• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.4 Pembahasan

Dalam pembahasan ini peneliti akan membahas tentang Efektivitas Program Pembinaan Dinas Sosial Pada Wanita Pekerja Seks di Kota Cilegon. Dapat diketahui bahwa Dinas Sosial mengadakan Program Pembinaan kepada Wanita Pekerja Seks yang ada di Kota Cilegon. Program Pembinaan tersebut merupakan misi dari Dinas Sosial Kota Cilegon untuk mengatasi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial khususnya Wanita Pekerja Seks yang ada di Kota Cilegon. Program Pembinaan itu sendiri dilakukan dalam jangka waktu 1 tahun sekali dikarenakan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang ada di Kota Cilegon sendiri bukan hanya Wanita Pekerja Seks saja melainkan ada 26 PMKS yang lain yang ditangani oleh Dinas Sosial Kota Cilegon. Dinas Sosial Kota Cilegon memberikan Program Pembinaan kepada Wanita Pekerja Seks yang

sudah pernah terjaring razia sebanyak dua kali serta sudah memiliki data di Dinas Sosial.

Program Pembinaan Keterampilan Menjahit tahun 2014 ini dijalankan berdasarkan dengan Undang – undang tentang Kesejahteraan Sosial Nomor 11 tahun 2009 serta berdasarkan Perda Kota Cilegon Nomor 38 Tahun 2008 ayat 1 Tentang Penyelenggaraan Program, Kegiatan, dan Pengendalian Anggaran pada Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Cilegon. Tahap pertama adalah adanya proses razia yang dilakukan oleh Satpol PP Kota Cilegon. Tahap selanjutnya adalah pendataan dengan melakukan interview serta pemisahan untuk memisahkan yang mana yang Wanita Pekerja Seks dan yang mana yang bukan. Kemudian Wanita Pekerja Seks yang telah di data akan dihubungi kembali oleh pihak Dinas Sosial untuk mengikuti Program Pembinaan. Pada pelaksanaannya Program Pembinaan Keterampilan Menjahit pada tahun 2014 ini dilaksanakan di Gedung Cilegon Mandiri.Hal tersebut dikarenakan Dinas Sosial Kota Cilegon sendiri belum memiliki tempat rehabilitasi kepada Wanita Pekerja Seks tersebut.

Ukuran efektivitas merupakan suatu standar akan terpenuhinya sasaran dan tujuan yang akan dicapai. Selain itu, menunjukkan tingkat sejauh mana organisasi, program atau kegiatan melaksanakan fungsinya secara optimal. Menurut Duncan dalam Richard M. Steers (1985:83), terdapat 3 indikator yang mempengaruhi suatu efektivitas, antara lain:

Pada poin ini pencapaian tujuan dari Program Pembinaan Keterampilan Menjahit Tahun 2014 ini adalah untuk merubah pola pikir Wanita Pekerja Seks agar lebih baik lagi serta untuk mengurangi jumlah Wanita Pekerja Seks yang ada di Kota Cilegon. Namun tujuan Dinas Sosial belum tercapai dikarenakan Wanita Pekerja Seks yang pernah mengikuti program tersebut kembali lagi ke pekerjaannya terdahulu karena tidak adanya pengawasan dan tidak adanya bimbingan lanjut dari Dinas Sosial. Selain itu belum adanya panti rehabilitasi terpadu serta minimnya anggaran untuk pembinaan sedangkan Dinas Sosial Kota Cilegon mempunyai 26 kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)sehingga pelaksanaannya Program Pembinaan Wanita Pekerja Seksuntuk tahun 2014 tersebut hanya berjalan singkat selama 12 hari saja. 2. Integrasi

Pada poin integrasi ini proses sosialisasi adanya Program Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon belum optimal dikarenakan Dinas Sosial Kota Cilegon memberitahukan adanya program pembinaan tersebut hanya setelah diadakan kegiatan razia saja sehingga paraWanita Pekerja Seks tidak mengetahui adanya program pembinaan sebelum mereka tertangkap razia. Selain itu sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon melalui media massa dan media elektronik belum optimal sebab masyarakat tidak mengetahui adanya Program Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas SosialKota Cilegontersebut.

Dinas Sosial sudah menyediakan sarana sementara untuk menangani Wanita Pekerja Seks yang ada di Kota Cilegon yaitu bertempat di Gedung Cilegon Mandiri.Hal tersebut terjadi dikarenakan Dinas Sosial Kota Cilegon belum memiliki gedung rehabilitasi terpadu untuk Wanita Pekerja Seks tersebut.Selain itu Wanita Pekerja Seks yang telah mengikuti program tersebut kurang merasa terbantu karena ada sebagian yang tidak mendapatkan mesin dan peralatan jahit sehingga terjadi kesenjangan antarapara peserta program pembinaan.Para peserta program pembinaan lebih membutuhkan bantuan berupa uang jika dibandingkan mesin serta peralatan menjahit.

Dengan demikian berdasarkan hasil wawancara dan penelitian yang dilakukan bahwa Efektivitas Program Pembinaan Dinas Sosial Pada Wanita Pekerja Seks di Kota Cilegon tahun 2014 belum berjalan secara optimal serta masih banyak yang perlu diperbaiki dalam proses pelaksanaannya karena dari tiap indikator yang ditentukan banyak proses pelaksanaan yang belum dijalankan dengan optimal.

Tabel 4.2 Temuan Lapangan

No Indikator Temuan

1 Pencapaian Tujuan a. Berdasarkan keterangan dari Kepala

Dinas Sosial Kota Cilegon bahwa dalam pelaksanaannya Program Pembinaan tahun 2014 tersebut berjalan selama 12 hari. Waktu pelatihan yang singkat karena terbatasnya anggaran serta belum adanya tempat rehabilitasi terpadu sehingga pelatihan yang diberikan hanya sekedar pelatihan begitu saja, tanpa ada keberlanjutan untuk mengasah lagi. Hal ini dapat membuat wanita pekerja seks kembali pada profesinya lagi.

b. Tidak adanya pengawasan dari Dinas

Sosial setelah program pembinaan, seharusnya Dinas Sosial lebih berperan dalam melakukan pengawasan atau bimbingan lanjut terhadapwanita pekerja seks yang dibinanya.

c. Sasaran kongkrit dari program

pembinaan Wanita Pekerja Seks tahun 2014 ini adalah Wanita Pekerja Seks yang sudah pernah terjaring razia dua kali dan memiliki data di Dinas Sosial Kota Cilegon.

d. Tingkat keberhasilan dari program pembinaan tahun 2014 ini tidak mencapai target 100% dikarenakan adanya hambatan mulai dari tingkat

pendidikan dari peserta program pembinaan itu sendiri serta terbatasnya anggaran untuk program pembinaan.

2 Integrasi a. Dinas Sosial memberitahukan adanya

program pembinaan tersebut hanya setelah diadakan kegiatan razia saja. Kegiatan razia dilakukan dalam upaya proses pendataan dilakukan pada jangka waktu 6 bulan sekali. Razia dilakukan bekerja sama dengan pihak Satpol PP Kota Cilegon.

b. Dinas Sosial telah melakukan proses sosialisasi adanya program pembinaan melalui siaran radio maupun media cetak, namun para Wanita Pekerja Seks tidak mengetahui hal tersebut. Dengan adanya sosialisasi tersebut diharapkan masyarakat kotaCilegon juga dapat memantau efektivitas program pembinaan tersebut, akan tetapi

masyarakat umum juga tidak mengetahui adanya program pembinaan dari Dinas Sosial.

3 Adaptasi a. Program pembinaan tahun 2014 ini

dikatakan belum optimal dikarenakan tidak adanya panti rehabilitasi untuk pemberian kegiatan program pembinaan

rehabilitasi merupakan tempat yang cocok untuk pemberian program pembinaan karena program pembinaan dapat diberikan secara efektif.

b. Pemberian bantuan untuk wanita pekerja

seks seharusnya berupa uang tunai saja, dikarenakan para wanita pekerja seks tersebut lebih membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari – hari.

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan perumusan masalah penelitian yaitu Bagaimana Efektivitas Program Pembinaan Wanita Pekerja Seks di Kota Cilegon, maka peneliti menyimpulkan bahwa efektivitas program pembinaan wanita pekerja seks oleh Dinas Sosial Kota Cilegon masih belum berjalan dengan efektif dikarenakan adanya beberapa faktor antara lain sebagai berikut:

1. Pencapaian Tujuan

Pencapaian tujuan dari Program Pembinaan adalah untuk merubah pola pikir wanita pekerja seks agar lebih baik lagi serta untuk mengurangi jumlah wanita pekerja seks yang ada di Kota Cilegon. Namun tujuan Dinas Sosial belum tercapai dikarenakan wanita pekerja seks yang pernah mengikuti program tersebut kembali lagi ke pekerjaannya terdahulu. Waktu pelaksanaan program pembinaan hanya berlangsung sebentar serta tidak adanya pengawasan kembali dariDinas Sosial mengakibatkan para peserta yang pernah mengikuti program pembinaan tersebut kembali ke profesinya yaitu menjadi wanita pekerja seks.

2. Integrasi

Proses sosialisasi adanya Program Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon belum optimal dikarenakan Dinas Sosial Kota Cilegon

kegiatan razia saja sehingga parawanita pekerja seks tidak mengetahui adanya program pembinaan sebelum mereka tertangkap razia. Selain itu sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon melalui media massa dan media elektronik belum optimal sebab para wanita pekerja seks tidak mengetahui adanya Program Pembinaan yang dilakukan oleh Dinas Sosial Kota Cilegon tersebut.

3. Adaptasi

Dinas Sosial sudah menyediakan sarana sementara untuk menangani Wanita Pekerja Seks yang ada di Kota Cilegon yaitu bertempat di Gedung Cilegon Mandiri. Hal itu terjadi sebab Dinas Sosial Kota Cilegon belum memiliki gedung rehabilitasi terpadu untuk wanita pekerja seks tersebut. Dinas Sosial belum membangun gedung rehabilitasi sosial tersebut di karenakan terbatasnya anggaran Dinas Sosial untuk pembangunan gedung tersebut. Selain itu bantuan alat yang diberikan Dinas Sosial kurang membantu karena ada sebagian yang tidak mendapatkan peralatan sehingga terjadi kesenjangan antarpara peserta program pembinaan. Peserta yang mendapatkan bantuan alat hanya peserta yang mengalami peningkatan kemampuan saja sedangkan yang tidak ada peningkatan tidak mendapatkannya.

5.2 Saran

Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka saran dari penulis sebagai berikut:

1. Dinas Sosial perlu menambah waktu untuk melaksanakan program pembinaan wanita pekerja seks, selain itu pengawasan kembali terhadap wanita pekerja seks harus diperketat.

2. Dinas Sosial perlu memperbaiki cara sosialisasi serta perlu melakukan pendekatan kepada wanita pekerja seks mengenai program pembinaan tersebut supaya wanita pekerja seks lebih mengetahui tentang program pembinaan tersebut.

3. Dinas Sosial Kota Cilegon hendaknya mengajukan tambah anggaran untuk mempercepat proses pembangunan gedung rehabilitasi sosial supaya pemberian program pembinaan dapat berjalan dengan efektif.

Bungin, Burhan. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana.

Irawan, Prasetya. 2006. Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Depok: FISIP UI.

Gibson, James L. 1996. Organisasi, Perilaku, Struktur, Proses. Jakarta: Inter Aksara.

Gie, The Liang 2004. Administrasi Perkantoran. Yokyakarta: Modern Liberty. Guba dan Lincoln. 1981. Effective Evalution. San Fransisco: Jossey Bass

Publisher.

Hasibuan, Malayu S.P. 2005 . Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Jones, Charles O, 1991. Pengantar Kebijaksanaan Publik, Jakarta: Rajawali Press.

Kartini Kartono. 1992. Patologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta: Rajawali Press.

Koentjoro. 2004. On The Spot: Tutur dari Seorang Pelacur. Yogyakarta: CV Qalams

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: YKPN.

Moleong, Lexy, 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Bandung.

Musanef. 1991. Manajemen Kepegawaian di Indonesia. Jakarta: Gunung Agung.

Poerwadarminta, W.J.S. 1987. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prastowo, Andi. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif : Dalam Perpektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: Arruzz Media.

Steers, M. Richard. 1985. Efektifitas Organisasi. Jakarta: Erlangga.

Soekanto. Soerjono. 2003. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Sugiyono. 2009. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian

Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial.

Bandung: Refika Aditama.

Sumarnonugroho. T. 1987. Sistem Intervensi Kesejahteraan Sosial, Yogyakarta: PT Hanindita.

Suud, Mohammad. 2006. 3 Orientasi Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Prestasi Pustaka.

Tampubolon, Manahan P. 2008. Perilaku Keorganisasian. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Tangkilisan, Nogi Hessel. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Thoha, Miftah. 1987. Perspektif Perilaku Birokrasi: Dimensi-dimensi Prima Ilmu Administrasi Negara (Jilid II). Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang – undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

Peraturan Daerah Kota Cilegon Nomor 7 Tahun 2007 Tentang Pembentukan Organisasi Dinas Daerah Kota Cilegon.

Peraturan Walikota Cilegon Nomor 38 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Sosial Kota Cilegon.

KOTA CILEGON DALAM MENANGANI PEKERJA SEKS KOMERSIAL. Other thesis, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. http://repository.fisip-untirta.ac.id

(diakses tanggal 15 Agustus 2014)

Chitrasari, Nitha and Rahmawati, Rahmawati and Maisaroh, Ima (2012) KINERJA DINAS SOSIAL KOTA CILEGON DALAM PENANGANAN GELANDANGAN DAN PENGEMIS DI KOTA CILEGON. Other thesis, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. http://repository.fisip-untirta.ac.id (diakses tanggal 19 Agustus 2014)

Sembirinng, Randi Maranatha (2008). EFEKTIVITAS LAYANAN PANTI SOSIAL KARYA WANITA PARAWASA BERASTAGI. Universitas Sumaatera Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream (diakses tangggal 25 Januari 2015)

Pencapaian Tujuan:

1. Berapa lama waktu yang digunakan untuk pelaksanaan program

pembinaan?

2. Apakah tujuan dari diadakannya program pembinaan?

3. Apakah tujuan dari program pembinaan tersebut telah tercapai?

4. Apakah kendala dalam pemilihan sasaran program pembinaan?

5. Bagaimana cara memilih sasaran program pembinaan untuk

mengikuti program?

6. Bagaimana sasaran keberhasilan dari program pembinaan?

7. Apakah dasar hukum yang digunakan untuk pelaksanaan program

pembinaan?

8. Apakah ada pengawasan kembali setelah pembinaan?

Integrasi:

1. Bagaimana prosedur pemberian program pembinaan?

2. Bagaimana prosedur pendataan WPS?

3. Bagaimana prosedur razia WPS?

1. Bagaimana sarana dan prasarana yang diberikan untuk program pembinaan?

2. Bagaimana cara pemilihan program untuk dijadikan program

pembinaan WPS?

3. Apakah sarana dan prasarana yang diberikan telah sesuai dengan

program pembinaan?

2. Pertanyaan untuk Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Cilegon

Pencapaian Tujuan:

1. Berapa lama waktu yang digunakan untuk pelaksanaan program

pembinaan?

2. Apakah tujuan dari diadakannya program pembinaan?

3. Apakah tujuan dari program pembinaan tersebut telah tercapai?

4. Apakah kendala dalam pemilihan sasaran program pembinaan?

5. Bagaimana cara memilih sasaran program pembinaan untuk

mengikuti program?

6. Bagaimana sasaran keberhasilan dari program pembinaan?

7. Apakah dasar hukum yang digunakan untuk pelaksanaan program

1. Bagaimana prosedur pemberian program pembinaan?

2. Bagaimana prosedur pendataan WPS?

3. Bagaimana prosedur razia WPS?

4. Bagaimana cara melakukan koordinasi untuk mengadakan razia

WPS?

5. Bagaimana cara mensosialisasikan program pembinaan WPS?

Adaptasi:

1. Bagaimana sarana dan prasarana yang diberikan untuk program

pembinaan?

2. Bagaimana cara pemilihan program untuk dijadikan program

pembinaan WPS?

3. Apakah sarana dan prasarana yang diberikan telah sesuai dengan

program pembinaan?

3. Pertanyaan untuk Kepala Seksi Ketentraman dan Ketertiban Satuan Polisi Pamong Praja Kota Cilegon

Integrasi:

1. Bagaimana prosedur pendataan WPS?

Sosialisasi:

1. Apakah anda mengetahui adanya program pembinaan sebelumnya?

2. Apakah anda setuju dengan adanya program pembinaan?

Adaptasi:

1. Apakah yang anda dapatkan dari program pembinaan tersebut?

2. Apakah anda merasa terbantu dengan program pembinaan tersebut?

3. Bagaimana sarana dan prasarana yang diberikan untuk menunjang

kegiatan program pembinaan?

4. Apakah sarana dan prasarana yang diberikan telah sesuai?

Wawancara dengan Kepala Dinas Sosial Kota Cilegon

Wawancara dengan Kepala Bidang Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Dinas Sosial Kota Cilegon

Foto Proses Pembelajaran Program Menjahit tahun 2014 Dinas Sosial Kota Cilegon

bagi dalam untuk setiap kategori PMKS. PMKS itu ada 26 jenis, diantaranya ya itu ada WPS ( Wanita Pekerja Seks). Program pembinaan WPS sendiri berlangsung selama 12 hari.

I1-2 : Pembinaan tahun 2014 berjalan selama 12 hari 2

Peneliti : Apakah tujuan diadakannya program pembinaan?

I1-1 : Tujuannya antara lain, sebagai tupoksi Dinas Sosial. Lalu untuk mengetahui penyakit masyarakat yang ada di Cilegon, khususnya WPS itu sendiri. Selain itu tujuannya adalah ingin mengetahui seberapa banyak masyarakat Cilegon yang memliki profesi menjadi WPS. Dan juga ingin mengetahui seberapa banyak indikasi adanya penyakit menular, dan kemarin ternyata hasil dari cek kesehatan itu terindikasi ada satu orang WPS yang terkena penyakit HIV. Tujuan lainnya adalah supaya menyadarkan mereka supaya tidak lagi bekerja sebagai WPS. Oleh karena itu diadakanlah program pembinaan tersebut.

3

I1-2 : Untuk merubah perilaku yang tidak baik, menjadi punya keahlian yang dapat

menambah penghasilan keluarga. 4

Peneliti : Apakah tujuan dari program pembinaan itu telah tercapai?

I1-1 : Sudah terlaksana namun belum mencapai 100%. 5

I1-2 : Secara kurikulum sudah tercapai, kemudian dari segi manfaat yang memang perlu dibina terus menerus, perlu dipantau, dibina, supaya tidak kembali lagi ke profesi sebelumnya.

6 Peneliti : Apa kendala dalam pemilihan sasaran program pembinaan?

I1-1 : Kendalanya antara lain setiap kita mau razia itu ternyata informasinya sudah bocor, masih ada beberapa oknum yang belum mendukung program sehingga perolehan WPS saat kegiatan razia menjadi tidak maksimal. Yang kedua adalah keluarga WPS tersebut banyak yang memohon untuk dilepaskan atau dikembalikan. Ternyata diantara keluarga tidak tahu kalau anggota keluarganya menjadi WPS.

7

I1-2 : Kendalanya ada, yaitu perlunya motivasi. Minat dan bakat mereka kurang, tapi setelah diberikan arahan Alhamdulillah dia bisa mengerjakan sesuatu yang menghasilkan. Jadi harus diadakan pengawasan terus menerus sehingga mereka menjadi mahir.

8

Peneliti : Bagaimana cara memilih sasaran untuk mengikuti program pembinaan? I1-1 : Berdasarkan informasi masyarakat dahulu kalau di suatu tempat terdapat gejala

penyakit masyarakat khususnya WPS. Lalu kita adakan razia, setelah itu kita lakukan pendataan. Untuk programnya sendiri kita lihat dahulu dari usia WPS tersebut lalu dari minat dan bakat WPS itu sendiri.

9

I1-2 : Kalau dilihat sekarang ya sekitar 70%. Kalau yang rajin tambah bisa, kalau yang tidak rajin ya sama aja, jadi ya gimana pesertanya juga. Jadi tidak mungkin 100%, pasti ada saja yang tidak bisa.

12 Peneliti : Apakah dasar hukum yang digunakan untuk pelaksanaan program pembinaan?

I1-1 : Untuk dasar hukum program pembinaan berdasarkan Perda dan Perwal. 13

I1-2 : Dasar hukumnya berdasarkan Perda. Perda, Perwal itu merupakan tupoksi

kita. 14

Peneliti : Apakah ada pengawasan kembali setelah pembinaan?

I1-1 : Harus ada evaluasi lagi dari kita supaya kita tahu program ini berhasil atau tidak. Kalau tidak berhasil harus ada upaya dan solusi. Setahun dulu kita coba, selanjutnya kita evaluasi. Tapi saat dibina, pengawasan juga tetap berjalan.

15 I 1-2 : Dimonitoring, kemaren yang telah melakukan pembinaan berjalan atau tidak, kalau berjalan nanti diusulkan ke provinsi untuk minta tambahan modal, itu namanya bimbingan lanjut.

16 Peneliti : Bagaimana prosedur pemberian program pembinaan?

I1-1 : Program pembinaan sendiri direncanakan pada tahun sebelumnya, misalkan

tahun 2014, itu sudah direncanakan sejak tahun 2013. 17

I1-2 : Program pembinaan tahun 2014 sudah direncanakan dan disusun sejak akhir

tahun 2013 berdasarkan musrenbang. Jadi perencanaan program berdasarkan Musrenbang Kelurahan, Kecamatan, serta Kota supaya diketahui daerah mana saja yang terdapat WPS. Setelah diadakan Musrenbang lalu berlanjut jadi RKA (Rencana Kerja Anggaran), setelah RKA lalu dibahas di Rapat Panitia Anggaran dengan panitia anggaran eksekutif dan legislatif lalu menjadi DPA (Dokumen Pelaksanaan Anggaran). Jadi pelaksanaannya berdasarkan DPA. Panitia anggaran eksekutif yaitu walikota, sedangkan legislatif anggota dewan kota. Setelah itu ditetapkan menjadi Perda. Setelah jadi Perda dikembalikan ke unit masing – masing untuk kemudian dilaksanakan.

18

Peneliti : Bagaimana prosedur pendataan WPS?

I1-1 : Kita lakukan razia terlebih dahulu, setelah itu dikumpulkan, lalu kita interview satu per satu orang yang terkena razia tersebut. Dari situ kita bisa tahu mana yang WPS mana yang bukan.

19 I1-2 : Berdasarkan Permensos Nomer 8 tahun 2012 kita wajib mendata WPS per

enam bulan sekali. 20

I2 : Untuk pendataan itu urusan Dinas Sosial, sebab tugas kita hanya eksekutor di

lapangan dan tidak berwenang dalam pendataan. 21

Peneliti : Bagaimana prosedur razia WPS?

I1-1 : Pertama kita rapat koordinasi terlebih dahulu dengan unsur – unsur yang berkaitan dengan kegiatan razia seperti TNI, Polisi, Pol PP, PM, serta Kodim untuk menentukan daerah mana saja yang akan di razia.

22 I1-2 : Dinsos, Pol PP, Polisi, PM, Kodim itu harus ada di setiap razia. Kita ikut razia

tetapi tidak melakukan eksekusi. Kenapa ada PM?, supaya jika pada saat eksekusi ada anggota militer yang terjaring maka PM yang turun tangan. Kalo orang sipil biasa cukup Pol PP yang turun tangan.

I1-2 : Pertama kita mengundang unsur – unsur seperti Polisi, Pol PP, PM, dan Kodim untuk rapat koordinasi yang bertempat di kantor Dinsos, jadi Dinsos yang mengomandoi Razia. Segala sesuatunya ditentukan pada saat rapat mulai dari lokasi, tujuan, jadi tidak langsung ambil dari jalanan. Setelah ada razia, para WPS tersebut di data oleh kita. Jika sudah 2 kali tertangkap, maka selanjutnya dibawa ke Pasar Rebo untuk dibina selama 6 bulan.

26

I2 : Iyah itu dengan melakukan rapat terlebih dahulu dengan berbagai elemen yang bersangkutan seperti Satpol PP, Polisi, TNI, sama PM untuk menentukan lokasi sama waktunya, setelah itu baru kita eksekusi untuk razia.

27 Peneliti : Bagaimana cara mensosialisasikan program pembinaan WPS?

I1-1 : Kita melakukan publikasi melalui media cetak, elektronik, sosialisasi

pembangunan, melalui program Pro Rakyat juga ada. 28

I1-2 : Paling kita undang perwakilan semua unsur PMKS ke Dinsos supaya diberikan sosialisasi program pembinaan. Sama kita ada acara talkshow di Radio.

29 I2 : Untuk program pembinaan kepada WPS itu sepenuhnya ada di Dinas Sosial. 30 Peneliti : Bagaimana sarana dan prasarana yang diberikan untuk menunjang program

pembinaan?

I1-1 : Memang sarana dan prasarana kita belum lengkap, tahun ini kita sedang mulai

pembangunan gedung Panti Rehabilitasi Terpadu. 31

I1-2 : Itu tergantung dengan program nya, jadi jika program menjahit maka diberikan juga peralatan menjahit. Begitu pula dengan tata boga. Jadi dapat ilmunya, dapat peralatan nya.

32

I3-1 : Kurang mas, kita Cuma ditempatin di Gedung Cilegon Mandiri, udah gitu

yang dapat alat cuma sedikitan doang, enggak semua. 33

I3-2 : Kurang menunjang mas, soalnya kita haru bolak – balik ke tempatnya, nggak bisa nginep. Cape juga kan bolak – balik kayak gitu. Apalagi kita dari merak terus ke Gedung Cilegon Mandiri, kan jauh.

34

I3-3 : Kurang mas, soalnya nggak semua dapet bantuan alat. 35

Peneliti : Bagaimana cara pemilihan program untuk dijadikan program pembinaan WPS?

I1-1 : Kalau untuk program nya sendiri berdasarkan minat yang dimiliki oleh WPS itu sendiri yah. Ada yang pengen ke Tata boga, menjahit, salon segala macam. Kita tinggal mengarahkan saja.

36 I1-2 : Berdasarkan minat dan bakat yang dimiliki oleh per grup. Kan per grup ada 25

orang. Jika ada WPS yang menginginkan program yang berbeda dari grup nya

Dokumen terkait