• Tidak ada hasil yang ditemukan

Puskesmas adalah suatu unit pelaksana fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal dalam suatu wilayah tertentu.

Pelayanan kesehatan yang memadai merupakan tumpuan masyarakat. Pelayanan kesehatan adalah salah satu kebutuhan mendasar selain pangan dan juga pendidikan. Pelayanan kesehatan bukan salah monopoli rumah sakit saja. Penduduk Indonesia yang jumlahnya melebihi 200 juta jiwa tidak mungkin harus bergantung dari rumah sakit yang jumlahnya sedikit dan tidak merata penyebarannya.

Pelayanan kesehatan yang bermutu masih jauh dari harapan masyarakat, serta berkembangnya kesadaran akan pentingnya mutu, maka UU Kesehatan Nomor 23 tahun 1992 menekankan pentingnya upaya peningkatan mutu pelayanan kesehatan, khususnya ditingkat Puskesmas.

Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) adalah organisasi fungsional yang menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya yang dapat dipikul oleh pemerintah dan masyarakat. Upaya kesehatan tesebut diselenggarakan dengan menitikberatkan kepada pelayanan untuk masyarakat luas guna mencapai derajat kesehatan yang optimal, tanpa mengabaikan mutu pelayanan kepada perorangan. Pengelolaan puskesmas biasanya berada di bawah Dinas Kesehatan Kabupaten dan Kota.

2.1.7.2Fungsi Puskesmas

Sesuai dengan Sistem Kesehatan Nasional (SKN), puskesmas sebagai fasilitan pelayanan kesehatan tingkat pertama mempunyai tiga fungsi sebagai berikut :

a. Pusat Penggerak Pembangunan Berwawasan Kesehatan

Puskesmas harus mampu membantu menggerakkan (motivator, fasilitator) dan turut serta memantau pembangunan yang diselenggarakan di tingkat kecamatan agar dalam pelaksanaannya mengacu, berorientasi serta dilandasi oleh kesehatan sebagai faktor pertimbangan utama.

b. Pusat Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat atau keluarga agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan dan mengambil keputusan untuk pemecahannya dengan benar.

c. Pusat Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama

Upaya pelayanan kesehatan tingkat pertama yang diselenggarakan puskesmas bersifat holistik, komprehensif, terpadu dan berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama meliputi pelayanan kesehatan masyarakat dan pelayanan medik. Pada umumnya pelayanan kesehatan tingkat pertama ini bersifat pelayanan rawat jalan.

2.1.7.3Program Pokok Puskesmas

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan secara menyeluruh (comprehensive health care services) kepada seluruh masyarakat di wilayah kerjanya, puskesmas menjalankan beberapa usaha pokok yang meliputi 6 (enam) program wajib yaitu :

a. Upaya Promosi Kesehatan b. Upaya Kesehatan Lingkungan

c. Upaya Kesehatan Ibu dan Anak serta Keluarga Berencana d. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat

e. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular f. Upaya Pengobatan

Semua kegiatan program pokok yang dilaksanakan di puskesmas dikembangkan berdasarkan program pokok pelayanan kesehatan dasar seperti yang dianjurkan oleh badan kesehatan dunia (WHO) yang dikenal dengan “basic seven” WHO. Basic seven tersebut terdiri dari : 1) Maternal and Child Health Care, 2) Medical Care, 3) Environmenial Sanitation, 4) Health Education, untuk kelompok, kelompok masyarakat, 5) Simple Laboratory, 6)

Communicable Disease Control, dan 7) Simple Statistic, atau pencatatan dan pelaporan. Dari ke-12 program pokok puskesmas, basic seven WHO harus lebih diprioritaskan untuk dikembangkan sesuai dengan masalah kesehatan masyarakat yang potensial berkembang di wilayah kerjanya, kemampuan sumber daya manusia (staf) yang dimiliki oleh puskesmas, dukungan sarana/ prasarana yang tersedia di puskesmas, dan peran serta masyarakat (Azrul Azwar, 1996: 125).

2.1.7.4Manajemen Puskesmas

Manajemen telah ada sejak lama, dikatakan demikian oleh karena pengertian pokok dari manajemen adalah mencapai tujuan yang telah dikehendaki dengan jalan menggunakan orang atau orang lain untuk bekerja, guna mendapat hasil yang dicita-citakan (Hani T. Handoko, 2001: 76).

Pengertian lain dari manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan manajemen adalah terciptanya pengelolaan semua program-program secara baik dan teratur

berdasarkan urutan-urutan kebutuhan dan waktu pelaksanaan (Malayu S.P. Hasibuan, 2009: 2).

Sedangkan menurut A. A. Gde Muninjaya (1999: 15), manajemen adalah ilmu atau seni tentang bagaimana menggunakan sumber daya secara efisien, efektif dan rasional untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan pengertian tersebut, manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisien dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan.

Manajemen hanya merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Dengan manajemen yang baik, akan memudahkan terwujudnya tujuan suatu organisasi, sehingga daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Adapun unsur-unsur manajemen itu meliputi unsur 5M yaitu: man, money, methode, machines, dan materials.

Agar dapat memberi pelayanan dengan baik maka dibutuhkan berbagai sumber daya yang harus diatur dengan proses manajemen secara baik (Tjandra Yoga A, 2002: 15). Dibidang kesehatan manajemen diartikan sama dengan administrasi kesehatan yaitu suatu proses yang menyangkut perencanaan, pengorganisasian, pengawasan, tata cara dan kesanggupan yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan dan tuntutan terhadap kesehatan, perawatan kedokteran serta lingkungan yang sehat dengan jalan menyediakan dan menyelenggarakan berbagai upaya kesehatan yang ditujukan kepada

perseorangan, keluarga, kelompok, dan atau masyarakat (Azrul Azwar, 1996: 5).

Dari uraian tersebut jelas bahwa peranan kantor dalam Sistem Kesehatan Indonesia tidak hanya sebagai pelaksana fungsi administrasi saja tetapi juga sebagai pelaksana fungsi pelayanan kesehatan. Dengan kata lain kantor Departemen Kesehatan dan atau Kantor Dinas Kesehatan yang terdapat di kabupaten juga bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan kesehatan masyarakat. Sedangkan pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat sehari-hari dipercayakan kepada puskesmas yang oleh pemerintah didirikan di semua kecamatan. Puskesmas merupakan suatu unit pelaksanaan fungsional yang berfungsi sebagai pusat pembangunan kesehatan, pusat pembinaan peran serta masyarakat dibidang kesehatan yaitu dalam rangka fungsi promotif (penyuluhan) dan pengambilan kebijakan publik oleh pemerintah (advokasi) yang mengarah pada usaha preventif (pencegahan) serta pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menyelenggarakan kegiatannya secara menyeluruh, terpadu dan berkeseimbangan pada suatu masyarakat yang bertempat tinggal pada suatu wilayah tertentu (Azrul Azwar, 1996: 119). Agar dapat menjalankan fungsi dan tugasnya sebagaimana mestinya, maka puskesmas didukung oleh suatu sistem manajemen yang sebenarnya sudah dibakukan oleh Depkes. Pada hakikatnya puskesmas :

a. Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti P1 (Perencanaan), P2 (Pelaksanaan dan Penggerakan), P3 (Pengarahan, Pengawasan, dan Penilaian).

b. Dengan dukungan sumber daya seperti tenaga, dana, peralatan, teknologi, informasi, dan lain-lainnya, yang biasanya terbatas, dan karena itu harus dimanfaatkan secara efektif dan efisien.

c. Untuk dapat menghasilkan kegiatan-kegiatan pokok yang telah ditetapkan.

d. Agar tercapai target atau sasaran yang telah direncanakan.

Ada beberapa komponen kegiatan dalam manajemen puskesmas yang pedoman pelaksanaannya sudah digariskan untuk dapat dilaksanakan oleh puskesmas agar dapat berfungsi secara optimal. Komponen manajemen puskesmas tersebut antara lain :

1. Perencana Tingkat Puskesmas (PTP)

Perencanaan tingkat puskesmas dapat diartikan sebagai suatu proses kegiatan sistematis untuk menyusun atau menyiapkan kegiatan yang akan dilaksanakan oleh puskesmas pada tahun berikutnya untuk meningkatkan cakupan dan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam upaya mengatasi masalah-masalah kesehatan setempat. Maksud dari kegiatan PTP ini adalah untuk dapat disusunnya 2 rumusan perencanaan, yaitu: Rencana Usulan Kegiatan (RUK) dan Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).

2. Penggerakan dan Pelaksanaan (Mini Lokakarya)

Maksud dari mini lokakarya adalah untuk melaksanakan fungsi manajemen P2 (Penggerakan dan Pelaksanaan), yaitu untuk meningkatkan kemampuan tenaga puskesmas untuk bekerja sama dalam tim, baik lintas

program (antar program dalam puskesmas) maupun lintas sektoral (dengan sektor-sektor lain di luar puskesmas). Maksud tersebut dilaksanakan dengan mengadakan rapat kerja secara periodik untuk tim antar program dalam puskesmas dan antar sektor dengan unit-unit terkait lainnya di luar puskesmas.

3. Sistem Pencatatan dan Pelaporan Puskesmas (SP3)

Dalam manajemen diperlukan tersedianya data atau informasi yang akurat, tepat waktu, dan kontinue serta mutakhir secara periodik. Data atau informasi tersebut adalah untuk mendukung fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, penggerakkan, pelaksanaan, pengawasan, pengarahan dan penilaian. SP3 adalah tata cara pencatatan dan pelaporan yang lengkap untuk pengelolaan puskesmas, meliputi keadaan fisik, tenaga, sarana dan kegiatan pokok yang dilakukan serta hasil yang dicapai oleh puskesmas.

Proses pelaksanaan SP3 sebenarnya mencakup 3 hal, yaitu : pencatatan, pelaporan, dan pengolahan/ analisis/ pemanfaatan. Pencatatan hasil kegiatan oleh pelaksana dicatat dalam buku-buku register yang berlaku untuk masing-masing program. Data tersebut kemudian direkapitulasi ke dalam format laporan SP3 yang sudah dibakukan.

4. Stratifikasi Puskesmas

Tujuan diadakannya stratifikasi puskesmas adalah untuk mendapatkan gambaran tentang tingkat perkembangan fungsi puskesmas secara terus menerus dalam rangka pembinaan dan pengembangannya. Aspek yang dinilai adalah mengenai hal-hal sebagai berikut :

a. Hasil cakupan program kegiatan pokok puskesmas b. Proses manajemen (P1, P2, P3)

c. Sumber daya atau sarana (tenaga, dana, perlengkapan, dan obat-obatan) d. Aspek lingkungan

(Budioro, 2002: 134).

Untuk terselenggaranya berbagai upaya kesehatan perorangan dan upaya kesehatan masyarakat yang sesuai dengan azas penyelenggaraan puskesmas perlu ditunjang oleh manajeman puskesmas yang baik. Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang bekerja secara sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien. Rangkaian kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-fungsi manajeman.

Dengan manajemen yang baik, akan memudahkan terwujudnya tujuan suatu organisasi, sehingga daya guna dan hasil guna unsur-unsur manajemen akan dapat ditingkatkan. Untuk meningkatkan mutu pelayanan dalam program MTBS di puskesmas dapat terkait dengan unsur-unsur dalam manajemen puskesmas itu sendiri. Adapun unsur-unsur dari manajemen pelayanan MTBS tersebut, dapat meliputi unsur 5M yaitu : man, money,

methode, machines, dan materials. Secara lebih rinci faktor-faktor yang mempengaruhi implementasi Manajemen Terpadu Balita Sakit antara lain : a. Man (Manusia)

Merujuk pada manusia sebagai tenaga kerja atau dengan kata lain merupakan sumber daya manusia di puskesmas. Penerapan Manajemen

Sumber Daya Manusia (SDM) di puskesmas telah lama diterapkan seiring dengan makin berkembangnya puskesmas ke era-desentralisasi. Setiap kebijakan yang dijalankan harus didukung dengan ketersediaan sumber daya manusia bidang kesehatan yang ada. Profesi kesehatan juga telah berkembang menjadi jabatan fungsional yang mempunyai tugas pokok dan fungsi yang jelas sesuai tingkat keahlian atau profesi yang dijabatnya. Man adalah segala hal permasalahan yang terkait dengan aspek tenaga kerja dilihat dari aspek : lemahnya pengetahuan, kurang keterampilan, pengalaman, kelelahan, kekuatan fisik, lambatnya kecepatan kerja, banyak tekanan kerja, stress dll. b. Machines (Mesin)

Merupakan sarana kesehatan yang digunakan puskesmas untuk mencapai tujuan organisasi dan segala masalah yang terkait dengan aspek peralatan, merujuk pada mesin sebagai fasilitas/ alat penunjang kegiatan perusahaan baik operasional maupun nonoprasional. Mesin merupakan sarana kesehatan atau bahan-bahan yang digunakan untuk pelayanan kesehatan seperti alat-alat kesehatan , alat-alat laboratorium kesehatan sederhana.

c. Money (Uang/ Modal/ Alokasi Dana dari Dinkes)

Merupakan unsur pembiayaan atau anggaran di puskesmas merujuk pada uang sebagai modal untuk pembiayaan seluruh kegiatan perusahaan, misalnya ketidaktersediaan anggaran. Namun untuk penerapan MTBS di puskesmas, tidak ada dana khusus untuk menunjang pelaksanaan MTBS. Rata-rata puskesmas masih mengharapkan bantuan sarana dan prasarana dari

tingkat kabupaten bahkan provinsi. Terutama untuk pengadaan formulir MTBS dan ARI timer.

d. Method (Metode/ Prosedur)

Merupakan cara-cara yang dijalankan puskesmas untuk mencapai tujuan organisasi/ misi puskesmas, merujuk pada metode/ prosedur sebagai panduan pelaksanaan kegiatan suatu perusahaan/ organisasi.

e. Materials (Bahan baku)

Merupakan prasarana kesehatan atau bahan-bahan yang digunakan untuk pelayanan kesehatan seperti : materi penyuluhan kesehatan, buku-buku petunjuk (Philip Kotler & Kevin Lane Keller, 2006, Muh.Fakhrurrozie, 2009).

Selain komponen di atas mengenai petugas MTBS, faktor yang juga berperan dalam kelancaran kegiatan MTBS adalah adanya materials yang digunakan untuk menunjang keberlangsungan kegiatan Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS).

2.2Faktor yang Mempengaruhi Implementasi Manajemen Terpadu Balita