• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL PADA KOMPETENSI DASAR JURNAL KHUSUS PERUSAHAAN DAGANG KELAS XI SMKN 7 YOGYAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL PADA KOMPETENSI DASAR JURNAL KHUSUS PERUSAHAAN DAGANG KELAS XI SMKN 7 YOGYAKARTA"

Copied!
163
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BERBASIS

HIGHER

ORDER THINKING SKILL

PADA KOMPETENSI DASAR

JURNAL KHUSUS PERUSAHAAN DAGANG KELAS XI

SMKN 7 YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh :

AXEL CROSLIE

NIM 141334043

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Saya ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya saya dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dengan rasa tulus, karya ini saya persembahkan sebagai ungkapan rasa terimakasih saya kepada:

1. Almamater tercinta, Universitas Sanata Dharma.

2. Kedua orang tua saya, Bapak Anuar dan Ibu Cornelia Aneta atas segala doa, dukungan, materi, dan semangat.

(5)

v MOTTO

“Belajarlah dari masa lalu, hiduplah untuk masa depan. Yang terpenting adalah tidak berhenti bertanya”– Albert Einstein –

“Tekanan memang selalu ada, tetapi kita tidak harus merasa tertekan”– Andrea Pirlo

(6)
(7)
(8)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL PADA KOMPETENSI DASAR JURNAL KHUSUS

PERUSAHAAN DAGANG KELAS XI

SMKN 7 YOGYAKARTA

Axel Croslie Universitas Sanata Dharma

2019

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengembangkan instrumen tes berbasis higher order thinking skill pada kompetensi dasar jurnal khusus perusahaan dagang kelas XI SMK; (2) mendeskripsikan terpenuhinya karakteristik higher order thinking skill pada instrumen tes; dan (3) mendeskripsikan kelayakan penyusunan instrumen tes berbasis higher order thinking skill.

Jenis penelitian ini adalah Research and Development menurut Borg and Gall dengan langkah yaitu: (1) mengumpulkan data awal; (2) spesifikasi produk; (3) pengembangan produk awal; (4) uji coba lapangan; (5) analisis butir soal; (6) implementasi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik nontes dan tes. Alat pengumpulan data berupa kuesioner dan soal tes. Teknik analisis data menggunakan analisis kuantitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan April – Juni.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) proses penyusunan instrumen tes di awali dengan melakukan penyusunan RPP, pembuatan kisi-kisi soal, penulisan soal, penelaahan soal, revisi soal, dan perakitan soal; (2) instrumen tes telah memenuhi karakteristik Higher Order Thinking Skill; (3) instrumen tes layak untuk digunakan, baik secara teoritis maupun empiris. Layak secara teoritis yaitu melalui uji validitas yang memenuhi aspek kontruksi, evaluasi pembelajaran, dan bahasa. Layak secara empiris yaitu melalui uji reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya beda.

(9)

ix

ABSTRACK

DEVELOPMENT OF TEST INSTRUMENTS BASED ON HIGHER ORDER THINKING SKILLS ON THE BASIC COMPETENCE OF SPECIAL JOURNAL TRADE COMPANIES OF THE ELEVENTH

GRADE STUDENTS OF VOCATIONAL HIGH SCHOOL

Axel Croslie

Sanata Dharma University

2019

This research aims to (1) develop higher order based skills thinking test instruments on the basic competencies special journals of trading companies of the eleventh grade students of SMK; (2) describe the fulfillment of the higher order thinking skills characteristic of the test instrument; and (3) describe the feasibility of preparing test instruments based on higher order thinking skills. This type of research is a Research and Development according to Borg and Gall with the steps: (1) collecting initial data; (2) planning; (3) developing initial product; (4) trying out initial field; (5) revising the results of the trial; (6) testing main product field; (7) revising product; (8) testing feasibility; (9) revising final product; (10) implement. This research was conducted from April-June 2018. Data collection techniques were non-test and test techniques using questionnaires and test questions. Data analysis techniques were quantitative analysis.

The results of data analysis show that the test instruments developed were modified by the Borg and Gall model with eight steps: (1) collecting initial data; (2) planning; (3) developing initial product; (4) training out initial field; (5) revising the results of the trial; (6) testing main product field; (7) revising product (8) implementing. Based on the results of expert validation and item analysis, it was concluded that the test instrument was feasible to be used as an assessment instrument in learning.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji Syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala kelimpahan rahmatnya, kasih, dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “PENGEMBANGAN INSTRUMEN TES BERBASIS HIGHER ORDER THINKING SKILL PADA KOMPETENSI

DASAR JURNAL KHUSUS PERUSAHAAN DAGANG KELAS XI SMKN 7

YOGYAKARTA”.

Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Pendidikan, Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi, Jurusan Pendidikan Ilmu Sosial, Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih atas segala bantuan dan dukungan yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, kepada yang terhormat :

1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, M.Si. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK Pendidikan Akuntansi.

(11)
(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACK ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

(13)

xiii

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II LANDASAN TEORI... 8

A. Instrumen Tes ... 8

1. Pengertian Instrumen Tes ... 8

2. Fungsi Tes ... 8

3. Syarat Tes yang Baik ... 9

4. Teknik Penilaian Tes ... 10

5. Peran Penilaian Tes dalam Pembelajaran... 14

B. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi... 15

1. Pengertian HOTS ... 15

2. Indikator HOTS ... 17

3. Karakteristik Soal Berbasis HOTS... 17

4. Pengembangan Soal Berbasis HOTS ... 19

C. Penelitian Pengembangan ... 23

1. Pengertian Penelitian dan Pengembangan... 23

2. Model-Model Pengembangan ... 24

D. Classical Test Theory (CTT) ... 26

1. Indeks Kesukaran ... 27

2. Daya Pembeda ... 29

(14)

xiv

1. Pengertian Jurnal Khusus ... 30

2. Manfaat Jurnal Khusus ... 30

3. Daftar akun yang dipergunakan pada perusahaan dagang ... 30

4. Macam dan bentuk jurnal khusus ... 31

F. Kajian Penelitian yang Relevan ... 33

G. Kerangka Berpikir ... 34

BAB III METODE PENGEMBANGAN ... 37

A. Model Penelitian ... 37

B. Langkah-Langkah Penelitian... 37

C. Teknik Pengumpulan Data ... 42

D. Teknik Analisis Data ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian dan Pengembangan ... 45

B. Pembahasan ... 72

BAB V PENUTUP ... 76

A. Kesimpulan ... 76

B. Keterbatasan Pengembangan... 77

C. Saran ... 78

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Skala Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 28

Tabel 2.2 Interval Daya Pembeda Butir Soal ... 29

Tabel 2.3 Jurnal Pembelian ... 32

Tabel 2.4 Jurnal Penjualan ... 32

Tabel 2.5 Jurnal Penerimaan Kas ... 33

Tabel 2.6 Jurnal Pengeluaran Kas ... 33

Tabel 3.1 Skala Tingkat Kesukaran Butir Soal ... 41

Tabel 3.2 Interval Daya Pembeda Butir Soal ... 41

Tabel 4.1 Konversi Skala Lima Berbasarkan PAP ... 49

Tabel 4.2 Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Skala Lima ... 50

Tabel 4.3 Penilaian Validator Pertama Tahap I Aspek Materi ... 51

Tabel 4.4 Penilaian Validator Pertama Tahap I Aspek Evaluasi Pembelajaran ... 51

Tabel 4.5 Penilaian Validator Pertama Tahap II Aspek Materi ... 53

Tabel 4.6 Penilaian Validator Pertama Tahap II Aspek Evaluasi Pembelajaran ... 53

Tabel 4.7 Penilaian Validator Kedua Tahap I Aspek Bahasa ... 55

Tabel 4.8 Penilaian Validator Kedua Tahap II Aspek Bahasa ... 55

Tabel 4.9 Penilaian Validator Ketiga Tahap I Aspek Materi ... 57

Tabel 4.10 Penilaian Validator Ketiga Tahap I Evaluasi Pembelajaran .... 57

Tabel 4.11 Penilaian Validator Ketiga Tahap I Aspek Bahasa ... 58

(16)

xvi

Tabel 4.13 Penilaian Validator Ketiga Tahap II Aspek Evaluasi Pembelajaran

... 59

Tabel 4.14 Penilaian Validator Ketiga Tahap II Aspek Bahasa ... 60

Tabel 4.15 Penilaian one to one Aspek Materi ... 61

Tabel 4.16 Penilaian one to one Aspek Evaluasi Pembelajaran ... 62

Tabel 4.17 Penilaian one to one Aspek Bahasa ... 63

Tabel 4.18 Penilaian Kelompok Kecil Aspek Materi ... 63

Tabel 4.19 Penilaian Kelompok Kecil Aspek Evaluasi Pembelajaran ... 64

Tabel 4.20 Penilaian Kelompok Kecil Aspek Bahasa ... 65

Tabel 4.21 Penilaian Kelompok Besar Aspek Materi ... 66

Tabel 4.22 Penilaian Kelompok Besar Aspek Evaluasi Pembelajaran ... 66

Tabel 4.23 Penilaian Kelompok Besar Aspek Bahasa ... 67

Tabel 4.24 Hasil Perhitungan Reliabilitas ... 68

Tabel 4.25 Hasil Analisis di Tinjau dari Tingkat Kesukaran ... 69

(17)

xvii

DAFTAR BAGAN

(18)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 82

Lampiran 2 Validasi Ahli ... 86

Lampiran 3 Silabus ... 107

Lampiran 4 RPP ... 118

Lampiran 5 Kisi-kisi Soal... 134

Lampiran 6 Instrumen Tes ... 135

Lampiran 7 Uji Coba Awal ... 152

Lampiran 8 Uji Lapangan Produk Utama ... 155

Lampiran 9 Hasil Analisis ... 156

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

(20)

diperlukan terutama untuk memberikan kecakapan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh para peserta didik, seperti literasi dasar (membaca, matematika, dan sains), kemampuan berpikir kritis, kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah, dan lain sebagainya. Padahal komponen-komponen tersebut menjadi modal dasar untuk menghadapi tantangan dan tuntutan global di masa ini. Maka daripada itu, untuk menghadapi perkembangan pendidikan ditingkat internasional, pemerintah menetapkan kebijakan implementasi kurikulum yang terbaru, yaitu kurikulum 2013. Di dalam kurikulum 2013 terdapat standar penilaian yang mengadaptasikan model-model penilaian berstandar internasional. Dengan adanya standar penilaian ini, diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS).

Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan kemampuan berpikir

(21)

dimiliki peserta didik berkaitan dengan HOTS seorang guru memerlukan suatu instrumen penilaian yang selaras dengan tujuan pembelajaran itu sendiri. Penilaian merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran.

(22)

Akan tetapi, kenyataan yang terjadi dilapangan, soal-soal yang dibuat cenderung lebih mengarah pada indikator Lower Order Thinking Skills (LOTS). Kurangnya soal-soal berbasis Higher Order Thinking Skills

(23)

konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga harus bisa berproses untuk menemukan, artinya peserta didik harus selalu diajak untuk belajar dengan menggunakan proses berpikir untuk menemukan konsep-konsep tersebut. Instrumen penilaian berbasis Higher Order Thinking Skills sangat diperlukan dalam penerapan kurikulum 2013. Permendikbud No. 81 Tahun 2013 tentang implementasi kurikulum menyebutkan bahwa kebutuhan kompetisi masa depan diperlukan Higher Order Thinking Skills secara kritis, keterampilan komunikasi, dan kreatif (Budiman & Jailani, 2014: 141). Hal ini sejalan dengan pendapat Rofiah, et.al. (2013: 18) mengenai karakteristik skills masyarakat abad ke-21 yang dipublikasikan oleh Partnership of 21st

Century Skill mengidentifikasikan bahwa pembelajar pada abad ke-21 harus

mampu mengembangkan keterampilan kompetitif yang diperlukan pada abad ke-21 yang berfokus pada pengembangan Higher Order Thinking Skills.

Berdasarkan permasalahan yang ada, peneliti melakukan penelitian dan

pengembangan dengan judul ‘Pengembangan Instrumen Tes Berbasis

Higher Order Thinking Skills pada Kompetensi Dasar Jurnal Khusus Kelas

XI SMK”.

B. Rumusan Masalah

(24)

1. Bagaimana mengembangkan instrumen penilaian berbasis higher order thinking skill pada kompetensi dasar jurnal khusus perusahaan dagang kelas XI SMK dalam bentuk pilihan ganda ?

2. Apakah instrumen penilaian berbasis higher order thinking skill hasil pengembangan sudah sesuai dengan karakteristik HOTS ?

3. Apakah instrumen penilaian berbasis higher order thinking skill hasil pengembangan layak untuk digunakan ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan masalah yang telah dirumuskan, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengembangkan instrumen tes berbasis higher order thinking skill pada kompetensi dasar jurnal khusus perusahaan dagang kelas XI SMK. 2. Mendeskripsikan terpenuhinya karakteristik higher order thinking skill

pada instrumen tes.

3. Mendeskripsikan kelayakan penyusunan instrumen tes berbasis higher order thinking skill.

D. Manfaat Penelitian

(25)

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memperluas wawasan bagi peneliti khususnya dan bagi para pendidik umumnya mengenai instrumen penilaian menerapkan buku jurnal.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini dapat bermanfaat bagi: a. Bagi Guru

Penelitian ini dapat menambah wawasan dan memperluas kajian tentang pembuatan instrumen penilaian yang baik dan benar, khususnya untuk diterapkan dalam penilaian yang berbasis HOTS. b. Bagi Peneliti lain

Penelitian ini sebagai bentuk sumbangan terhadap penelitiannya agar dapat mengembangkan penelitian lebih lanjut berkaitan dengan masalah pengembangan instrumen penilaian berbasis HOTS.

c. Bagi Universitas Sanata Dharma

(26)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Instrumen Tes

1. Pengertian Instrumen Tes

Menurut Anas Sudijono (2011: 67) instrumen tes merupakan cara atau prosedur dalam rangka pengukuran dan penilaian dibidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa pertanyaan yang harus dijawab) atau perintah-perintah oleh testee, sehingga dapat dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau prestasi testee.

Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa instrumen tes adalah serangkaian pertanyaan yang harus dijawab, harus ditanggapi, atau tugas yang harus dilaksanakan oleh responden.

2. Fungsi Tes

Menurut Anas Sudijono (2011: 67) secara umum ada 2 macam fungsi dari tes, yaitu:

(27)

b. Sebagai alat pengukur keberhasilan program pengajaran, sebab melalui tes tersebut dapat diketahui seberapa jauh program pengajaran yang telah ditentukan dan telah dapat dicapai.

3. Syarat Tes Yang Baik

Menurut Suharsimi Arikunto suatu instrumen tes dapat dikatakan baik, apabila memenuhi beberapa kriteria berikut ini.

a. Valid

Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila benar-benar mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Dengan kata lain validitas berkaitan dengan ketepatan dalam melakukan pengukuran. b. Reliable

Suatu instrumen dapat dikatakan reliable jika instrumen itu pada saat digunakan, mempunyai hasil yang relatif stabil, ajeg atau konsisten. Dengan kata lain, apabila testee diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan maka akan menghasilkan hasil yang relatif sama.

c. Objektivitas

Objektivitas berarti tidak ada unsur pribadi yang mempengaruhi. Sebuah soal tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes tidak ada faktor subjektif yang mempengaruhi, terutama pada saat melakukan penilaian.

(28)

Praktis artinya instrumen tes tersebut mudah digunakan baik secara administratif maupun teknis. Praktis secara administratif artinya penggunaan instrumen tidak rumit (mudah diadministrasikan). Praktis secara teknis artinya dapat digunakan siapapun meskipun bukan yang menyusun instrumen.

e. Ekonomis

Yang dimaksud dengan ekonomis disini adalah pelaksanaan tes tersebut tidak memerlukan biaya yang mahal, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama.

4. Teknik Penilaian Tes

Teknik tes digunakan apabila sifat suatu objek yang mau diukur lebih berupa perubahan tingkah laku yang berhubungan dengan apa yang diketahui, apa yang dipahami, atau proses psikis lainnya yang tidak dapat diamati dengan indera-indera, yang bersifat abstrak. Tes digunakan untuk mengukur sejauh mana seorang siswa telah menguasai pelajaran yang disampaikan terutama meliputi aspek pengetahuan (kognitif). Menurut Harjanto (2006: 280-281) bentuk tes tertulis yang sering dipakai dalam proses pembelajaran dibagi menjadi dua, yaitu:

(29)

Pada umumnya berbentuk esai (uraian). Tes bentuk esai adalah sejenis tes kemajuan belajar yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Ciri-ciri pertanyaannya didahului dengan kata-kata seperti; uraikan, jelaskan, mengapa, bagaimana, bandingkan, simpulkan, dan lain sebagainya. Soal-soal dalam bentuk esai biasanya berjumlah tidak banyak, hanya sekitar 5 sampai dengan 10 buah soal dengan waktu pengerjaan kira-kira 90 sampai dengan 120 menit. Soal-soal dalam bentuk esai ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengorganisir, menginterpretasi, menghubungkan pengertian-pengertian yang telah dimiliki. Dengan singkat dapat dikatakan bahwa tes esai menuntut siswa untuk dapat mengingat-ingat dan mengenal kembali, serta harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Secara umum ada dua tipe tes uraian yaitu tes uraian bebas (terbuka) dan tes uraian tertutup (terbatas). Tes subjektif memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

1) Mudah disiapkan dan disusun, tidak memberikan banyak kesempatan untuk berspekulasi.

(30)

3) Dapat diketahui sejauh mana tingkat kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah yang ada di dalam soal.

Sedangkan kekurangan-kekurangan yang dimiliki tes subjektif, yaitu:

1) Kadar validitas dan reliabilitas yang dimiliki rendah karena sukar diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang benar-benar telah dikuasai.

2) Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh bahan pelajaran yang akan dites, karena jumlah soalnya sedikit (terbatas).

3) Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur subjektif.

4) Pemeriksaannya lebih sulit karena membutuhkan pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.

5) Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan koreksi cukup lama dan tidak dapat diwakilkan kepada orang lain.

b. Tes Objektif

(31)

berbentuk esai. Untuk tes yang berlangsung selama 60 menit dapat diberikan 30-40 buah soal. Secara umum ada empat tipe tes objektif yaitu tipe benar salah, menjodohkan, melengkapi, dan pilihan ganda.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh tes objektif, yaitu:

1) Mengandung lebih banyak segi-segi positif, misalnya lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih objektif, dapat dihindari campur tangannya unsur-unsur subjektif baik dari segi para siswa maupun segi guru yang memeriksa.

2) Lebih mudah dan lebih cepat cara memeriksanya karena dapat menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.

3) Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.

4) Dalam pemeriksaan, tidak ada unsur subjektif yang mempengaruhi.

Sedangkan kelemahan-kelemahan yang dimiliki oleh tes objektif, yaitu

1) Persiapan untuk melakukan penyusunannya jauh lebih sulit daripada tes esai. Hal ini dikarenakan jumlah soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari kesalahan dalam penulisan. 2) Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapkan ingatan dan

(32)

3) Kerjasama antar siswa pada waktu mengerjakan soal tes menjadi lebih terbuka.

5. Peran Penilaian dalam Pembelajaran

Penilaian dalam pembelajaran merupakan bagian integral dari keseluruhan proses pembelajaran. Penilaian harus dilakukan oleh seorang guru sepanjang rentang waktu berlangsungnya pembelajaran. Menurut Indrastoeti (2012) bahwa secara sederhana penilaian sering digunakan oleh guru dalam proses pengukuran dan non pengukuran untuk memperoleh data karakteristik siswa. Secara luas, menurut Uno dan Koni (2014) bahwa penilaian memiliki peranan sebagai proses mendapatkan informasi dalam berbagai bentuk yang dijadikan dasar pengambilan keputusan tentang siswa, mengenai kurikulum, program pembelajaran, iklim sekolah, dan kebijakan sekolah. Penilaian dalam pembelajaran juga berperan sebagai bahan dalam pengambilan keputusan guru untuk memperbaiki proses dan hasil belajar siswa (Popham, 1995).

(33)

a. Informasi kemajuan belajar siswa secara individual dalam mencapai tujuan belajar sesuai dengan kegiatan belajar yang telah dilakukan.

b. Informasi yang dapat digunakan untuk membina kegiatan belajar lebih lanjut, baik terhadap masing-masing siswa maupun seluruh siswa didalam kelas.

c. Informasi yang dapat digunakan oleh guru dan siswa untuk mengetahui tingkat kemampuan siswa, tingkat kesulitan, dan kemudahan untuk melaksanakan kegiatan remidial, pendalaman atau pengayaan.

d. Motivasi belajar siswa dengan cara memberikan informasi mengenai kemajuan dan menstimulus guna melakukan usaha pemantapan dan perbaikan.

e. Bimbingan yang tepat untuk memilih sekolah, dan jurusan yang sesuai dengan keterampilan, minat, dan kemampuan siswa.

B. Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (HOTS)

1. Pengertian HOTS (Higher Order Thinking Skill)

(34)

untuk membantu mereka meningkatkan pengetahuan yang dimiliki dan keterampilan berpikir yang masih pada level tingkat rendah.

Definisi kemampuan berpikir tingkat tinggi oleh Haladyna (1997) dan Bloom (1956) dalam King (2012: 34) adalah memahami fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, dan prosedur atau langkah-langkah serta melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) merupakan suatu kemampuan berpikir pada level kognitif yang lebih tinggi, dimana peserta didik bukan hanya menguasai kemampuan untuk mengingat saja, akan tetapi memiliki kemampuan berpikir dalam menganalisis, berargumentasi, dan membuat keputusan yang tepat.

(35)

2. Indikator Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skill)

Menurut Uno (2012), soal HOTS memiliki empat indikator, yaitu: a. Problem solving atau proses dalam menemukan masalah serta cara

memecahkan masalah berdasarkan informasi yang nyata, sehingga dapat ditarik kesimpulan.

b. Keterampilan pengambilan keputusan, yaitu keterampilan seseorang dalam memecahkan masalah melalui pengumpulan informasi untuk kemudian memilih keputusan terbaik dalam memecahkan masalah.

c. Keterampilan berpikir kritis, yaitu usaha untuk mencari informasi yang akurat yang digunakan sebagaimana mestinya pada suatu masalah.

d. Keterampilan berpikir kreatif, yaitu menghasilkan banyak ide sehingga menghasilkan inovasi baru untuk memecahkan masalah. 3. Karakteristik Soal Higher Order Thinking Skill (HOTS)

a. Mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi

Kemampuan berpikir tingkat tinggi termasuk kemampuan untuk memecahkan masalah, keterampilan berpikir kritis, berpikir kreatif, berargumen, dan kemampuan dalam mengambil keputusan. Soal-soal higher order thinking skill bukan berarti Soal-soal tersebut harus memiliki tingkat kesukaran yang tinggi.

(36)

Soal-soal HOTS merupakan assesment yang berbasis situasi nyata dalam kehidupan sehari-hari, dimana peserta didik diharapkan dapat menerapkan konsep-konsep pembelajaran di kelas untuk menyelesaikan masalah. Berikut ini diuraikan lima karakteristik assesment kontekstual, yang disingkat REACT.

1) Relating, penilaian yang berkaitan langsung dengan konteks pengalaman kehidupan nyata.

2) Experiencing, penilaian yang ditekankan kepada penggalian, penemuan, dan penciptaan.

3) Applying, penilaian yang menuntut kemampuan peserta didik untuk menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di dalam kelas untuk menyelesaikan masalah nyata.

4) Transfering, penilaian yang menuntut kemampuan peserta didik untuk mentransformasi konsep-konsep pengetahuan dalam kelas ke situasi atau konteks baru.

c. Menggunakan bentuk soal beragam

Bentuk-bentuk soal yang beragam dalam sebuah perangkat tes (soal-soal HOTS), bertujuan agar dapat memberikan informasi yang lebih rinci dan menyeluruh tentang kemampuan peserta didik. 4. Pengembangan Soal berbasis High Order Thinking Skills (HOTS)

(37)

sesuai dengan ranah kognitif Bloom pada level analisis, evaluasi, dan mengaplikasi. Ranah kognitif C-1 mengarah pada kata kerja cognitive level pertama yaitu mengingat, C-2 mengarah pada kata kerja cognitive level kedua yaitu memahami, dan C-3 mengarah pada kata kerja cognitive level ketiga. Dalam Taxonomi Bloom revised, ketiga ranah ini merupakan indikator LOTS (Narayanan & Adithan, 2015; Forehand, 2010; Yahya, dkk., 2012; Clark, 2010). Sedangkan indikator untuk HOTS adalah ranah kognitif C-4 mengarah pada kata kerja cognitive level keempat yaitu menganalisis, ranah kognitif C-5 mengarah pada kata kerja cognitive level ke lima yaitu mengevaluasi, dan ranah kognitig C-6 mengarah pada kata kerja cognitive level ke enam yaitu mengaplikasi (Narayanan & Adithan, 2015; Pappas, dkk., 2012; Yahya, dkk., 2012; Clark, 2010; Brookhart, 2010). Model pengembangan instrumen berbasis HOTS yang digunakan berdasarkan Bloom, menurut Djaali,(2004) dalam buku Pengembangan Instrumen Penelitian Pendidikan, maka terlebih dahulu para guru harus memperhatikan tahapan-tahapan berikut ini:

(38)

b. Analisis kurikulum. Tahapan ini bertujuan untuk menentukan bobot setiap pokok bahasan yang akan dijadikan dasar dalam menentukan jumlah item atau butir soal untuk setiap pokok bahasan soal objektif atau bobot soal untuk bentuk uraian, dalam membuat kisi-kisi tes.

c. Analisis buku pelajaran dan sumber materi belajar lainnya. Analisis ini mempunyai tujuan yang sama dengan analisis kurikulum, yaitu menentukan bobot setiap pokok bahasan. Namun dalam analisis buku pelajaran menentukan bobot setiap pokok bahasan berdasarkan jumlah halaman materi yang termuat dalam buku pelajaran atau sumber materi belajar lainnya.

d. Membuat kisi-kisi. Manfaat kisi-kisi adalah untuk menjamin sampel soal yang baik, dalam arti mencakup semua pokok bahasan secara proporsional. Agar item-item atau butir-butir tes mencakup keseluruhan materi (pokok bahasan atau sub pokok bahasan) secara proporsional, maka sebelum menulis butir-butir tes terlebih dahulu, kita harus membuat kisi-kisi sebagai pedoman.

e. Menulis soal tes. Setelah kisi-kisi dalam bentuk tabel spesifikasi telah tersedia, maka kita akan membuat butir-butir soal. Beberapa petunjuk yang perlu diperhatikan dalam membuat butir-butir soal: 1) Soal yang dibuat harus valid (validitas konstruk) dalam arti

(39)

2) Soal yang dibuat harus dapat dikerjakan dengan menggunakan satu kemampuan spesifik, tanpa dipengaruhi kemampuan lain yang tidak relevan.

3) Soal yang dibuat harus terlebih dahulu dikerjakan atau diselesaikan dengan langkah-langkah lengkap sebelum digunakan pada tes yang sesungguhnya.

4) Menetapkan sejak awal aspek kemampuan yang hendak diukur untuk setiap soal matematika yang dibuat.

5) Dalam membuat soal, hindari sejauh mungkin kesalahan-kesalahan ketik betapapun kecilnya, karena hal itu akan mempengaruhi validitas soal

6) Memberi petunjuk mengerjakan soal secara lengkap dan jelas untuk setiap bentuk soal matematika dalam suatu tes.

f. Menelaah butir-butir soal. Soal-soal yang dibuat masih mungkin terjadi kekurangan atau kekeliruan yang menyangkut aspek kemampuan spesifik yang diukur, bahasa yang digunakan, kesalahan ketik, dan sebagainya. Untuk itu, sebelum diperbanyak maka soal terlebih dahulu harus ditelaah oleh teman sejawat yang memahami materi tes maupun teknik penulisan soal untuk meneliti validitas permukaan dari soal yang di buat.

(40)

peserta yang akan mengerjakan tes tersebut dalam suatu kegiatan uji coba tes.

h. Menguji coba tes. Tes yang sudah diperbanyak itu akan di uji cobakan pada sejumlah sampel yang telah ditentukan. Sampel uji coba harus mempunyai karakteristik yang kurang lebih sama dengan karakteristik peserta tes yang sesungguhnya.

i. Menganalisis empiris kualitas instrumen. Berdasarkan data hasil uji coba, dilakukan analisis, terutama analisis butir soal yang meliputi validitas butir, tingkat kesukaran, dan fungsi pengecoh. Berdasarkan validitas butir soal tersebut di adakan seleksi soal dengan menggunakan kriteria validitas tertentu.

j. Merevisi tes. Soal-soal yang valid berdasarkan kriteria validitas empiris di konfirmasikan dengan kisi-kisi. Apabila soal-soal tersebut sudah memenuhi syarat dan telah mewakili semua materi yang akan diujikan, soal-soal tersebut selanjutnya dirakit menjadi sebuah tes, tetapi apabila soal-soal yang valid belum memenuhi syarat berdasarkan hasil konfirmasi dengan kisi-kisi, dapat dilakukan perbaikan terhadap soal yang diperlukan.

k. Merakit soal menjadi tes. Urutan soal dalam suatu tes dilakukan menurut tingkat kesukaran soal, yaitu dari soal yang mudah sampai soal yang sulit.

(41)

1. Pengertian Penelitian Pengembangan

Menurut Gay (1990: 105), penelitian pengembangan adalah suatu usaha untuk mengembangkan suatu produk yang efektif untuk digunakan disekolah, dan bukan untuk menguji teori.

Borg and Gall (1983: 772) mendefinisikan penelitian pendidikan dan pengembangan (research and development) adalah proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk pendidikan. Langkah-langkah dari proses ini biasanya disebut dengan siklus R & D, yang terdiri dari pengkajian terhadap hasil-hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan validitas komponen-komponen pada produk yang akan dikembangkan, mengembangkannya menjadi suatu produk, pengujian terhadap produk yang di rancang, dan peninjauan ulang serta mengoreksi produk tersebut berdasarkan hasil uji coba. Hal ini sebagai indikasi bahwa produk temuan dari kegiatan pengembangan yang dilakukan mempunyai obyektivitas.

(42)

mengolah data, model, metode, ataupun teknik yang di gunakan dalam dunia pendidikan, dan lain sebagainya.

2. Model-model Pengembangan a. Model Borg and gall

Model penelitian pengembangan menurut Borg and Gall memiliki tahapan sebagai berikut.

1) Pengumpulan data awal

Pada tahapan ini dilakukan pengumpulan data untuk mengidentifikasi masalah dan untuk melihat apakah produk yang akan dikembangkan layak atau tidak. Tahapan ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, dan studi literatur. 2) Perencanaan pengembangan produk

Pada tahapan ini dilakukan spesifikasi produk yang akan dikembangkan meliputi penentuan tujuan penelitian yang hendak dicapai dan penentuan desain penelitian.

3) Pengembangan produk awal

Pada tahapan ini dilakukan pembuatan produk awal berdasarkan rancangan yang telah dibuat.

4) Uji coba lapangan awal

(43)

data dengan menggunakan kuesioner atau observasi yang selanjutnya dilakukan analisis.

5) Revisi hasil uji coba

Langkah ini merupakan perbaikan desain berdasarkan uji coba lapangan awal.

6) Uji lapangan produk utama

Langkah ini merupakan tahapan uji lapangan produk utama dengan tujuan untuk mengetahui kelayakan produk yang dikembangkan. Pengumpulan data dengan menggunakan tes yang selanjutnya dilakukan analisis.

7) Revisi produk

Langkah ini merupakan perbaikan produk berdasarkan uji lapangan produk utama.

8) Uji kelayakan

Langkah ini merupakan tahapan uji lapangan yang dilakukan secara skala besar.

9) Revisi produk final

Langkah ini merupakan perbaikan akhir produk berdasarkan uji kelayakan.

(44)

Pada tahapan ini, dilakukan publikasi hasil pengembangan dalam forum ilmiah. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan dapat digunakan oleh pengguna.

D. Classical Test Theory (CTT)

Analisis butir secara empirik dibagi menjadi dua, yaitu dengan pendekatan teori klasik (Classical Test Theory, CTT) dan teori respon butir (Item Response Theory, IRT). Menurut Allen & Yen dalam (Retnawati, 2016, p. 113) teori tes klasik disebut juga teori skor murni klasik didasarkan pada suatu model aditif, yakni skor amatan adalah jumlah dari skor yang sebenarnya dan skor kesalahan pengukuran. Jika ditulis secara matematis :

𝑋 = 𝑇 + 𝐸

Dengan keterangan : X = Skor amatan

T = Skor yang sebenarnya

E = Skor kesalahan pengukuran (error score)

(45)

Ketiga asumsi tersebut dijadikan dasar untuk mengembangkan formula-formula dalam menentukan reliabilitas dan untuk menentukan kualitas tes khususnya indeks kesukaran dan daya pembeda.

1. Indeks Kesukaran

Indeks kesukaran disebut juga tingkat kesulitan atau kesukaran butir. Indeks kesularan dan daya pembeda pada konteks ini tidak hanya berlaku untuk tes saja, tetapi juga untuk instrumen nontes. Yang perlu diperhatikan hanya penyekorannya saja. Model penyekoran ada dua yaitu secara dikotomi dan politomi. Penyekoran secara dikotomi, misalnya benar-salah, ya-tidak, melakukan-tidak melakukan, dll. Penyekoran dikotomi biasanya yang benar akan diberi skor 1 dan yang salah akan diberi skor 0. Sedangkan penyekoran secara politomi, objek hasil pemikiran dinilai bukan hanya 1-0 saja, namun bervariasi. Penyekorannya bisa menggunakan skala Likert yang berupa skor 4 untuk jawaban sangat setuju, 3 untuk jawaban setuju, 2 untuk jawaban tidak setuju, dan 1 untuk jawaban sangat tidak setuju. Karena ada dua penskoran maka tingkat kesulitan butir dan daya pembeda juga dibagi menjadi dua yaitu tingkat kesulitan butir pada data dikotomi dan pada data politomi.

Persamaan untuk menentukan indeks kesulitan butir pada data dikotomi, yaitu:

𝑝𝑖=∑𝑁𝐵

(46)

𝑝𝑖 : proporsi menjawab benar pada butir soal tertentu (tingkat kesulitan)

∑𝑏 : banyaknya peserta tes yang menjawab benar 𝑁 : jumlah peserta tes yang menjawab

Persamaan untuk indeks kesulitan butir pada data politomi, yaitu: 𝑝𝑖= 𝑚. 𝑁∑𝑋𝑖

Keterangan:

𝑝𝑖 : proporsi menjawab benar pada butir soal tertentu (tingkat kesulitan)

∑𝑋𝑖: banyaknya peserta tes yang menjawab benar 𝑁 : jumlah peserta tes yang menjawab

𝑚 : skor maksimum tiap butir.

Nilai batas tingkat kesukaran soal terletak antara 0 dan 1, karena merupakan perbandingan antara jumlah jawaban benar dengan jumlah soal, dapat dituliskan dalam bentuk matematika 0 < p < 1. Berikut ini disajikan tabel skala tingkat kesukaran butir soal.

Tabel 2.1

Skala Tingkat Kesukaran Butir Soal

Indek Kesukaran (p) Kategori Soal p > 0,70

0,30 < p < 0,70 p < 0,30

Mudah Sedang Sukar 2. Daya Pembeda

(47)

𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠=⌈𝑋1𝑠𝑋− 𝑋⌉ √1 − 𝑝𝑝1 1

Keterangan:

𝑟𝑝𝑏𝑖𝑠 : koefisien korelasi point biserial 𝑋1 : variable kontinu

𝑋1 : rata-rata skor X untuk peserta yang menjawab benar pada butir tersebut

𝑋 : rata-rata skor X

𝑠𝑋 : standar deviasi dari skor X

𝑝1 : proporsi peserta tes yang menjawab benar pada butir tersebut Rentang korelasi skor butir dengan skor peserta, yang baik adalah antara 0,40-0,70, sedangkan yang memiliki < 0,20 termasuk kategori jelek sehingga harus dibuang, dan yang memiliki daya pembeda > 0,70 termasuk kategori sangat baik (Sudijono, 2001). Berikut ini disajikan secara lengkap tabel daya pembeda butir soal.

Tabel 2.2

Interval Daya Pembeda Butir Soal

Interval a Klasifikasi

a < 0,20

0,20 < a < 0,40 0,41 < a < 0,70 0,71 < a < 1,00

Daya pembeda tidak baik Daya pembeda cukup Daya pembeda baik

Daya pembeda sangat baik

E. Jurnal Khusus Perusahaan Dagang

1. Pengertian Jurnal Khusus

(48)

2. Manfaat Jurnal Khusus

a. Memungkinkan pembagian pekerjaan. Setiap jurnal khusus ditangani oleh satu orang sehingga terjadi spesifikasi pekerjaan. Salah satu manfaat dari spesifikasi ini adalah berupa efisiensi dalam administrasu pekerjaan, dengan kata lain pekerjaan ini dapat dilakukan lebih cepat.

b. Memudahkan pemindahbukuan ke buku besar. Pemindah-bukuan (posting) adalah pencatatan angka-angka dalam jurnal ke masing-masing buku besar. Pada jurnal khusus, pemindah-bukuan tidak ada, melainkan hanya terjadi satu proses pemindah-bukuan untuk setiap buku jurnal khusus dalam setiap akhir periode.

c. Memungkinkan pengendalian intern menjadi lebih baik. Setiap jurnal khusus menjadi tanggung jawab satu orang petugas, sehingga lebih memudahkan pelaksanaan pengendalian.

3. Daftar akun yang dipergunakan pada perusahaan dagang

a. Akun pembelian: digunakan untuk menampung saldo transaksi pembelian barang dagangan baik tunai atau kredit.

(49)

c. Potongan pembelian: sebagai tempat pencatatan potongan harga yang di terima dari penjual. Biasanya sehubungan dengan penerapan syarat pembayaran.

d. Beban angkut pembelian: digunakan untuk mencatat biaya pengangkut pembelian barang. Berlaku apabila penyerahan barang dari pihak penjual kepada pembeli dilakukan ditempat penjual, sehingga biaya pengangkutan menjadi tanggungan pihak pembeli. e. Penjualan: mencatat transaksi penjualan barang dagangan baik

tunai atau kredit.

f. Retur penjualan dan pengurangan harga: digunakan untuk mencatat transaksi penerimaan kembali barang yang telah dijual / pengurangan harga yang diberikan kepada pihak pembeli. Misalnya : barang yang dibeli

g. Potongan penjualan: mencatat transaksi-transaksi potongan penjualan.

4. Macam dan bentuk jurnal khusus

Ada beberapa macam jurnal khusus yang senantiasa dipergunakan dalam perusahaan perdagangan. Jurnal khusus tersebut adalah:

a. Jurnal khusus pembelian

(50)

Tabel 2.3

b. Jurnal khusus penjualan

Jurnal khusus penjualan adalah jurnal yang dipergunakan untuk mencatat transaksi penjualan barang dagangan secara kredit. Bentuk jurnal khusus penjualan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.4 Jurnal Penjualan Tgl Keterangan Ref Syarat

pembayaran

Piutang dagang (D)

Penjualan (K)

c. Jurnal khusus penerimaan kas

Jurnal khusus penerimaan kas adalah jurnal yang dipergunakan untuk mencatat semua transaksi yang berkaitan dengan penerimaan kas. Bentuk jurnal khusus penjualan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.5

Jurnal Penerimaan Kas Tgl Keterangan Ref Potongan

(51)

d. Jurnal khusus pengeluaran kas

Jurnal khusus pengeluaran kas adalah jurnal yang dipergunakan untuk mencatat semua transaksi yang berkaitan dengan pengeluaran kas. Bentuk jurnal khusus penjualan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.6

Jurnal Pengeluaran Kas Tgl Keterangan Ref Utang

usaha (D)

Pembelian

(D)

Serba-serbi (D) Potongan

pembelian (K) Kas

(K)

Ref Akun Total

F. Penelitian yang Relevan

Dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan baik maka harus dilakukan telaah terhadap berbagai kajian teori yang relevan, sehingga dapat mendukung penelitian yang dilakukan peneliti. Selain itu, peneliti juga memperoleh wawasan yang lebih luas untuk merancang penelitian serta menghindari terjadinya kesalahan. Adapun penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Rahmania Syukur (2017), dengan judul penelitian “Pengembangan Instrumen Tes Higher Order Thinking Skill (HOTS) Pokok Bahasan

Himpunan dan Aritmatika Sosial Kelas VII MTs Madani Alauddin”.

(52)

terdapat 14 soal layak untuk digunakan dan 1 soal tidak layak untuk digunakan. Hal ini berdasarkan penilaian ahli, dan analisis tingkat kesukaran serta daya pembeda.

2. Ahmad Wahid, dkk (2015), dengan judul penelitian “Penyusunan Instrumen Tes Higher Order Thinking Skill Pada Siswa SMA Kelas XI

Materi Sistem Reproduksi”. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa karakteristik instrumen tes Higher Order Thinking Skill mencakup dimensi pengetahuan dan dimensi proses kognitif yang di rujuk dari taksonomi Bloom. Dimensi pengetahuan terdiri atas pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognisi. Dimensi proses kognitif terdiri atas kemampuan siswa menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.

G. Kerangka Berpikir

(53)

pengetahuan serta keterampilan dalam konteks baru. Sedangkan peserta didik yang memiliki kemampuan berpikir tingkat rendah hanya mampu dalam menghafalkan dan memahami pengetahuan.

Sudah banyak sekolah-sekolah menengah kejuruan yang menerapkan pembelajaran yang berbasis HOTS. Namun ketika melakukan penilaian, masih banyak guru yang menggunakan instrumen penilaian yang mengarah pada Lower Order Thinking Skill (LOTS) dan juga kurangnya soal-soal tes yang didesain khusus untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi sehingga wajar saja kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik rendah. Seharusnya ketika sudah menerapkan pembelajaran yang berbasis HOTS, maka pada saat melakukan penilaian juga harus berbasis HOTS.

(54)

Bagan 2.1 alur kerangka berpikir Masalah:

- Instrumen penilaian yang digunakan masih mengarah padaLOTS

- Kurang tersedianya soal-soal yang didesain khusus untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik

Upaya yang dilakukan:

Melakukan pengembangan instrumen penilaian berbasis higher order thinking skill untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi peserta didik

Hasil yang diharapkan:

(55)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Model Penelitian

Penelitian pengembangan produk berupa instrumen tes berbasis HOTS untuk mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi para peserta didik. Menurut Borg & Gall (1983) penelitian pengembangan dibidang kependidikan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk-produk kependidikan. Produk yang dimaksud dalam penelitian pengembangan menurut Borg & Gall bisa berupa instrumen penilaian, buku ajar, modul pembelajaran, film pembelajaran, media pembelajaran, kurikulum, silabus, RPP, dan prosedur pemberian asesmen yang efektif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Produk yang dihasilkan bisa berupa produk yang sama sekali baru, gabungan produk yang ada untuk dijadikan produk baru, atau penyempurnaan produk yang sudah ada.

B. Langkah-Langkah Penelitian

(56)

Bagan 3.1 Alur pengembangan Instrumen tes 1. Pengumpulan data awal

Peneliti melakukan pengumpulan data awal dengan melakukan kajian pustaka dan wawancara kepada guru mata pelajaran Akuntansi kelas XI untuk mengetahui apakah produk yang dikembangkan merupakan hal yang penting untuk dikembangkan.

2. Perencanaan Pengembangan Produk

Perencanaan pengembangan produk dalam penelitian ini meliputi spesifikasi tes yang mencakup :

a. Menentukan wilayah penelitian

Wilayah yang akan digunakan untuk penelitian adalah sekolah menengah kejuruan (SMK) kelas XI jurusan Akuntansi SMK 7 Yogyakarta.

b. Subjek yang akan di tes

Peserta didik kelas XI Akuntansi SMK 7 Yogyakarta. Pengumpulan

data awal

Perencanaan

Pengembangan produk awal

Uji coba lapangan awal

Revisi Uji lapangan

produk utama Revisi

(57)

c. Materi tes

Materi tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal khusus perusahaan dagang.

d. Tipe soal yang digunakan

Tipe soal yang akan digunakan dalam pengembangan tes adalah tes objektif tipe pilihan ganda

e. Jumlah Soal untuk keseluruhan tes

Jumlah soal yang digunakan dalam keseluruhan tes yaitu 40 butir soal, dengan 5 pilihan jawaban.

3. Pengembangan Produk Awal a. Pembuatan RPP

Langkah awal dalam pengembangan produk yaitu dengan melakukan penyusunan RPP berdasarkan silabus.

b. Pembuatan kisi-kisi soal

Setelah melakukan pembuatan RPP, maka selanjutnya melakukan pembuatan kisi-kisi soal.

c. Penulisan Soal

Setelah melakukan pembuatan kisi-kisi, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penulisan soal.

d. Penelaahan Soal

(58)

bidang materi, (b) ahli dalam bidang bahasa, (c) guru mata pelajaran yang mengampu mata pelajaran.

e. Revisi Produk

Setelah produk yang dikembangkan ditelaah maka selanjutnya akan dilakukan perbaikan produk sesuai dengan komentar dan saran dari para ahli yang melakukan penilaian pada tahap sebelumnya.

f. Perakitan soal

Setelah dilakukan perbaikan, maka langkah selanjutnya adalah melakukan perakitan soal.

4. Uji coba lapangan

Setelah kumpulan soal disusun dengan baik, maka tahap selanjutnya adalah melakukan uji kelayakan soal di lapangan.

5. Analisis butir soal

Untuk mendapatkan instrumen berkualitas tinggi, selain dilakukan analisis secara teori, perlu juga dilakukan analisis butir secara empirik. Dalam penelitian ini, peneliti dalam melakukan analisis butir secara empirik menggunakan teori tes klasik. Beberapa aspek yang digunakan sebagai penentu kualitas instrumen yaitu:

a. Reliabilitas

Suatu instrumen tes dikatakan reliable apabila selalu memberikan hasil yang sama jika diteskan pada kelompok yang sama pada waktu atau kesempatan yang berbeda.

(59)

Analisis terhadap tingkat kesukaran butir soal dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan apakah butir soal yang dibuat tergolong soal yang baik atau tidak. Butir soal yang baik dan dapat diterima adalah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori sedang. Untuk butir soal yang dianggap tidak baik dan perlu direvisi adalah butir soal yang memiliki tingkat kesukaran dengan kategori mudah dan sulit. Berikut ini disajikan tabel skala tingkat kesukaran butir soal.

Tabel 3.1

Skala Tingkat Kesukaran Butir Soal

Indek Kesukaran (p) Kategori Soal p > 0,70

0,30 < p < 0,70 p < 0,30

Mudah Sedang Sukar c. Daya pembeda

Daya pembeda butir soal merupakan kemampuan suatu soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah berdasarkan kriteria tertentu. Berikut ini disajikan secara lengkap tabel daya pembeda butir soal.

Tabel 3.2

Interval Daya Pembeda Butir Soal

Interval a Klasifikasi

a < 0,20

0,20 < a < 0,40 0,41 < a < 0,70 0,71 < a < 1,00

Daya pembeda tidak baik Daya pembeda cukup Daya pembeda baik

(60)

Setelah analisis soal dilakukan, maka tahapan berikutnya adalah melakukan publikasi hasil pengembangan dalam forum ilmiah atau melalui publikasi ilmiah dijurnal ilmiah. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan dapat digunakan dalam keadaan yang sesungguhnya.

C. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data yaitu nontes dan tes.

1. Teknik Nontes

Teknik nontes digunakan untuk memperoleh data kuanlitatif dengan menelaah instrumen penilaian oleh ahli dalam bentuk angket. Angket dalam penelitian ini berupa angket lembar validasi ahli. Data yang akan diolah adalah data berupa komentar, saran, dan perbaikan produk dari validasi ahli. Selain angket, teknik nontes dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan data yang sifatnya tidak dapat diukur oleh instrumen penelitian, tetapi sebenarnya bisa ditafsirkan dengan adanya bukti fisik di lapangan.

2. Teknik Tes

(61)

untuk mengolah data kuantitatif. Tes yang digunakan adalah tes objektif tipe pilihan ganda dengan lima alternatif jawaban.

D. Teknik Analisis Data

1. Validitas Instrumen Tes HOTS

Menurut Arikunto (1998: 160) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dapat dikatakan valid apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

2. Uji Reliabilitas Tes HOTS

Reliabilitas adalah tingkat atau derajat konsistensi dari suatu instrumen. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur.

3. Tingkat Kesukaran Instrumen Tes HOTS

Tingkat kesukaran butir soal merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kualitas butir soal tersebut apakah sukar, sedang atau mudah. Butir-butir soal tes dapat dikatakan baik apabila butir soal tersebut tergolong dalam kategori sedang.

(62)
(63)

45 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian dan Pengembangan

Secara konseptual di dalam metode Research & Development menurut Borg & Gall (1983) meliputi sepuluh tahapan, yaitu: (1) tahap pengumpulan data awal, (2) tahap perencanaan, (3) tahap pengembangan produk awal, (4) tahap uji coba lapangan awal, (5) tahap melakukan revisi produk, (6) tahap melakukan uji lapangan produk utama, (7) tahap melakukan revisi produk, (8) tahapan uji kelayakan, (9) penyempurnaan produk akhir, (10) implementasi. Terkait dengan kebutuhan dalam penelitian dan kondisi lapangan, maka dilakukan adaptasi menjadi 8 tahapan, yaitu: (1) pengumpulan data awal, (2) tahapan perencanaan, (3) tahapan pengembangan produk awal, (4) tahapan uji coba lapangan awal, (5) tahapan revisi, (6) tahapan uji lapangan produk utama, (7) tahapan revisi, (8) implementasi.

1. Pengumpulan Data Awal

(64)

dalam mata pelajaran Akuntansi sebagai referensi guru dalam pembuatan soal tes menjadi salah satu hambatan yang ada. Selain itu, peneliti juga melakukan kajian pustaka guna mendapatkan informasi awal untuk melakukan pengembangan. Hasil studi internasional Programme for International Student Assessment (PISA) menunjukkan

prestasi literasi membaca, literasi matematika, dan literasi saint yang dicapai peserta didik Indonesia masih sangat rendah. Peserta didik Indonesia kebanyakan jatuh pada saat mengerjakan soal yang bersifat HOTS, hal ini dikarenakan para peserta didik di Indonesia hanya

terbiasa mengerjakan soal-soal yang memerlukan kemampuan menghafal saja. Selain itu, peneliti juga menemukan fakta dilapangan, soal-soal yang di buat masih mengarah pada indikator Lower Order Thinking Skill (LOTS), padahal pembelajaran yang diterapkan di kelas

sudah mengarah pada HOTS. Berdasarkan analisis pada pengumpulan data awal ini, peneliti sampai kepada kesimpulan bahwa perlu dilakukan penelitian pengembangan.

2. Tahapan Perencanaan

Setelah dilakukan pengumpulan data awal, maka selanjutnya dilakukan perencanaan pengembangan produk. Perencanaan dilakukan untuk melakukan spesifikasi produk. Spesifikasi produk meliputi:

(65)

b. Menentukan subjek penelitian. Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI SMK 7 Yogyakarta.

c. Menentukan materi tes. Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah jurnal khusus perusahaan dagang.

d. Menentukan tipe soal yang digunakan. Tipe soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif tipe pilihan ganda

e. Menentukan jumlah soal tes

Soal yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 40 butir dengan 5 pilihan jawaban.

3. Tahapan Pengembangan Produk Awal

Setelah dilakukan perencanaan, maka selanjutnya dilakukan pengembangan produk awal. Pengembangan produk awal meliputi pembuatan RPP, kisi-kisi soal, penulisan soal, penelaahan soal, dan perakitan soal. Untuk validasi soal, peneliti menggunakan tiga orang ahli.

a. Pembuatan RPP

Langkah awal dalam pengembangan produk yaitu dengan melakukan penyusunan RPP berdasarkan silabus.

b. Pembuatan kisi-kisi soal

(66)

c. Penulisan soal

Berdasarkan kisi-kisi yang telah disusun di atas, langkah selanjutnya adalah melakukan penulisan soal.

d. Penelaahan soal

Setelah penulisan soal selesai maka langkah selanjutnya adalah melakukan pengujian kualitas produk yang dikembangkan. Untuk tahapan ini peneliti menggunakan tiga ahli dalam melakukan penilaian produk yang dikembangkan. Ketiga ahli tersebut yaitu Y.M.V. Mudayen, S.Pd., M.Sc, Dr. Y. Karmin, M.Pd, dan Arif Firdaus, S.Pd. Setelah produk yang dikembangkan ditelaah maka selanjutnya akan dilakukan perbaikan produk sesuai dengan komentar dan saran dari para ahli yang melakukan penilaian pada tahap sebelumnya.

1) Validasi Instrumen Tes HOTS

(67)

konversi data kuantitatif dengan skala lima seperti yang ada berikut ini.

Tabel 4.1 Konversi Nilai Skala Lima Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP)

Kategori Interval Skor

Sangat Baik X > Xi + 1,80Sdi Baik Xi+0,60Sdi< X ≤ Xi + 1,80Sdi Cukup Baik Xi – 0,60Sdi < X ≤ Xi + 0,60Sdi Kurang Baik Xi – 0,60Sdi < X ≤ Xi - 0,60Sdi Sangat Kurang Baik X ≤ Xi – 1,80SDi

Keterangan:

Xi : Rerata ideal = 1⁄2 (skor maksimal ideal + skor minimal ideal)

Sdi : Simpangan baku ideal = 1⁄6 (skor maksimal ideal – skor

minimal ideal)

Berdasarkan rumus konversi data di atas, maka setelah didapatkan data-data kuantitatif, untuk mengubahnya ke dalam data kualitatif pada pengembangan ini diterapkan konversi sebagai berikut:

Skor maksimal = 5 Skor minimal = 1 Xi ½ (5+1) = 3 Sdi (1⁄6 (5-1)) = 0,67 Kriteria

Sangat Baik = X > 3 + (1,8 x 0,67) = X > 3 + 1,21

(68)

Baik = 3 + (0,6 x 0,67) < X ≤ 4,21 Cukup Baik = 3 – 0,40 < X ≤ 3

= 2,60 < X ≤ 3,40

Kurang Baik = 3 – (1,8 x 0,67) < X ≤ 2,60 = 3 – 1,23 < X ≤ 2,60

= 1,79 < X ≤ 2,60 Sangat Kurang Baik = X ≤ 1,79

Berdasarkan perhitungan di atas, maka konversi data kuantitatif ke data skala lima tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut ini.

Tabel 4.2 Hasil Konversi Data Kuantitatif ke Data Skala Lima

Interval Skor Kriteria

X > 4,21 Sangat Baik

3,40 < X ≤ 4,21 Baik

2,60 < X ≤ 3,40 Cukup Baik 1,79 < X ≤ 2,60 Kurang Baik

X ≤ 1,79 Sangat Kurang Baik Sumber: Data Primer, Diolah 2018

Tabel 4.2 di atas selanjutnya akan digunakan sebagai pedoman dalam konversi skor pada semua aspek ke dalam penilaian dengan skala lima.

2) Hasil Penilaian Pertama Produk Pengembangan

(69)

peneliti memilih beliau sebagai validator, mengingat kompetensi dan pengalaman beliau dalam bidang akuntansi.

Data dari hasil validasi tahap I diperoleh dengan cara memberikan kuesioner yang berisikan aspek materi dan aspek evaluasi pembelajaran. Selanjutnya validator melakukan penilaian dengan mengisi kuesioner. Selain itu, validator memberikan beberapa komentar dan saran untuk memperbaiki produk yang dikembangkan.

Data hasil validasi diperoleh pada tanggal 8 Maret 2018. Hasil penilaian produk instrumen tes yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.3 Aspek Materi

Penilaian Validator Pertama Tahap I

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria

1 2 3 4 5 1 Kesesuaian materi soal tes dengan

Kompetensi Dasar (KD) HOTS

2 Kesesuaian materi soal tes dengan indikator pencapaian KD HOTS

3 Kesesuaian materi soal tes dengan

tujuan pembelajaran 

4 Kesesuaian materi soal tes dengan konsep materi ditinjau dari aspek keilmuan

Jumlah 1 1 2

Total Penilaian Aspek Materi 13

Rerata Skor Penilaian 3,25 Baik

Tabel 4.4

(70)

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria 1 2 3 4 5

1 Kesesuaian soal tes dengan KD HOTS

2 Tingkat kesulitan dan keabstrakan konsep dengan perkembangan kognitif peserta didik SMK kelas XI

3 Soal tes mengukur dimensi pengetahuan faktual dan konseptual

4 Indikator instrumen tes berbasis HOTS yang dikembangkan berdasarkan indikator menurut Krathworl (2001) dengan menggunakan kata kerja operasional untuk mengukur dimensi pengetahuan

5 Soal tes tidak mengandung penafsiran ganda

6 Soal yang disajikan sesuai dengan dimensi proses kognisi untuk berpikir tingkat tinggi yaitu Analisis (C4), Penilaian (C5), dan Penciptaan (C6)

Jumlah 3 1 2

Total Penilaian Aspek Evaluasi Pembelajaran

17

Rerata Skor Penilaian 2,83 Cukup baik

Sumber: Data Primer, Diolah 2018

(71)

ditambahkan kolom informasi yang menunjukkan level keterampilan berpikir HOTS.

Berikut ini data hasil penilaian tahap II setelah dilakukan beberapa perbaikan.

Tabel 4.5 Aspek Materi

Penilaian Tahap II Produk Pengembangan

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria

1 2 3 4 5 1 Kesesuaian materi soal tes dengan

Kompetensi Dasar (KD) HOTS

2 Kesesuaian materi soal tes dengan indikator pencapaian KD HOTS

3 Kesesuaian materi soal tes dengan

tujuan pembelajaran 

4 Kesesuaian materi soal tes dengan konsep materi ditinjau dari aspek keilmuan

Jumlah 1 3

Total Penilaian Aspek Materi 15

Rerata Skor Penilaian 3,75 Baik

Tabel 4.6

Aspek Evaluasi Pembelajaran Penilaian Tahap II Produk Pengembangan

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria 1 2 3 4 5

1 Kesesuaian soal tes dengan KD HOTS

2 Tingkat kesulitan dan keabstrakan konsep dengan perkembangan kognitif peserta didik SMK kelas XI

3 Soal tes mengukur dimensi pengetahuan faktual dan konseptual

4 Indikator instrumen tes berbasis HOTS yang dikembangkan berdasarkan indikator menurut Krathworl (2001) dengan menggunakan kata kerja operasional untuk mengukur dimensi pengetahuan

(72)

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria 1 2 3 4 5

5 Soal tes tidak mengandung penafsiran ganda

6 Soal yang disajikan sesuai dengan dimensi proses kognisi untuk berpikir tingkat tinggi yaitu Analisis (C4), Penilaian (C5), dan Penciptaan (C6)

Jumlah 1 5

Total Penilaian Aspek Evaluasi Pembelajaran

23

Rerata Skor Penilaian 3,83 Baik

Sumber: Data Primer, Diolah 2018

3) Hasil Penilaian Kedua Produk Pengembangan

Ahli kedua yang menjadi validator dalam produk penelitian pengembangan instrumen penilaian ini adalah Dr. Y. Karmin, M.Pd. Beliau merupakan dosen Fakultas Ilmu Pendidikan Bahasa, Universitas Sanata Dharma. Dengan alasan itulah, peneliti memilih beliau sebagai validator, mengingat kompetensi dan pengalaman beliau dalam bidang bahasa.

Data dari ahli kedua diperoleh dengan cara memberikan kuesioner yang berisikan aspek bahasa. Selanjutnya validator melakukan penilaian dengan mengisi kuesioner. Selain itu, validator memberikan beberapa komentar dan saran untuk memperbaiki produk yang dikembangkan.

(73)

Tabel 4.7 Aspek Bahasa

Penilaian Validator Kedua Tahap I

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria

1 2 3 4 5 1 Soal tes sesuai dengan EYD 

2 Soal tes tidak berbelit-belit  3 Soal tes menggunakan kosakata baku 

4 Soal tes menggunakan bahasa umum  5 Soal tes memiliki batasan pertanyaan

dan jawaban yang jelas

6 Soal tes menggunakan bahasa yang komunikatif, sederhana, dan mudah dipahami

Jumlah 2 3 1

Total Penilaian Aspek Bahasa 17

Rerata Skor Penilaian 2,83 Cukup baik

Sumber: Data Primer, Diolah 2018

Berdasarkan penilaian tahap I, perolehan skor yang didapatkan menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan tergolong cukup baik dengan perolehan rerata skor 2,83. Namun instrumen tes yang dikembangkan tersebut masih memerlukan beberapa perbaikan pada indikator kesesuaian dengan EYD, dimana masih terdapat kesalahan dalam penggunaan kata berimbuhan dan penggunaan kalimat masih belum baku. Berikut ini data hasil penilaian setelah dilakukan perbaikan.

Tabel 4.8 Aspek Bahasa

Penilaian Validator Kedua Tahap II

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria

1 2 3 4 5 1 Soal tes sesuai dengan EYD  2 Soal tes tidak berbelit-belit  3 Soal tes menggunakan kosakata baku  4 Soal tes menggunakan bahasa umum  5 Soal tes memiliki batasan pertanyaan

dan jawaban yang jelas

(74)

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria 1 2 3 4 5

6 Soal tes menggunakan bahasa yang komunikatif, sederhana, dan mudah dipahami

Jumlah 1 5

Total Penilaian Aspek Bahasa 23

Rerata Skor Penilaian 3,83 Baik

Sumber: Data Primer, Diolah 2018

4) Hasil Penilaian Ketiga Produk Pengembangan

Ahli ketiga yang menjadi validator dalam produk penelitian pengembangan instrumen penilaian ini adalah Arif Firdaus, S.Pd. Beliau merupakan guru mata pelajaran akuntansi SMK Emanuel Pontianak. Dengan alasan itulah, peneliti memilih beliau sebagai validator, mengingat kompetensi dan pengalaman beliau dalam mengajar mata pelajaran akuntansi khusus di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).

Data dari ahli ketiga diperoleh dengan cara memberikan kuesioner yang berisikan aspek materi, aspek evaluasi pembelajaran, dan aspek bahasa. Selanjutnya validator melakukan penilaian dengan mengisi kuesioner. Selain itu, validator memberikan beberapa komentar dan saran untuk memperbaiki produk yang dikembangkan.

Data hasil validasi diperoleh pada tanggal 29 April 2018. Hasil penilaian produk instrumen tes yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

(75)

Penilaian Validator Ketiga Tahap I

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria

1 2 3 4 5 1 Kesesuaian materi soal tes dengan

Kompetensi Dasar (KD) HOTS

2 Kesesuaian materi soal tes dengan indikator pencapaian KD HOTS

3 Kesesuaian materi soal tes dengan

tujuan pembelajaran 

4 Kesesuaian materi soal tes dengan konsep materi ditinjau dari aspek keilmuan

Jumlah 2 1 1

Total Penilaian Aspek Materi 11

Rerata Skor Penilaian 2,75 Cukup baik

Tabel 4.10

Skor Aspek Evaluasi Pembelajaran Penilaian Validator Ketiga Tahap I

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria 1 2 3 4 5

1 Kesesuaian soal tes dengan KD HOTS

2 Tingkat kesulitan dan keabstrakan konsep dengan perkembangan kognitif peserta didik SMK kelas XI

3 Soal tes mengukur dimensi pengetahuan faktual dan konseptual

4 Indikator instrumen tes berbasis HOTS yang dikembangkan berdasarkan indikator menurut Krathworl (2001) dengan menggunakan kata kerja operasional untuk mengukur dimensi pengetahuan

5 Soal tes tidak mengandung penafsiran ganda

6 Soal yang disajikan sesuai dengan dimensi proses kognisi untuk berpikir tingkat tinggi yaitu Analisis (C4), Penilaian (C5), dan Penciptaan (C6)

(76)

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria 1 2 3 4 5

Total Penilaian Aspek Evaluasi Pembelajaran

18

Rerata Skor Penilaian 3 Cukup baik

Tabel 4.11 Skor Aspek Bahasa

Penilaian Validator Ketiga Tahap I

No. Indikator Skala Penilaian Kriteria

1 2 3 4 5 1 Soal tes sesuai dengan EYD 

2 Soal tes tidak berbelit-belit  3 Soal tes memiliki batasan pertanyaan

dan jawaban yang jelas

4 Soal tes menggunakan bahasa umum 

Jumlah 1 2 1

Total Penilaian Aspek Bahasa 12

Rerata Skor Penilaian 3 Cukup baik

Sumber: Data Primer, Diolah 2018

Berdasarkan penilaian tahap I, perolehan skor yang didapatkan menunjukkan bahwa produk yang dikembangkan tergolong cukup baik dengan perolehan rerata skor keseluruhan aspek sebesar 2,92, namun produk tersebut memerlukan beberapa perbaikan pada aspek materi, beberapa soal masih kurang sesuai dengan tujuan pembelajaran, stimulus yang digunakan masih kurang menarik. Pada aspek bahasa banyak terdapat kesalahan dalam penggunaan kata depan dan kata berimbuhan. Berikut ini data hasil penilaian tahap II setelah dilakukan perbaikan.

Tabel 4.12 Skor Aspek Materi

Gambar

Gambar 3.1 Alur Pengembangan Instrumen Tes ..........................................38
Tabel 2.1 Skala Tingkat Kesukaran Butir Soal
Tabel 2.2 Interval Daya Pembeda Butir Soal
Tabel 2.5 Jurnal Penerimaan Kas
+7

Referensi

Dokumen terkait

hal ini Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Sulawesi Selatan perlu melakukan langkah konkrit untuk meningkatkan kompetensi kapasitas aparatur melalui

Hasil pengujian menunjukkan bahwa mobile device memiliki kemampuan untuk melakukan proses digital image wateramarking pada sebuah citra yang diambil dari fitur kameranya

Berbagai kegiatan yang dilakukan menjadi bagian untuk untuk membangun kultur sekolah yang egaliter, dengan guru dan siswa yang memiliki posisi yang sama sesuai

Faktor lain yang dapat mempengaruhi nyeri adalah keluarga. dan teman

Dengan diawali Bismillah, penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah yang tiada hentinya sehingga penulis dapat

Dari kajian ini, diperoleh hasil bahwa strategi utama yang perlu diterapkan adalah meningkatkan pendekatan kepada masyarakat untuk berpartisipasi dalam program

Tanah memiliki warna yang bermacam – macam, dan dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu : kadar bahan organik di dalam tanah, kadar mineral di dalam tanah dan lengas

Divre 3 masih terdapat keluhan yang muncul dari kualitas layana wifi.id pada wifi.id corner yang ada. Penelitian ini mengambil dimensi information quality &amp;