• Tidak ada hasil yang ditemukan

Interaksi Orang Kristen dengan Para Penguasa Romawi.

Dalam dokumen T2 752012023 BAB III (Halaman 32-37)

3.5 Yahudi dan Kristen dalam Dominasi Romaw

3.5.2 Interaksi Orang Kristen dengan Para Penguasa Romawi.

Pada tahun 30 ZB kekristenan yang berpangkal pada Yahudi mulai mengisi kisah sejarah dunia, dan secara pasti menyebar di dunia Yunani-Romawi.77 Dunia dimana kekristenan hadir berada dalam kekuasaan Romawi yang dipenuhi oleh beragam kebudayaan. Dunia Yunani- Romawi dikenal dengan cara hidup “helenisme” yang berpangkal pada kebudayaan Yunani yang dibawa oleh Alexander Agung (356-323 SZB) dengan beragam aliran filsafat didalamnya, seperti: aliran filsafat Stoa, Epikurus. Selain itu pula terdapat beragam aliran keagamaan seperti Gnotisisme, agama misteri dan Yahudi. Gnostisisme mendasari keyakinannya pada dua dunia yaitu dunia roh yang murni dan suci tempat di mana Allah bertahta, serta dunia yang penuh dengan kejahatan. Keyakinan mereka adalah dunia yang suci tidak memiliki relasi dengan dunia

76

A. Kenneth Curtis, J. Stephen Lang, dan Randy Peterson, 100 Peristiwa Penting Dalam Sejarah Kristen

(Jakarta: Gunung Mulia, 2007), 2, Kuncahyono, Jerusalem 33: Imperium Romanum, Kota Para Nabi, dan Tragedi di Tanah Suci 171-202.

77

C. Groenen OFM, Perkawinan Sakramental: Antropologi dan Sejarah Teologi, Sistematik, Spiritualitas, Pastoral, 82.

85

yang jahat, oleh sebab itu perkara keselamatan tidak berkaitan dengan dunia ini melainkan berkaitan dengan kebahagiaan sejati yang berada di dunia roh. Agama misteri berkaitan dengan penyembahan kepada dewa-dewa Asia Kecil dan Mesir dan kemungkinan berkembang dari agama di Timur Tengah kuno. Mereka memandang kehidupan alam berkaitan dengan pengalaman hidup pribadi manusia, dan mengalami kematian serta kelahiran kembali. Dalam upacara-upacara tertentu para imam lelaki dan perempuan berperan sebagai dewa ataupun dewi yang mengandung unsur seksual tertentu.78

Kekaisaran Romawi berperan besar dalam perkembangan kekristenan. Setiap unsur yang menyatukan kekaisaran menjadi media yang signifikan dalam penyebaran Injil: Jalan-jalan raya yang dibangun oleh kekaisaran Romawi menghubungkan satu tempat ke tempat lain mempermudah perjalanan untuk penyebaran Injil, penggunaan bahasa Yunani sebagai bahasa utama diseluruh kekaisaran dan militer Romawi yang menjaga ketenangan kota. Mobilitas yang tinggi menyebabkan para pengrajin mencari tempat tinggal sementara di kota- kota besar, sehingga bermigrasi ke Roma, Korintus, Athena, Alexandria dan kota-kota lain. Kondisi ini membuka peluang bagi para pekabar Injil untuk melakukan pekabaran Injil di seluruh kekaisaran Romawi. Mereka mengabarkan Injil di Sinagoge, tempat-tempat para pengrajin berkumpul, di tempat-tempat kumuh, akibat pekabaran Injil itu mereka memperoleh pengikut yang terus bertambah. Kemudian mulai berdiri gereja di kota-kota besar termasuk ibukota kekaisaran. Paulus dan Petrus adalah tokoh-tokoh yang diduga membuat jemaat Kristen semakin kuat bertumbuh mulai dari para bangsawan, prajurit, pengrajin dan pelayan.79

Penguasa Romawi selama tiga dekade memandang bahwa kekristenan yang adalah cabang agama Yahudi tidak memberi pengaruh buruk dan bukanlah ancaman bagi kekuasaan

78

Drane, Memahami Perjanjian Baru, 22-30.

79

86

Romawi. Namun bagi Yahudi Kekristenan merupakan sebuah ancaman baginya karena beberapa pengajaran yang lebih sering mengkritik dan menyerang agama Yahudi. Kemudian pada awal tahun 64 ZB Romawi mulai menyadari bahwa Kekristenan berbeda dengan Yahudi. Penolakan diperlihatkan oleh orang-orang Yahudi terhadap Kekristenan, mereka menganggap bahwa Kekristenan adalah agama yang tidak sah. Akibatnya masyarakat mulai bersikap antipati terhadap Kekristenan. Kekaisaran Romawi bereaksi terhadap Kekristenan karena Kekristenan tidak berkompromi terhadap politeisme yang dianut oleh kekaisaran Romawi. Pada tanggal 19 Juli terjadi kebakaran besar di suatu tempat kumuh di Roma, api terus berkobar selama tujuh hari sehingga memusnahkan perumahan yang padat dan banyak korban jiwa akibat peristiwa itu. Menurut legenda, peristiwa kebakaran itu merupakan ulah dari kaisar Nero untuk melakukan pembaharuan kota dengan jalan pintas. Setelah tempat kumuh itu musnah karena peristiwa kebakaran, Nero membangun istana emas di tanah yang luas dan membangun kota itu kembali dengan dana yang dikumpulkan dari masyarakat. Nero mengkambinghitamkan orang-orang Kristen yang bertanggung jawab terhadap peristiwa kebakaran tersebut. Tuduhan Nero berdampak pada penganiayaan terhadap orang-orang Kristen. Pada saat itu orang-orang Kristen ditangkap, dianiaya secara sporadis. Mereka mengalami berbagai bentuk penganiayaan seperti: disalib, dibakar, dicabik-cabik oleh anjing. Penganiayaan yang dilakukan oleh kaisar Nero berakhir tahun 68 ZB setelah kaisar Nero wafat namun tidak berarti penganiayaan terhadap orang Kristen berakhir, penganiayaan itu tetap berlanjut selama dua abad lamanya. Walaupun demikian kegigihan para pekabar Injil tetap gigih untuk meneruskan misi mengabarkan Injil. Seorang penulis Kristen abad kedua yaitu Tertullianus menulis, “darah para martir adalah benih Gereja”. Kekristenan ternyata tidak berhenti karena penganiayaan, tetapi justru semakin bertumbuh. Petrus memberikan kekuatan kepada orang-orang Kristen untuk tetap teguh,

87

memiliki pertahanan dengan keyakinan kemenangan dan kuasa Kristus akan meneguhkan mereka (1 Ptr 5:8-11).80

Para pemimpin di awal Kekristenan adalah orang-orang Yahudi, seperti Priskila dan Akwila. Mereka adalah orang-orang berada yang menerima ajaran Kekristenan dan termasuk dalam jajaran pemimpin sinagoge. Beberapa anggota yang punya pengaruh seperti misionaris dan pelindung utama berasal dari golongan kelas atas Yudaisme Helenis. Para pengikut Kekristenan pertama terdiri dari berbagai kelas masyarakat non Yahudi, mulai dari orang-orang berada, orang-orang merdeka, budak, dan orang-orang miskin.81

Pada awalnya relasi antara umat Kristen dan masyarakat Yahudi terjalin dengan baik, namun situasi berubah sejak terjadi pemberontakan bangsa Yahudi pada tahun 66 terhadap Romawi. Umat Kristen asal Yahudi menolak untuk turut berperan aktif dalam pemberontakan untuk mendapatkan kemerdekaan bangsa Yahudi yang dipelopori oleh kaum Zelot. Penolakan ini didasari atas pengajaran Yesus tentang kasih universal yang dianut oleh umat Kristen, mereka lebih mengutamakan pengajaran tentang kasih daripada gencatan senjata. Namun kaum Zelot memandang bahwa umat Kristen asal Yahudi tidak loyal terhadap bangsanya sendiri. Jurang permusuhan semakin melebar di antara umat Kristen dan bangsa Yahudi setelah para pemimpin agama Yahudi memprovokasi umat Yahudi dengan menyebut Kekristenan sebagai agama kafir. Kekristenan saat itu pada akhirnya tertekan dari dua pihak.82

Pengajaran Kekristenan menekankan sifat misi yang universal, hasil pengajaran yang paling nyata adalah kemurahan hati yang diwujudkan melalui perbuatan amal orang-orang Kristen. Matius memperlihatkan ajaran kemurahan hati seperti: memberikan pakaian kepada

80

Henry C. Sheldon, History of the Christian Church (New York: Hendrickson Publishers, 1988), 138-140, Curtis, Lang, dan Peterson 100 Peristiwa Penting dalam Sejarah Kristen, 2.

81

Stambaugh & David Balch, Dunia Sosial Kekristenan Mula-Mula, 53-54.

82

88

mereka yang telanjang, mengunjungi mereka yang sakit (5:42-6:4; 19:16-22; 25:31-46). Terdapat beragam pengajaran perihal perbuatan amal (Kis. 20:33-35; Rm. 12:13; 1 Tim 5:3) yang kemudian pada generasi berikutnya diakui sebagai salah satu ciri khas dari komunitas Kristen. Ciri khas yang lainnya adalah pengajaran Kristen tentang Allah yang esa dan hidup, pengajaran ini digunakan oleh Paulus untuk memberikan penekanan pada keutuhan internal komunitas Kristen. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh gereja adalah satu kesatuan tanpa ada pemisahan internal diantara para anggota karena Allah itu esa. Keesaan Allah dan penghapusan Tora Yahudi kemudian dikaitkan dengan ajaran Paulus tentang penyaliban Mesias sebagai pendamai antara orang Yahudi dan non Yahudi dengan Allah (Ef. 2:16). Pengajaran Kekristenan bahwa Mesias tersalib, mati dan bangkit secara radikal berbeda dengan pemahaman Yahudi tentang Mesias (Ul.21:23; 1 Kor 1:18-25; Gal.3:13). Namun Kekristenan meyakini hal itu sebagai kebenaran sehingga dapat memunculkan pengharapan kepada setiap orang Kristen yang sementara mengalami penganiayaan. Pengharapan yang muncul karena adanya kebangkitan ke dalam kehidupan baru seperti yang telah dialami oleh Yesus sebagai Tuhan (1 Tes.3: 2-4; 4:13-18; 1 Ptr.1: 3-21). Kesatuan di antara para anggota dalam tubuh Kristus memunculkan istilah-istilah dari kosa kata keluarga yaitu, Allah adalah Bapa, orang-orang Kristen adalah anak dan ahli waris (Rm.8; Gal.3: 26-4: 7). Allah turut berperan dalam memelihara kasih yang terdapat dalam kehidupan rumah tangga. Pengajaran Kekristenan membawa perubahan dalam cara hidup orang orang Kristen. Mereka harus hidup dengan gaya hidup yang baru yaitu; menjaga kemurnian hidup seksual yang mengarah pada penekanan kecemaran kedagingan sebagai ciri dunia luar (1 Kor. 6: 9-11; Gal.5: 19-24; Ef. 4: 22-5: 20). Semua pengajaran Kristen menolong setiap orang percaya untuk mengenal dirinya dan memunculkan sikap loyal terhadap Allah.83

83

89

3.6 Praktik Pernikahan dan Perceraian Menurut Tradisi Yunani-Romawi dan Yahudi

Dalam dokumen T2 752012023 BAB III (Halaman 32-37)

Dokumen terkait