• Tidak ada hasil yang ditemukan

Instrumen yang dikembangkan dalam penelitian ini terdiri dari lima macam instrumen, yakni (1) bahan ajar, (2) instrumen tes kemampuan penalaran matematis, (3) instrumen skala disposisi matematis siswa, (4) instrumen lembar pengamatan kinerja guru dan aktivitas siswa. Berikut uraian mengenai instrumen tersebut.

a. Bahan Ajar

Bahan ajar yang dikembangkan meliputi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS) dan Alternatif Jawaban Lembar Kerja Siswa yang disesuaikan dengan langkah-langkah pembelajaran yang diterapkan yakni pembelajaran dengan inquiry co-operation model dan pembelajaran ekspositori. Langkah-langkah pembelajaran dengan inquiry co-operation model meliputi: (1) getting in contact; (2) locating; (3) identifying; (4)

advocating; (5) thinking aloud; (6) reformulating; (7) challenging; dan (8)

evaluating. Sedangkan pembelajaran ekspositori meliputi: (1) apersepsi, (2) presentasi, dan (3) resitasi. Dalam pengembangannya juga mempertimbangkan

Eka Yudha, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kemampuan yang ingin dicapai, yakni kemampuan penalaran dan disposisi matematis yang dijabarkan dari silabus yang dibuat.

b. Instrumen Tes Kemampuan Penalaran Matematis

Tes Kemampuan Penalaran Matematis (KPM) digunakan untuk mengukur kemampuan penalaran matematis siswa. Tes Kemampuan penalaran matematis diberikan sebelum pembelajaran (pretes) dan setelah pembelajaran (postes). Tes kemampuan penalaran matematis yang digunakan berbentuk uraian, hal ini dimaksudkan agar langkah dan cara berpikir siswa dalam menyelesaikan soal dapat lebih tergambar dengan jelas. Sesuai dengan pendapat Ruseffendi (1991) yang mengemukakan bahwa salah satu kelebihan tes uraian yaitu kita bisa melihat dengan jelas proses berpikir siswa melalui jawaban yang diberikan siswa.

Materi tes kemampuan penalaran disesuaikan dengan materi pelajaran matematika SMP semester genap 2014/2015 yang mengacu pada KTSP, khususnya pokok bahasan bangun ruang sisi datar. Penyusunan perangkat tes diawali dengan membuat kisi-kisinya terlebih dahulu yang mencakup pokok bahasan, aspek kemampuan yang diukur, indikator, serta banyaknya butir tes. Kemudian dilanjutkan dengan menyusun tes kemampuan penalaran matematis sesuai dengan indikator masing-masing kemampuan yang diukur beserta kunci jawaban dan pedoman penyekoran tes.

Kemudian tes dikonsultasikan kepada pembimbing, dan meminta pertimbangan validitas muka dan validitas isi, lalu tes diujicoba untuk mengetahui reliabilitas, validitas, daya pembeda, dan indeks kesukaran butir tes. Selanjutnya baru dilakukan pengolahan dan perhitungan data hasil uji coba.

Instrumen tes kemampuan penalaran matematis berbentuk tes tertulis berjumlah 6 soal. Penyusunan intrumen tes kemampuan penalaran induktif matematis dilakukan dengan langkah- langkah sebagai berikut.

1) Menentukan materi pokok dalam penelitian ini yaitu bangun ruang sisi datar.

Eka Yudha, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

2) Menentukan bentuk tes yang digunakan. Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal uraian

3) Menentukan alokasi waktu mengerjakan sol dan jumlah butir soal 4) Membuat kisi-kisi soal dan menulis butir soal uji coba.

5) Membuat kunci jawaban dan pedoman penyekoran.

6) Melakukan validitas konstruk dan validitas isi kepada pembimbing. 7) Mengujicobakan instrumen.

8) Menganalisis hasil uji coba dan memilih butir soal yang memenuhi kriteria valid, reliabel, dan mempunyai daya pembeda yang signifikan.

Pedoman pemberian skor untuk mengukur kemampuan pealaran matematis beredoman pada Holistic Scoring Rubrics yang dikemukakan oleh Cai, Lane, dan Jacabcsin (Nanang, 2009), seperti terlihat pada Tabel 3.4.

Tabel 3.4

Pedoman Pemberian Skor Kemampuan Penalaran

Skor Kriteria

0 Tidak ada jawaban

1 Menjawab tidak sesuai atas aspek pertanyaan tentang penalaran atau menarik kesimpulan salah

2 Dapat menjawab hanya sebagian aspek pertanyaan tentang penalaran dan dijawab dengan benar

3 Dapat menjawab hampir semua aspek pertanyaan tentang penalaran dan dijawab dengan benar

4 Dapat menjawab semua aspek pertanyaan tentang penalaran matematis dan dijawab dengan benar dan jelas atau lengkap

Eka Yudha, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Instrumen Skala Disposisi Matematis Siswa

Instrumen Skala disposisi matematis yang dikembangkan dan diadopsi dari Sumarmo (2010) yang meliputi: aspek-aspek kepercayaan diri, keluwesan (fleksibilitas), ketekunan, keingintahuan, memonitor/refleksi dalam kegiatan matematika, aplikasi matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sebelum diujicobakan dibuat kisi-kisi skala disposisi matematis terlebih dahulu, kemudian diujicobakan keterbacaan skala disposisi matematis pada siswa kelas VIII yang berorientasi pada redaksi dan keefektifan susunan kalimat agar siswa dapat mengerti maksud dari pernyataan angket yang diberikan. Kategori disposisi matematis berdasarkan Suherman & Kusuma (1990)

Bentuk pernyataan disposisi siswa terhadap matematika dibuat dengan berpedoman pada bentuk skala likert yang terdiri dari 30 pernyataan yang diisi oleh siswa sesudah perlakuan pelaksanaan kegiatan pembelajaran. Skala Likert dimodifikasi dengan aturan skoring yang mengikuti skala tertentu, yang terdiri atas 4 kategori respon, yaitu Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), dan Sangat Tidak Setuju (STS) dengan tidak ada pilihan netral. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari jawaban aman (netral) dan mendorong siswa untuk melakukan keberpihakan jawaban.

Tabel 3.5

Kategori Disposisi Matematis

Skor Kategori 90% ≤ SB ≤ 100% Sangat baik 75% ≤ B < 90% Baik 55% ≤ C < 75% Cukup 40% ≤ K ≤ 55% Kurang SK < 40% Sangat Kurang

Berikut merupakan kisi-kisi dari pernyataan skala disposisi matematis siswa khususnya pada pokok bahasan bangun ruang sisi datar. Indikator yang

Eka Yudha, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

digunakan dalam penyusunan pernyataan disposisi ini menggunakan indikator disposisi matematika menurut NCTM.

Dalam menganalisis hasil skala disposisi, pernyataan tersebut ditransformasikan ke dalam skala kuantitatif (ordinal). Pemberian nilai dibedakan antara jenis pertanyaan yang bersifat positif dan negatif. Pernyataan skala disposisi yang bersifat positif pemberian skornya: SS = 4, S = 3, TS = 2 dan STS = 1. Sedangkan pernyataan skala disposisi yang bersifat negatif pemberian skornya: SS = 1, S = 2, TS = 3 dan STS = 4.

d. Instrumen Lembar Observasi Guru dan Siswa

Instrumen lembar observasi guru digunakan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan guru dalam mengelola kelas ketika mengajar dan sesuai tidaknya dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah direncanakan. Instrumen ini juga dikembangkan berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Penyusunan instrumen disesuaikan dengan kisi-kisi pada model pembelajaran yang diterapkan. Lembar penilaian aktivitas siswa digunakan untuk mengetahui seberapa besar aktivitas siswa pada saat proses pembelajaran berlangsung. Dalam pengisiannya, guru atau pengamat diminta memberikan tanda cek (√) pada kotak skala nilai sesuai dengan aktivitas yang dilakukan siswa. Tiap indikator memiliki kategori nilai masing-masing dari 4, 3, 2, atau 1 sesuai pedoman penskoran yang telah diberikan pada tiap-tiap item. Lembar ini diisi oleh guru saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

Lembar observasi diberikan kepada observer untuk memperoleh gambaran secara langsung aktivitas belajar siswa dan aktivitas guru dalam menyajikan pembelajaran dalam setiap pertemuan. Tujuan dari pedoman lembar observasi ini adalah untuk mengamati kemampuan guru dalam mengelola kelas ketika mengajar dan untuk mengamati kinerja siswa dalam mengikuti pembelajaran, serta lembar observasi dijadikan sebagai acuan dalam membuat refleksi terhadap proses pembelajaran dan keterlaksanaannya pembelajaran inquiry co-operation model.

Eka Yudha, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu G. Proses Pengembangan Instrumen Penelitian

Suatu penelitian akan valid apabila alat evaluasi yang digunakan memiliki kualitas yang baik. Untuk mendapatkan alat evaluasi yang berkualitas baik perlu diperhatikan beberapa kriteria, yaitu validitas, reliabilitas, derajat kesukaran, dan daya pembeda. Oleh karena itu sebelum digunakan dalam penelitian, instrumen harus diujicobakan terlebih dahulu kemudian dilihat validitas, reliabilitas, derajat kesukaran, dan daya pembeda. Untuk instrumen bahan ajar dan lembar kerja siswa (LKS) dilakukan validitas ahli. Instrumen skala disposisi matematis siswa dilihat validitas dengan uji validitas dan reliabilitas. Instrumen tes kemampuan penalaran matematis selain dilakukan validitas ahli juga dilakukan uji validitas empiris yang meliputi uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda dari hasil uji coba lapangan. Berikut uraian dari masing-masing uji empiris yang dilakukan.

a. Menentukan Validitas Butir Tes

Validitas butir tes ditentukan dengan cara menghitung korelasi antara skor setiap butir tes dengan skor totalnya. Perhitungan korelasi ini dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi product moment dari Pearson dengan memakai angka kasar (raw score) (Suherman, 2003)

∑ ∑ ∑

√ ∑ ∑ ∑ ∑

Keterangan:

N = banyaknya peserta tes

∑ = jumlah skor item

∑ = jumlah skor total

∑ = jumlah kuadrat skor item

∑ = jumlah kuadrat skor total

Eka Yudha, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Adapun interpretasi koefisien korelasi (rxy) yang diperoleh mengikuti kategori berikut (Suherman, 2003):

Tabel 3.6

Interpretasi Koefisien Korelasi

Koefisien Korelasi Interpretasi

0,90 ≤ rxy≤ 1,00 Korelasi sangat tinggi (validitas sangat tinggi)

0,70 ≤ rxy < 0,90 Korelasi tinggi (validitas tinggi)

0,40 ≤ rxy < 0,70 Korelasi sedang (validitas sedang)

0,20 ≤ rxy < 0,40 Korelasi rendah (validitas rendah)

0,00 ≤ rxy < 0,20 Korelasi sangat rendah (validitas sangat rendah)

rxy < 0,00 Tidak Valid

Berdasarkan hasil uji coba soal tes kemampuan penalaran induktif matematis didapatkan hasil seperti pada Tabel 3.7

Tabel 3.7

Hasil Uji Coba Validitas Soal Tes Kemampuan Penalaran Induktif

Butir Soal Validitas Interpretasi

1 0,589 Sedang

2 0,874 Tinggi

3 0,588 Sedang

Eka Yudha, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5 0,654 Sedang

6 0,858 Tinggi

b. Menentukan Reliabilitas Tes

Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk menentukan reliabilitas suatu alat evaluasi, salah satunya yaitu dengan menggunakan tes tunggal. Artinya, seperangkat tes dikenakan terhadap siswa dalam satu kali pertemuan, kemudian diperoleh sekelompok data. Dari sekelompok data yang diperoleh, selanjutnya dihitung koefisien reliabilitasnya. Dalam penelitian ini akan digunakan tes berbentuk uraian, sehingga rumus yang digunakan untuk mencari koefisien reliabilitas perangkat tes yaitu rumus Croncbach Alpha (Suherman, 2003).

Keterangan:

N = banyaknya butir tes

∑ = jumlah variansi skor setiap butir tes, dan = variansi skor total

Tolak ukur untuk menginterpretasikan koefisien reliabilitas tes menurut Guilford (Suherman, 2003) dapat dilihat pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8

Interpretasi Koefisien Reliabilitas

Koefisien Reliabilitas Interpretasi 0,90 ≤ r11≤ 1,00 Reliabilitas Sangat tinggi

0,70 ≤ r11 < 0,90 Reliabilitas Tinggi

Eka Yudha, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 0,20 ≤ r11 < 0,40 Reliabilitas Rendah r11 < 0,20 Reliabilitas Sangat rendah

Berdasarkan hasil uji coba soal tes kemampuan penalaran induktif matematis didapatkan reliabilitas sebesar 0,77 dan terkategori tinggi.

c. Menentukan Daya Pembeda (DP) dan Indeks Kesukaran (IK) Butir Tes

Daya pembeda butir tes adalah kemampuan suatu tes untuk dapat membedakan antara testee yang berkemampuan tinggi dengan testee yang berkemampuan rendah. Secara sederhana, sebuah soal dikatakan memiliki daya pembeda yang baik jika siswa yang pandai dapat mengerjakan dengan baik, sementara siswa yang kurang tidak dapat mengerjakan dengan baik soal yang diberikan.

Daya pembeda atau discriminatory power dihitung dengan membagi testee ke dalam dua kelompok (atas dan bawah). Kelompok atas (the higher group) yaitu kelompok testee yang tergolong pandai dan kelompok bawah (the lower group) yaitu kelompok testee yang tergolong rendah. Jika subyek pada uji coba lebih dari 30 disebut kelompok besar, maka untuk keperluan perhitungan daya pembeda cukup diambil 27% untuk kelompok atas dan 27% untuk kelompok bawah (Suherman, 2003).

Kualitas setiap butir tes dapat diketahui berdasarkan indeks kesukaran atau tingkat kesukaran yang dimiliki oleh masing-masing butir tes tersebut. Menurut Suherman (2003) butir-butir tes dapat dinyatakan sebagai butir tes yang baik apabila butir-butir tes tersebut tidak terlalu sukar dan tidak pula terlalu mudah. Dengan kata lain, tingkat kesukaran butir tes itu adalah sedang atau cukup.

Tahapan yang dapat dilakukan untuk mengetahui daya pembeda dan indeks kesukaran butir tes adalah sebagai berikut:

Eka Yudha, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

(2) Ambil sebanyak 27% siswa yang skornya tinggi, yang selanjutnya disebut kelompok atas dan 27% siswa yang skornya rendah, yang selanjutnya disebut kelompok bawah (Suherman, 2003).

(3) Tentukan daya pembeda butir tes. Adapun rumus yang dapat digunakan adalah sebagai berikut (Suherman, 2003)

Keterangan:

DP : Daya Pembeda

JBA : jumlah skor siswa kelompok atas pada butir tes yang diolah

JBB : jumlah skor siswa kelompok bawah pada butir tes yang diolah

JSA : jumlah skor maksimal ideal salah satu kelompok (atas) pada butir soal yang diolah

Daya pembeda butir tes diinterpretasikan berdasarkan kategori pada Tabel 3.9

Tabel 3.9

Interpretasi Koefisien Daya Pembeda

Daya Pembeda Kriteria

DP ≤ 0,00 Sangat Jelek

0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek

0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup

0,40 < DP ≤ 0,70 Baik

0,70 < DP ≤ 1,00 Sangat Baik

Berdasarkan hasil uji coba soal tes kemampuan penalaran induktif matematis didapatkan hasil sebagai berikut

Tabel 3.10

Hasil Uji Coba Daya Pembeda Soal Tes Kemampuan Penalaran Induktif

Eka Yudha, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1 0,44 Baik 2 0,64 Baik 3 0,67 Baik 4 0,44 Baik 5 0,42 Baik 6 0,81 Sangat Baik

(4) Menentukan indeks kesukaran butir tes. Menurut (Suheman, 2003) indeks kesukaran butir tes dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:

IK : indeks kesukaran

JBA : jumlah skor siswa kelompok atas pada butir tes yang diolah

JBB : jumlah skor siswa kelompok bawah pada butir tes yang diolah

JSA : jumlah skor maksimal ideal salah satu kelompok (atas) pada butir tes yang diolah

Untuk menginterpretasikan indeks kesukaran butir tes digunakan kategori seperti pada Tabel 3.11.

Tabel 3.11

Interpretasi Koefisien Indeks Kesukaran

Koefisien Indeks Kesukaran Interpretasi

IK = 0,00 Soal terlalu sukar

0,00 < IK ≤ 0,30 Soal sukar

0,30 < IK ≤ 0,70 Soal sedang

0,70 < IK ≤ 1,00 Soal mudah

Eka Yudha, 2015

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil uji coba tingkat kesukaran butir soal tes kemampuan penalaran induktif matematis didapatkan hasil sebagai berikut

Tabel 3.12

Hasil Uji Coba Tingkat Kesukaran Butir Soal Tes Kemampuan Penalaran Induktif

Butir Soal Tingkat Kesukaran Interpretasi

1 0,78 Mudah 2 0,37 Sedang 3 0,61 Sedang 4 0,53 Sedang 5 0,40 Sedang 6 0,40 Sedang

Dokumen terkait