BAB II LANDASAN TEORI
A. Instrumen Tes
3. Mendeskripsikan kelayakan penyusunan instrumen tes berbasis higher order thinking skill.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca, baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan bagi peneliti khususnya dan bagi para pendidik umumnya mengenai instrumen penilaian menerapkan buku jurnal.
2. Manfaat Praktis
Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi: a. Bagi Guru
Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperluas kajian tentang pembuatan instrumen penilaian yang baik dan benar, khususnya untuk diterapkan dalam penilaian yang berbasis HOTS. b. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini sebagai bentuk sumbangan terhadap penelitiannya agar dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS.
c. Bagi Universitas Sanata Dharma
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah koleksi pustaka, sehingga dapat dijadikan referensi bagi penelitian sejenis.
8 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Instrumen Tes
1. Pengertian Instrumen Tes
Menurut Anas Sudijono (2011: 67) instrumen tes merupakan cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan yang harus dijawab) atau perintah-perintah oleh testee, sehingga dapat dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.
Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh responden.
2. Fungsi Tes
Menurut Anas Sudijono (2011: 67) secara umum ada 2 macam fungsi dari tes, yaitu:
a. Sebagai alat pengukur terhadap peserta didik. Dalam hubungan ini tes berfungsi untuk mengukur tingkat perkembangan atau kemajuan yang telah dicapai oleh peserta didik setelah mereka menempuh proses belajar mengajar dalam jangka waktu tertentu.
b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut dapat diketahui seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dan telah dapat dicapai.
3. Syarat Tes Yang Baik
Menurut Suharsimi Arikunto suatu instrumen tes dapat dikatakan baik, apabila memenuhi beberapa kriteria berikut ini.
a. Valid
Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila benar-benar mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan ketepatan dalam melakukan pengukuran. b. Reliable
Suatu instrumen dapat dikatakan reliable jika instrumen itu pada saat digunakan, mempunyai hasil yang relatif stabil, ajeg atau konsisten. Dengan kata lain, apabila testee diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan maka akan menghasilkan hasil yang relatif sama.
c. Objektivitas
Objektivitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhi. Sebuah soal tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi, terutama pada saat melakukan penilaian.
Praktis artinya instrumen tes tersebut mudah digunakan baik secara administratif maupun teknis. Praktis secara administratif artinya penggunaan instrumen tidak rumit (mudah diadministrasikan). Praktis secara teknis artinya dapat digunakan siapapun meskipun bukan yang menyusun instrumen.
e. Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah pelaksanaan tes tersebut tidak memerlukan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.
4. Teknik Penilaian Tes
Teknik tes digunakan apabila sifat suatu objek yang mau diukur lebih berupa perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui, apa yang dipahami, atau proses psikis lainnya yang tidak dapat diamati dengan indera-indera, yang bersifat abstrak. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan (kognitif). Menurut Harjanto (2006: 280-281) bentuk tes tertulis yang sering dipakai dalam proses pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu:
Pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan lain sebagainya. Soal-soal dalam bentuk esai biasanya berjumlah tidak banyak, hanya sekitar 5 sampai dengan 10 buah soal dengan waktu pengerjaan kira-kira 90 sampai dengan 120 menit. Soal-soal dalam bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, serta harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Secara umum ada dua tipe tes uraian yaitu tes uraian bebas (terbuka) dan tes uraian tertutup (terbatas). Tes subjektif memiliki beberapa kelebihan, yaitu:
1) Mudah disiapkan dan disusun, tidak memberikan banyak kesempatan untuk berspekulasi.
2) Mendorong para peserta didik untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat yang baik dan benar. Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
3) Dapat diketahui sejauh mana tingkat kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah yang ada di dalam soal.
Sedangkan kekurangan-kekurangan yang dimiliki tes subjektif, yaitu:
1) Kadar validitas dan reliabilitas yang dimiliki rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang benar-benar telah dikuasai.
2) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh bahan pelajaran yang akan dites, karena jumlah soalnya sedikit (terbatas).
3) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.
4) Pemeriksaannya lebih sulit karena membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
5) Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan koreksi cukup lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.
b. Tes Objektif
Tes objektif merupakan tes yang itemnya dapat dijawab dengan memilih jawaban yang sudah tersedia, dan dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif. Hal ini memang dimaksudkan untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari tes berbentuk esai. Dalam penggunaan tes objektif ini jumlah soal yang diajukan jauh lebih banyak dibandingkan dengan soal
berbentuk esai. Untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal. Secara umum ada empat tipe tes objektif yaitu tipe benar salah, menjodohkan, melengkapi, dan pilihan ganda.
Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh tes objektif, yaitu:
1) Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi para siswa maupun segi guru yang memeriksa.
2) Lebih mudah dan lebih cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
3) Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.
4) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.
Sedangkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh tes objektif, yaitu
1) Persiapan untuk melakukan penyusunannya jauh lebih sulit daripada tes esai. Hal ini dikarenakan jumlah soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kesalahan dalam penulisan. 2) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan
3) Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes menjadi lebih terbuka.
5. Peran Penilaian dalam Pembelajaran
Penilaian dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Penilaian harus dilakukan oleh seorang guru sepanjang rentang waktu berlangsungnya pembelajaran. Menurut Indrastoeti (2012) bahwa secara sederhana penilaian sering digunakan oleh guru dalam proses pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik siswa. Secara luas, menurut Uno dan Koni (2014) bahwa penilaian memiliki peranan sebagai proses mendapatkan informasi dalam berbagai bentuk yang dijadikan dasar pengambilan keputusan tentang siswa, mengenai kurikulum, program pembelajaran, iklim sekolah, dan kebijakan sekolah. Penilaian dalam pembelajaran juga berperan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Popham, 1995).
Sementara itu, bagi siswa penilaian mampu berperan membantu proses belajar, mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan cara belajar, menilai efektivitas dari strategi pembelajaran yang telah digunakan, serta menyediakan data untuk membantu siswa dalam membuat keputusan untuk memperbaiki perilaku dan lingkungan belajar (Kusairi, 2012). Lebih lanjut menurut Sunarti dan Rahmawati (2014) bahwa penilaian berperan dalam memberikan:
a. Informasi kemajuan belajar siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang telah dilakukan.
b. Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing siswa maupun seluruh siswa didalam kelas.
c. Informasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, tingkat kesulitan, dan kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remidial, pendalaman atau pengayaan.
d. Motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi mengenai kemajuan dan menstimulus guna melakukan usaha pemantapan dan perbaikan.
e. Bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah, dan jurusan yang sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuan siswa.
B. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)