• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi fungsional antara ekosistem dan sumberdaya ikan a. Interaksi Mangrove dan Sumberdaya Ikan

PENGERTIAN EKOSISTEM

Gb 4.1. Jaring-jaring makanan di ekosistem laut

2. Interaksi fungsional antara ekosistem dan sumberdaya ikan a. Interaksi Mangrove dan Sumberdaya Ikan

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM) bagi

Perencana level Teknisi Kode Modul

Judul Modul: identifikasi Sumberdaya Ikan di wilayah EAFM

Versi 2020 Halaman: 61

Beberapa teori menyatakan bahwa ada hubungan positif antara ekosistem mangrove dengan produksi perikanan tangkap. Pemikiran tersebut didasarkan pada fungsi hutan mangrove yang antara lain adalah sebagai daerah asuhan (nursery ground ),mencari makan ( feeding ground ), pemijahan (spawning ground ) berbagai biota perairan seperti ikan, udang, dan kerang. Ada hubungan yang menarik antara keberadaan hutan mangrove dengan biota perairan dalam coastal zone dan ikan pelagis besar di laut lepas yaitu melalui jalur rantai makanan (predator – prey).

Pertama sekali dipelopori secara terpisah oleh ahli kimiafisika dari Amerika yang bernama Lotka (1925) dan ahli matematik dari Itali Volterra(1926). Konsep ini kemudian dikenal dengan model Lotka Volterra. Pada Tahun 1926,Volterra pertama menggunakan model ini untuk menjelaskan tingkat osilasi penangkapan ikan tertentu di Adriatic.Secara konkrit, konsep Lotka Volterra ini pernah diterapkan pada perikanan di Italia setelah Perang Dunia II. Ketika itu masyarakat Itali ramai-ramai menangkap ikan pelagis kecil yang ada di sekitar perairan pesisir. Karena input atau effort yang cukup tinggi, sehingga lama-kelamaan terjadi tangkap lebih (overfishing ) dan degradasi sumber daya ikan di tempat tersebut. Setelah setahun kemudian, ternyata hasil tangkapan pelagis besar dari laut lepas mengalami penurunan secara signifikan. Setelah diteliti diketahui bahwa ada hubungan rantai makanan antara pelagis kecil yang ada di perairan pesisir dan pelagis besar yang ada di laut lepas. Karena ketersediaan pelagi skecil (sebagai prey ) telah terdegradasi akibat overfishing , maka ikan pelagis besar (sebagai predator ) kekurangan makan, sehingga mereka pindah (migrasi) ke tempat lainnya yang masih tersedia cukup makanan. Ekosistem mangrove di Provinsi NAD adalah sebagai tempat habitat berbagai macam ikan, krustacea, molluska, dan burung serta mendukung kehidupan reptile danmamalia. Masyarakat percaya bahwa akar mangrove dapat berperan dalam melindungiikan kecil dari pemangsa. Ketika ikan menjadi dewasa, mereka meninggalkan payau dan pindah ke estuaria, karang, dan laut lepas. Ikan utama yang dapat ditangkap di ekosistem mangrove sepanjang pesisir Aceh adalah pelagis kecil,

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM) bagi

Perencana level Teknisi Kode Modul

Judul Modul: identifikasi Sumberdaya Ikan di wilayah EAFM

Versi 2020 Halaman: 62

udang, kerapu, kakap, teri, bandeng, dan lain-lain. Untuk melihat interaksi ini digunakan Model Fozal (2005). Pada dasarnya model ini diturunkan dari kurva yield-effort model logistik, yaitu dengan memasukkan variabel hutan mangrove pada daya dukung lingkungan (carrying capacity). Data yang digunakan adalah data time series selama 21 tahun (1984– 2004) dari produksi udang dan beberapa jenis pelagis kecil yang ditangkap dengan alat tangkap pukat pantai, payang, dan jaring klitik. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada interaksi positif antara keberadaan hutan mangrove dengan produksi perikanan tangkap, khususnya udang dan pelagis kecil, sebesar 27,21%. Artinya 27,21% produksi udang dan pelagis kecil di Provinsi NAD dikontribusikan oleh adanya ekosistem mangrove. Hal ini menunjukkan bahwa peran ekosistem mangrove cukup penting dalam menentukan tinggi rendahnya produksi perikanan tangkap.

Penelitian yang sama dilakukan oleh Efrizal tahun 2005 menunjukkan bahwa ekosistem mangrove memberikan kontribusi 44,18 % terhadap produksi sumber daya ikan demersal di Kabupaten Bengkalis, Riau. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Paw and Chua tahun 1989 menyimpulkan bahwa ada hubungan positif antara luas area mangrove dengan penangkapan udang penaeidae di Philipina.

Martusobroto dan Naamin tahun 1979 menyatakan bahwa ada hubungan positif antara hasil tangkapan udang tahunan dan luas mangrove di seluruh Indonesia.

Penelitian Sudarmono tahun 2005 menyatakan bahwa sekitar 30 persen produksi perikanan laut tergantung pada eksistensi hutan mangrove, karena kawasan mangrove menjadi tempat perkembangbiakan berbagai biota laut, termasuk beberapa jenis ikan tertentu. Daun mangrove yang jatuh menjadi detritus yang dapat menambah kesuburan kawasan sehingga menjadikan tempat ini disukai oleh biota laut tersebut dan menjadikannya sebagai tempat bertelur, memelihara larva, dan tempat mencari makan bagi berbagai spesies akuatik, khususnya udang penaeidae dan ikan bandeng. Menyadari pentingnya hutan mangrove bagi pertumbuhan ikan dan berbagai biota laut lainnya, maka rehabilitasi mangrove di

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM) bagi

Perencana level Teknisi Kode Modul

Judul Modul: identifikasi Sumberdaya Ikan di wilayah EAFM

Versi 2020 Halaman: 63

Provinsi NAD harus dilakukan dengan sungguh-sungguh. Jika tidak, ketersediaan stok ikan di perairan Aceh akan semakin memprihatinkan. Sebagai konsekuensinya, para nelayan kecil yang menangkap ikan disekitar perairan pantai dengan menggunakan boat atau perahu kecil akan semakin sulit mendapatkan hasil yang memadai. Kondisi ini tentu akan mempengaruhi penghasilandan kesejahteraan mereka.

b. Interaksi Terumbu karang, Padang lamun dan Sumberdaya Ikan Laut di sekeliling terumbu karang bergerak terus menerus, dikendalikan oleh angin, arus dan pasang surut. Pergerakan air melewati seluruh kerangka terumbu karang ini menyebarkan larva, nutrient dan sedimen, membentuk dan menentukan ekosistem yang unik ini. Baik gelombang internal pada terumbu karang penghalang, arus yang memusar dan mengumpul atau pergeseran sedimen pada rataan terumbu karena perubahan pasang surut, semuanya menjadi bagian dari proses-proses oseanografis yang merupakan aliran subur yang menghubungkan oase-oase ini di dalam suatu gurun laut.

Pada bulan-bulan antara oktober dan maret, bukti paling nyata dari adanya keterkaitan ekosistem dapat terlihat. Perairan disekeliling terumbu karang berwarna merah muda, dipenuhi dengan jutaan kumpulan telur ikan yang telah dibuahi dan sperma dari karang.

Hanyut mengikuti pasang surut dan aliran arus serta berpindah mengikuti angin, telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva.

Pengaturan waktu dari kejadian-kejadian ini menciptakan kehidupan baru pada terumbu karang. Ikan dan makhluk hidup lain mulai memijah sehingga larvanya dapat berkembang pada laut yang subur, sedangkan predator besar seperti ikan pari manta dan hiu, paus memakan plankton yang berlimpah. Sebagian besar larva karang yang hidup akan menempel pada terumbu karang dimana mereka dipijahkan, proses ini disebut tumbuh sendiri (self seeding).

Keterkaitan tidak terbatas hanya pada karang. Banyak ikan, invertebrate dan alga yang hidup pada terumbu karang melepaskan

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM) bagi

Perencana level Teknisi Kode Modul

Judul Modul: identifikasi Sumberdaya Ikan di wilayah EAFM

Versi 2020 Halaman: 64

telurnya ke laut terbuka. Telur- telur tersebut hanya mengikuti arus pasang dan pasang surut dan berada dalam tahap larva planktoniknya selama kurun waktu 35 hari. Kelangsungan hidup individu tergantung pada kecepatan renang dan kemampuan menganali arah, jumlah makanan yang tersedia di kolom air dan predator yang ditemui dalam perjalanan kembali ke terumbu karang.

Pola-pola penyebaran dan penempelan larva di terumbu karang saat ini berperan penting dalam penentuan ukuran, bentuk, dan skala kawasan konservasi laut. Tujuannya adalah untuk menyediakan koridor bawah laut yang menghubungkan terumbu-terumbu karang ke dalam jejaring yang sehingga memberi peluang untuk regenerasi dan mempertahankan keanekaragaman hayati dan kelentingannya. Hal ini merupakan tantangan yang signifikan, karena arah dan kecepatan arus dapat berubah menurut musim dan tahun, sehingga mengubah sebaran larva sepanjang waktu.

Terdapat hubungan yang erat diantara ekosistem-ekosistem laut; tidak terbatas pada terumbu karang saja. Terumbu karang membentuk pemecah gelombang alami, mengurangi aksi gelombang terhadap garis pantai, sehingga memungkinkan padang lamun dan hutan mangrove tumbuh dan berkembang. Pada saat yang sama hutan mangrove menyediakan daerah asuhan yang penting bagi anakan spesies karang dan berperan sebagai penahan sedimen dan nutrient yang mengalir dari sungai ke dalam laut.

Daerah-daerah dimana terumbu karang berada di dekat hutan mangrove, jumlah populasi ikan terumbu karang jauh lebih melimpah. Hasil studi terbaru menunjukkan bahwa hilangnya hutan mangrove akibat pencemaran dan pembangunan pesisir mengurangi kelentingan (resiliensi) terumbu karang.

Lamun juga berperan penting dalam memelihara kesehatan sistem terumbu karang, lamun menyerap nutrisi seperti nitrogen, dan mengurangi muatan sedimen yang mengalir dari sungai ke sistem terumbu, Lamun juga menjadi habitat bagi anakan ikan yang bermigrasi, dan tempat mencari makan bagi berbagai spesies ikan seperti kakap. Pada siang hari ikan-ikan ini pindah ke padang lamun,

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM) bagi

Perencana level Teknisi Kode Modul

Judul Modul: identifikasi Sumberdaya Ikan di wilayah EAFM

Versi 2020 Halaman: 65

dimana mereka memakan inverbrata yang terdapat di substrat pasir, dan kembali ke terumbu karang pada malam hari sehingga terlindung dari predator. Penyu, dugong dan krustasea juga tergantung pada habitat ini sebagai sumber makanan maupun tempat berlindung. Kondisi lingkungan yang ada di daerah hulu yang mengalir ke daerah lamun dan terumbu karang memberikan pengaruh besar terhadap kondisi ekosistem tersebut.

Gangguan terhadap bentang alam seperti deforestasi, pembangunan pertanian dan pesisir dapat meningkatkan muatan sedimen dan nutrient yang akhirnya mencapai terumbu karang.

Kondisi ini paling jelas terlihat pada saat kejadian banjir, dimana aliran air yang memuat partikel-partikel sedimen halus mengalir ke laut. Aliran air menyebar luas akibat adanya interaksi dengan arus permukaan dan pasang surut, sehingga partikel partikel menutupi padang lamun dan karang, yang menyebabkan perubahan ekosistem dalam skala besar seiring waktu.

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM) bagi

Perencana level Teknisi Kode Modul

B Praktek Unjuk Kerja

Judul Modul : Mengidentifikasi sumberdaya ikan dan lingkungan dalam wilayah EAFM Elemen Kompetensi 3 : Menjelaskan keterkaitan sumberdaya ikan dan lingkungan di wilayah EAFM

Alat dan Bahan :

1. Alat : Papan tulis, alat tulis, kertas plano, Laptop dan LCD

2. Bahan : Materi pelatihan/modul 4, referensi terkait ekosistem terumbu karang, lamun, mangsove dan estuaria, referensi terkait jenis-jenis ikan dan lingkungannya

Waktu : 3 JP @ 45 menit

No. Kriteria Unjuk Kerja Urutan Kerja/Kegiatan Alat Bantu

1. Keterkaitan antar spesies sumberdaya ikan di

wilayah EAFM dijelaskan

1.1. Bentuk kelompok diskusi dengan anggota 3 -5 orang

1.2. Diskusikan secara berkelompok materi berikut : a. Kelompok 1 Jaring-jaring makanan di ekosistem

perairan terumbu karang dan lamun

b. Kelompok 2 Jaring-jaring di ekosistem mangrove dan estuaria

c. Kelompok 3 Interaksi antar spesies sumberdaya ikan

d. Kelompok 4 Kketerkaitan antar spesies

Laptop, LCD, kertas

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM) bagi

Perencana level Teknisi Kode Modul

sumberdaya ikan

1.3. Presentasikan dan susun laporan hasil diskusi kelompok

2. Pengaruh dinamika lingkungan terhadap sumberdaya ikan di wilayah EAFM dijelaskan

2.1 Diskusikan secara berkelompok dengan topik sebagai berikut :

a. Kelompok 1 Interaksi fungsional antara ekosistem dan sumberdaya ikan pada ekosistem mangrove

b. Kelompok 2 Interaksi fungsional antara ekosistem dan sumberdaya ikan pada ekosistem terumbu karang

c. Kelompok 3 Interaksi fungsional antara ekosistem dan sumberdaya ikan pada ekosistem lamun

d. Kelompok 4 pengaruh dinamika lingkungan terhadap sumberdaya ikan

2.2. Presentasikan hasil diskusi kelompok tersebut 2.3. Susun laporan hasil diskusi kelompok

Laptop, LCD, kertas

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM) bagi

Perencana level Teknisi Kode Modul

Judul Modul: identifikasi Sumberdaya Ikan di wilayah EAFM

Versi 2020 Halaman: 68

C Evaluasi

Nama Peserta :

Judul Modul : Mengidentifikasi sumberdaya ikan dan lingkungan dalam wilayah EAFM

Elemen

Kompetensi 3 : Menjelaskan keterkaitan sumberdaya ikan dan lingkungan di wilayah EAFM

Tugas:

1 Jelaskan keterkaitan antar spesies sumberdaya ikan di wilayah perairan laut dan pesisir !

2 Jelaskan pengaruh dinamika lingkungan terhadap sumberdaya ikan di wilayah perairan laut dan pesisir !

Nilai K : Kompeten

BK : Belum Kompeten

Paraf Pelatih : ………

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM)

bagi Perencana level Teknisi Kode Modul

D Kemajuan Berlatih

Nama Peserta :

Judul Modul : Mengidentifikasi sumberdaya ikan dan lingkungan dalam wilayah EAFM Elemen Kompetensi 3 : Menjelaskan keterkaitan sumberdaya ikan dan lingkungan di wilayah EAFM

No. Kriteria Unjuk Kerja Urutan kerja/kegiatan Tingkat Kemajuan

yang dicapai

Catatan

K BK 1. Keterkaitan antar

spesies sumberdaya ikan di wilayah EAFM

dijelaskan

1.1. Bentuk kelompok diskusi dengan anggota 3 -5 orang

1.2. Diskusikan secara berkelompok materi berikut :

a. Kelompok 1 Jaring-jaring makanan di ekosistem perairan terumbu karang dan lamun

b. Kelompok 2 Jaring-jaring di ekosistem

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM)

bagi Perencana level Teknisi Kode Modul

mangrove dan estuaria

c. Kelompok 3 Interaksi antar spesies sumberdaya ikan

d. Kelompok 4 Keterkaitan antar spesies sumberdaya ikan

1.3. Presentasikan dan susun laporan hasil diskusi kelompok

2. Pengaruh dinamika lingkungan terhadap sumberdaya ikan di wilayah EAFM dijelaskan

2.1. Diskusikan secara berkelompok dengan topik sebagai berikut :

a. Kelompok 1 Interaksi fungsional antara ekosistem dan sumberdaya ikan pada ekosistem mangrove

b. Kelompok 2 Interaksi fungsional antara ekosistem dan sumberdaya ikan pada ekosistem terumbu karang

c. Kelompok 3 Interaksi fungsional antara ekosistem dan sumberdaya ikan pada ekosistem lamun

d. Kelompok 4 pengaruh dinamika

lingkungan terhadap sumberdaya ikan

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM)

bagi Perencana level Teknisi Kode Modul

1.4. Presentasikan hasil diskusi kelompok tersebut

1.5. Susun laporan hasil diskusi kelompok Keterangan:

K : Kompeten

BK : Belum Kompeten

Paraf Peserta : …. Paraf Pelatih : …

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM)

bagi Perencana level Teknisi Kode Modul

Judul Modul: identifikasi Sumberdaya Ikan di wilayah EAFM

Versi 2020 Halaman: 72

BAB V PENUTUP

Ruang lingkup dari modul mengidentifikasi sumberdaya ikan dan lingkungan di wilayah EAFM berhubungan dengan pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja yang diperlukan untuk Mengidentifikasi sumberdaya ikan dan lingkungan di wilayah EAFM.

Modul ini disusun sebagai acuan dalam proses pelatihan Perencanaan EAFM. Segala petunjuk penggunaan modul ini hendaknya dapat dilakukan untuk tercapainya tujuan dan sasaran pelatihan. Hal-hal yang tidak termuat dalam modul ini namun relevan dengan materi dapat diberikan sebagai pengkayaan. Semoga modul ini dapat memberikan manfaat bagi penggunanya.

Modul Pelatihan Pengelolaan Perikanan dengan Pendekatan Ekosistem (EAFM)

bagi Perencana level Teknisi Kode Modul

Judul Modul: identifikasi Sumberdaya Ikan di wilayah EAFM

Versi 2020 Halaman: 73

Dokumen terkait