a. Validitas Tes Secara Rasional atau Internal
G. Pembagian Instrumen Penelitian
2. Instrumen Nontes
Teknis nontes merupakan suatu instrumen penilaian yang umumnya dipakai untuk memperoleh data tertentu mengenai keadaan seseorang dengan tidak memakai tes. Artinya bahwa respons yang diberikan oleh seseorang bukan berupa jawaban benar atau salah sebagaimana yang ada di dalam jawaban tes.
Melalui teknik nontes maka pengumpulan data penelitian dilakukan dengan tidak “menguji” pemberi data, responden atau informan, tetapi dilakukan melalui cara tertentu. Teknik pengumpulan data ini meliputi instrumen sebagai berikut.
a. Angket atau kuesioner
Angket merupakan alat pengumpulan data yang berisi pertanyaan atau pernyataan tertulis untuk dijawab secara tertulis juga oleh responden (Zuriah, 2002: 182). Maksud pemberian angket adalah untuk mencari data secara lengkap tentang suatu permasalahan, dan responden tidak merasa khawatir jika ia menjawab yang tidak sesuai kenyataan ketika mengisi daftar pernyataan atau pertanyaan. Selain itu, responden mengetahui informasi-informasi yang diminta peneliti (Riduwan, 2013: 99-102). Salah satu kegunaan angket untuk mendapatkan data tentang kemampuan guru dalam mengajar di kelas atau motivasi siswa dalam belajar, dan lain-lain. Ini bisa dilakukan dengan menyebarkan angket ke sejumlah siswa.
1) Pembagian angket
Oleh masyarakat luas, angket acap kali juga dinamakan juga dengan
kuesioner. Jenisnya dapat dibagi ke dalam lima jenis, yakni:
a) Angket tertutup
Angket tertutup adalah angket yang di dalamnya memuat pilihan
jawaban yang sudah ditetapkan oleh pembuat angket. Jawaban ini
dapat berupa jawaban ya atau tidak, atau pilihan ganda (multiple
choice) sehingga responden tidak memiliki kesempatan untuk merespons dengan jawaban sendiri, seperti Sangat Setuju (SS) berbobot 5, Setuju (S) berbobot 4, Netral (N) berbobot 3, Kurang Setuju (KS) berbobot 2, Tidak Setuju (KS) berbobot 1. Option angket ini dikenal sebagai option skala Likert. Untuk lebih jelas bisa dilihat pada angket berikut.
Tabel 6.13 Angket motivasi belajar
NO PERNYATAAN
SKOR
SS S N KS TS
1. Saya rajin pergi ke sekolah khususnya karena mata pelajaran yang saya senangi.
2. Saya kurang yakin dengan kemampuan saya untuk memahami apa diterangkan oleh guru.
3. Saya suka mencari informasi yang berkaitan dengan pelajaran sebab dapat meningkatkan pengetahuan saya.
4. Saya merasa tidak bisa menyelesaikan semua tugas mata pelajaran yang saya dapatkan.
5. Saya senang berkunjung ke perpustakaan sekolah guna memperluas pengetahuan dengan membaca buku.
6. Saya kurang memiliki perhatian pada mata pelajaran yang saya tidak sukai.
7. Saya hadir dengan tepat waktu pada mata pelajaran yang saya rasa mudah.
8. Saya enggan bertanya kepada guru jika ada materi yang tidak saya pahami.
9. Jika menemukan kesulitan dalam belajar, saya berupaya mencari alternatif pemecahannya.
10. Saya lebih senang pergi ke kantin sekolah daripada pergi ke perpustakaan.
11. Saya beranggapan bahwa hasil belajar saya merupakan hasil kemampuan saya sendiri.
12. Saya berusaha menghindari materi yang dirasa sukar.
13. Saya sudah menjadwal aktivitas di rumah sehingga saya tahu waktu belajar.
14. Saya berputus asa jika mendapati kesulitan dalam memahami mata pelajaran.
15. Saya mengisi banyak waktu untuk mengikuti ekstrakurikuler yang berhubungan dengan pelajaran di sekolah.
16. Sebagian besar waktu saya isi untuk nonton TV dan bermain. 17. Saat ada pelajaran yang saya kurang pahami, saya bertanya kepada
18. Saya mengisi sebagian besar waktu belajar untuk bergosip dengan teman.
19. Saya menghabiskan waktu luang dengan mengulangi pelajaran sekolah.
20. Saya tidak dapat menghadapi pelajaran yang sukar.
21. Saya mengikuti jadwal pelajaran yang saya buat dengan senang hati. 22. Saya lebih senang menonton TV dibanding dengan belajar. 23. Saya sudah merencanakan aktivitas belajar setiap hari.
24. Saya merasa tidak bisa menyelesaikan semua tugas mata pelajaran yang diberikan.
25. Saya yakin dapat memahami semua pelajaran yang dijelaskan oleh guru.
26. Saya tidak mempunyai jadwal belajar di rumah.
27. Saya yakin dapat mengerjakan semua tugas yang diberikan oleh guru.
28. Walaupun saya sudah merencanakan untuk belajar sesuai jadwal, tetapi saya tetap malas untuk belajar.
29. Walaupun saya mengetahui risiko kegagalan, saya harus tetap memperjuangkan cita-cita saya.
30. Apabila saya diingatkan oleh guru saya tidak menghiraukannya. 31. Walaupun saya tahu tidak akan mencapai prestasi yang baik, saya
akan tetap berupaya dan belajar.
32. Jika saya tidak bisa menyelesaikan tugas dari guru, saya akan mengabaikan tugas itu dan beralih mengerjakan kegiatan yang lain. 33. Jika ada tugas dari guru, saya tidak akan menunda mengerjakannya.
34 Apabila saya tidak paham mengenai apa yang dijelaskan oleh guru di depan, saya akan bertanya.
35. Bila seseorang menghambat kegiatan belajar saya, maka saya akan mencari solusi untuk menyelesaikannya.
36. Jika teman mengkritik saya, saya akan putus asa. 37. Jika saya mendapat tugas dari guru, saya tidak akan
38. Apabila ada tugas yang tidak saya tahu jawabannya, saya mengesampingkan tugas itu dan memilih bermain.
39 Jika saya tidak bisa menyelesaikan tugas mata pelajaran pada kesempatan awal, saya akan mengerjakan tugas tersebut sampai berhasil.
40. Apabila menghadapi Pekerjaan Rumah yang sukar, maka saya memilih untuk melihat pekerjaan teman.
41. Saat saya salah dan dikritik oleh guru, saya sangat suka sebab itu menambah pengetahuan saya.
42 Saya merasa sangat malu apabila memperoleh nilai jelek. 43. Apabila saya memperoleh nilai jelek, saya percaya akan dapat
memperbaikinya.
44. Saya khawatir mencoba sesuatu sebab pikiran saya dihantui oleh kegagalan.
Sumber: Dokumen penulis
Angket tidak dibuat asal-asalan tetapi berangkat dari landasan
teori yang telah diajukan. Pada praktiknya peneliti bisa saja menggunakan angket orang lain (penelitian terdahulu) yang telah divalidasi. Angket dibuat berdasarkan landasan teori yang telah dibuat sebelumnya dan telah dirangkum dalam sebuah tabel yang biasa disebut dengan kisi-kisi angket. Contoh angket di atas adalah dilandaskan pada suatu teori yang dijabarkan dalam kisi-kisi berikut
Tabel 6.14 Kisi-kisi angket tertutup motivasi belajar
Variabel Aspek Indikator
Item Jm
h
Positif Negatif Motivasi Belajar 1. Pilihan Tertarik pada mata
pelajaran tertentu.
1,7 12,10 4 Rajin mencari informasi
tentang pelajaran tertentu. 5,3 4,6 4 1. Keyakinan untuk sukses Gambar keberhasilan. 27,25 8,2 4 Membuat rencana. 13,25 26,22 4 Kemandirian bertindak. 17,21 24,28 4 Menyediakan waktu. 19,15 16,10 4 Berusaha memperkirakan hasil berbagai strategi. 11,9 40,20 4 1. Keuletan dalam berusaha Kemampuan membuang strategi yang tidak menjanjikan.
23,31 42,38 4
Kemampuan bangkit dari kegagalan.
43,41 32,30 4 Gigih terus berusaha
kalau usaha pertama gagal.
37,39 34,36 4
Jumlah 22 22 44
Sumber: Dokumen penulis
b) Angket terbuka
Angket terbuka adalah angket yang cara menjawabnya tidak
memakai pilihan ganda ataupun ya atau tidak sehingga responden atau informan dapat leluasa mengisi pernyataan dalam angket itu dengan pendapat dan jawaban mereka sendiri dengan tidak dibatasi oleh alternatif jawaban lain dari angket yang dimaksud. 1. Bagaimana pendapat Anda tentang kedisiplinan guru dalam
2. Bagaimana pendapat Anda tentang kompetensi guru yang senantiasa mengajar di kelas Anda?
3. Apa harapan Anda untuk guru agar pembelajaran di kelas bisa menyenangkan?
4. Mengapa guru mengajar harus sesuai dengan latar belakang pendidikannya?
c) Perpaduan antara angket tertutup dan angket terbuka
Jenis angket ini perpaduan antara angket tertutup dan terbuka.
Artinya dalam angket ini ada pernyataan-pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan yang telah disediakan alternatif jawabannya, tetapi ada juga pilihan alternatif responden atau informan untuk menyusun jawabannya sendiri dengan berpendapat jika di dalam pilihan jawaban tersebut tidak ada jawaban seperti yang diharapkan responden. Contoh:
Apakah Anda pernah mengetahui mengenai prinsip manajemen
keuangan sekolah?
1. Pernah 2. Tidak pernah
(jika pernah) prinsip transparansi manajemen keuangan yang mana
yang menurut Anda paling penting?
d) Angket langsung
Angket langsung adalah angket yang memuat daftar pernyataan
atau pertanyaan yang berkaitan dengan responden atau informan (jawaban tentang diri responden, contoh latar belakang pendidikan, pekerjaan, penghasilan perbulan, dan lain-lain).
e) Angket tidak langsung
Angket tidak langsung adalah angket yang memuat daftar pernyataan
atau pertanyaan mengenai orang lain dan dijawab oleh responden yang tahu tentang keadaan orang tersebut.
Dari pembagian angket di atas, sebaiknya sebelum daftar pertanyaan
atau pernyataan hendaknya peneliti menuliskan petunjuk pengisian untuk menghindari kesalahan jawaban responden.
2) Teknik Penyusunan Angket
Penyusunan instrumen pengumpulan data melalui angket memiliki
akan mengakibatkan kebingungan responden. Oleh karena itu, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan dalam perumusan angket. Ketika peneliti hendak membuat angket harus mengindahkan beberapa prinsip sebagai berikut.
a) Kecocokan antara tujuan yang ingin dicapai kuesioner dengan isi. Indikator variabel harus tepat sehingga tidak sampai terjadi kekeliruan dalam pengukuran variabel. Semua indikator setidaknya ada satu pertanyaan atau pernyataan tetapi jika memungkinkan lebih dari satu pertanyaan atau pernyataan.
b) Jumlah dimensi atau indikator cukup untuk mengukur variabel. Contoh variabel kinerja guru dapat ditunjukkan dengan beberapa indikator, yaitu: 1) kemampuan merencanakan dan mempersiapkan pengajaran; 2) menguasai materi yang hendak diajarkan kepada peserta didik; 3) menguasai strategi dan metode mengajar; 4) memberikan tugas kepada siswa; 5) kemampuan dalam pengelolaan kelas; 6) mampu menilai dan mengevaluasi.
c) Skala pada angket. Pemakaian skala pengukuran yang benar pada data ratio, nominal, interval, dan ordinal sebaiknya memakai pertanyaan tertutup. Skalanya bisa berjumlah ganjil atau genap. Untuk penelitian manajemen pendidikan lebih direkomendasikan memakai skala Likert genap, contoh dengan 4 tingkat yakni: 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (kurang setuju) dan 4 (tidak setuju). Karena ada banyak kemungkinan bahwa responden cenderung bersikap netral, jika seperti itu, ia lebih memilih opsi setuju atau tidak setuju. Akan tetapi jika memakai skala Likert ganjil, contoh lima tingkat skala Likert, maka responden dikhawatirkan akan lebih memilih tiga (yang mempresentasikan sikap netral). Lima tingkat skala Likert ini yaitu: 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (netral), 4 (kurang setuju) dan 5 (tidak setuju).
d) Jumlah pertanyaan cukup atau tidak terlalu banyak. Jumlah pertanyaan yang terlalu banyak dikhawatirkan akan mengakibatkan responden malas untuk menjawab. Akan tetapi jika sebaliknya, pertanyaannya berjumlah terlalu sedikit, maka dikhawatirkan kurang merepresentasikan pendapat responden. Untuk mengukur jumlah
pertanyaan atau pernyataan yang ideal bisa dengan pengukuran waktu kira-kira 10 menit bagi responden untuk menjawab. e) Bentuk dan jenis angket: terbuka dan tertutup, diselaraskan
dengan karakter sampelnya. Ada setidaknya lima faktor yang
memengaruhinya, yakni: pertama, dari sudut pandang tujuannya
antara hanya menggali informasi atau klarifikasi. Kedua, tingkat
informasi responden berhubungan dengan topik penelitian. Ketiga,
tingkat pemikiran responden berhubungan dengan tingkatan
intensitas ekspresi responden. Keempat, kemudahan motivasi
dan komunikasi responden. Kelima, derajat pemahaman peneliti
sehingga semakin kurang mengerti semakin dibutuhkan pertanyaan terbuka.
f) Bahasa yang digunakan diselaraskan dengan kemampuan bahasa
responden. Kondisi responden berhubungan dengan: kerangka referensi, budaya, dan tingkat pendidikan. Apabila responden kurang memahami angket, sebaiknya (jika memungkinkan) peneliti dapat membagikannya secara langsung kepada responden. Apabila demikian, peneliti bisa menjelaskan langsung jika terjadi ketidakmengertian responden.
g) Untuk menilai keseriusan responden harus dinyatakan dalam pertanyaan atau pernyataan yang positif ataupun negatif sehingga informasi yang bias bisa dieliminasi. Contoh pernyataan: “saya sangat mengagumi kepemimpinan kepada sekolah ini”. Untuk mendapatkan konsistensi jawaban responden, peneliti bisa mengeceknya dengan mengajukan pernyataan lain, yaitu “saya kecewa dengan gaya kepala sekolah dalam memerintah bawahannya”.
h) Pernyataan atau pertanyaan tidak memiliki multimakna agar tidak membingungkan responden. Contoh pernyataan “saya percaya bahwa kepala sekolah dan guru senantiasa datang tepat waktu di sekolah”. Pernyataan ini akan sulit dijawab karena bagaimana jika yang senantiasa tepat waktu hanya guru, sedangkan kepala
sekolah tidak. Oleh karena itu, sebaiknya pernyataan ini dibagi menjadi dua pernyataan, yaitu “saya percaya kepala sekolah senantiasa datang tepat waktu di sekolah” dan yang kedua “ saya percaya guru-guru senantiasa tepat waktu datang di sekolah”.
i) Pernyataan atau pertanyaan hendaknya tidak hanya memberi pilihan
jawaban ya atau tidak, tetapi sebaiknya peneliti membuatnya dalam sejumlah pilihan, sangat setuju, setuju, biasa saja, kurang setuju, sangat kurang setuju.
j) Pernyataan atau pertanyaan bukan sesuatu yang sudah out of date,
usang atau bahkan sudah tidak berlaku lagi. Contoh pengelolaan pendidikan yang sentralistik pada masa orde baru, sudah digantikan dengan pengelolaan pendidikan yang desentralistik.
k) Pernyataan atau pertanyaan tidak bersifat menggiring pada opini tertentu. Contoh “kepala sekolah saya adalah kepala sekolah yang bijaksana, setujukah Anda dengan pernyataan ini? 1 (sangat setuju), 2 (setuju), 3 (kurang setuju) dan 4 (tidak setuju)”. Responden seakan-akan diarahkan untuk menjawab setuju terhadap pernyataan tersebut yang menjadi penilaian peneliti.
l) Pernyataan atau pertanyaan yang tidak membuat bingung
responden. Contoh: “saya yakin guru-guru protes”. Pernyataan ini membingungkan karena tidak jelas protes terhadap apa. Mungkin bisa disusun lebih lengkap umpamanya “saya yakin guru-guru protes terhadap keterlambatan pembayaran uang sertifikasi”. Selain dari prinsip-prinsip yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan angket di atas, ada hal lain yang harus dipertimbangkan untuk mendapatkan kualitas data yang benar, yaitu kemampuan dan kemauan responden untuk bekerja sama serta level pemahaman responden terhadap topik penelitian. Untuk itu, perlu dipertimbangkan hal-hal berikut.
a) Pada bagian pendahuluan angket seyogianya diutarakan tujuan penelitian
dengan jelas tetapi singkat dan tidak harus dalam kalimat yang bertele-tele.
b) Pemberitahuan awal tentang alamat, nomor kontak, dan harapan peneliti
terhadap responden untuk meminta bantuannya menjawab angket sesegera mungkin tanpa menghilangkan kehati-hatian dalam menjawab.
c) Follow up dibutuhkan untuk mengingatkan responden kembali terhadap kuesioner yang sudah diterimanya. Jika memungkinkan peneliti akan mengontak kembali responden untuk mengingatkan pengisian kuesioner dan pengambilan kembali oleh peneliti.
d) Survei yang didukung oleh lembaga pendidikan tertentu terkadang lebih
memperoleh respons yang lebih baik dibandingkan dengan survei tanpa sponsor.
e) Angket yang dikirim melalui jasa pos akan lebih baik jika disertakan prangko
untuk mengirimkan ulang kepada peneliti sehingga tidak memberikan beban tambahan bagi responden.
f) Angket tanpa anjuran menulis identitas responden terkadang lebih disenangi
sehingga responden bisa lebih jujur dan terbuka dalam mengemukakan pendapatnya.
g) Pemberian hadiah atau souvenir terkadang pula memotivasi responden
untuk mengisi angket. Di samping itu, pemberitahuan mengenai ketentuan tanggal yang diberikan peneliti atau batas waktu akan ikut mempercepat respons sehingga kuesioner lebih cepat sampai kembali ke peneliti.
h) Tampilan angket yang menarik, seperti penggunaan berbagai warna dan
kesan yang tidak terlalu banyak akan ikut membantu responden dalam menjawab angket.
b. Wawancara
Wawancara atau interview yang sering dinamakan dengan kuesioner lisan
yaitu sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara untuk mendapatkan informasi dari orang yang diwawancarai. Wawancara digunakan oleh peneliti untuk mendapatkan data tertentu, seperti variabel pendidikan orang tua siswa, kompetensi guru, kemampuan manajerial kepala sekolah.
Daftar peryanyaan wawancaramu
banyak sekali
Sumber: Dokumen peneliti Gambar 6.6 Ilustrasi wawancara terstruktur
Wawancara dapat dilakukan dengan berbagai cara. Secara garis besar cara tersebut dibagi ke dalam wawancara terstruktur dan tidak terstruktur.
1) Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur sering kali dipakai dalam penelitian kuantitatif atau penelitian survei meskipun dalam banyak kondisi tertentu dapat juga dipakai dalam penelitian kualitatif. Wawancara jenis ini lebih mirip seperti angket tertutup, bedanya diutarakan secara lisan, dan lebih mirip interogasi sebab sifatnya kaku, dan pertukaran informasi antarpeneliti dengan subjek penelitian sangatlah minim. Dalam pelaksanaan wawancara terstruktur, fungsi peneliti secara dominan sekadar memberikan pertanyaan dan subjek penelitian diminta untuk menjawab pertanyaan saja. Hal ini menunjukkan terdapatnya batas yang tegas antara subjek penelitian dengan peneliti. Ketika wawancara berlangsung, peneliti harus mengajukan pertanyaan
selaras dengan pedoman wawancara (guideline interview) yang sudah dibuat.
Di antara ciri-ciri wawancara terstruktur yaitu sebagai berikut. a) Kategori jawaban dan daftar pertanyaan sudah disediakan
Daftar pernyataan atau pertanyaan dan kategori jawaban sudah ada
dan tertulis. Umumnya dalam bentuk pedoman wawancara. Peneliti sekadar membacakan pertanyaan yang sudah tertulis tadi, sedangkan responden hanya menjawab berdasarkan jawaban yang sudah ada.
b) Waktu wawancara diperhitungkan
Karena jumlah pernyataan atau pertanyaan dan jumlah pilihan jawaban
bisa diperkirakan, maka waktu wawancara dapat diperhitungkan. Peneliti bisa mensimulasi lebih dahulu sebelum wawancara dilakukan, dan mencatat waktu yang diperlukan saat wawancara berlangsung. c) Tidak ada keluwesan (pernyataan/pertanyaan atau jawaban)
Keluwesan terhadap pernyataan/pertanyaan atau jawaban hampir tidak
ada. Peneliti tidak harus lagi menyusun pertanyaan lain selama proses wawancara karena setiap pernyataan atau pertanyaan yang disusun telah disimulasikan terlebih dahulu dan umumnya telah tepat saat turun ke lapangan. Demikian pula dengan jawabannya.
d) Mengindahkan pedoman wawancara
Mengikuti pedoman wawancara sesuai dengan alur pembicaraan, urutan
pertanyaan, pemakaian kata dan kalimat, pilihan jawaban dan tidak ada improvisasi. Tidak dianjurkan memakai kata-kata atau bahasa yang tidak tertuang dalam pedoman wawancara.
e) Bertujuan untuk mendapat penjelasan fenomena
Tujuan wawancara umumnya untuk memperoleh penjelasan suatu
gejala, dan bukan tujuan untuk memahami gejala tersebut. Oleh karena itu, umumnya wawancara ini lebih umum dipakai dalam penelitian kuantitatif atau survei dibandingkan penelitian kualitatif.
Berikut contoh pedoman wawancara terstruktur. Tabel 6.15 Pedoman wawancara terstruktur
Rating 5 = sangat baik, 4 = baik, 3 = bisa diterima, 2 = kurang, 1 = sangat kurang
No Pertanyaan Rating
1 Mengapa Anda memilih sekolah ini? 1 2 3 4 5 2 Bagaimana Anda mengetahui informasi tentang sekolah ini?
3 Seberapa penting sekolah ini dapat menunjang masa depanmu?
Sumber: Dokumen penulis
Selain itu, dalam pelaksanaan wawancara terstruktur, peneliti perlu
membawa pedoman wawancara dan juga harus dapat menggunakan
alat-alat bantu semisal brosur, gambar, tape recorder, smartphone,
2) Wawancara semi terstruktur
Wawancara semi terstruktur memuat sejumlah pernyataan atau pertanyaan kunci yang membantu peneliti untuk mengidentifikasi banyak wilayah yang hendak digali, tetapi juga mengizinkan pewawancara atau yang diwawancarai untuk berpendapat atau merespons secara lebih rinci. Tujuannya adalah untuk mendapatkan masalah secara lebih terbuka, di mana informan yang diwawancarai diminta ide-ide dan pendapatnya. Dalam proses wawancara ini peneliti mendengarkan secara jeli dan mencatat apa yang didapatkan dari informan. Sebelum wawancara dilaksanakan, hendaknya responden diberikan informasi mengenai apa yang akan digali secara rinci dan menjamin tentang etika wawancara.
3) Wawancara tidak terstruktur
Wawancara tidak terstruktur yaitu wawancara yang tidak mencerminkan ide, teori atau dilakukan dengan tidak ada pengorganisasian. Selain itu, peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang sistematis dan lengkap. Namun, bukan berarti pedoman wawancara sepenuhnya tidak ada. Pedoman wawancara yang digunakan hanyalah berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dalam wawancara tidak terstruktur ini peneliti tidak mengetahui dengan jelas data apa yang akan didapatkan sehingga peneliti lebih cenderung mendengarkan apa yang disampaikan oleh informan. Wawancara tidak terstruktur umumnya sangat banyak menghabiskan waktu dan sukar untuk mengatur karena pembicaraannya tidak terarah. Hanya ada sejumlah kecil arahan yang dipakai sebagai antisipasi. Bagus, cukup bersih airnya Menurut anda bagaimana dengan kondisi danau ini?
Sumber: Dokumen peneliti Gambar 6.7 Ilustrasi wawancara tidak terstruktur
Kelebihan instrumen wawancara yaitu sebagai berikut.
1) Peneliti mempunyai kesempatan atau waktu untuk mendapatkan jawaban
atau respons yang sangat tinggi dari infroman.
2) Peneliti bisa membantu menerangkan lebih, apabila ternyata informan
mendapatkan kesulitan merespons yang disebabkan oleh ketidakjelasan pernyataan atau pertanyaan.
3) Peneliti bisa mengendalikan jawaban informan secara lebih teliti dengan
mengamati reaksi atau tanggapan yang disebabkan oleh pernyataan atau pertanyaan selama proses wawancara.
4) Peneliti bisa mendapatkan informasi yang tidak bisa diutarakan melalui
observasi atau angket.
Di samping itu, agar wawancara bisa memperoleh data yang valid,
sebaiknya peneliti melakukan wawancara mendalam (in-depth interview), terlebih
jika dikaitkan dengan penelitian kualitatif dengan ciri khas kedalaman penelitian. Wawancara mendalam dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama atau wawancara yang sangat intensif sehingga data yang diperoleh mencapai tarap kejenuhan data. Kejenuhan data disini maksudnya data yang dibutuhkan setelah ditanyakan berulang-ulang tetap mengarah pada satu kesamaan maksud.
Untuk bisa membantu pelaksanaan wawancara mendalam dapat dilakukan dengan baik, peneliti sebaiknya membuat pedomannya, sebagaimana contoh berikut.
Tabel 6.16 Contoh pedoman wawancara mendalam manajemen pengembangan SMP X
Subfokus
Penelitian Aspek/Indikator Pertanyanan Penelitian Informan
Pengembangan Penerimaan Siswa Baru (PPSB)
1. Prosedur PPSB 2. Sistem PPSB
1. Prosedur PPSB apa yang dikembangkan di SMP X? 2. Bagaimanakah PPSB di
SMP X?
3. Bagaimanakah proses penerimaan dan seleksi siswa baru?
Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru
Pengembangan KTSP
1. Pengembangan kurikulum bermuatan lokal
2. Pengembangan keterampilan hidup (life skill) 3. Pengembangan diri 1. Bagaimanakah muatan KTSP di SMP X? 2. Bagaimanakah SMP X mengembangkan muatan lokal? 3. Bagaimanakah SMP X mengembangkan muatan life skill? 4. Bagaimanakah SMP X mengembangkan pembinaan program pengembangan diri? Kepala Sekolah, Wakil Kepala Sekolah, Guru Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) 1. Pengembangan Karier 2. Pendidikan 3. Pelatihan 1. Bagaimanakah SMP X mengembangkan guru dan staf melalui pengembangan karier?
2. Bagaimanakah SMP X mengembangkan guru dan staf melalui pendidikan? 3. Bagaimanakah SMP X
mengembangkan guru dan staf melalui pelatihan?
Kepala Sekolah Kepala Tata Usaha, Wakil Kepala Sekolah, Guru Pengembangan fasilitas dan prasarana
Pengembangan Teknologi 1. Bagaimanakah SMP X mengembangkan sarana prasarana?
2. Bagaimanakah sarana kelas unggulan?
3. Sarana prasarana apa saja yang dikembangkan di SMP X? Kepala Sekolah, Kepala Tata Usaha, Wakil Kepala Sekolah, siswa Pengembangan manajemen keuangan 1. Prosedur akuntansi keuangan 2. Sumber dana 3. Prosedur anggaran
1. Aplikasi apa saja yang