• Tidak ada hasil yang ditemukan

Integrasi Perikanan ke dalam Integrated Coastal Management

1 PENDAHULUAN

2.3 Integrasi Perikanan ke dalam Integrated Coastal Management

Perikanan laut seperti juga perikanan di danau-danau yang besar bergantung pada kawasan pesisir di dalam banyak hal. Sebagian besar perikanan tangkap tergantung dari stok benih yang ada dipesisir dan lepas pantai, karena sebagian dari siklus hidupnya di perairan pesisir pada daerah asuhan (nursery ground) atau tempat mencari makan (feeding ground). Stok ikan juga bergantung pada produktivitas primer di wilayah pesisir sebagai bagian penting dari rantai makanan. Budidaya perikanan di pesisir juga sangat bergantung pada kawasan pesisir dalam hal ruang dan sumberdaya (FAO 1996).

Ketergantungan sektor perikanan laut ini terhadap wilayah pesisir membuatnya peka terhadap perubahan lingkungan pesisir. Secara langsung maupun tidak langsung mungkin berdampak pada sektor perikanan laut, pada saat yang sama sektor perikanan dapat mempengaruhi aktivitas pesisir lainnya, misalnya melalui kompetisi pemanfaatan ruang, oleh karenanya perlu dipertimbangkan pengembangan dan pengelolaan sektor perikanan dalam konteks perencanaan pengembangan dan pengelolaan kawasan pesisir, yaitu dalam konteks perlindungan dan manajemen sumber daya, lingkungan dan aktivitas lain di wilayah pesisir (FAO 1996).

Integrasi perikanan ke dalam pengelolaan pesisir dalam rangka membantu pencapaian pemanfaatan sumberdaya pesisir yang makin langka secara rasional, khususnya ditujukan pada pemecahan masalah tentang bagaimana sektor perikanan dapat diintegrasikan ke dalam perencanaan pengelolaan pesisir,

sehingga interaksi antara perikanan dan sektor lain dapat diperhitungkan dalam membuat kebijakan dan penerapan pengelolaan yang berkaitan dengan pengelolaan sumberdaya pesisir.

FAO (1996) telah membuat panduan untuk menjelaskan kode etik pasal 10 tentang perikanan yang bertanggung jawab (Article 10 in the Code of Conduct for

Responsible Fisheries=CCRF) Artikel 10 ini berhubungan dengan Integrasi

Perikanan ke dalam coastal management untuk membantu peningkatan pemanfaatan sumberdaya yang makin langka. Secara khusus dengan mengarahkan pada permasalahan bagaimana sektor perikanan dapat terintegrasi ke dalam perencanaan pengelolaan pesisir, sehingga interaksi-interaksi antara sektor perikanan dan sektor-sektor lain dapat dipertimbangkan di dalam penetapan kebijakan dan prakteknya dalam pengelolaan sumberdaya pesisir.

Pedoman ini menetapkan tindakan yang diperlukan pada tingkat nasional, pemerintah atau otoritas yang bertanggung jawab terhadap perikanan. Panduan ini ditujukan bagi yang berminat meningkatkan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir. Code of conduct CCRF ini dirancang untuk menetapkan tindakan yang diperlukan pada tingkat nasional atau otoritas, yang memiliki tanggung jawab terhadap perikanan. Pemanfaatan sumberdaya ini memiliki peran penting dalam proses perencanaan, bukan hanya sekadar memberikan penilaian terhadap sumberdaya (FAO 1996).

ICM biasanya mengacu pada proses pengelolaan sumberdaya pada wilayah pertemuan antara laut dan daratan, tetapi prinsip pengelolaan terpadu diaplikasikan pada perairan/daratan dan badan air yang terdapat di daratan juga. Sektor perikanan ini dimasukan dalam panduan yang mengacu kepada perikanan tangkap dan budidaya perikanan termasuk juga sektor lain yang khusus.

Dalam Kerangka kelembagaan Artikel 10.1.1 CCRF yang berbunyi

"Negara harus menjamin bahwa kerangka kerja kebijakan, yang sesuai hukum dan kelembagaan diadopsi untuk mencapai pemanfaatan sumber daya pesisir berkelanjutan dan terpadu, dengan mempertimbangkan kerentanan ekosistem pesisir, sifat keterbatasan sumber daya pesisir, dan kebutuhan masyarakat

pesisir." Beberapa penjelasan berkaitan dengan kerangka kelembagaan, dalam

antara lain dari penjelasan butir (13) yang berbunyi: dalam mempertimbangkan integrasi perikanan ke dalam manajemen wilayah pesisir yang lebih luas, persyaratan pertama adalah negara wajib menetapkan kebijakan, kerangka hukum dan kelembagaan agar tercipta manajemen wilayah pesisir terpadu. Lebih lanjut dalam penjelasan butir (14) Salah satu kerangka kebijakan dasar dalam pengelolaan kawasan pesisir yang penting dibahas, adalah pembangunan berkelanjutan secara ekologis. Kerangka kerja ini menetapkan berbagai kebijakan yang akan dipertimbangkan secara ekologis berkelanjutan; bagaimana memutuskan masalah manajemen teknis internal, mempertimbangkan kondisi lokal, termasuk pertimbangan sosial dan ekonomi (FAO 1996).

Penjelasan butir (15) menyatakan bahwa masalah pokok di dalam pengelolaan kawasan pesisir adalah salah satunya masalah alokasi sumber daya. Sumber daya pesisir akan menjadi terus meningkat kelangkaannya, karena kombinasi antara peningkatan pengembangan ekonomi dan meningkatnya populasi di kawasan pesisir. Secara umum dibandingkan dengan sumber daya lain, kelangkaan sumber daya pesisir mensyaratkan perlunya dibuat prioritas pilihan antara para pengguna yang berbeda. Pengelolaan pembangunan kawasan pesisir memerlukan penetapan suatu kerangka kerja dengan membuat kerangka kebijakan dan resultante dari kebijakan-kebijakan yang akan diterapkan.

Penjelasan butir (16) berbunyi: kawasan pesisir memiliki sejumlah ciri dengan berbagai pilihan yang sulit. Pertama karena pesisir merupakan suatu sistem dinamis di mana proses fisik, ekologis, sosial dan ekonomi saling berhubungan; perencanaan pengelolaan pesisir diperlukan untuk menjalankan berbagai proses-proses yang dinamis. Kedua, sifat aliran sejumlah sumber daya pesisir mempersulit alokasi sumber daya ini sendiri. Ketiga, karakter regional dan lokal dari sumber daya dapat mempersulit koordinasi kebijakan antara instansi yang berbeda. Penjelasan butir (18) menyatakan bahwa di dalam ICM diperlukan suatu pendekatan holistik. Di dalam pengelolaan sumber daya pesisir, suatu pendekatan sektor yang sempit harus dihindari. Sebagai contoh perikanan artisanal mungkin sangat sulit dikelola, kecuali jika ada pengembangan ekonomi di pesisir yang menciptakan peluang kerja alternatif. Banyak wilayah lainnya yang memerlukan suatu pendekatan yang terkoordinir untuk pembuatan kebijakan.

Pendekatan Integrated Coastal Management telah diketahui dan diakui secara luas. Sorensen (1997) dalam GESAMP (2001) telah melakukan tinjauan terhadap pelaksanaan ICM dan telah menemukan beberapa prestasi yang agak mengecewakan dari usaha pengelolaan pesisir secara umum, sangat sedikit penerapan ICM setelah dievaluasi sesuai dengan ukuran-ukuran yang telah ditetapkan, Kondisi ini memberikan gambaran sedikit kegagalan dari sejumlah keberhasilan dalam pelaksanaan ICM, dan banyak contoh contoh kegagalan lainnya. Kegagalan ini disebabkan karena kurangnya integrasi secara vertikal dan horizontal.

2.4 Budidaya Perikanan dan Integrated Coastal Management