Hasil perhitungan N-Gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan klasifikasi dari Hake (1999) yang dapat dilihat pada
Tabel 3.14 Kategori N-Gain <g> N-Gain <g> Kategori g< 0,3 Rendah 0,3 ≤ g< 0,7 Sedang g≥ 0,7 Tinggi
4. Menyajikan statistik deskriptif skor pretes, skor postes, dan skor N-Gain yang meliputi skor rata-rata ( ̅ , simpangan baku (s), skor maksimum (xmaks), dan skor minimum (xmin).
5. Melakukan Uji Prasyarat a. Uji normalitas Data
Uji normalitas dilakukan untuk menentukan apakah sebaran data pencapaian dan peningkatan kemampuan siswa berdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diperlukan untuk menentukan uji statistik data dari kelompok sampel yang digunakan. Dalam menguji normalitas data, digunakan uji Kolmogorov-Smirnov Zuntuk data kurang dari 30 dan Shapiro-Wilk untuk
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
data lebih dari 30 (Soemantri & Muhidin, 2006). Adapun hipotesis statistik yang diberikan sebagai berikut:
H0 : Data yang diperoleh berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : Data yang diperoleh berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal Dengan kriteria uji: H0 ditolak jika P-Value kur ng d ri t r f signifik n (α =
0,05).
b. Uji Homogenitas Data
Uji homogenitas varians dilakukan untuk mengetahui apakah data pencapaian dan peningkatan kemampuan siswa memiliki varians yang sama atau tidak, jika data mempunyai varians yang sama maka kelompok tersebut dikatakan homogen. Untuk menguji homogenitas variansi data, digunakan uji
Homogenitas of Variance (Levene’s Test) yang dilakukan dengan berbantuan Software Minitab for windows. Adapun hipotesis statistik yang diajukan adalah sebagai berikut :
H0 : σ2 1= σ2
2 ; Data yang diperoleh berasal dari populasi yang memiliki variansi yang sama
H1 : σ2 1≠ σ2
2 ; Data yang diperoleh berasal dari populasi yang memiliki variansi yang tidak sama
Kriteria pengujian adalah H0 ditolak jika P-Value kurang dari taraf signifikan
(α = 0,05) t u P-Value < 0,05 6. Menguji Hipotesis Penelitian
Pengujian hipotesis untuk mengetahui pencapaian dan peningkatan yang lebih baik antara kedua pembelajaran didasarkan pada uji normalitas dan homogenitas. Apabila data tersebut normal dan homogen, uji hipotesis dilakukan dengan uji t. Namun jika d t tersebut norm l tet pi tid k homogen dil njutk n deng n uji t’
dan jika tidak normal maka uji hipotesis menggunakan uji non parametrik yakni uji Mann-Whitney U (Yamin & Kurniawan, 2014: 239). Berikut uji hipotesis yang akan dilakukan pada penelitian ini:
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menguji apakah pencapaian kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori. Adapun hipotesisnya yaitu:
H0 : μe ≤ μk
Rata-rata pencapaian kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model tidak lebih baik atau sama dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori.
H1 : μe > μk
Rata-rata pencapaian kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori.
Keterangan:
μe: Rata-rata skor postes kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas inquiry co-operation model (kelas eksperimen)
μk: Rata-rata skor postes kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas ekspositori (kelas kontrol)
Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji t independen sample test, dengan menetapkan taraf
signifik nsi α = 0,05, m k kriteri penguji n d l h tol k H0 jika nilai p-value ≤ α = 0,05 d n terim H0 jika p-value> α = 0,05. Ap bil d t tid k
berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non-parametrik, yaitu uji
Mann-Whitney U. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai p-value ≤ α =
0,05. Namun jika data berdistribusi normal, tetapi varians tidak homogen, maka digunakan uji t’.
b. Hipotesis Penelitian yang Kedua
Untuk menguji apakah pencapaian kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
daripada siswa yang mendapat pembelajaran ekspositoriditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah).
H0 : μe ≤ μk
Rata-rata pencapaian kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model tidak lebih baik atau sama dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositoriditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (atas, tengah, bawah).
H1 : μe > μk
Rata-rata pencapaian kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah).
Keterangan:
μe: Rata-rata skor postes kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas inquiry co-operation model (kelas eksperimen)ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah).
μk: Rata-rata skor postes kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas ekspositori (kelas kontrol)ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)
Jika data pasangan kelompok KAM (tinggi, sedang, rendah) berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji t independen sample test, deng n menet pk n t r f signifik nsi α = 0,05,
maka kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai p-value ≤ α = 0,05 d n
terima H0 jika p-value> α = 0,05. Ap bil d t p s ng n kelompok KAM
(tinggi, sedang, rendah) tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non-parametrik, yaitu uji Mann-Whitney U. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai p-value ≤ α = 0,05. mun jik d t
berdistribusi normal, tetapi varians tidak homogen, maka digunakan uji
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
c. Hipotesis Penelitian yang Ketiga
Untuk menguji apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori. Adapun hipotesisnya yaitu:
H0 : μe ≤ μk
Rata-rata peningkatan kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model tidak lebih baik atau sama dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori.
H1 : μe > μk
Rata-rata peningkatan kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori.
Keterangan:
μe : Rata-rata skor N-Gain kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas inquiry co-operation model (kelas eksperimen)
μk : Rata-rata skor N-Gain kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas ekspositori (kelas kontrol)
Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji t independen sample test, dengan menetapkan taraf
signifik nsi α = 0,05, m k kriteri penguji n d l h tol k H0 jika nilai p-value ≤ α = 0,05 d n terim H0 jika p-value> α = 0,05. Ap bil d t tid k
berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non-parametrik, yaitu uji
Mann-Whitney U. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai p-value ≤ α =
0,05. Namun jika data berdistribusi normal, tetapi varians tidak homogen, maka digunakan uji t’.
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Untuk menguji apakah peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran Inquiry Co-operation Model lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran ekspositoriditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah). Adapun hipotesisnya yaitu:
H0 : μe ≤ μk
Rata-rata peningkatan kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model tidak lebih baik atau sama dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositoriditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)..
H1 : μe > μk
Rata-rata peningkatan kemampuan penalaran induktif matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah).
Keterangan:
μe : Rata-rata skor N-Gain kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas inquiry co-operation model (kelas eksperimen)
μk : Rata-rata skor N-Gain kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas ekspositori (kelas kontrol)
Jika data pasangan kelompok KAM (tinggi, sedang, rendah) berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji t independen sample test, deng n menet pk n t r f signifik nsi α = 0,05, m k
kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai p-value ≤ α = 0,05 dan terima H0 jika p-value> α = 0,05. Ap bil d t p s ng n kelompok KAM (atas, tengah, bawah) tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non-parametrik, yaitu uji Mann-Whitney U. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai p-value ≤ α = 0,05. Namun jika data berdistribusi normal, tetapi varians tidak homogen, maka digunakan uji t’.
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
e. Hipotesis Penelitian yang Kelima
Untuk menguji apakah pencapaian disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran ekspositori. Adapun hipotesisnya yaitu: H0 : μe ≤ μk
Rata-rata pencapaian disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model tidak lebih baik atau sama dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori.
H1 : μe > μk
Rata-rata pencapaian disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori.
Keterangan:
μe : Rata-rata skor posskala disposisi matematis siswa kelas inquiry co-operation model (kelas eksperimen)
μk : Rata-rata skor posskala disposisi matematis matematis siswa kelas ekspositori (kelas kontrol)
Jika data berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji t independen sample test, dengan menetapkan taraf
signifik nsi α = 0,05, m k kriteri penguji n d l h tol k H0 jika nilai p-value ≤ α = 0,05 d n terim H0 jika p-value> α = 0,05. Ap bil d t tid k
berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non-parametrik, yaitu uji
Mann-Whitney U. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai p-value ≤ α =
0,05. Namun jika data berdistribusi normal, tetapi varians tidak homogen, maka digunakan uji t’.
f. Hipotesis Penelitian yang Keenam
Untuk menguji apakah pencapaian disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik daripada
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
siswa yang mendapat pembelajaran ekspositoriditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah). Adapun hipotesisnya yaitu:
H0 : μe ≤ μk
Rata-rata pencapaian disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model tidak lebih baik atau sama dengan siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositoriditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah)..
H1 : μe > μk
Rata-rata pencapaian disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran inquiry co-operation model lebih baik daripada siswa yang mendapatkan pembelajaran ekspositori ditinjau dari kemampuan awal matematis siswa (tinggi, sedang, rendah).
Keterangan:
μe : Rata-rata skor N-Gain kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas inquiry co-operation model (kelas eksperimen)
μk : Rata-rata skor N-Gain kemampuan penalaran induktif matematis siswa kelas ekspositori (kelas kontrol)
Jika data pasangan kelompok KAM (tinggi, sedang, rendah) berdistribusi normal dan homogen maka uji statistik yang digunakan adalah uji t independen sample test, deng n menet pk n t r f signifik nsi α = 0,05, m k
kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai p-value ≤ α = 0,05 d n terim H0
jika p-value > α = 0,05. Ap bil d t p s ng n kelompok KAM (tinggi,
sedang, rendah) tidak berdistribusi normal, maka digunakan uji statistik non-parametrik, yaitu uji Mann-Whitney U. Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika nilai p-value ≤ α = 0,05. mun jik d t berdistribusi norm l, tet pi v ri ns
tidak homogen, maka digunakan uji t’.Berikut disajikan bagan uji statistik Penelitian
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Gambar 3.2
Bagan Uji Statistik Data Penelitian Uji Non-parametrik Uji t’ Uji t Hasil Normal? Homogen? Ya Ya Tidak Tidak
100
Eka Yudha, 2015
MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN IND UKTIF DAN DISPOSISI MATEMATIS SISWA SMP MELALUI PEMBELAJARAN INQUIRY CO-OPERATION MOD EL
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB V