• Tidak ada hasil yang ditemukan

RINGKASAN

NURHAYATI PATTISSAHUSIWA. Kinerja Agroforestri (Kasus Dudukuhan di Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Bogor, Jawa Barat). Di bawah Bimbingan Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.

Masyarakat pedesaan di Indonesia telah melakukan praktek pengelolaan lahan sejak lama. Bentuk pengelolaan lahan yang masih bertahan hingga saat ini dan menjadi bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat setempat adalah pengelolaan dudukuhan di Jawa Barat. Bagi masyarakat setempat, dudukuhan diposisikan untuk menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga serta menjadi sumber dan cadangan pendapatan tunai pada saat dibutuhkan.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis kinerja dudukuhan. Penelitian dilakukan di Desa Parakanmuncang, Kecamatan Nanggung, Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja dengan mengambil sampel sebanyak tigapuluh responden. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur, pengamatan langsung (observasi) dan menggunakan berbagai publikasi dan laporan dari dinas/instansi terkait. Kinerja dudukuhan diidentifikasi berdasarkan indikator produktivitas, keberlanjutan, keadilan manfaat dan efisiensi. Metode analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis biaya manfaat. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dan informasi yang bersifat kualitatif serta membahas secara mendalam data hasil pengukuran yang bersifat kuantitatif. Analisis deskriptif digunakan untuk mengkaji sistem pengelolaan dudukuhan, orientasi usaha, jenis dan keragaman produk, pengaruh variabel tersebut terhadap kinerja dudukuhan serta keberlanjutan dan keadilan manfaat. Analisis biaya manfaat digunakan untuk menghitung produktivitas dudukuhan menggunakan kriteria NPV dan efisiensi dudukuhan menggunakan kriteria Net B/C.

Dudukuhan merupakan sistem pengelolaan lahan yang sudah berlangsung turun-temurun di Desa Parakanmuncang. Dukuh adalah kebun campuran yang berisi berbagai jenis tanaman pepohonan kayu, buah dan tanaman pertanian. Dudukuhan dikelola untuk diambil hasilnya dengan menggunakan input produksi terbatas. Rata-rata luas penguasaan lahan dudukuhan 0,5 ha per keluarga. Pengelolaan dudukuhan masih dilakukan secara sederhana dan tidak intensif. Sistem penguasaan sumberdaya lahan dan hasil bersifat individual. Orientasi pemanfaatan dudukuhan sebagian besar masih bersifat subsisten.

Pada penelitian ini ditemukan beberapa tipe dudukuhan yang dibedakan berdasarkan karakteristik fisik lahan dan jenis tanaman yang dominan. Ketiga tipe dudukuhan tersebut adalah tipe kayu-kayuan, tipe buah-kayu dan campuran kayu- buah-tanaman pertanian. Tipe dudukuhan pada sebidang lahan dapat berubah sesuai dengan keputusan petani. Bila lahan tidak dikelola sama sekali karena faktor kemampuan petani maka lahan digolongkan kedalam tipe lahan tidur. Jenis tanaman yang dominan dalam dudukuhan adalah jeunjing, puspa, afrika, duku, manggis, durian, rambutan serta pisang dan bambu. Jenis tanaman pertanian lain yang dominan antara lain jagung, kacang tanah, ubi, dan jenis sayuran.

Analisis kinerja dudukuhan didasarkan pada empat indikator yaitu produktivitas, keberlanjutan, keadilan manfaat dan efisiensi. Hasil penelitian menunjukkan produktivitas dudukuhan/hektar/tahun untuk tipe campuran buah-

kayu sebesar Rp. 959.551, tipe kayu-kayuan Rp. 72.484 dan tipe campuran buah- kayu-tanaman pertanian Rp. 910.068. Usaha meningkatkan produktivitas terlihat dengan penanaman jenis-jenis baru seperti kamper, mahoni, akasia, pinus dan mangga serta mulai dilakukannya upaya pengelolaan lahan secara intensif. Selain memperlihatkan orientasi produktivitas, kegiatan ini menggambarkan usaha masyarakat mempertahankan keberadaan dudukuhan. Hal ini menjamin keberadaan dan keberlanjutan dudukuhan pada masa yang akan datang.

Keadilan manfaat diidentifikasi dengan terbuka dan beragamnya akses kepemilikan dudukuhan bagi masyarakat di dalam dan luar desa. Masyarakat memiliki akses sebagai pemilik, penggarap bagi hasil maupun menjadi buruh tani. Perhitungan efisiensi dudukuhan menggunakan kriteria Net B/C menunjukkan hasil sama dengan 2,8 untuk semua tipe dudukuhan sehingga pengelolaan dudukuhan tergolong efisien. Pengelolaan dudukuhan tergolong efisien karena input produksi yang digunakan terbatas sementara dudukuhan memberikan hasil sepanjang tahun. Analisis efisiensi dengan pendekatan kelembagaan dilakukan berdasarkan empat indikator yaitu universality, transferability, exclusivity dan

enforceability. Mengingat keempat komponen tersebut terdefenisi dan terpenuhi maka pengelolaan dudukuhan di Desa Parakanmuncang tergolong efisien. Berdasarkan indikator produktivitas, keberlanjutan, keadilan manfaat dan efisiensi maka kinerja dudukuhan digolongkan cukup tinggi.

SUMMARY

NURHAYATI PATTISAHUSIWA. Performance of Agroforestry (Case of Dudukuhan in Parakanmuncang Village, Nanggung Sub-district, Bogor, West Java). Under Supervision of Dr. Ir. Didik Suharjito, MS.

Village community in Indonesia already practiced traditional agroforestry since long time ago. One example of this traditional agroforestry systems can be found in Nanggung Sub-district, Bogor, West Java. To local community, dudukuhan provide their family livelyhood and become a source and reserve cash income everytime they need.

The purpose of this research was to analyze performance of dudukuhan. This research was conducted in Parakanmuncang Village, Nanggung Sub-district, Bogor, West Java. Sample village was purposively selected with thirty five respondent were selected to be interviewed. Data collecting was conducted by semi structural intervieuw, observation and using a various publication or report from interrelated official/institute. Performance of dudukuhan identified by using indicator productivity, sustainability, equity and efficiency. Analyze method of this research was using descriptive and benefit-cost analyzes. Descriptive analyze used to explain qualitative data and information and to discuss quantitative...

Dudukuhan was land management systems and already practiced for generations. Dudukuhan are mixed tree garden with high number of wood, fruit trees and annual/seasonal crops. Dudukuhan managed on an extractive basis using limited input production. Average landholding per household is 0,5 ha. Dudukuhan managed still simple and not intensive. Characterized of landholding resources and dudukuhan yield are indidividually and subsistent oriented. According to the result of this research, there is three different type of dudukuhan which can be identified by it’s phisycal characteristic and dominant species. That three type of dudukuhan is wood tree systems, mixed wood-fruit tree systems and mixed wood-fruit tree-anuual/seasonal crops.

Analyze of dudukuhan performance based on four indicator that is productivity, sustainability, equity and efficiency. Reslt of this research shows that average annual productivity of dudukuhan type one per ha per year Rp.

KINERJA AGROFORESTRI

(KASUS DUDUKUHAN di DESA PARAKANMUNCANG,

KECAMATAN NANGGUNG, BOGOR, JAWA BARAT)

Skripsi Sebagai salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kehutanan

Pada FakultasKehutanan Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Dokumen terkait