• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.3 Pembahasan dan Analisis Penelitian

4.3.2 Integrasi

Integrasi adalah suatu proses pengukuran terhadap tingkat kemampuan suatu organisasi untuk mengadakan sosialisasi, pengembangan konsensus, dan komunikasi dengan organisasi lainnya. Dalam integrasi ini hendaknya suatu organisasi bekerja sama serta saling berkomunikasi dengan organisasi lainnya.Proses integrasi ini harus sesuai dengan prosedur yang ada. Selain itu, dibutuhkan proses sosialisasi yang jelas supaya Program Pembinaan tersebut dapat berjalan dengan efektif.

Adapun prosedur pemberian program pembinaan sudah direncanakan pada tahun sebelumnya, untuk program pembinaan tahun 2014 sudah direncanakan pada tahun 2013. Seperti yang dikatakan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Cilegon, beliau mengatakan bahwa:

“Program pembinaan sendiri direncanakan pada tahun sebelumnya, misalkan tahun 2014,itu sudah direncanakan sejak tahun 2013.”(Wawancara dengan Ibu Hj. Abadiah, S.Pd, M.Si. 23 Februari 2015.Pukul 09:21 WIB).

Berdasarkan wawancara dengan I1-1 di atas dapat dilihat bahwa program pembinaan tahun 2014 sudah direncanakan sejak tahun sebelumnya yaitu tahun 2013.Banyak prosedur yang harus dilalui sebelum dilaksanakan program pembinaan tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Cilegon, beliau mengatakan bahwa:

Program pembinaan tahun 2014 sudah direncanakan dan disusun sejak akhir tahun 2013 berdasarkan musrenbang.Jadi perencanaan program berdasarkan Musrenbang Kelurahan, Kecamatan, serta Kota supaya diketahui daerah mana saja yang terdapat WPS.Setelah diadakan Musrenbang lalu berlanjut jadi RKA (Rencana Kerja Anggaran), setelah RKA lalu dibahas di Rapat PanitiaAnggaran dengan panitia anggaran eksekutif dan legislatif lalu menjadi DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran). Jadi pelaksanaannya berdasarkan DPA. Panitia anggaran eksekutif yaitu walikota, sedangkan legislatif anggota dewan kota. Setelah itu ditetapkan menjadi Perda. Setelah jadi Perda dikembalikan ke unit

masing – masing untuk kemudian dilaksanakan.(Wawancara dengan

Bapak M. Sudaryo, SE, M.Si. 7Mei 2015. Pukul 09:41)

Berdasarkan wawancara dengan I1-2 di atas dapat dilihat bahwa program pembinaanmelalui banyak proses. Awalnya program pembinaan direncanakan dan disusun akhir tahun berdasarkan musrenbang Kelurahan, Kecamatan, serta Kota supaya diketahui daerah mana saja yang terdapat WPS. Kemudian setelah musrenbang maka hasilnya akan menjadi RKA (Rencana Kerja Anggaran) yang kemudian akan dibahas di Rapat Panitia Anggaran dengan panitia anggaran eksekutif dan legislatif lalu menjadi DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran).Jadi pelaksanaannya berdasarkan DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran). Panitia anggaran eksekutif yaitu walikota, sedangkan legislatif anggota dewan kota. Setelah itu ditetapkan menjadi Perda.Setelah jadi Perda dikembalikan ke unit masing – masing untuk kemudian dilaksanakan.

Sebelum melaksanakan Program Pembinaan ini, Dinas Sosial terlebih dahulu mengadakan kegiatan razia di daerah yang terindikasi terdapat Wanita Pekerja Seks.Pada kegiatan razia ini Dinas Sosial Kota Cilegon bekerja sama dengan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Cilegon. Sebelum mengadakan razia,

tersebut seperti dikatakan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Cilegon, beliau mengatakan bahwa:

“Pertama kita rapat koordinasi terlebih dahulu dengan unsur – unsur yang berkaitan dengan kegiatan razia seperti TNI, Polisi, Pol PP, PM, serta Kodim untuk menentukan daerah mana saja yang akan di razia”

(Wawancara dengan Ibu Hj. Abadiah, S.Pd, M.Si. 23 Februari 2015, Pukul 09:21 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 diatas dapat terlihat bahwa kegiatan razia dilakukan oleh unsur – unsur yang berkaitan dengan ketertiban dan keamanan kota seperti TNI, polisi, Satpol PP, Polisi Militer serta Kodim. Sedangkan keberadaan Polisi Militer untuk mengantisipasi jika ada anggota militer yang terjaring. Seperti yang diungkapkan oleh Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Cilegon, beliau mengatakan bahwa:

Dinsos, Pol PP, Polisi, PM, Kodim itu harus ada di setiap razia.Kita ikut razia tetapi tidak melakukan eksekusi. Kenapa ada PM?, supaya jika pada saat eksekusi ada anggota militer yang terjaring maka PM yang turun tangan. Kalo orang sipil biasa cukup Pol PP yang turun tangan”.(Wawancara dengan Bapak M. Sudaryo, SE, M.Si. 7Mei 2015. Pukul 09:41)

Berdasarkan wawancara dengan I1-2 di atas dapat dilihat bahwa setiap ada razia pihak Dinas Sosial tetap ikut tetapi tidak melakukan eksekusi, yang melakukan eksekusi adalah Satpol PP. Sedangkan untuk pihak Polisi Militer diikutsertakan dalam razia supaya apabila pada saat eksekusi terjaring anggota militer maka pihak Polisi Militer yang turun tangan, apabila warga sipil yang terjaring dalam razia maka cukup Satpol PP yang turun tangan.

Selain itu keberadaan anggota Polisi, TNI, serta Polisi Militer adalah untuk menjaga keamanan saat kegiatan razia berlangsung dikarenakan hal tersebut sesuai dengan permintaan dari Dinas Sosial Kota Cilegon.Seperti yang dikatakan

oleh Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Satuan Polisi Pamong Praja Kota Cilegon, beliau mengatakan bahwa:

Razia tergantung dari permintaan Dinas Sosial.Jadi pertama itu kita rapat terlebih dahulu untuk menentukan lokasi razia, setelah ditentukan baru kita turun ke lapangan untuk mengadakan razia” (Wawancara dengan Bapak Endang Sudrajat. 20 Februari 2015.Pukul 09:35 WIB). Berdasarkan wawancara dengan I2 diatas dapat dilihat bahwa kegiatan razia Wanita Pekerja Seks yang dilakukan oleh Satuan Polisi Pamong Praja tergantung dari permintaan Dinas Sosial itu sendiri.Pertama itu rapat terlebih dahulu untuk menentukan lokasi razia, setelah ditentukan lokasi razia baru kita turun ke lapangan untuk mengadakan razia.

Adapun cara melakukan koordinasi untuk mengadakan razia Wanita Pekerja Seks yaitu dengan mengadakan rapat dengan unsur-unsur yang terkait. Hal tersebut seperti dikatakan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Cilegon, beliau mengatakan bahwa:

“Kita mengundang rapat unsur – unsur terkait dengan kegiatan razia”

(Wawancara dengan Ibu Hj. Abadiah, S.Pd, M.Si. 23 Februari 2015, Pukul 09:21 WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 di atas dapat terlihat bahwa untuk mengadakan razia Wanita Pekerja Seks maka Dinas Sosial mengundang rapat unsur-unsur yang terakait dengan razia. Unsur terkait dengan kegiatan razia yaitu unsur – unsur yang berkaitan dengan ketertiban dan keamanan kota seperti TNI, Polisi, Satpol PP, Polisi Militer serta Kodim.

“Pertama kita mengundang unsur – unsur seperti Polisi, Pol PP, PM, dan Kodim untuk rapat koordinasi yang bertempat di kantor Dinsos, jadi Dinsos yang mengomandoi Razia. Segala sesuatunya ditentukan pada saat rapat mulai dari lokasi, tujuan, jadi tidak langsung ambil dari jalanan.Setelah ada razia, para WPS tersebut di data oleh kita.Jika sudah 2 kali tertangkap, maka selanjutnya dibawa ke Pasar Rebo untuk dibina selama 6 bulan”.(Wawancara dengan Bapak M. Sudaryo, SE, M.Si. 3 Februari 2015. Pukul 09:41)

Berdasarkan wawancara dengan I1-2 di atas dapat dilihat bahwa untuk mengadakan razia Wanita Pekerja Seks maka Dinas Sosial mengundang unsur – unsur seperti Polisi, Pol PP, PM, dan Kodim untuk rapat koordinasi yang bertempat di kantor Dinas Sosial Kota Cilegon, jadi posisi Dinas Sosial sebagai komando razia.Segala sesuatunya ditentukan pada saat rapat mulai dari lokasi razia, tujuan serta jadi tidak langsung ambil dari jalanan.Setelah ada kegiatan razia maka para Wanita Pekerja Seks tersebut di data oleh Dinas Sosial Kota Cilegon. Jika sudah 2 kali tertangkap, maka selanjutnya akandibawa ke Pasar Rebo untuk dibina selama 6 bulan.

Selain itu, Satuan Polisi Pamong Praja tidak berwenang dalam kegiatan pendataan para Wanita Pekerja Seks. Hal tersebut dikatakan oleh Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Satuan Polisi Pamong Praja Kota Cilegon, beliau mengatakan bahwa:

Untuk pendataan itu urusan Dinas Sosial, sebab tugas kita hanya eksekutor di lapangan dan tidak berwenang dalam pendataan”

(Wawancara dengan Bapak Endang Sudrajat. 20 Februari 2015.Pukul 09:35 WIB).

Satpol PP Kota Cilegon hanya bertindak sebagai eksekutor atau pelaksana razia, selanjutnya wanita pekerja seks yang terjaring razia akan diserahkan kepada Dinas Sosial Kota Cilegon untuk dilakukan pendataan. Setelah proses razia,

prosedur selanjutnya adalah proses pendataan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon sendiri.Seperti yang dikatakan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Cilegon, beliau mengatakan bahwa:

“Kita lakukan razia terlebih dahulu, setelah itu dikumpulkan, lalu kita interview satu per satu orang yang terkena razia tersebut.Dari situ kita bisa tahu mana yang WPS mana yang bukan.”(Wawancara dengan Ibu Hj. Abadiah, S.Pd, M.Si. 23 Februari 2015.Pukul 09:21 WIB).

Berdasarkan wawancara dengan I1-1 diatas dapat dilihat bahwa kegiatan razia yang dilakukan tidak hanya menjaring para Wanita Pekerja Seks, akan tetapi semua orang yang kedapatan sedang melakukan kegiatan dengan bukan pasangan resminya di lokasi razia. Proses pendataan sendiri lakukan untuk memisahkan antara Wanita Pekerja Seks dengan yang bukan yaitu dengan carainterview atau wawancara satu per satu orang yang terkena razia. Setelah interview maka akan Dinas Sosial akan mengetahui mana yang Wanita Pekerja Seks serta mana yang bukan. Kegiatan pendataan ini dilakukan dalam jangka waktu 6 bulan sekali. Hal ini seperti yang dikatakan oleh Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Cilegon, beliau mengatakan bahwa:

Berdasarkan Permensos Nomer 8 tahun 2012 kita wajib mendata WPS

per enam bulan sekali” (Wawancara dengan Bapak M. Sudaryo, SE, M.Si.

3 Februari 2015. Pukul 09:41 WIB)

Berdasarkan wawancara dengan I1-2 diatas dapat dilihat bahwa kegiatan pendataan dilakukan oleh Dinas Sosial dalam jangka waktu 6 bulan sekali berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomer 8 tahun 2012 tentang pedoman pendataan dan pengelolaan data penyandang masalah kesejahteraan sosial dan

Setelah dilakukan pendataan, para pelaku yang terjaring razia tersebut membuatsurat pernyataan agar tidak mengulangi perbuatan itu lagi lalu mereka pun dilepaskan kembali. Akan tetapi untuk Wanita Pekerja Seks yang kedapatan telah terjaring razia sebanyak dua kali maka wanita tersebut akan diberikan Program Pembinaan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon. Untuk sosialisasi mengenai adanya Program Pembinaan tersebut Dinas Sosial Kota Cilegon mengadakan publikasi melalui bermacam cara, antara lain melalui media cetak serta elektronik. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Kepala Dinas Sosial Kota Cilegon, beliau mengatakan bahwa:

“Kita melakukan publikasi melalui media cetak, elektronik, sosialisasi

pembangunan, melalui program Pro Rakyat juga ada” (Wawancara

dengan Ibu Hj. Abadiah, S.Pd, M.Si. 23 Februari 2015.Pukul 09:21 WIB). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 diatas dapat dilihat bahwa dengan adanya sosialisasi Program Pembinaan yang diadakan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon diharapkan agarpara Wanita Pekerja Seks yang ada di Kota Cilegon dapat mengikuti Program Pembinaan serta Program Pembinaan tersebut dapat berjalan dengan optimal.

Hal yang serupa seperti yang dikatakan oleh Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Cilegon, beliau mengatakan bahwa:

Paling kita undang perwakilan semua unsur PMKS ke Dinsos supaya diberikan sosialisasi program pembinaan.Sama kita ada acara talkshow di Radio.”(Wawancara dengan Bapak M. Sudaryo, SE, M.Si. 3 Februari 2015. Pukul 09:41 WIB)

Berdasarkan wawancara dengan I1-2 di atas dapat dilihat bahwa sosialisasi Program Pembinaan yang dilakukan Dinas Sosial Kota Cilegon yaitu dengan cara mengundang perwakilan semua unsur PMKS ke Dinas Sosial, selain itu sosialisasi

melalui acara talkshow di Radio sehingga para warga dapat mengetahui Program Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon. Akan tetapi, yang terjadi dilapangan adalah para Wanita Pekerja Seks tersebut lebih mengetahui adanya Program Pembinaan tersebut melalui teman – teman mereka yang sudah terlebih dahulu mengikuti Program Pembinaan Dinas Sosial Kota Cilegon. Hal tersebut sesuai dengan yang dikatakan oleh Wanita Pekerja Seks yang pernah mengikuti Program Pembinaan Wanita Pekerja Seks Tahun 2014, beliau mengatakan bahwa:

Udah tahu dari temen-temen yang udah pernah. Cuma kalo dari Dinsosnya sendiri ngga ada pengumuman apa-apa, ngga ada pengumuman bakal ada program pembinaan kayak gitu. Taunya mah pas

abis di data aja”(Wawancara dengan Mela. 17 Maret 2015. Pukul 21:03

WIB).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-1diatas dapat dilihat bahwa dia mengetahui adanya Program Pembinaan tersebut dari temannya yang sudah pernah mengikuti Program Pembinaan tahun sebelumnya sedangkan dari pihak Dinas Sosial tidak ada pengumuman adanya program pembinaan hanya memberitahu adanya Program Pembinaan setelah terjaring razia dan dilakukan proses pendataan.

Untuk memperkuat hasil wawancara, peneliti melakukan triangulasi dengan wanita pekerja seks lainnya, beliau mengatakan bahwa:

“Ngga tau mas. Baru taunya mah pas dibilangin sama orang Dinsosnya aja paspendataan itu. Kan abis di data tuh yah, kita nulis alamat, nama segala macem tuh. Kita disuruh ikut program itu, terus kita baru ikut.”(Wawancara dengan Lusi, 20 Maret 2015. Pukul 23:14)

Berdasarkan hasil wawancara dengan I3-2di atas dapat dilihat bahwa dia tidak mengetahui adanya program pembinaan, wanita pekerja seks mengetahui program pembinaan saat didata oleh Dinas Sosial Kota Cilegon pada saat terjaring razia.Hendaknya Dinas Sosial dapat melakukan sosialisasi lebih baik supaya masyarakat luas khususnya Kota Cilegon dapat mengetahui bahwa Dinas Sosial Kota Cilegon telah mengadakan program pembinaan serta diharapkan masyarakat dapat ikut memantau efektivitas jalannya program pembinaan tersebut. Sebab selama ini masyarakat tidak mengetahui adanya Program Pembinaan tersebut.

Berdasarkan uraian diatas pada indikator integrasi, bahwa proses sosialisasi dalam pelaksanaan Program Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon belum berjalan secara optimal karena para Wanita Pekerja Seks tidak mengetahui adanya Program Pembinaan dari Dinas Sosial sendiri, melainkan mengetahui dari teman – teman mereka yang sudah pernah mengikuti Program Pembinaan tahun sebelumnya serta ada pula yang mengetahui program pembinaan pada saat didata ketika terjaring razia.Selain itu jika Program Pembinaan berjalan dengan optimal hendaknya jumlah Wanita Pekerja Seks di Kota Cilegon semakin berkurang.

Dokumen terkait