• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

G. Instrumen Penelitian

1. Pengembangan Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat ukur yang digunakan dalam penelitian (Sugiyono, 2013:

148).

42

Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur hasil belajar yaitu tes

objektif dalam bentuk pilihan ganda dengan 4 pilihan jawaban sebanyak 20 soal,

untuk jawaban benar mendapatkan skor 1 dan jawaban salah akan mendapatkan

skor 0. Setelah rancangan soal tes selesai disusun, selanjutnya dikonsultasikan

oleh dosen pembimbing Setelah instrumen tersusun dengan baik selanjutnya

dilakukan uji coba instrumen untuk menguji validitas dan reliabilitas instrumen.

Data yang diambil dalam penelitian ini terdiri dari data kuantitatif yang terdiri

dari hasil pre tes dan post tes hasil belajar matematika. Tes yang diberikan sama

pada kedua kelas yaitu materi pecahan. Adapun kisi-kisi instrumen tes pada

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4. Kisi-kisi Instrumen

Tingkat kemampuan Indikator Nomor butir soal Jumlah butir soal

Pengetahuan 1.membaca pecahan

sederhana 2, 1 2.menulis pecahan sederhana 4, 20 2 3. menyajikan nilai pecahan dalam bentuk gambar 1, 3, 8, 18, 19 4 Pemahaman 1. menjumlahkan dua bilangan 7, 12, 2

43 pecahan yang berpenyebut sama 2. mengurangkan dua bilangan pecahan yang berpenyebut sama. 10, 14, 2 3.membandingkan pecahan sederhana. 6, 9, 13, 15 4 Penerapan 1. memecahkan masalah yang melibatkan pecahan sederhana yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 5, 11, 16,17, 4 b. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa transkrip nilai UTS

matematika siswa kelas III yang digunakan untuk melihat kesetaraan antara dua

kelas yang akan dijadikan kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Dari

transkrip nilai UTS mata pelajaran matematika, kedua kelas dapat dikatakan setara

karena memiliki rerata yang relatif sama yaitu, 63,88 untuk kelas A dan 65,40

44 2. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen dalam penelitian ini menggunakan uji coba validitas dan

reliabilitas.

a. Uji Validitas

Menurut Nana Syaodih (2010: 2228) validitas instrumen menunjukkan bahwa

hasil dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur. Sautu

instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut benar-benar mengukur aspek

yang akan diukur. Setelah diuji cobakan pada siswa, instrumen tes tersebut diuji

validitasnya dengan menggunakan bantuan komputer program SPSS 17 for

windows dengan rumus korelasi oleh pearson.

Uji coba instrumen dilakukan pada hari Jumat tanggal 16 Desember 2016 di

kelas III SDN Pagersari 3 dengan jumlah peserta tes 30 siswa. Pemilihan siswa

SDN Pagersari sebagai peserta uji coba instrumen karena SDN Pagersari memiliki

akreditasi yang sama dengan SDN Kowangan. Dari 20 butir item yang diujikan

diperoleh 17 butir item yang valid. Angka korelasi tiap-tiap butir sebagai hasil

perhitungan dikonsultasikan dengan tabel pada taraf signifikasi 5% dan N=30. Butir atau item dikatakan valid jika rXY ≥ r tabel. Dari tabel diketahui angka korelasi dari suatu butir/item kurang dari 0,361 berarti item tersebut gugur dan

sebaliknya apabila koefisien korelasi suatu butir/item lebih besar atau sama

dengan 0,361 berarti item tersebut valid.

Dari hasil perhitungan dengan komputer, dari 20 butir item ada 3 butir item

45

tidak digunakan sehingga jumlah butir soal yang digunakan dalam penelitian

berjumlah 17 item.

b. Uji Reliabilitas

Menurut Sukardi (2013: 127) suatu instrumen penelitian mempunyai nilai

reliabiltas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten

dalam mengukur yang hendak diukur. Setelah item-item sudah diuji validitasnya,

maka selanjutnya dilakukan uji reliabilitas. Suatu instrumen dikatakan memiliki

nilai reliabilitas yang tinggi apabila tes ang dibuat memiliki hasil yang konsisten

dalam mengukur yang hendak diukur (sukardi, 2013;127).

Dalam penelitian ini digunakan rumus alpha cronbach untuk mengetahui

besarnya koefisien reliabilitas dengan bantuan komputer program SPSS 17 for

windows dan diperoleh koefisien alpha sebesar 0,830.

Tabel 5. Koefisien reliabilitas menurut Suharsimi Arikunto (2006:276)

Rentang Kategori 0,800-1,00 Tinggi 0,600-0,800 Cukup 0,400-0,600 Agak rendah 0,200- 0,400 Rendah 0,00 – 0,200 Sangat rendah

Berdasarkan patokan tersebut, koefisien alpha yang diperoleh berada pada

tingkat tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan

46 c. Tingkat Kesukaran Butir

Tingkat kesukaran butir soal bertujuan untuk mengetahui bobot soal yang

sesuai dengan kriteria perangkat soal untuk mengukur tingkat kesukaran. Menurut

Suharsimi Arikunto (2006: 208) untuk menghitung indeks kesukaran suatu butir

soal digunakan rumus sebagai berikut :

P = �� Keterangan:

P = indeks kesukarn

B = jumlah siswa yang menjawab dengan benar

JS = jumlah seluruh siswa peserta tes

Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, maka soal

tersebut sulit. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal

tersebut. Menurut Nana Sudjana (2009:137) Kriteria indeks kesulitan soal dibagi

menjadi 3, sebagai berikut:

Tabel 6. Kategori tingkat kesukaran

Rentang tingkat kesukaran Kategori

0 – 0,30 Sukar

0,31 – 0,70 Sedang

0,71 – 1,00 Mudah

Berdasarkan kriteria indeks kesukaran soal, maka diperoleh soal 1 soal kriteria

mudah, 14 soal kriteria sedang, dan 2 soal kriteria sukar.

47

Daya pembeda mengkaji butir-butir soal dengan tujuan untuk mengetahui

kesanggupan soal dalam membedakan siswa yang tergolong kurang atau lemah

prestasinya. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks

diskriminasi disingkat DB.

Rumus yang digunakan untuk menentukan indeks diskriminasi adalah

(Purwanto, 2008: 102): DB = PT - PR Atau DB = ∑Tʙ ∑T ̶ ∑R∑Rʙ Keterangan:

PT = Proposisi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang

mempunyai kemampuan tinggi.

PR = proposisi siswa yang menjawab benar pada kelompok siswa yang

mempunyai kemampuan rendah,

∑TB = jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

∑T = jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan tinggi,

∑RB = jumlah peserta yang menjawab benar pada kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah,

∑R = jumlah kelompok siswa yang mempunyai kemampuan rendah.

Suharsimi Arikunto (2013:213) mengemukakan bahwa daya pembeda

diklasifikasikan sebagai berikut:

48

D = 0,20 – 0,40 =cukup (satisfactory)

D = 0,40 – 0,70 = baik (good)

D = 0,70 – 1,00 = baik sekali (excellent)

D = negatif, semuanya tidak baik

Berdasarkan kriteria indeks daya pembeda soal diperoleh 1 soal dengan

kriteria tidak baik, 9 soal baik, 7 soal cukup.

Dokumen terkait