• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.10. Kondisi Status Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Pohan Tonga Setelah Beralih Menjadi Buruh Pabrik

4.10.6. Interaksi Sosial Masyarakat Desa Pohan Tonga Setelah Bekerja Menjadi Buruh Pabrik

Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial yang menyangkut hubungan antarindividu,individu (seseorang) dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama. Proses sosial adalah suatu interaksi atau hubungan timbal balik atau saling mempengaruhi antar manusia yang berlangsung sepanjang hidupnya didalam masyarakat. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak memenuhi dua syarat yaitu adanya kontak sosial dan komunikasi. Hubungan sosial yang ada pada masyarakat merupakan hubungan sosial peranan-peranan individu di dalam masyarakat.Dengan adanya hubungan sosial masyarakat dapat diukur sejauh mana masyarakat tersebut mampu beradaptasi terhadap lingkugan sosialnya. Hubungan sosial masyarakat Desa Pohan Tonga setelah bekerja menjadi buruh pabrik semakin berkurang, dan kurangnya interaksi dengan sesamanya karena keterbatasan waktu dan kecenderungan menghabiskan waktu di pabrik, maka hubungan sosial dan interaksi sosial dengan sesam menjadi berkurang. Hal ini dapat

“Kalau hubungan saya dengan tetangga sudah mulai berkurang, bukan berarti kita ada masalah yah, tapi karna waktu gak ada lagi untuk sekedar berkumpul-kumpul maka lama-kelamaan jadi agak kurang juga sih”.(Wawancara 12 April 2017 pukul 20.00 WIB)

Berbeda dengan RG (40) yang mengatakan bahwa interaksi sosialnya dengan para tetangga tidak ada yang berubah, hanya saja kalau hubungan sosial dengan masyarakat lain menjadi berkurang, misalnya masyarakat ada yang berpesta, tetapi beliau tidak sempat lagi untuk ikut berpartisipasi dalam pesta tersebut seperti yang diungkapkan beliau dalam wawancara ketika di lapangan yaitu :

“Kalau dengan tetangga, saya masih bisa jumpa sebentar pas pulang kerja, cuman sebentar aja.Tapi kalau ada yang berpesta kadang saya tidak bisa ikut ke pesta tersebut karna waktu saya sudah sangat terbatas”.(Wawancara 10 April 2017 pukul 20.00 WIB)

4.11.Waktu dan Jam Kerja

Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksankan siang hari dan malam hari. Jam kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.

Pasal 77 ayat 1, UU No.13/2003 mewajbkan setiap pengusaha untuk melaksanakan ketentuan jam kerja. Ketentuaan jam kerja ini telah diatur dalam 2 sistem, yaitu :

a. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja untuk 1 minggu untuk 6 hari kerj dalam 1 minggu, atau

b. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40 jam dalam 1 minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu jam kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja atau buruh berhak atas upah lembur.

Tidak Lepas dari itu pekerja buruh di Desa Pohan Tonga juga memiliki jam kerja 8 jam dalam 1 hari dalam 1 minggu, sehingga waktu untuk keluarga maupun bersosialisasi dengan masyarakat yang lain sangatlah terbatas. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara pada saat dilapangan dengan RG (40), yaitu sebagai berikut :

Jadi setelah saya bekerja menjadi buruh , saya tidak pernah punya untuk keluarga, karna jam kerja kami 8 jam perhari. Itu masuk mulai dari jam 7.30 pagi pulang jam 5 sore. Istirahat jam 12.00-13.30. kalo hasil dari pabrik lumayan lah dibilang, tapi itulah, gak pernah lagi sempat kumpul-kumpul sama kawan-kawan sini, tetangga-tetangga sini. Karna pulang dari pabrik sudah sore hari dan langsung mandi trus ngurus anak agi, habis itu makan malam dan langsung tidur. Karna capek kali dek pulang dari pabrik. Ya,, begitu aja seterusnya. Paling-paling punya waktu luang pas hari off. Karna kan kami kerja 5 hari dalam seminggu. Saya off pas hari kamis.Cuman dihari itu saja saya punya waktu senggang, kalau ada pesta pas hari itu saya ikut saja. Itu kan hutang adat untuk yang harus dibayar. (Wawancara 10 April 2017 pukul 20.00 WIB)

Tidak jauh berbeda dengan hasil wawancara yang ditujkan pada RG (40) tentang jam kerja di pabrik.TS (34) juga mengatakan hal yang sama pada saat wawancara di lapangan, hal itu dapat terungkap sebagai berikut, yaitu:

“Setelah bekerja di pabrik waktuku banyak yang tersita, kalau untuk keluarga memang benar-benar sangat terbatas, karena dari pagi sampe sore hari saya berada di pabrik. Paling-paling pas waktu makan siang saya pulang sebentar kerumah untuk makan sekaligus melihat anak-anak apakah sudah makan atau tidak.karna anak-anak saya di rumah dijagain sama mertua saya. Sorenya kadang saya lembur dek, karna saya kan kasir jadi harus buat laporan uang untuk hari itu dulu ,apakah uang nya pas atau tidak baru saya bisa pulang kerumah. Karna kalau uangnya ada yang kurang kan dek, jadinya gaji saya yang dipotong. Saya sapai dirumah sudah hampir malam , bahkan kadang malam hari. Saya kadang sudah capek , gak selera lagi main-main sama anak-anak saya. Paling- paling saya punya waktu kalau lagi off saya memilih off pada hari rabu. Jadi disitu saya sempatkan waktu saya untuk berkumpul dengan anak- anak saya” (Wawancara 13 April 2017 pukul 20.00 WIB)

Hal yang sama juga disampaikan oleh HS (32) yang bekerja di pabrik sebagai satpam, hal ini terungkap dalam wawancara sebagai berikut,

“Saya bekerja di pabrik kopi sebagai satpam. Saya kerja kadang shift pagi kadang juga shift malam. Senin, selasa, rabu saya kerja shift pagi sementara kamis, jumat saya kerja shift malam. Kalau shift pagi nya saya kerja dari jam 07.30-17.00, kalu shift malam saya bekerja dari jam 18.00 sampai jam 08.00 pagi. Kadang saya kerja shift pagi trus lembur lagi sampai pagi hari berikutnya. Saya lebih banyak menghabiskan waktu di pabrik daripada dirumah.Waktu saya dengan keluarga itu sangat kurang. Tapi apa boleh buatlah kan, kembali lagi karna kebutuhan ekonomi yang mendesak maka saya harus mengorbankan waktu saya untuk bekerja. Saya bekerja untuk istri dan anak-anak saya, jadi mereka tidak terlalu menuntut saya untuk lebih sering berkumpul dengan keluarga.tapi hari minggunya saya sempatkan untuk mengantar anak-anak ke sekolah minggu dan gereja dengan istri saya”.(Wawancara 12 April 2017 pukul 20.00 WIB)

Dari hasil wawancara di atas bisa dikatakan bahwa masyarakat Desa Pohan Tonga yang beralih profesi menjadi buruh pabrik kurang memiliki waktu senggang bersama keluarga.mereka lebih banyak menghabiskan waktu di pabrik daripada berkumpul dengan keluarga. Mereka harus mematuhi peraturan-peraturan dari pabrik, karena mereka sudah terikat dengan peraturan dan pasal-paal yang dikeluarkan oleh perusahaan.

4.12.Pembagian Kerja Pada Masyarakat Desa Pohan Tonga Setelah Bekerja

Dokumen terkait