, et al. (2008) di Inggris meneliti tingkat kolesterol

pada 1.500 remaja umur 13-16 tahun. Mereka menemukan bahwa

pemberian ASI memiliki keuntungan jangka panjang dalam

mencegah penyakit kardiovaskuler dengan mengurangi kolesterol

total dan kolesterol berkadar lipid rendah.

c. Singhal, Cole, dan Lucas (2001) mengukur tekanan darah 216

anak usia 13-16 tahun yang lahir prematur. Mereka yang

mendapat susu formula bayi sangat awal atau susu formula secara

rutin, tekanan darahnya lebih tinggi daripada mereka yang

mendapat ASI selama masa bayi. Para penenliti menyimpulkan

(31)

tekanan darah pada tahun berikutnya. Kesimpulan ini juga berlaku

pada bayi yang lahir cukup bulan.

Manfaat pemberian ASI bagi ibu, yaitu:

1. Mengurangi perdarahan setelah melahirkan. Menurut WHO (2007),

tindakan IMD dapat mencegah perdarahan uterus postpartum karena

adanya faktor uterotonics yang bekerja.

2. Mengurangi terjadinya anemia. Postpartum anemia dapat dicegah oleh

tindakan IMD.

3. Menjarangkan kehamilan. Menurut Li dan Qiu (2007), penambahan

lama menyusui sesuai dengan penurunan kemungkinan ovulasi.

4. Mengecilkan rahim (Roesli, 2007).

5. Lebih cepat langsing kembali. Kac, Benicio, Melendez, Valente, dan

Struchiner (2004) melakukan penelitian kohort terhadap 405 wanita

postpartum dan menyimpulkan bahwa terdapat hubungan antara lama

menyusui sesuai dengan peningkatan penurunan berat badan.

6. Mengurangi tingkat kejadian kanker.

a. Dalam peneltian Riman, et al. (2001) didapati penurunan angka

kejadian kanker ovarium pada wanita yang pernah menyusui

anaknya dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah.

b. Menurut Okamura, et al. (2006) menyusui dapat menurunkan

resiko kanker endometrium pada wanita di Jepang.

7. Lebih ekonomis/murah.

Pengeluaran biaya untuk membeli susu pengganti ASI akan

tergantikan dengan adanya ASI.

8. Tidak merepotkan dan hemat waktu.

9. Portabel dan praktis.

Perlengkapan seperti botol susu tidak perlu dibawa saat berpergian.

10.Memberi kepuasan bagi ibu (Roesli, 2007).

11.Mengurangi resiko osteoporosis. Menurut Karlsson, Ahlborg, dan

Karlsson (2005), wanita yang menyusui anaknya mempunyai densitas

(32)

2.1.5 ASI eksklusif

Pada awal kehidupan, seorang bayi akan menggantungkan hidupnya

kepada makanan berupa ASI sampai usia enam bulan. Biasanya tidak terdapat

gangguan pertumbuhan dalam usia enam bulan, kecuali jika anak menderita

penyakit. ASI eksklusif yaitu ASI yang diberikan selama jangka waktu minimal

empat bulan dan akan lebih baik apabila diberikan sampai bayi berusia enam

bulan serta bayi tanpa diberi tambahan cairan lain seperti: susu formula, jeruk,

madu, air teh, bahkan air putih dan tidak diberi makanan padat lain seperti :

pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, tim, dan lain-lain (Roesli, 2007).

2.1.6 Cakupan ASI Eksklusif Di Indonesia

Menurut Dinkes (2009), persentase pemberian ASI eksklusif pada bayi

mulai tahun 2004 sampai dengan tahun 2008 di Provinsi Sumatera Utara tidak

menunjukkan peningkatan yang cukup memuaskan seperti tergambar pada grafik

2.2 dibawah ini.

GRAFIK 2.2

PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2004-2008

Sumber: Dinkes (2009)

Cakupan persentase bayi yang diberi ASI eksklusif dari tahun 2004

sampai dengan 2007 cenderung menurun secara signifikan, namun pada tahun

(33)

tahun 2007. Oleh karena itu, diharapkan pada tahun-tahun berikutnya dapat

dicapai angka yang lebih memuaskan guna meningkatkan kesejahteraan hidup

masayarakat di Indonesia.

2.1.7 Hubungan Keberhasilan Menyusui dengan Inisiasi Menyusu Dini

Edmond, et al. (2006) menyatakan bahwa keberhasilan menyusui sangat

tergantung pada IMD. Penundaan saat permulaan menyusu akan menyebabkan

bayi sukar menyusu. Satu jam pertama kelahiran merupakan kunci sukses dalam

proses menyusui. Menurut Kramer, et al. (2001), bayi yang melakukan IMD lebih

berhasil disusui secara eksklusif dan lebih lama disusui.

Menurut Roesli (2008), hasil penelitian menunjukkan hubungan antara

saat kontak ibu-bayi pertama sekali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi

kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit

setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan

dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya 59% dan

38% yang masih disusui. Bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini

tinggal 29% dan 8% yang masih disusui di usia yang sama. Penelitian di

Jakarta-Indonesia ini menunjukkan bayi yang diberi kesempatan untuk menyusu dini,

hasilnya delapan kali lebih berhasil ASI eksklusif.

WHO/UNICEF telah mempublikasikan tentang sepuluh langkah menuju

keberhasilan menyusui dan telah dikembangkan oleh DepKes RI dan BKPPASI

(Badan Kerja Peningkatan Penggunaan ASI), yaitu:

1. Mempunyai kebijakan tertulis tentang menyusui.

2. Melatih semua staf pelayanan kesehatan dengan keterampilan.

3. Menjelaskan kepada semua ibu hamil tentang manfaat menyusui dan

penatalaksanaannya. Pada klinik pranatal, kepada para ibu hamil

diberikan informasi tentang keuntungan menyusui dan membimbing

mereka untuk menyelesaikan masalah laktasi.

4. Membantu ibu-ibu mulai menyusui bayinya dalam waktu 30 menit

setelah melahirkan. Petugas memberi bantuan agar ibu dapat saling

(34)

sedangkan pada ibu dengan bedah sesar yang dibius diberikan waktu

setangah jam sampai ibu sadar kembali dan dapat mengawali proses

menyusui

5. Memperlihatkan kepada ibu-ibu bagaimana cara menyusui dan cara

mempertahankannya.

6. Tidak memberikan makanan atau minuman apapun selain ASI kepada

bayi baru lahir.

7. Melaksanakan rawat gabung.

8. Mendukung pemberian ASI kepada bayi tanpa dijadwal karena

pemberian ASI sekehendak hati akan melancarkan produksi ASI.

9. Tidak memberikan dot atau kompeng karena dapat mengakibatkan

bayi bingung puting. Oleh karena itu, bila bayi dirawat pisah, maka

ASI diberikan dengan pipet, sonde, atau sendok.

10.Membentuk dan membantu pengembangan kelompok pendukung ibu

menyusui. Setiap RS/Rumah Bersalin/Puskesmas sebaiknya

membentuk KP-ASI (Kelompok Pelindung ASI) untuk membantu

ibu-ibu yang mengalami masalah laktasi dan meyakinkan mereka

tentang manfaat menyusui, terutama pada mereka yang pertama sekali

menyusui bayinya.

2.2 Inisiasi Menyusu Dini 2.2.1 Definisi

Menurut Roesli (2008), IMD adalah bayi mulai menyusu sendiri segera

setelah lahir. Asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya

setelah satu jam segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan

the best crawl atau merangkak mencari payudara.

Ada beberapa intervensi yang menganggu kemampuan alami bayi untuk

mencari dan menemukan sendiri payudara ibunya. Di antaranya, obat kimiawi

yang diberikan saat ibu melahirkan bisa sampai ke janin melalui ari-ari dan

mungkin menyebabkan bayi sulit menyusu pada payudara ibu. Kelahiran dengan

(35)

sakit di daerah kulit yang digunting pada saat epistiotomi dapat pula menganggu

kemampuan alamiah ini. Penting untuk menyampaikan informasi tentang IMD

ini pada tenaga kesehatan yang belum menerima informasi ini. Dianjurkan pada

tenaga kesehatan unutk menyampaikan informasi IMD pada orang tua dan

keluarga sebelum melakukan IMD.

Dalam satu jam pertama setelah melahirkan, ada perilaku menakjubkan

antara bayi dan ibunya. Dari hasil pengamatan menunjukkan bahwa:

1. Ibu dan bayi sudah dapat berinteraksi dalam menit-menit pertama

setelah lahir, jika bayi segera diletakkan di perut ibu.

2. Dalam beberapa menit, bayi dapat merangkak ke payudara dan

menyusu sendiri (the best crawl).

3. Kulit ibu memiliki kemampuan untuk menyesuaikan suhunya dengan

suhu yang dibutuhkan bayi (thermoregulator, thermal synchrony).

2.2.2 Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Terdapat beberapa alasan yang mendasari pentingnya kontak kulit segera

setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama kehidupan, yaitu:

1. Dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak

mencari payudara. Ini akan menurunkan kematian karena kedinginan

(hypothermia).

2. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernapasan dan detak jantung bayi

lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi

pemakaian energi.

3. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari

kulit ibunya dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri ’baik’

di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni

di kulit dan usus bayi menyaingi bakteri ’jahat’ dari lingkungan.

4. Ikatan kasih sayang antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2

jam pertama bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi

(36)

5. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan dari

susu manusia. Hal ini dapat menganggu pertumbuhan fungsi usus dan

mencetuskan alergi lebih awal.

6. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusu

eksklusif dan akan lebih lama disusui. Hal ini telah terbukti dari

beberapa penelitian.

7. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting

susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu

merangsang pengeluaran hormon oksitosin. Hormon oksitosin

berfungsi untuk :

a. Membantu rahim berkontraksi sehingga membantu pengeluaran

ari-ari (plasenta) dan mengurangi perdarahan ibu, sehingga dapat

mencegah terjadinya anemia postpartum.

b. Merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi

lebih rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri,

dan perasaan sangat bahagia.

c. Menenangkan ibu dan bayi serta mendekatkan mereka berdua.

Oleh karena itu, dinamakan juga hormon kasih sayang.

d. Merangsang pengeluaran ASI dari payudara.

8. Bayi mendapat ASI kolostrum. Cairan emas ini kadang juga

dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan IMD lebih

dulu mendapat kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan.

Kolostrum, ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting

untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus,

bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membentuk lapisan

yang melindungi usus bayi yang masih belum matang sekaligus

mematangkan dinding usus ini.

2.2.3 Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan

Berikut ini langkah-langkah melakukan IMD secara umum yang

(37)

1. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu.

2. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali

kedua tangannya.

3. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

4. Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak

dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

5. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu

dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti

bersama-sama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi

pengeluaran panas dari kepalanya. Menurut penelitian Dr. Neils

Bergman dari Afrika Selatan, kulit dada ibu yang melahirkan satu

derajat lebih panas daripada kulit dada ibu yang tidak melahirkan. Jika

bayinya kedinginan, suhu kulit ibu otomatis naik dua derajat untuk

menghangatkan bayi. Jika bayi kepanasan, suhu kulit ibu otomatis

turun satu derajat untuk mendinginkan bayinya. Kulit ibu bersifat

thermoregulator atau thermal sinchrony bagi suhu bayi.

6. Apabila bayi belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu

satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya

sampai berhasil menyusu pertama.

7. Rawat gabung yaitu ibu dan bayi dirawat dalam satu kamar. Selama

24 jam ibu-bayi tetap tidak terpisahkan dan bayi selalu dalam

jangkauan ibu.

Tatalaksana IMD pada operasi caesar tetap dapat dilakukan dengan

memperhatikan beberapa faktor, yaitu:

1. Pada ibu yang diberikan anestesi spinal atau epidural dan ibu dalam

keadaan sadar, maka usahakan menyusu pertama dilakukan di kamar

operasi.

2. Jika dilakukan anestesi umum, kontak dapat terjadi di ruang pulih saat

ibu sudah mulai sadar walaupun masih mengantuk atau dalam

(38)

menggantikan ibu untuk memberikan kontak kulit dengan kulit

sehingga bayi tetap hangat.

2.2.4 Beberapa Penelitian tentang Inisiasi Menyusu Dini

Terdapat beberapa penelitian tentang IMD, yaitu:

1. Dr. Lennart Righard dan seorang bidan Margareta Alade, 1990.

a. Penelitian dilakukan terhadap 72 pasangan ibu-bayi baru lahir.

Ke-72 ibu-bayi ini dibagi menjadi dua kelompok, yaitu yang lahir

normal dan dengan obat-obatan (tindakan).

b. Kelompok yang lahir normal dibagi dua lagi. Berikut ini hasilnya.

1. Bayi yang begitu lahir, tali pusatnya dipotong, dikeringkan

dengan cepat. Setelah itu, segera diletakkan di dada atau di

perut ibu dengan kontak kulit bayi ke kulit ibu dibiarkan

setidaknya satu jam. Pada usia sekitar 20 menit, bayi mulai

merangkak ke arah payudara dan dalam usia 50 menit, ia

menyusu dengan baik.

2. Kelompok bayi yang lahir normal tanpa obat-obatan, tetapi

langsung dipisahkan dari ibunya untuk ditimbang, diukur, dan

dibersihkan, hasilnya 50% bayi tidak dapat menyusu sendiri.

3. Bayi yang lahir dengan obat-obatan atau tindakan, segera

setelah lahir diletakkan di dada ibu dengan kontak kulit ke

kulit, hasilnya tidak semua dapat menyusu sendiri. Yang

mencapai payudara ibunya pun, umumnya menyusu dengan

lemah.

4. Bayi yang lahir dengan obat-obatan dan segera dipisahkan dari

ibunya maka tidak ada satu pun yang dapat menyusu sendiri.

5. Kemampuan bayi merangkak mencari payudara bertahan

beberapa minggu.

6. Pada bayi yang dibiarkan menyusu sendiri, setelah berhenti

(39)

diukur. Pada usia 10 jam saat bayi diletakkan kembali di

bawah payudara ibunya, ia tampak menyusu dengan baik.

2. Sose dkk CIBA foundation, 1978.

Hasil penelitian menunjukkan hubungan antara saat kontak ibu-bayi

pertama sekali terhadap lama menyusui. Bayi yang diberi kesempatan

menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit

setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui.

3. Fika dan Syafiq, Journal Kedokteran Trisakti, 2003.

Penelitian di Jakarta-Indonesia ini menunjukkan bayi yang diberi

kesempatan untuk menyusu dini, hasilnya delapan kali lebih berhasil

ASI eksklusif.

4. Dr. Karren Edmond, 2006.

Peneliti-peneliti dari Inggris di bawah pimpinan Dr. Karren Edmond

melakukan penelitian di Ghana terhadap hampir 11.000 bayi

dipublikasikan di Pediatrics (30 Maret 2006). Judul penelitiannya

”Menunda Permulaan/Inisiasi Menyusu Meningkatkan Kematian

Bayi”. Berikut ini hasil penelitiannya.

a. Penelitian di Ghana melibatkan 10.947 bayi yang baru lahir antara

Juni 2003 sampai Juni 2004.

b. Jika bayi diberi kesempatan menyusu dalam satu jam pertama

dengan dibiarkan kontak kulit ke kulit ibu (setidaknya selama satu

jam) maka 22% nyawa bayi dibawah 28 hari dapat diselamatkan.

c. Jika mulai menyusu pertama, saat bayi berusia di atas dua jam dan

di bawah 24 jam pertama, tinggal 16% nyawa bayi di bawah 28

hari yang dapat diselamatkan.

2.2.5 Cakupan Inisiasi Menyusu Dini Di Indonesia

SDKI (2007) melaporkan bahwa di Indonesia terdapat 95% anak di

bawah umur 5 tahun yang pernah mendapat ASI. Akan tetapi, hanya 44% yang

mendapat ASI satu jam pertama setelah lahir dan 62% yang mendapat ASI dalam

(40)

Jumlah bayi di bawah umur 2 bulan yang mendapat ASI eksklusif adalah 48%,

angka tersebut mengalami penurunan menjadi 18% pada umur 4 hingga 5 bulan.

TABEL 2.2

PERSENTASE STATUS MENYUSU DI INDONESIA TAHUN 2007

(41)

2.2.6 Faktor-Faktor Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini

kulit ibu dengan kulit bayi.

1. Bayi akan kedinginan merupakan pendapat yang tidak benar karena

suhu payudara ibu meningkat 0,5 derajat dalam dua menit jika bayi

diletakkan di dada ibu.

2. Ibu yang harus dijahit bukan merupakan penghalang untuk menyusui

karena kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara.

Yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu.

3. Suntikan vitamin K dan tetes mata harus segera diberikan setelah lahir

untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) adalah pendapat yang

tidak benar. Menurut American College of Obstetrics and Gynecology

dan Academy Breastfeeding Medicine (2007), tindakan pencegahan ini

dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu

sendiri tanpa membahayakan bayi.

4. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang, dan diukur

merupakan pendapat yang tidak benar karena menunda memandikan

bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu,

kesempatan vernix meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi

lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan

dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai

dilakukan.

5. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai

sehingga diperlukan cairan lain adalah tidak benar karena kolostrum

cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan

membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

6. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi merupakan

pendapat yang tidak benar karena kolostrum merupakan imunisasi

pertama untuk bayi, dan dapat melindungi, serta mematangkan

(42)

Menurut Borade dan Hanumante (2007), pemberian ASI eksklusif lebih

banyak dilaksanakan di kalangan multigravida daripada primigravida. Tan,

Choong, Leong, Ng, dan Yong (2008) menemukan adanya hubungan antara

pemberian ASI dengan tingkat pengalaman ibu sebagai multigravida.

Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama sekali

(Prawirohardjo, et al., 2007).

2.3 Pengetahuan

2.3.1 Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengetahuan merupakan

domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Domain

kognitif mempunyai enam tahapan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis,

sintesis dan penilaian kembali. Untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan

seseorang harus melampui semua tahap tersebut. (Notoatmodjo, 2007).

2.3.2 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi

oleh beberapa faktor, yaitu :

1. Pengalaman yang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun orang

lain.

2. Tingkat pendidikan yang dapat menambah wawasan atau pengetahuan

seseorang

3. Keyakinan bisa mempengaruhi pengetahuan seseorang

4. Fasilitas, misalnya radio, televisi, majalah, koran, dan buku

5. Penghasilan berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk

mampu menyediakan atau membeli fasilitas – fasilitas sumber

informasi

6. Sosial budaya dapat mempengaruhi pengetahuan, persepsi, dan sikap

(43)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas maka kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.2 Definisi Operasional

Pengetahuan merupakan apa yang diketahui oleh responden mengenai

pengertian dan manfaat IMD. Menurut Arikunto (1995), penilaian tiga kategori

yaitu baik, cukup, dan kurang menggunakan teknik dengan rentangan skor dibagi

tiga sama besar.

Pengukuran tingkat pengetahuan responden mengenai IMD berdasarkan

jawaban yang diberikan responden dengan cara ukur berupa wawancara dan alat

ukur berupa kuesioner dengan menggunakan sistem skoring. Teknik penilaian

dan skoring, yaitu:

TABEL 3.1

TEKNIK PENILAIAN DAN SKORING

Skor Pengetahuan

9-12 Baik

5-8 Cukup

0-4 Kurang

Tingkat pengetahuan ibu hamil tentang IMD di

Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik

(44)

Skor 0 berarti jawaban responden tersebut salah dan skor 1 berarti

jawaban responden tersebut benar. Terdapat dua belas pertanyaan mengenai

tingkat pengetahuan responden tentang IMD dengan penilaian tingkat

pengetahuan responden mengenai sistem skor dengan skala pengukuran ordinal

sebagai berikut:

TABEL 3.2

SKOR PERTANYAAN PADA KUESIONER

NO YA TIDAK TIDAK TAHU

1 1 0 0

2 1 0 0

3 1 0 0

4 1 0 0

5 1 0 0

6 1 0 0

7 1 0 0

8 1 0 0

9 1 0 0

10 1 0 0

11 0 1 0

12 1 0 0

Menurut Roesli (2008), Inisiasi menyusu dini adalah bayi mulai menyusu

sendiri segera setelah lahir. Cara bayi melakukan IMD ini dinamakan the best

crawl atau merangkak mencari payudara.

Tingkat pendidikan merupakan tingkat pendidikan responden yang

didefinisikan sebagai jenjang pendidikan terakhir yang dijalani sampai tamat.

Tingkat pendidikan dikategorikan menjadi:

1. Rendah apabila responden tidak sekolah sampai tamat SD sederajat.

2. Sedang apabila responden tamat SMP sederajat.

(45)

Pekerjaan merupakan pekerjaan ibu saat mengandung. Pekerjaan ibu

dikategorikan menjadi:

1. Bekerja.

2. Tidak bekerja.

Umur ibu merupakan umur ibu hamil saat mengisi kuesioner. Umur ibu

dikategorikan menjadi:

1. Di bawah 25 tahun.

2. Dari 25 sampai 30 tahun.

3. Dari 30 tahun ke atas.

Umur kehamilan merupakan umur kehamilan ibu saat mengisi kuesioner.

Umur kehamilan dikategorikan menjadi:

1. Trimester pertama.

2. Trimester kedua.

3. Trimester ketiga.

Jumlah anak merupakan jumlah anak ibu saat mengisi kuesioner. Jumlah

anak dikategorikan menjadi:

1. 0

2. 1

3. 2

(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross

sectional. Yang dimaksud dengan :

1. Metode deskriptif

Adalah penelitian yang bertujuan melakukan deskripsi mengenai

fenomena yang ditemukan baik yang berupa faktor resiko maupun

efek atau hasil (Sastroasmoro, 2010).

2. Cross sectional

Dalam penelitian cross-sectional peneliti melakukan observasi atau

pengukuran variabel pada satu saat tertentu. Kata suatu saat bukan

berarti semua subyek diamati tepat pada saat yang sama, tetapi artinya

setiap subyek hanya diobservasi satu kali dan pengukuran variabel

subyek dilakukan pada saat pemeriksaan tersebut (Sastroasmoro,

2010).

4.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam

Malik Medan pada tahun 2010 selama bulan Juni sampai Juli 2010.

4.3Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1Populasi

Populasi penelitian dikategorikan menjadi dua yaitu:

1. Populasi Target

Ibu hamil.

2. Populasi Aktual

Ibu hamil di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan

(47)

4.3.2Sampel

Sampel adalah bagian (subset) dari populasi yang dipilih dengan cara

tertentu, sehingga dianggap dapat mewakili populasinya (Sastroasmoro, 2010).

Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari populasi yang memenuhi kriteria

inklusi yaitu berada di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan

selama penelitian berlangsung. Kriteria eksklusi adalah ibu hamil yang tidak

bersedia mengikuti penelitian.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah dengan

menggunakan metode consecutive sampling yang merupakan jenis

non-probability sampling yang paling baik.

Perhitungan besar sampel pada penelitian ini diperoleh berdasarkan besar

populasi dengan menggunakan rumus di bawah ini (Wahyuni, 2008):

n

N

Z1-α/2

p

d

Berdasarkan rumus di atas, maka didapatkan jumlah sampel dalam

penelitian ini adalah 90 orang responden. : besar sampel minimum.

: jumlah populasi ibu hamil dari tanggal 6 Januari 2009 selama satu

tahun di Poliklinik Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu

sebanyak 1151 ibu hamil.

: nilai distribusi normal baku (table Z) pada α tertentu.

: harga proporsi di populasi, dalam penelitian ini dipakai 0,5.

: kesalahan absolut yang dapat ditolerir di dalam penelitian ini

digunakan 10%.

n = N.Z21-α/2.p.(1-p) (N-1)d2+ Z21-α/2.p.(1-p)

(48)

4.4Metode Pengumpulan Data 4.4.1Data primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber data.

Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara langsung terhadap responden

dengan menggunakan kuesioner yang ada. Penelitian ini sudah mendapat

persetujuan dari komisi etik tentang pelaksanaan penelitian di bidang kesehatan.

4.4.2Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang didapatkan dari Poliklinik Ibu Hamil

RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.4.3Uji Validitas

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan bahwa alat ukur itu

benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner yang sudah selesai disusun

dan diuji validitasnya dengan SPSS versi 15.0. Teknik untuk menguji korelasi

antara skor tiap-tiap item dengan skor total kuesioner adalah product moment.

r = koefisien korelasi product moment.

x = skor tiap pertanyaan atau item.

y = skor total.

N = jumlah responden.

Uji validitas dilakukan dengan 2 cara yaitu dengan validitas isi (content)

dan validitas konstrak (construct). Setelah melakukan validitas konstrak untuk

dua kali dan didapatkan bahwa soal-soal di dalam kuesioner telah valid dan

reliabel, peneliti melanjutkan uji validitas dengan cara validitas isi kepada ahli.

Sampel yang digunakan dalam uji validitas konstrak adalah pasien

Poliklinik Ibu Hamil (PIH) RSU Dr. Pirngadi Medan sebanyak 20 orang sampel

pada bulan Juni 2010 yang memiliki karakter yang hampir sama dengan karakter

pasien dalam penelitian.

r = N(∑xy)-(∑x∑y)

(49)

Pada uji validitas konstrak yang pertama, terdapat 2 soal dari kuesioner

awal yang tidak valid yaitu soal nomor 7 yang berisi pertanyaan tentang bayi

dengan kesempatan menyusu dini yang akan lebih jarang menangis dan soal

nomor 8 yang berisi pertanyaan tentang pernapasan dan denyut jantung akan

menjadi lebih stabil saat dilakukan Inisiasi Menyusu Dini.

Pada uji validitas konstrak yang kedua ditambahkan pertanyaan pengganti

untuk soal nomor 7 dan 8 yaitu tentang jumlah kolostrum (ASI) yang keluar pada

saat Inisiasi Menyusu Dini yang sudah mencukupi untuk dijadikan makanan

pertama bayi baru lahir, sehingga tidak diperlukan tambahan cairan yang lain

dan tentang kemungkinan pelaksanaan tindakan Inisiasi Menyusu Dini pada bayi

yang lahir dengan operasi Caesar.

Validitas isi dilakukan setelah selesai validitas konstrak dengan cara

memberikan instrumen kepada pakar yang menguasai topik yang diteliti. Dalam

hal ini yaitu dr. Yusuf R. Surbakti, Sp.OG (K).

4.4.4Uji Reliabilitas

Reliabilitas merupakan suatu indeks yang dipakai untuk menunjukkan

sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Hal ini berarti,

menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tepat asas

bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan

alat ukur yang sama. Kuesioner yang sudah selesai disusun dan diuji

reliabilitasnya dengan SPSS versi 15.0. Kuesioner diuji reliabilitasnya dengan

menggunakan rumus Koefifien Reliabilitas Alfa, yaitu:

r = reliabilitas instrument.

k = jumlah butir pertanyaan atau banyaknya soal.

∑σb2 = jumlah varians butir. σt2 = varians total.

r = k 1- ∑σb2

(50)

Soal yang telah valid dengan cara validitas konstrak yang kedua akan

diuji reliabilitasnya. Hasil pengolahan data disajikan dalam bentuk tabel 4.1.

TABEL 4.1

HASIL UJI VALIDITAS DAN RELIABILITAS KUESIONER

Variabel Nomor

Pertanyaan

Total

Pearson

Correlation

Status Alpha Status

Pengetahuan 1

2

0.843 Reliabel

Reliabel

4.5 Metode Analisis Data

Data dari setiap responden akan dimasukkan ke dalam komputer oleh

peneliti. Analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menggunakan SPSS

Gambar

TABEL 2.1 PERBANDINGAN ASI DAN SUSU SAPI
GRAFIK 2.1 ESTIMASI ANGKA KEMATIAN BAYI PER 1.000 KELAHIRAN
GRAFIK 2.2 PERSENTASE PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
TABEL 2.2 PERSENTASE STATUS MENYUSU DI INDONESIA TAHUN 2007
+7

Referensi

Dokumen terkait

Temu giring merupakan salah satu dari sekian banyak tanaman obat yang. tumbuh

Pembuatan website grup band Madina ini merupakan sebuah aplikasi WWW yang berisi informasi musik, video dan profile mengenai Madina, yang dikemas ke dalam bentuk yang menarik

Dalam suatu permainan sering sekali terjadi kesalahpahaman antara peserta dengan pembaca pertanyaan.Untuk mengatasi hal tersebut penulis mempunyai suatu ide untuk membuat suatu

With this information we can make façade image for 3D model, limit relaxation matching bounds, and estimate building planes from 3D point clouds after matching.. 2.4 Point

[r]

Tujuan penelitian untuk mengetahui tentang pengaruh pelatihan dan gaya kepemimpinan situasional terhadap kinerja karyawan PT.ISS indonesia Facility service RS.Awal

karya seni lukis dengan sumber inspirasi dari Dampak pikiran negatif

Alasan memilih judul proposal ini dikarenakan rasa ingin tahu untuk mendapatkan data yang riil dan informasi yang sebenarnya apakah sudah efektif pengawasan dan