• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk pengumpulan data (Soekidjo Notoatmodjo, 2005: 48). Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner yang digunakan untuk memperoleh data berdasarkan pertanyaan dan pernyataan mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS) di Puskesmas di Kota Semarang Tahun 2010.

Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian jika sudah memenuhi syarat validitas dan reliabilitas. Untuk itu kuesioner tersebut harus di uji coba ” trial” lapangan.

1) Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan alat ukur tersebut benar-benar mengukur apa yang diukur. Kuesioner diujikan pada petugas pemegang program MTBS di 20 Puskesmas yang berada di wilayah Kabupaten Semarang, dimana di wilayah kerja tersebut memiliki karakteristik yang sama dengan wilayah Kota Semarang. Adapun Puskesmas tersebut meliputi: Puskesmas Ungaran, Puskesmas Lerep, Puskesmas

Kalongan, Puskesmas Leyangan, Puskesmas Jimbaran, Puskesmas Bergas, Puskesmas Pringapus, Puskesmas Bawen, Puskesmas Ambarawa, Puskesmas Sumowono, Puskesmas Banyubiru, Puskesmas Jambu, Puskesmas Tuntang, Puskesmas Gedangan, Puskesmas Pabelan, Puskesmas Getasan, Puskesmas Jetak, Puskesmas Tengaran, Puskesmas Susukan, dan Puskesmas Suruh.

Pengujian validitas instrumen pada penelitian ini menggunakan program SPSS versi 12.00, dimana hasil akhirnya (r hitung) dibandingkan dengan nilai r tabel product moment pearson, dimana untuk uji validitas dengan N = 20 dan taraf signifikansi 5% diketahui bahwa nilai r tabel = 0,444. Jika r hitung > r tabel = 0,444, maka butir atau variabel pertanyaan tersebut dinyatakan valid.

Dari hasil perhitungan uji validitas seluruh jumlah soal yang berjumlah 69 butir soal, yang terdiri dari 12 butir soal untuk vaiabel pengetahuan petugas, 10 butir soal untuk variabel sikap petugas, 2 butir soal untuk variabel pelatihan MTBS yang diikuti oleh petugas, 15 butir soal untuk variabel motivasi kerja petugas, 10 butir soal untuk variabel kepemimpinan kepala puskesmas, 4 butir soal untuk variabel ketersediaan peralatan MTBS, 1 butir soal untuk variabel alokasi dana, 3 butir soal untuk variabel rapat koordinasi tingkat puskesmas, 4 butir soal untuk variabel sistem pencatatan/ pelaporan pelaksanaan MTBS, 3 butir soal untuk variabel pelaksanaan supervisi MTBS oleh Dinas Kesehatan, 2 butir soal untuk variabel pelaksanaan evaluasi MTBS oleh kepala puskesmas terhadap

pelaksanaan MTBS, serta 3 butir soal untuk variabel implementasi MTBS, yang dilakukan melalui program SPSS versi 12.00 diperoleh hasil 67 butir soal dinyatakan valid, dan 2 butir soal tidak valid untuk variabel pengetahuan petugas. Sehingga dilakukan uji validitas kembali yaitu dengan menghilangkan 2 butir soal yang tidak valid tersebut, dan dilakukan perhitungan uji validitas terhadap 67 butir soal kembali.

Berdasarkan hasil perhitungan uji validitas dari 67 butir soal tersebut dengan menggunakan program SPSS versi 12.00, maka diperoleh koefisien korelasi (rxy) atau r hitung untuk variabel pengetahuan petugas pada butir soal no.1 = 0,600, soal no.2 = 0,735, soal no.3 = 0,519, soal no.4 = 0,660, soal no.5 = 0,526, soal no.6 = 0,527, soal no.7 = 0,527, soal no.8 = 0,585, soal no.9 = 0,579, dan soal no.10 = 0,563.

Pada variabel sikap petugas diperoleh koefisien korelasi (r hitung) untuk butir soal no.1 = 0,570, soal no.2 = 0,620, soal no.3 = 0,459, soal no.4 = 0,654, soal no.5 = 0,567, soal no.6 = 0,563, soal no.7 = 0,687, soal no.8 = 0,928, soal no.9 = 0,694, dan soal no.10 = 0,766.

Pada variabel pelatihan MTBS yang diikuti oleh petugas diperoleh koefisien korelasi (r hitung) untuk butir soal no.1 = 0,613, dan soal no.2 = 0,514.

Pada variabel motivasi kerja petugas diperoleh koefisien korelasi (r hitung) untuk butir soal no.1 = 0,526, soal no.2 = 0,570, soal no.3 = 0,455, soal no.4 = 0,478, soal no.5 = 0,546, soal no.6 = 0,585, soal no.7 = 0,527, soal no.8 = 0,605, soal no.9 = 0,478, dan soal no.10 = 0,541, soal no.11 =

0,539, soal no.12 = 0,543, soal no.13 = 0,627, soal no.14 = 0,738, dan soal no.15 = 0,839.

Pada variabel kepemimpinan kepala puskesmas diperoleh koefisien korelasi (r hitung) untuk butir soal no.1 = 0,458, soal no.2 = 0,462, soal no.3 = 0,532, soal no.4 = 0,484, soal no.5 = 0,455, soal no.6 = 0,519, soal no.7 = 0,448, soal no.8 = 0,500, soal no.9 = 0,519, dan soal no.10 = 0,494.

Pada variabel ketersediaan peralatan MTBS diperoleh koefisien korelasi (r hitung) untuk butir soal no.1 = 0,458, soal no.2 = 0,535, soal no.3 = 0,600, dan soal no.4 = 0,538.

Pada variabel alokasi dana dari Dinas Kesehatan diperoleh koefisien korelasi (r hitung) untuk butir soal no.1 = 0,466.

Pada variabel rapat koordinasi tingkat puskesmas diperoleh koefisien korelasi (r hitung) untuk butir soal no.1 = 0,490, soal no.2 = 0,486, dan soal no.3 = 0,483.

Pada variabel sistem pencatatan/ pelaporan pelaksanaan MTBS diperoleh koefisien korelasi (r hitung) untuk butir soal no.1 = 0,567, soal no.2 = 0,512, soal no.3 = 0,473, dan soal no.4 = 0,502.

Pada variabel pelaksanaan supervisi MTBS oleh Dinas Kesehatan diperoleh koefisien korelasi (r hitung) untuk butir soal no.1 = 0,573, soal no.2 = 0,490, dan soal no.3 = 0,526.

Pada variabel pelaksanaan evaluasi MTBS oleh kepala puskesmas terhadap pelaksanaan MTBS diperoleh koefisien korelasi (r hitung) untuk butir soal no.1 = 0,535, dan soal no.2 = 0,496.

Pada variabel implementasi MTBS diperoleh koefisien korelasi (r hitung) untuk butir soal no.1 = 0,527, soal no.2 = 0,454, dan soal no.3 = 0,599.

Sehingga semua butir soal yang berjumlah 67 pertanyaan dinyatakan valid, karena koefisien korelasi (rxy) atau r hitung lebih besar dari r tabel = 0,444.

2) Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 118). Hal ini berarti menunjukkan sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang sama. Seperti halnya dengan uji validitas, untuk mengetahui apakah instrumen penelitian ini reliabel atau tidak maka digunakan program komputer. Adapun tolak ukur untuk mempresentasikan derajat reliabilitas adalah dengan menggunakan metode Alpha Cronbach. Apabila pengujian reliabilitas dengan metode

Alpha, maka nilai r hitung diwakili oleh Alpha. Jika Alpha hitung lebih besar daripada r tabel dan Alpha hitung bernilai positif, maka instrumen penelitian tersebut reliabel.

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas dari 67 butir soal tersebut dengan menggunakan program SPSS versi 12.00, maka diperoleh nilai Alpha = 0,967, sehingga instrumen (kuesioner) penelitian tersebut dinyatakan reliabel.