• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Hipotesis dalam Penelitian Pendidikan

b. Hipotesis Nol ( Null hypotheses/ Ho)

G. Penggunaan Hipotesis dalam Penelitian Pendidikan

i. Kesimpulan

Sebab Zo  = -1,41 ≥ - Z0,05  = - 1,64 maka Ho diterima sehingga berat

bersih rata-rata susu bubuk full cream per kaleng yang dijual di koperasi sekolah sama dengan 400 gram.

G. Penggunaan Hipotesis dalam Penelitian

Pendidikan

Dalam penelitian pendidikan sering kali menggunakan hipotesis. Akan tetapi penggunaan hipotesis ini harus mempertimbangkan kepentingannya. Dalam penelitian kuantitatif yang bersifat eksplanatif, penggunaan hipotesis adalah langkah yang sangat penting. Sebaliknya, dalam penelitian kuantitatif deskriptif penggunaan hipotesis ini dianggap tidak terlalu penting. Hal ini karena penelitian kuantitatif deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji

hipotesis, tetapi hanya untuk mendeskripsikan data, menjelaskan fenomena yang ada dengan menggunakan angka-angka pada karakteristik individu ataupun kelompok. Penelitian ini menilai karakteristik dari gejala-gejala yang nampak. Tujuan dalam penelitian ini dibatasi untuk mendiskripsikan karakteristik sesuatu secara apa adanya. Misalnya berapa besar nilai rata-rata kelancaran berbicara bahasa Inggris siswa di Sekolah Menengah Atas?

Perbedaan yang sangat kontras adalah dalam penggunaan hipotesis antara penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif, khususnya lagi

pada penelitian grounded. Perbedaan tersebut disebabkan karakter dari jenis

penelitian-penelitian tersebut yang tidak sama satu sama lain. Dalam penelitian kuantitatif rancangan penelitiannya sudah dipersiapkan sejak awal sebelum peneliti terjun ke lapangan sehingga hipotesis penelitian harus sudah ada dan menjadi bagian integral dari rancangan penelitian. Pada penelitian kualitatif hipotesis dirumuskan ketika peneliti berada di lapangan dan selama proses penelitian berlangsung. Hipotesis ini bisa timbul tenggelam seiring dengan data yang didapatkan peneliti. Akibatnya, hipotesis penelitian kualitatif khususnya

grounded research dapat muncul banyak dan bervariasi, tetapi tidak bisa diuji dengan simultan. Bahkan lebih lanjut antara hipotesis satu dengan yang lainnya secara bergantian diuji dan dirumuskan dalam proses penelitian di lapangan.

Penelitian kualitatif cenderung berifat eksploratif sehingga penelitian ini lebih ditekankan pada perumusan hipotesis bukan untuk menguji hipotesis. Jadi, jelas keberadaan hipotesis dalam penelitian kualitatif bukan sesuatu keharusan, tetapi sesuatu yang hanya disarankan keberadaannya. Jika terdapat hipotesis maka penelitian kualitatif itu lebih baik.

PENELITIAN

Desain penelitian merupakan seluruh proses yang dibutuhkan dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian, yang membantu penelitian dalam mengumpulkan dan menganalisis data atau untuk mendapatkan bukti-bukti empiris guna menjawab pertanyaan penelitian. Pengertian lain menjelaskan bahwa desain penelitian merupakan rancangan yang disusun oleh peneliti sebagai perkiraan kegiatan yang hendak dilaksanakan.

Desain penelitian memuat rumusan mengenai tahapan-tahapan penelitian, dengan memakai pendekatan, metode penelitian, teknik pengumpulan data, dan sumber data tertentu serta motif-motif mengapa memakai metode ini (Sukmadinata, 2005: 10). Desain rencana penelitian yang tepat akan bisa menerjemahkan model-model ilmiah ke dalam operasional penelitian dengan praktis.

Dengan demikian, desain penelitian yang penting untuk ditentukan sebelum penelitian berlangsung. Ia seperti sebuah peta jalan untuk peneliti yang menuntun dan menetapkan arah berjalannya proses penelitian secara tepat dan benar sesuai dengan tujuan yang sudah ditentukan. Tanpa desain yang tepat seorang peneliti tidak akan bisa melakukan penelitian dengan baik karena yang bersangkutan tidak memiliki pedoman arah yang jelas.

Perumusan desain tersebut dilaksanakan sesudah peneliti menetapkan topik (judul) penelitian yang hendak dilakukan. Dalam desain penelitian ada pertanyaan mengenai apa, mengapa, dan bagaimana permasalahan ini diteliti dengan memakai prinsip-prinsip metodologis.

Terdapat berbagai desain atau rancangan penelitian. Dalam memilih desain mana yang paling benar, ada banyak pertanyaan yang harus dij awab dan jawaban-jawaban tersebut merupakan pedoman dalam menetapkan desain penelitian.

Burns dan Grovers (Nursalam, 2003: 80) sudah mengidentifi kasi sejumlah pertanyaan berkaitan dengan pemilihan desain penelitian.

Sejumlah pertanyaan yang dimaksud, yakni sebagai berikut.

1. Apakah tujuan penting penelitian untuk menerangkan variabel dan kelompok

berdasarkan keadaan penelitian, menguji suatu hubungan, atau menguji kausalitas pada keadaan tertentu?

2. Apakah suatu perlakuan (treatment) akan dipakai?

3. Apabila ya, apakah perlakuan akan dikontrol oleh peneliti?

4. Apakah sampel akan diberi pretest sebelum perlakuan?

5. Apakah sampel akan dipilih secara acak?

6. Apakah sampel akan diteliti sebagai satu kelompok atau diklasifikasi menjadi

banyak kelompok?

7. Berapa besarnya kelompok yang hendak diteliti?

8. Berapa jumlah setiap kelompok?

9. Apakah semua kelompok akan ditandai secara acak?

10. Apakah pengukuran variabelnya akan diulang?

11. Apakah pengumpulan data dilakukan secara cross time atau cross-sectional?

12. Apakah variabel telah diidentifikasi?

13. Apakah data yang sedang dikumpulkan mempunyai beberapa variabel?

14. Strategi apa yang digunakan untuk mengontrol variabel yang beragam?

15. Strategi apa yang dipakai untuk membandingkan suatu variabel ataupun

kelompok?

16. Apakah suatu variabel yang hendak dikumpulkan dengan singkat atau

Pertanyaan-pertanyaan di atas harus dij awab dengan tepat agar tidak terjadi kekeliruan dalam menentukan penelitian.

Walaupun peneliti menyusun desain penelitian sebaik mungkin tetapi tidak menutup kemungkinan masih ada kekeliruan yang acap kali terjadi dalam pelaksanaan penelitian. Untuk itu, peneliti harus menghindari penyebab potensial kekeliruan umum dalam proses penelitian secara keseluruhan. Kesalahan-kesalahan umum yang dimaksud adalah sebagai berikut.

1. Kesalahan dalam perencanaan

Kesalahan dalam perencanaan bisa terjadi ketika peneliti melakukan kesalahan dalam menentukan desain yang hendak dipakai untuk mengumpulkan data. Kesalahan ini bisa terjadi juga apabila peneliti keliru dalam perumusan permasalahan. Kesalahan dalam merumuskan permasalahan akan menghasilkan data yang tidak bisa dipakai untuk menyelesaikan masalah yang sedang diteliti. Untuk mengatasi kesalahan ini dengan mengembangkan proposal yang tepat, benar, dan jelas melakukan spesifikasi metode dan nilai tambah (added value) penelitian yang akan dilaksanakan.

2. Kesalahan dalam pengumpulan data

Kesalahan dalam pengumpulan data bisa memperbesar taraf kesalahan yang telah terjadi disebabkan perencanaan yang kurang matang. Untuk itu, data yang dikumpulkan harus merupakan keterwakilan dari populasi yang sedang diteliti dan metode pengumpulan datanya harus bisa menghasilkan data yang akurat. Upaya mengatasi kekeliruan ini ialah kehati-hatian dan ketepatan dalam melakukan desain penelitian yang telah didesain dalam proposal.

3. Kesalahan dalam melakukan analisis

Kesalahan dalam analisis bisa terjadi ketika peneliti keliru dalam memilih cara menganalisis data. Kemudian, kesalahan ini diakibatkan juga terdapatnya kesalahan untuk memilih teknik analisis yang tepat dengan masalah dan data yang tersedia. Cara mengatasi permasalahan ini adalah dengan membuat penilaian prosedur analisis yang dipakai guna menyimpulkan data dan memanipulasi data.

4. Kesalahan dalam pelaporan

Kesalahan dalam pelaporan terjadi apabila peneliti melakukan kesalahan dalam menjelaskan hasil-hasil penelitian. Kesalahan semacam ini terjadi ketika memaknai angka-angka dan hubungan-hubungan yang diidentifikasikan dari langkah analisis data. Upaya mengatasi kesalahan ini hasil analisis data diperiksa oleh orang-orang yang betul-betul ahli dan mengerti masalah hasil penelitian yang dimaksud.

Di samping kesalahan-kesalahan yang sudah dij elaskan di atas, kesalahan juga umumnya terjadi dari dalam diri peneliti sendiri. Kesalahan ini pula berpengaruh dalam proses penyelesaian penelitian. Contohnya karakter malas peneliti, karakter yang cenderung menunda-nunda pekerjaan, karakter mudah putus asa dari peneliti, karakter yang tidak memiliki target untuk menyelesaikan penelitian, dan seterusnya. Karakter-karakter tersebut harus dihilangkan agar penelitian bisa selesai dan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.

Sumber: Dokumentasi Penulis Gambar 5.1 Kesalahan yang terjadi karena faktor luar

Demikian pula, kesalahan yang terjadi karena terdapat faktor dari luar. Contoh kondisi lingkungan yang tidak mendukung penelitian, yaitu dari keluarga dan teman-teman yang tidak mendukung serta masyarakat, dosen pembimbing yang tidak sejalan dengan mahasiswa yang melakukan penelitian atau sejumlah dosen pembimbing yang saling berseberangan, proses birokrasi yang rumit ketika pengambilan sampel, keterbatasan sampel itu sendiri, tempat di mana dilakukan penelitian bersikap kurang kooperatif atau menutup-nutupi keadaan.

Oleh karena itu, faktor-faktor yang seperti itu selayaknya bisa diminimalisasi agar penelitian yang dilaksanakan bisa berjalan dengan baik, lancar, sesuai dengan tujuan dan menghasilkan manfaat untuk banyak orang.

Lazimnya suatu penelitian memuat beberapa aspek yang saling berkaitan dan merupakan persyaratan bagi suatu penelitian. Aspek-aspek tersebut adalah sebagai berikut.

A. Permasalahan

1. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pada bagian awal, peneliti harus menguraikan sejarah dan peristiwa yang sedang berlangsung pada suatu fenomena penelitian. Namun, dalam peristiwa tersebut akhir-akhir ini terdapat kesenjangan atau penyimpangan dari sesuatu yang ideal secara teoretis, norma, ataupun yuridis tertentu. Untuk itu, peneliti menjelaskan latar belakang permasalahan berdasarkan studi pendahuluan harus mendapatkan data yang memuat masalah. Pada bagian ini, masalah yang dipilih

harus menampilkan “researchable”, dalam artian bahwa suatu masalah itu bisa

diteliti secara ilmiah. Dalam sebuah penelitian harus terdapat permasalahan yang memperlihatkan substansi dari permasalahan yang akan diteliti. Umumnya substansi ini mengarah pada teori tertentu yang berada dalam lingkup suatu ilmu pengetahuan. Suatu penelitian harus memiliki signifi kansi praktis dan signifi kansi teoretis.

2. Identifi kasi Masalah

Pada bagian ini beragam masalah harus dikemukakan pada objek, baik yang akan diteliti maupun yang tidak akan diteliti. Masalah perlu diinventarisasi agar peneliti menemukan sejumlah masalah yang berkaitan dengan judul penelitian.

3. Pembatasan Masalah

Setelah masalah teridentifi kasi langkah selanjutnya adalah pembatasan masalah yang dilakukan dengan menetapkan pembatasan dari masalah penelitian yang akan diteliti. Pembatasan masalah ini dimaksudkan untuk mengidentifi kasi faktor apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah

penelitian dan faktor apa saja yang tidak termasuk ke dalam ruang lingkup masalah penelitian. Penentuan pembatasan masalah yang harus dilandaskan pada argumentasi yang benar, baik itu teoretis ataupun praktis. Argumentasi tersebut bisa saja bersifat prospektif ke masa depan. Dengan ini, maka tujuan penelitian bisa disusun dengan benar pula.

Melalui pembatasan masalah, fokus masalah menjadi semakin jelas sehingga masalah penelitiannya bisa disusun dengan jelas pula. Sampai sejauh mana masalah penelitian itu dapat dibatasi adalah ditentukan oleh peneliti sendiri, pesan sponsor, konsultan, atau pembimbing penelitian. Dalam penerapannya, pembatasan masalah penelitian sangat ditentukan oleh peneliti sendiri.

4. Perumusan Masalah

Langkah selanjutnya adalah merumuskan masalah yang ditandai dengan pertanyaan penelitian dan biasanya dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya. Pertanyaan-pertanyaan ini akan mengarahkan ke mana sebetulnya penelitian akan diarahkan, dan apa saja sebenarnya yang hendak dicari jawabannya oleh si peneliti. Dengan rumusan masalah yang jelas akan bisa dij adikan pedoman untuk tahapan berikutnya. Sebagaimana diutarakan oleh Jack R. Fraenkel dan Norman E. Wallen (1990: 23) bahwa salah satu karakteristik formulasi masalah penelitian yang baik yaitu pertanyaan penelitian harus disusun dengan kalimat yang jelas dan tidak membingungkan.

Latar Belakang Masalah

Memuat sejarah dan peristiwa pada fenomena penelitian. Namun dalam peristiwa tersebut, akhir-akhir ini terdapat kesenjangan atau penyimpangan dari sesuatu yang

ideal secara teoretis, norma, ataupun yuridis tertentu.

Identifi kasi Masalah

Beragam masalah harus dikemukakan pada objek, baik yang akan diteliti maupun yang tidak diteliti. Masalah perlu diinventarisasi agar peneliti menemukan sejumlah

masalah yang berkaitan dengan judul penelitian.

Pembatasan Masalah

Mengidentifi kasi faktor apa saja yang termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian dan faktor apa saja yang tidak termasuk ke dalam ruang lingkup masalah

penelitian.

Perumusan Masalah

Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya yang mengarahkan ke mana sebetulnya penelitian akan diarahkan, dan apa saja sebenarnya yang hendak dicari jawabannya

oleh si peneliti.

Sumber: Dokumen penulis Gambar 5.2 Pola pikir perumusan masalah

5. Tujuan Penelitian

Pada bagian ini tujuan penelitian dirumuskan dalam kalimat yang menunjukkan adanya hasil, sesuatu yang dicapai setelah penelitian selesai, sesuatu yang akan dicapai atau dituju dalam suatu penelitian. Rumusan tujuan merefl eksikan keinginan peneliti untuk mendapatkan jawaban atas permasalahan penelitian yang dikemukakan. Untuk itu, penyusunan tujuan harus sesuai dengan identifi kasi masalah dan rumusan masalah serta mencerminkan proses penelitian.

6. Manfaat atau Signifi kansi Penelitian

Manfaat atau signifi kansi penelitian adalah dampak dari pencapaian tujuan. Jika dalam penelitian tujuan bisa tercapai dan rumusan masalah mampu dipecahkan dengan benar dan akurat, maka apa manfaatnya secara praktis ataupun secara teoretis. Manfaat penelitian memiliki dua hal, yaitu pengembangan ilmu pengetahuan (secara teoretis) dan pemecahan atau pencegahan masalah yang ada pada objek yang diteliti. Manfaat hasil penelitian berkaitan dengan saran-saran yang dikemukakan sesudah kesimpulan.

B. Landasan Teori dan Hipotesis

1. Landasan Teori

Landasan teori merupakan serangkaian proposisi, konsep, definisi yang sudah disusun dengan rapi, dan sistematis mengenai variabel- variabel penelitian. Landasan teori ini akan menjadi landasan yang kuat dalam penelitian yang hendak dilakukan. Untuk itu, penyusunan landasan teori yang benar dan tepat dalam suatu penelitian sangatlah penting. Hal yang harus dikemukakan di sini adalah teori-teori mengenai ilmu-ilmu yang diteliti. Sebaiknya teori yang disusun harus betul-betul menjadi landasan bidang yang diteliti. Di samping itu, pada bagian ini pula dikemukakan temuan-temuan penelitian sebelumnya yang berhubungan langsung dengan penelitian. Temuan penelitian yang ditulis orang lain atau teori orang lain yang dikutip harus disebutkan sumbernya untuk menghindari plagiasi. Etika ilmiah tidak mengizinkan seseorang melakukan pencurian karya orang lain.

2. Hipotesis

Berpijak pada teori-teori yang sudah dikemukakan sebelumnya, selanjutnya dapat menyusun hipotesis atau dugaan/jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Oleh karena itu, hipotesis bermakna pendapat yang kebenarannya masih diragukan. Untuk dapat memastikan kebenaran dari pendapat tersebut, maka suatu hipotesis perlu dibuktikan atau diuji kebenarannya melalui penelitian (Vardiansyah, 2008: 10). Apabila suatu hipotesis sudah dibuktikan kebenarannya, hipotesis akan disebut teori (Sakaran, 1992: 19).

C. Metode Penelitian

Penelitian terhadap substansi harus mengikuti aturan metodologi penelitian sebagai sebuah proses yang analitis, kritis, terkendali, dan sistematis. Dalam syarat-syarat desain penelitian tersebut pada lazimnya bisa diklasifi kasikan ke dalam dua pokok, yaitu konseptualisasi permasalahan dan operasionalisasi. Untuk itu, perlu memperhatikan langkah-langkah berikut.

1. Menentukan Populasi dan Sampel

Penelitian sulit dilakukan pada populasi yang merupakan wilayah generalisasi yang luas. Wilayah ini terdiri dari objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditentukan oleh peneliti untuk diteliti dan selanjutnya ditarik kesimpulannya. Untuk itu, peneliti perlu menentukan sampel atau sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun sebagian kecil dari anggota populasi yang diambil berdasarkan aturan tertentu sehingga bisa merepresentasikan populasinya. Sampel yang akan diambil dari populasi tersebut harus sebenarnya merepresentasikan populasi.

2. Instrumen Penelitian atau Teknik Pengumpulan Data

Setelah ditentukan sampel penelitian, kegiatan selanjutnya adalah pengumpulan data dilakukan dengan teknik pengumpulan data tertentu dengan menggunakan instrumen penelitian tertentu. Data yang didapatkan dari proses tersebut lalu dihimpun, ditata, dianalisis untuk menjadi data yang bisa menjelaskan suatu fenomena atau hubungan antara fenomena. Agar data yang

dikumpulkan valid di dalam suatu penelitian ilmiah, maka harus mengetahui bagaimana cara-cara pengumpulan data sehingga data tersebut bisa menjadi pendukung terhadap kebenaran suatu konsep tertentu.

3. Menentukan Teknik Analisis Data

Pada bagian ini peneliti melakukan proses mengatur urutan, mengelompokkan data, mengorganisasikan ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga suatu fenomena mempunyai nilai ilmiah. Jika penelitian menggunakan pendekatan kuantitatif maka teknik analisis data ini berkaitan dengan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dari hipotesis yang dikemukakan sebelumnya. Bentuk hipotesis yang telah disusun akan menentukan teknik analisis data yang akan dipakai. Namun sebaliknya, apabila peneliti tidak menyusun hipotesis, maka rumusan masalah itulah yang harus dij awab melalui teknik analisis nonstatistik.

D. Organisasi dan Jadwal Penelitian

Jika pelaksanaan penelitian dilaksanakan secara kelompok dibutuhkan adanya organisasi pelaksanaan penelitian berupa pembagian tugas secara proporsional kepada seluruh anggota berdasarkan kesepakatan bersama.

Untuk menjamin pelaksanaan penelitian berjalan dengan baik perlu disusun suatu jadwal penelitian yang akan dilaksanakan. Jadwal tersebut memuat rincian kegiatan penelitian dari mulai awal sampai akhir disertai waktu pelaksanaannya.

Tabel 5.1 Contoh jadwal penelitian

No Kegiatan

Bulan

Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ag Sept Okt Nov

1 Penyusunan proposal 2 Perizinan

3 Penyusunan Instrumen 4 Seminar proposal 5 Pengujian instrumen

6 Penentuan sampel 7 Pengumpulan data 8 Analisis data 9 Penyusunan laporan 10 Seminar hasil 11 Revisi laporan 12 Penggandaan dan Penyerahan Hasil Penelitian