• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik (Studi Deskriptif Buruh Pabrik PT.Sumatera Specialty Coffees di Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara) Chapter III V

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik (Studi Deskriptif Buruh Pabrik PT.Sumatera Specialty Coffees di Desa Pohan Tonga Kecamatan Siborongborong Kabupaten Tapanuli Utara) Chapter III V"

Copied!
87
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif merupakan sebuah cara yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu permasalahan. Format desain kualitatif yang akan digunakan penulis adalah penelitian deskriptif dengan tujuan untuk memberikan gambaran dengan menggunakan kata kata dan angka serta menyajikan profil persoalan, klarifiksi jenis, atau garis besar tahapan guna menjawab pertanyaan penelitian (Neuman, 2013:44). Metode deskriptif dapat membantu penulis menggali dan mengidentifikasi informasi tentang peralihan profesi petani sawah menjadi buruh pabrik di desa Pohan Tonga.

3.2. Lokasi Penelitian

(2)

masyarakat Desa Pohan Tonga memilih beralih profesi dari petani sawah menjadi buruh pabrik.

3.3. Unit Analisis dan Informan 3.3.1.unit analisis

Unit analisis adalah satuan tertentu yang digunakan sebagai subjek dalam suatu penelitian (Arikunto : 2006). Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis adalah masyarakat yang beralih profesi yang berdomisili di Desa Pohan Tonga.

3.3.2.Informan

Informan adalah subyek yang memahami permasalahan penelitian sebagai pelaku maupun orang yang memahami permasalahan penelitian (Bungin : 2007). Dalam menentukan informan peneliti menggunakan teknik purposive yakni peneliti memilih informan menurut kriteria tertentu yang telah ditetapkan.Mereka yang dipilih pun harus dianggap kredibel untuk menjawab masalah penelitian.

Adapun yang menjadi kriteria informan dalam penelitian ini antara lain: 1. Mengetahui dan memahami permasalahan penelitian

2. Sudah beralih profesi dari petani menjadi buruh pabrik PT. Sumatera Specialty Coffees ≥1 tahun pada awal tahun 2017)

(3)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan hal yang sangat menentukan keberhasilan sebuah penelitian. Penggunaan teknik pengumpulan data yang tepat akan menentukan kualitas data yang diperoleh. Untuk mengumpulkan data penelitian ini, maka peneliti menggunakan beberapa metode yang saling mendukung.Adapun teknik pengumpulan data yang digunaakn peneliti dalam kegiatan penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

3.4.1.Data Primer

Data primer merupakan data yang didapat secara langsung dari sumber-sumber pertama baik dari individu maupun dari kelompok. Dalam penelitian ini, data atau informasi didapatkan langsung dari sumber primer (sumber utama) penelitian. Beberapa metode pengumpulan data kualitatif sebagai berikut:

3.4.1.1. Wawancara Mendalam

(4)

lapangan. Dalam wawancara ini peneliti bertatap muka secara langsung dengan informan dimana sebelumnya peneliti telah mempersiapkan daftar pertanyaan untuk mempermudah peneliti pada saat wawancara dengan informan.Selama wawancara dengan informan ternyata muncul beberapa pertanyaan-pertanyaan baru dari hasil tanggapan pertanyaan sebelumnya sehingga peneliti bisa menggali informasi lebih dalam terhadap informan.

3.4.1.2. Observasi

Teknik Observasi atau pengamatan adalah suatu metode mengumpulkan data yang digunakan untuk memperoleh data melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin : 2007). Dalam penelitian ini penulis akan langsung melakukan pengamatan di lokasi penelitian.

Metode observasi dilakukan dengan cara mengamati perilaku, kejadian atau kegiatan orang atau sekelompok orang yang diteliti kemudian mencatat hasil pengamatan tersebut untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Dengan pengamatan peneliti dapat melihat kejadian sebagaimana subyek yang diamati mengalaminya, menangkap, merasakan fenomena sesuai pengertian subyek dan obyek yang diteliti. Dalam penelitian ini peneliti akan turun lapangan untuk melihat serta mengamati kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang telah beralih profesi.

3.4.1.3. Dokumentasi

(5)

elektronik. Dokumen-dokumen yang dihimpun dipilih sesuai dengan tujuan dan fokus masalah. Metode dokumentasi digunakan untuk mendukung hasil wawancara dan observasi yang dilakukan. Adapun data yang dikumpulkan oleh peneliti selama penelitian adalah aktivitas sehari-hari masyarakat, baik itu ketika dirumah atau di pabrik tempat bekerja serta bangunan-bangunan fisik yang ada di Desa Pohan Tonga.

3.4.2.Data Sekunder

Perolehan data sekunder berbeda dengan data primer yang mengumpulkan informasi penelitian secara tidak langsung.Pengumpulan data sekunder diambil dari buku buku, jurnal, dan studi kepustakaan sehubungan dengan kebutuhan penulis.

3.5. Interpretasi Data

(6)

3.6.Jadwal Kegiatan

N

o

Keterangan

Bulan ke-

1 2 3 4 5 6 7 8

1 Pengajuan judul

2 Pra observasi

3 Penyusunan proposal

Penelitian

4 Seminar Proposal

5 Penelitian Lapangan

6 Pengolahan data

7 Bimbingan Skripsi

8 Sidang Meja Hijau

Tabel 3.1. Jadwal penyusunan skripsi

3.7.Keterbatasan Penelitian

(7)
(8)

BAB IV

TEMUAN DATA DAN INTERPRETASI DATA

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Gambar 4.1.peta lokasi Kabupaten Tapanuli Utara

4.1.1. Sejarah Singkat Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong

(9)

ketat dalam satu desa yang masyarakatnya ada yang berbanjar adat ke Desa Pohan Julu, Kelurahan Pasar Sibrongborong dan Desa Parik Sabungan.

Nama Desa Pohan Tonga diambil dari sebuah kalimat dalam bahasa batak yang memiliki arti Polin diangka na humaliang tontong diramoti Tuhan Jahowa (Tenangterhadap sekitar dan selalu dalam lindungan Tuhan). Pada tahun 1945 semasa penjajahan Bangsa Jepang di Indonesia Pohan Tonga adalah residen markas Jepang yang terletak di Dusun Aek Mabar.Jepang juga menamai resimen tersebut sebagai Singapore. Hal itu terjadi karena lokasi Dusun Aek Mabar sangat persis dengan kota Sigapore saat memandang di malam hari, sedangkan Bandara Silangit sejak zaman Belanda dulunya satu desa dengan Pohan Tonga sekitar tahun 1942. Bandara Silangit termasuk salah satu bandara terbesar di Asia Tenggara saat itu.

Pada masa penjajahan sekitar tahun 1800 sampai denga awal tahun 1900 pohan masih dibagi menjadi 3 (tiga) kepala nagari, antara lain:

• Kepala Nagari Pohan Julu • Kepala Nagari Pohan Tonga • Kepala Nagari Pohan Jae

Setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945 kepala nagari Pohan tersebut dibagi menjadi 7 (tujuh) desa sesuai denga kesepakatan dan kebersamaan masyarakat Pohan. Ketujuh kepala nagari tersebut antara lain adalah:

(10)

• Desa Lumban Julu • Desa Simarompu-Ompu • Desa Sampuraga

• Desa Jinjing • Desa Pearaja

Setiap desa yang telah dibagi tersebut dipimpin oleh seorang kepala desa yang kemudian dipanggil dengan sebutan “kampung”. Kata kampung di masyarakat desa di Tapanuli khususnya di Tapanuli Utara pada tahun 1900-an yang sekarang telah terbagi menjadi Kabupaten Tobasa, Kabupaten Humbahas, dan Kabupaten Samosir menjadi sebutan ataupun gelar bagi seseorang yang telah menjabat sebagai kepala desa maupun yang sudah pensiun.

Pada tanggal 20 Januari 1994 terjadi penggabungan antara Desa Somanimbil dengan Desa Sambariba Horbo.Pada saat itu yang menjabat sebagai Kepala Desa di Desa Somanimbil adalah Kampung Kaspas Siahaan dan Kampung MA Siahaan.Sedangkan yang menjabat di Desa Sambariba Horbo adalah Kampung Dalpak Silalahi, Kampung Alpen Tampubolon dan Kampung Mallagas Sianipar. Kemudian pada November 1994 penggabungan desa tersebut diberi nama Desa Pohan Tonga.

Dari tahun 1994 sampai saat ini Desa Pohan Tonga telah dipimpin oleh 3 (tiga) orang Kampung antara lain:

(11)

• A.P Siahaan yang menjabat pada tahun 2002-2007

• Walber Siahaan yang menjabat pada tahun 2007-sekarang

4.1.2. Kondisi Geografis

Desa pohan Tonga berada pada ketinggian >1331 meter di atas permukaan air, mempunyai curah hujan sebesar 2 MM/th.Desa Pohan Tonga dikelilingi oleh 4 (empat) desa dan 1 (satu) kelurahan pada setiap batasnya. Secara lebih rinci batas-batas wilayah Desa Pohan Tonga adalah:

Sebelah Utara : Desa Parik Sabungan

Sebelah Timur : Desa Lobu Siregar 1 dan 2 Sebelah Selatan : Kelurahan Pasar Siborongborong

Sebelah Barat : Desa Silaitlait

(12)

menghasilkan padi, jagung, kopi.Sedangkan dalam ternak masyarakat Desa Pohan Tonga lebih memilih kerbau, babi dan ayam.

4.1.3. Kondisi Demografis

Dalam menjalankan pemerintahannya kepala Desa Pohan Tonga dibantu oleh 10 kepala dusun.Dusun-dusun tersebut dapat dipaparkan dalam tabel berikut.

No Nama Dusun Kepala Dusun

1. Dusun I Albion Sianipar

1. Lumban Gaol Tonga-tonga

Tampubolon

2. Hadimpu I

3. Hadimpu II

4. Aek Mabar

5. Janji Mauli

2. Dusun II Edison Siahaan

1. Lumban Sitogu

2. Sosor Gonting

(13)

4. Lumban Pasaribu

3. Dusun III Banuajis Siahaan

1. Lumban Siahaan

2. Banjar Tonga

3. Lumban Silintong

4. Dusun IV St. Edward Siahaan

1. Sosor Hombang

2. Janji Angkola I

3. Janji Angkola II

4. Tormauli

5. Dusun V Sahat Tampubolon

1. Sosor Niapoan Pargompulan

2. Lumban Tonga-tonga Pargompulan

3. Hutagaol

4. Ambalan Godang

6. Dusun VI Lambok Silalahi

1. Sosor Niapoan

2. Dolok Nauli

3. Sosor Simare-mare

(14)

2. Lobu Sonak II

3. Lumban Patar

4. Sitabotabo

5. Lumban Hariara

8. Dusun VIII Paris Sigalingging

1. Lumban Silintong I

2. Lumban Silintong II

3. Janji Maria I

9. Dusun IX Partogi Siahaan

1. Lumban Holbung

2. Lumban Dap-dap

3. Lumban Sianipar

4. Lumban Dolok

5. Sosor Tobu

6. Lumban Pisang

7. Mual Nauli

10. Dusun X Delman Siahaan

1. Lumban Tanjung

2. Lumban Tonga-tonga

3. Lumban Sianturi

4. Sosor Sogotagota

(15)

Tabel 4.1. Nama dusun dan Kepala Dusun

Sumber: Naskah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pohan Tonga.

4.1.4. Komposisi Penduduk Desa Pohan Tonga

Jumlah penduduk Desa Pohan Tonga pada tahun 2015 jumlah penduduk mencapai 3350 jiwa, yang terdiri dari 659 Kepala Keluarga, yang terdiri dari 643 KK Kristen (Protestan dan Katolik), 15 KK Islam dan 1 KK Budha, dimana laki laki 1.150 jiwa dan perempuan berjumlah 2.200 jiwa

No Agama Jumlah Persentase

1 Kristen (Protestan+Khatolik) 643 KK 97,57%

2 Islam 15 KK 2,27%

3 Budha 1 KK 0,15%

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk berdasarkan agama yang dipeluk

No Jenis Kelamin Jumlah Persentase

1 Laki-laki 1.150 Jiwa 34,32%

2 Perempuan 2.200 Jiwa 65,67%

(16)

4.1.5. Visi dan Misi Desa Pohan Tonga

Dalam menjalankan pemerintahannya kepala desa juga memiliki visi dan misi yang dituangkan dalam naskah rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa Pohan Tonga. Visi dan Misi tersebut adalah:

Visi : terwujudnya keamanan, kenyamanan dan keasarian Desa Pohan Tonga yang bertumpuh pada rasa Kebersamaan, Keadilan, pemerintahan dalam mendapatkan pelayanan dari lembaga pemerintahan yang terbawah dengan berpedoman pada aspek pembangunan.

Dengan misi “mewujudkan Desa Pohan Tonga sebagai desa mandiri”. Perwujudan yang ingin dicapai melaluio kegiatan berikut:

• Meningkatkan keimanan masyarakat;

• Melestarikan Nilai-Nilai Budaya;

• Memupuk rasa kebersamaan kepada masyarakat;

• Memberikan pelayanan yang prima kepada masyarakat;

• Meningkatkan taraf hidup masyarakat;

• Meningkatkan semangat gotongroyong;

(17)

Dalam rangka mewujudkan pencapaian visi dan misi Desa Pohan Tonga maka arah kebijakan pembangunan desa diprioritaskan pada bidang:

• Peningkatan hasil pertanian dan keanekaragaman jenis usaha dengan sistem intensifikasi;

• Pengadaan dan perbaikan sarana infrastruktur, pendidikan dan kesehatan masyarakat;

• Pengadaan permodalan bagi masyarakat dan perluasan lapangan kerja, termasuk manajemen usaha;

• Peningkatan keterampilan dan Sumberdaya manusia.

4.2. Sarana dan Prasarana di Desa Pohan Tonga.

4.2.1. Sarana Penerangan dan Air

(18)

sepanjang desa. Daerah persawahan yang dekat dengan pemukiman masyrakat menajdikan masyarakay mudah untuk mendapatkan air bersih.

4.2.2. Sarana Ekonomi

Masyarakat Desa Pohan Tonga melakukan transaksi untuk untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.Transaksi atau aktivitas ekonomi tersebut biasanya terjadi pada sebuah tempat yang disebut pasar yaitu pasar tradisional yang terletak di Pasar Siborongborong.Namun tak semua transaksi atau ativitas ekonomi yang berlangsung di pasar.Transaksi atau aktivitas dapat terjadi di toko, kios, dan lain-lain.

Masyarakat Desa Pohan Tonga harus pergi ke Ibu Kota Kecamatan, yaitu Siborongborong untuk melakukan aktivitas di pasar, hal ini karena di Desa Pohan Tonga tidak ada pasar.Pusat pasar di Kecamatan Siborongborong hanya ada di Ibu Kota Kecamatan. Pasar buka setiap hari , tetapi pusat paling besar adalah hari selasa. Masyarakat Desa Pohan Tonga mendistribusikan hasil ladang dan sawah pada hari Senin sore, dikarenakan hari selasa adalah pasarnya sementara senin adalah pertukaran barang-barang hasil panen ladang dan sawah.Hampir seluruh masyarakat Desa Pohan Tonga yang memanfaatkan pasar sebagai sarana aktivitas perekonomian.

4.2.3. Sarana Transportasi

(19)

mini bus, selain itu banyak juga yang menggunakan roda dua atau kereta.Kondisi jalan di Desa Pohan Tonga sudah aspal, tetapi di dusun-dusun tertentu masih ada kondisi jalan tanpa aspal. Desa Pohan Tonga merupakan jalan lintas sumatera yang menghubungkan beberapa kota di Indonesia. Selain itu Desa Pohan Tonga juga dekat dengan Bandar Udara Silangit perjalanan tidak lebih dari 15 menit menggunakan kendaraan roda 2 atau roda 4. Masyarakat Desa Pohan Tonga yang berada di lintas sumatera akan mudah untuk mendapatkan transportasi, tetapi masyarakat yang tinggal di dusun-dusun pedalam desa, lumayan sulit untuk mendapatkan transportasi, karena harus berjalan kaki sampai ke simpang dusun masing-masing. Untuk mendistribusikan hasil ladang para petani biasanya menggunakan sejenis mobil pick up yang dapat mengangkut hasil panen dari ladang masing-masing. Anak-anak sekoah yang hendak berangkat ke sekolah menggunakan mobil sejenis oplet atau motor, dimana para anak sekolah akan di jemput langsung ke depan rumahnya.

4.2.4. Sarana Kesehatan

(20)

Gambar 4.2. Unit Pelayanan Kesehatan di Desa Pohan Tonga merupakan CSR dari PT. Sumatera Specialty Coffees

(21)

Selain menggunakan tenaga medis, sebagian masyarakat Desa Pohan Tonga juga banyak yang memilih pengobatan tradisional dengan menggunakan tumbuhan-tumbuhan herbal yang dipercaya dapat mengobati penyakit, masyarakat desa menyebutnya dengan sebutan “parobat huta”.Alasan masyarakat masih menggunakannya ialah biaya pengobatan tradisional yang lebih murah dan terjangkau dibandingkan dengan pengobatan medis.

4.2.5. Sarana Pendidikan

(22)

Gambar 4.3. SD N 173277 Siborongborong, Desa Pohan Tonga

SMA dan SMK berada di jalan Sisingamangaraja. SMA yang berada di desa ini adalah salah satu SMA negeri yang ada di Kecamatan Siborongborong, yaitu SMA N 2 Siborongborong.Sekolah ini menjadi tempat favorit bagi masyarakat Desa Pohan Tonga, selain mengirit biaya ongkos ke sekolah juga merupakan kebanggaan bagi masyarakat sekitar karena dapat memajukan pendidikan.SMK N 1 adalah satu-satunya sekolah Kejuruan Negeri yang ada di Kecamatan Siborongborong.

4.2.6. Sarana Olahraga

(23)

ini berada di silangit.Tetapi Jetun Silangit ini masih bagian dari Desa Pohan Tonga.Sarana olahraga ini sering digunakan oleh masyarakat umum untuk berkemah, apalagi anak-anak SMA/SMK selalu memanfaatkan tempat ini sebagai tempat berkemah.Selain itu di desa ini juga terdapat lapangan sepak bola yang biasanya digunakan oleh pemuda untuk pertandingan bola antar dusun atau antar desa.Jetun Silangit juga dikatakan sebagai “Perkampungan Pemuda HKBP” dimana para muda/i banyak yang retret ke tempat ini.

4.2.7. Sarana Ibadah

(24)

Gambar 4.4. HKBP Desa Pohan Tonga

Mayoritas masyarakat Desa Pohan Tonga adalah Kristen Protestan, selain itu di Desa Pohan Tonga juga terdapat sebuah mushola yang teretak di Dusun Silalahi.Musholah itu sengaja di bangun di dusun tersebut dikarenakan disana ada beberapa Kepala Keluarga yang beragama Islam. Untuk merayakan hari raya besar umat islam akan pergi ke masjid yang ada di ibukota Kecamatan Siborongborong.

4.3. Sistem Nilai Sosial Masyarakat Desa Pohan Tonga

(25)

adapun nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat dapat dilihat pada penjelasan dibawah ini;

4.3.1. Religius (Agama)

Masyarakat Desa Pohan Tonga merupakan masyarakat yang beragama serta patuh terhadap ajaran agama yang dianutnya. Masyarakat Desa Pohan Tonga menganut agama masing-masing. Ketaatan mereka beragama dapat terlihat dengan adanya sarana ibadah yang terdapat di desa ini.Di Desa Pohan Tonga terdapat 2 gereja dan 1 mushola.Perilaku masyarakat Desa Pohan Tonga sedikit juga dipengaruhi oleh ajaran-ajaran agama yang ada pada ajaran agama masing-masing.Masyarakat Desa Pohan Tonga menanamkan nilai-nilai agama dalam kehidupan mereka sehari-hari.

4.3.2. Adat Istiadat

Masyarakat Desa Pohan Tonga masih menjunjung tinggi nilai adat istiadat yang mereka miliki.Masyarakat Desa Pohan Tonga sangat menjunjung tinggi filsafat orang batak dalam tujuan hidup yaitu hasangapon, hagabeon, hamoraon.Dimana “hagabeon” berarti memiliki keturunan laki-laki dan perempuan, “hasangapon” berarti kemuliaan/terpandang di masyarakat, serta “hamoraon” berarti memiliki kekayaan dan kelimpahan secara materi. Serta “Dalihan Natolu” yaitu Pertamasomba marhula-hula (sembah atau hormat kepada keluarga pihak istri), Kedua elek marboru

(26)

hati-hati kepada teman semarga). Hal ini dapat terbukti dari perilaku masyarakat sehari-hari, juga dapat terlihat jelas dalam pesta adat batak di desa ini.

Masyrakat Desa Pohan Tonga mayoritas suku Batak Toba, dimana terdapat banyak norma-norma yang harus ditaati oleh masyarakat. Salah satu norma yang berlaku dalam masyrakat adalah, anak gadis tidak boleh keluar rumah lewat dari pukul 10 malam. Jika ada anak gadis yang berkeliaran di luar rumah lewat dari pukul 10 akan ditegur oleh masyarakat desa bahkan akan terlihat buruk di mata masyarakat. Selain itu satu marga tidak boleh saling mencintai apalagi sampai saling memiliki.Hal itu sangat ditentang keras dalam masyarakat.

4.3.3. Kekeluargaan

(27)

4.3.4. Gotong Royong

Istilah gotong-royong masih terlekat pada masyarakat Desa Pohan Tonga.hal ini terbukti dari kepedulian masyarakat dengan sekitarnya, salah satunya adalah melakukan gotong-royong untuk memperbaiki irigasi yang rusak karena longsor. Selain itu jika ada masyarakat yang berduka maka masyarakat akan bahu-membahu untuk menolong korban yang sedang berduka.

4.3.5. Organisasi Kemasyarakatan

Organisasi kemasyarakatan yang ada di pohan tonga ada 2 yaitu organisasi, yaitu Sibagot Ni Pohan dan organisasi Kelompok tani yang terdiri dari 10 kelompok. Organisasi Sibagot Ni Pohan merupakan organisasi kemasyarakatan yang dibentuk berdasarkan budaya dan tradisi yang berlaku dalam masyarakat.Organisiasi ini dibentuk oleh sekelompok marga guna menjaga keutuhan kekeluargaan dan rasa persatuan.

(28)

4.4. Gambaran Umum PT Sumatera Specialty Coffeess

(29)

Gambar 4.5. PT. Sumatera Specialty Coffees

Harga satuan yang ditampung dari para petani, perusahaan mampu memberikan harga hingga Rp290.000 per kaleng. Perusahaan ini bekerja sama dengan Starbucks di Amerika Serikat, dan mampu mengekspor 200 ton setiap bulannya. Dalam merekrut karyawan perusahaan ini tidak berbelit-belit, perusahaan mengutamakan putra daerah.Perekrutan karyawan tetap (buruh tetap) harus mengikuti aturan dalam perekrutan karyawan sebagaimana perusahaan layaknya.Sedangkan untuk perekrutan buruh harian lepas dan buruh borongan hanya perlu menunjukkan KTP sebagai tanda pengenal.Upah buruh di PT.Sumatera Specialty Coffees bervariasi, tergantung posisi buruh.Upah buruh tetap dan buruh harian lepas adalah gaji tetap Rp 1.800.000/bulan ditambah dengan pemasukan lainnya ± Rp 450.000-600.000/minggu.Sedangkan upah buruh borongan adalah Rp 500.000-700.000/minggu.Upah borongan diberikan perminggu sesuai dengan hasil kerja mereka selama perminggu.

(30)

kelompok, dimana satu kelompok terdiri dari 40 orang. Buruh borongan harus bekerja sama untuk memenuhi target.

4.5. Profil Informan

4.5.1. RG (40)

RG (40) beragama Kristen Protestan adalah seorang masyarakat Desa Pohan Tonga yan melakukan peralihan mata pencaharian dari petani sawah menjadi buruh pabrik.Informan ini merupakan suku Batak Toba.Saat ini informan tinggal di dusun IX Dusun Holbung bersama dengan 6 orang anak.Pendidikan terakhir informan adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP). Sebelumnya informan ini bekerja sebagai petani sawah , hal itu dilakoni setelah beliau menikah dengan salah satu putra daerah di Desa Pohan Tonga.

Penghasilan yang rendah menjadi alasan beliau untuk beralih profesi menjadi buruh pabrik.informan mengatakan bahwa penghasilan dari bertani tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari serta menyekolahkan anak-anaknya. Panen sawah hanya 2 kali dalam setahun, jadi sulit untuk membagi-bagi hasil tersebut agar sanggup digunakan sampai 6 bulan.

(31)

buruh.RG beralih profesi semenjak tahun 2014 sampai sekarang.Ibu dari 6 anak ini adalah buruh pabrik yang bekerja sebagai buruh borongan.

Motivasi yang kuat dari informan ini untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya serta menginginkan penghasilan yang tetap.Pekerjaan sebagai buruh pabrik sudah mencukupi kebutuhan makan sehari-hari, biaya sekolah, dan lain-lain.Penghasilan beliau bisa mencapai antara Rp 500.000-700.000 perminggunya tergantung kopi yang masuk dalam pabrik.

Anak dari informan yang paling besar adalah kelas 2 SMA, yang bersekolah di SMA N 2 Siborongborong. Lalu kelas 3 SMP Di SMP N 1 Siborongborong, kelas 1 SMP di SMP N 1 Siborongborong, kelas 5,3,1SD yang bersekolah di SD Pohan Tonga. Anak RG yang paling besar adalah perempuan jadi dia yang paling banyak beban di rumah membantu ibunya untuk mengurus adik-adiknya yang masih kecil.Beliau sangat memperhatikan anaknya sehingga demi kelangsungan sekolah anaknya beliau harus beralih profesi dari petani sawah menjadi buruh pabrik.

4.5.2. NS (31)

(32)

dalam setahun. Beliau memang memiliki lahan tani selain sawah yaitu ladang kopi, tetapi karena beberapa tahun terakhir ini hasil komoditi kopi semakin berkurang, dimana kopi yang didapat hanya 3 liter/minggu dengan daya jual ± Rp 29.000/liter.

Informan melihat bahwa masyarakat yang telah beralih profesi menjadi semakin sejahtera, dimana beliau melihat keadaan ekonomi mereka juga meningkat.Sehingga muncul keinginan informan untuk memperbaiki keadaan ekonominya.Sebelum beralih profesi beliau lebih dulu menggali informasi tentang syarat-syarat bekerja di pabrik.lalu ketika tetangganya mengatakan bahwa yang dibutuhkan pihak perusahaan hanya KTP sebagai kartu tanda pengenal maka beliau memutuskan untuk beralih profesi. Hal itu mulai dilakoni pada tahun 2016 tepatnya bulan 4.

Setelah beralih profesi menjadi buruh pabrik penghasilan informan menjadi meningkat dan dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.Ibu Napta bekerja di pabrik sebagai buruh borongan dengan penghasian Rp 500.000-700.000/minggu.Dengan adanya upah yang diterima setiap minggunya, sehingga keadaan ekonomi beliau semakin meningkat.Informan akhirnya menyewakan lahan sawahnya sehingga ada tambahan penghasilan yang diterima setiap kali panen.

4.5.3. TS (34)

(33)

menyelesaikan studinya di tingkat SLTA beliau memilih menikah dengan marga Siahaan.Setelah menikah informan sempat bekerja menjadi petani sawah kurang lebih 3 tahun.Lahan sawah yang diolah adalah harta warisan dari keluarga suaminya.Suami informan bekerja sebagai karyawan di sebuah koperasi yang terletak di daerah Siborongborong.Beliau mengatakan bahwa upah suaminya tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.Hingga pada tahun 2003, sebuah pabrik berdiri di Desa Pohan Tonga dan membutuhkan karyawan yang banyak untuk dipekerjakan menjadi buruh pabrik.Pabrik tersebut adalah PT. Sumatera Specialty Coffees.Awalnya informan ragu untuk bekerja di pabrik tersebut. tetapi karena keadaan ekonomi yang sulit, beliau memutuskan untuk beralih profesi menjadi buruh pabrik pada tahun 2005. Informan akhirnya menjadi buruh harian lepas dan menempati posisi menjadi kasir.Informan mengatakan bahwa awalnya beliau bekerja sebagai buruh borongan, tetapi karena informan punya skill di bidang akuntasi dan komputer, maka belum sampai setahun bekerja sebagai buruh borongan di pabrik, beliau sudah angsung diangkat menjadi kasir.

(34)

4.5.4. WS (40)

WF (40) agama Kristen Protestan warga Desa Pohan Tonga yang beralih profesi dari petani sawah menjadi buruh pabrik.Sebelumnya informan bekerja sebagai petani sawah. Ibu dari 2 anak ini mengatakan bahwa penghasilan adalah alasan utama untuk beralih profesi. Penghasilan dari bertani tidak mencukupi untuk membiayai hidup keluarga. Hal ini menyebabkan informan beralih profesi menjadi buruh pabrik. 4 tahun setelah perusahaan beridiri, beliau tidak langsung bekerja disana.Beliau masih menggeluti pekerjaan sebagai petani.Tetapi seiring berjalannya waktu, beliau melihat bahwa keadaan ekonomi lainnya yang telah beralih menjadi buruh pabrik jauh lebih baik dan rata-rata ekonominya meningkat.Hal itu memotivasi informan untuk beralih profesi menjadi buruh pabrik.setelah bertanya kepada buruh lainnya bagaimana cara untuk bekerja di pabrik, maka beliau pun beralih profesi pada tahun 2007. Informan lulusan SMA ini awalnya bekerja di pabrik sebagai buruh borongan. Tetapi pada tahun 2010 beliau diangkat menjadi buruh harian lepas yaitu kasir di pabrik tersebut. setelah bekerja menjadi buruh pabrik, beliau mengaku bahwa keadaan ekonominya semakin meningkat karena upah yang diberikan tidak terlalu kecil. Upah yang diterima informan dalam sebulan Rp1.800.000 gaji tetap ditambah lagi dengan bonus minggua n.

(35)

RS (47) merupakan ibu dari 10 orang anak yang memilih untuk beralih profesi menjadi buruh pabrik.sebelumnya pekerjaan informan adalah sebagai petani sawah. Informan bekerja sebagai petani mulai dari menikah dengan suaminya.Informan tinggal di Dusun II Hadimpu bersama suami dan anak-anaknya.3 anaknya telah tamat SMA dan kini telah merantau ke luar Sumatera, sementara 7 orang lagi masih tinggal bersama informan.Selain memiliki lahan sawah, informan juga bekerja di ladang lahan kopi milik pribadi.Informan mengatakan bahwa hasil panen sawah digunakan sebagai persedian beras untuk 6 bulan mendatang sampai panen berikutnya.Sementara hasil lahan ladang digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.Tetapi seiring berjalan waktu kebutuhan semakin besar dan biaya untuk anak-anak mulai besar.Sehingga informan berusaha untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga.Awalnya informan sempat kerja harian di ladang orang dengan upah Rp50.000 perhari.Tetapi itu tidak cukup untuk menutupi ekonomi keluarga yang semakin mendesak.hingga akhirnya informan meminta kepada seorang mandor di PT. Sumatera Specialty Coffees untuk dipekerjakan di pabrik tersebut. akhirnya pada tahun 2013 informan yang tidak tamat Sekolah Dasar ini bisa bekerja di pabrik tersebut hanya bermodalkan KTP. Informan bekerja sebagai buruh borongan dengan upah Rp500.000-Rp700.000/minggu.

(36)

dari biaya sekolah juga belanja mingguan.Sementara hasil panen sawah tetap dijadikan sebagai persediaan beras untuk 6 bulan mendatang.

4.5.6. MH (42)

(37)

4.5.7. HS (32)

HS (32) agama Kristen Protestan adalah masyarakat Desa Pohan Tonga yang beralih profesi menjadi buruh pabrik.sebelumnya informan bekerja sebagai petani, dimana beliau memiliki lahan sawah warisan orangtuanya serta menyewa ladang untuk diolah. Alasan informan untuk beralih profesi adalah keinginan untuk memperbaiki keadaan ekonomi keluarga dan meningkatkan status agar lebih dipandang di kalangan masyarakat.Akhirnya beliau beralih profesi menjadi buruh pabrik pada tahun 2007.Beliau melamar menjadi satpam di PT. Sumatera Specialty Coffee.Dengan bermodalkan KTP dan SKCK dari kepolisian beliau diterima di pabrik tersebut.informan pun mendapatkan pelatihan sebagai satpam untuk modal dasar sebagai satpam. Posisinya sebagai satpam termasuk dalam buruh harian lepas.Penghasilan informan dari PT. Sumatera Specialty Coffee bisa meningkatkan ekonomi keluarga.Istri informan juga bekerja di PT. Sumatera Specialty Coffee sebagai buruh borongan.Dengan penghasilan informan dan istrinya yang sama-sama berpenghasilan tetap bisa memenuhi kebutuhan hidup keluarganya.Bahkan saat ini informan mengaku bahwa mereka bisa mengontrak rumah untuk ditinggali oleh informan dan keluarganya.

4.5.8. HG (47)

(38)

bekerjasebagai petani sawah. Keadaan ekonomi yang semakin mendesak adalah alasan utama informan untuk beralih profesi.Pada tahun 2003 informan berencana untuk berdagang di pasar tradisional Siborongborong.Namun pada saat itu juga PT. Sumatera Specialty Coffees berdiri di Desa Pohan Tonga.Humas PT. Sumatera Specialty Coffees datang bersosialisasi kepada masyarakat Desa Pohan Tonga dan menyatakan bahwa mereka membutuhkan pekerja sebagai buruh di pabrik tersebut.syarat yang sangat mudah menjadi daya tarik pabrik dalam merekrut buruh. Akhinya ayah dari 8 orang anak ini ikut bergabung di pabrik tersebut dan menjadi buruh.Informan mengatakan bahwa beliau langsung diangkat menjadi buruh tetap dan saat ini bekerja sebagai mandor.

Anak informan yang paling besar sudah berumur 26 tahun dan merantau ke Medan. Istri informan juga bekerja di pabrik yang sama tetapi istrinya sebagai buruh borongan. Alasan istrinya ikut bekerja di pabrik karena mereka tidak memiliki lahan sawah atau ladang. Sawah mereka sudah dijual untuk memperbaiki rumah serta menyekolahkan anaknya yang sedang kuliah.Kebutuhan hidup sehari-hari serta biaya sekolah anak-anaknya menjadi terpenuhi karena informan dan istrinya bekerja.

4.5.9. MS (40)

(39)

menikah dengan seorang putra daerah Desa Pohan Tonga bermarga Siahaan dan menetap di desa tersebut.mereka memiliki 4 orang anak dimana semuanya perempuan. Sebelum beralih profesi menjadi buruh pabrik, pekerjaan informan adalah sebagai petani sawah juga memiliki lahan kopi.Informan mengatakan bahwa penghasilan dari bertani cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan kebutuhan lainnya.Namun keinginan yang tinggi untuk hidup lebih sejahtera lagi menjadi motivasi yang kuat bagi informan untuk beralih profesi.Pada tahun 2010 informan bergabung dengan buruh lainnya di PT. Sumatera Specialty Coffees sebagai buruh borongan. Upah yang didaptkan oleh informan sama dengan penghasilan buruh borongan lainnya, yaitu sekitar Rp 500.000-Rp 700.000 per minggu. Setelah beliau beralih profesi menjadi buruh pabrik, kehidupan beliau menjadi lebih baik, karena beliau bisa memindahkan anaknya dari Sekolah Negeri yang ada di desa nya ke Sekolah swasta di kota Siborongborong. Dengan penghasilan yang tetap maka beliau bisa lebih mengontrol ekonomi keluarganya.

4.5.10.AL (35) Humas PT.Sumatera Specialty Coffees

(40)

Sumatera Specialty Coffees beridiri, beliau pindah dan bekerja di PT. Sumatera Specialty Coffees tersebut. Beliau bekerja di Pabrik kopi mulai tahun 2003. Alasan peneliti untuk memilih AL sebagai informan adalah karena beliau merupakan humas dari PT SSC, jadi peneliti bisa wawancara dengan pihak perusahaan dan buruh yang bekerja di pabrik selaku informan kunci dari peneliti. Untuk itu peneliti bisa membandingkan jawaban-jawaban dari pihak perusahaan dan pihan buruh, agar tidak terjadi ketimpangan antara informasi yang diberikan oleh pihak pabrik dengan informasi yang diberikan oleh buruh-buruh yang bekerja di pabrik.

4.6. Peralihan Profesi dari Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik Interpretasi Data

(41)

peluang yang besar dalam perekrutan buruh tentu menjadi alasan masyarakat Desa Pohan Tonga untuk beralih profesi menjadi buruh pabrik.Masyarakat beralih profesi karena beberapa faktor yang mendorong, mulai dari keinginan sendiri juga karena adanya faktor- faktor lainnya.

Adapun beberapa faktor utama yang mendorong masyarakat Desa Pohan Tonga beralih profesi menjadi buruh pabrik, yaitu :

4.6.1. Penghasilan

Penghasilan dapat diartikan gaji, bahkan mungkin penjualan, keuntungan, komisi, bunga, pinjaman, dan lain sebagainya.Penghasilan didefenisikan sebagai peningkatan pemanfaatan ekonomi dalam bentuk arus masuk atau peningkatan aset.Penghasilan juga disebut dengan pendapatan dari suatu pekerjaan yang dikerjakan.

Begitu juga yang terjadi di Desa Pohan Tonga yang dimana penghasilan dari berprofesi buruh pabrik dikatakan cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, baik dari segi sosial maupun ekonomi.Menurut UMK Tapanuli Utara bahwa gaji buruh adalah Rp 1.800.000 dan upah buruh di pabrik PT SSC sesuai dengan UMK Tapanuli Utara.Masyarakat Desa Pohan Tonga beralih profesi karena tuntutan kebutuhan ekonomi yang tidak terpenuhi, dengan beralihnya mereka menjadi buruh pabrik maka mereka berharap bahwa kehidupan mereka menjadi lebih baik.

(42)

“Saya beralih profesi dari petani sawah menjadi buruh pabrik pada tahun 2014.Saya beralih profesi karena memang penghasilan saya tidak bisa lagi memenuhi kebutuhan hidup kalau hanya mengharapkan hasil panen sekali dalam 6 bulan.Ditambah lagi anak saya yang sudah SMA membtutuhkan uang setiap harinya. Tentu dengan bekerja menjadi buruh penghasilan saya menjadi tetap dan saya mempunyai uang setiap harinya untuk anak-anak saya” (Wawancara 10 April 2017 pukul 20.00 WIB)

Masyarakat selanjutnya yang beralih profesi adalah Ibu NS (31) yang beralih profesi dari petani menjadi buruh pabrik pada tahun 2016 :

“Saya harus beralih profesi menjadi buruh pabrik, karena penghasilan saya dari bertani tidak jelas, sementara kan dari kerja pabrik sudah jelas dia berapa perminggunya. Dengan penghasilan yang tetap perminggunya bisa saya gunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup saya sehai-hari, kalo dari bertani ini penghasilan saya tidak memungkinkanlah dibilang dek, bahkan saya lebih sering tidak punya uang sehari-harinya, padahal saya kan butuh uang untuk menutupi keperluan ruah tangga, apalagi kita kan harus kepasar sekali seminggu untuk belanja.maka saya beralih profesi dek menjadi buruh pabrik. Pokoknya saya merasa kalo bekerja di pabrik hidup saya menjadi lebih baik, bahkan jauh lebi baik daripada bertani. (Wawancara 11 April 2017 pukul 20.00 WIB)

Hal senada juga terjadi pada Pak MH (47) yang pernah bekerja menjadi petani tetapi lebih memilih untuk beralih profesi menjadi buruh pabrik, hal ini dapat terungkap dalam wawancara dengan beliau, yaitu :

(43)

Dari hasil wawancara di atas dapat dilihat bahwa penghasilan masyarakat pada saat bekerja menjadi petani sawah kurang terpenuhi. Penghasilan menjadi faktor utama masyarakat Desa Pohan Tonga beralih profesi.

4.6.2. Peluang

PT. Sumatera Specialty Coffees memberikan kesempatan yang besar kepada masyarakat Desa Pohan Tonga untuk bekerja di pabrik. Hal ini dapat terlihat dari cara perekrutan buruh di pabrik yang terbuka dan terkesan sangat mudah. Pihak perusahaan hanya meminta KTP sebagai syarat untuk berja di PT. Sumatera Speialty Coffees.

Hal dapat terungkap dengan salah informan RS (47) di lapanga yaitu :

“Peluang yang diberikan oleh pabrik sangat berguna bagi saya.Karna hanya dengan bermodalkan KTP mereka bisa menerima saya bekerja di sana” (Wawancara 12 April 2017 pukul 20.00 WIB).

4.6.3. Motivasi

Selain itu masyarakat yang memilih untuk beralih profesi adalah Ibu Rosinta Boru Sitanggang, dimana beliau beralih profesi menjadi buruh pabrik pada tahun 2013. Hal ini terungkap dalam wawancara dengan beliau yaitu:

(44)

menyekolahkan anak-sanak saya.Saya beralih profesi pada tahun 2013 lalu.Sebenarnya saya sudah lama sekali ingin beralih profesi, tetapi suami saya tidak mengijinkan, tetapi saya lihat ekonomi kami berkurang bahkan sangat kurang, jadi saya memilih beralih profesi menajdi buruh pabrik.Hal ini terlihat baik karna saya bisa membantu suami saya memenuhi kebutuhan keluarga. Kan gaji saya lumayan untuk belanja perminggunya jugak bisa ongkos-ongkos anak saya kesekolah” (Wawancara pada 12 April 2017 pukul 20.00 WIB)

Begitu juga dengan Ibu NS (31) yang mengungkapkan hal serupa, yaitu

“Saya bekerja di pabrik karena keinginan sendiri inang, saya lihat sawah warisan suami saya tidak seberapa. Saya memiliki keinginan yang kuat untuk meningkatkan ekonomi keluarga saya” (Wawancara pada 11 Aprl 2017 pukul 20.00 WIB)

Hal tersebut dikarenakan adanya dorongan yang tinggi untuk mencapai status sosial yang lebih baik daripada status sosial sebelumnya.

4.6.4. Sosialisasi

(45)

lebih mengutamakan putra/putri daerah.95% buruh di PT. Sumatera Specialty Coffees merupakan masyarakat setempat. Hal ini di sambut baik oleh masyarakat Desa Pohan Tonga , hal ini dapat terlihat dari wawancara dengan TS saat dilapangan yaitu:

“Saya tau bahwa perusahaan membutuhkan pekerja karna waktu itu

kan ada pemberitahuan kepada masyarakat, bahwa pabrik itu butuh

banyak buruh dan juga mengutamakan putra-putri daerah .makanya

saya melamar kesana”. (Wawancara 13 April 2017 pukul 20.00 WIB).

Dari hasil wawancara di lapangan bahwa masyarakat tertarik dengan sosialisasi yang dipaparkan oleh PT. Sumatera Speialty Coffees

4.7. Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Pohan Tonga Saat Bekerja Menjadi Petani sawah

4.7.1. Pendapatan

Peneliti berusaha untuk menggali tentang pendapatan masyarakat yang memilih untuk beralih profesi menjadi buruh pabrik.

4.7.1.1.Jumlah pendapatan

(46)

bekerja sampingan keladang orang dengan upah Rp 50.000/hari. Hal ini dapat terungkap dalam wawancara dengan MS (40) yaitu:

“Hasil panen kan tidak menentu, karna biasnya padi itu tidak dijual, itu dijadikan untuk stok sebelum panen selanjutnya. Jadi supaya pendapatan kita ada maka harus bekerja keladang orang dengan gaji lima puluh ribu perhari” (Wawancara 15 April 2017 pukul 20.00 WIB)

4.7.1.2.Alokasi pendapatan

Penghasilan masyarakat dalam bentuk uang hanya dari upah mereka ketika bekerja sampingan ke ladang orang.Atau kalau dalam kedaan terpaksa mereka menjual padi mereka ke pasar.Hasil padi mereka dijadikan sebagai stok makanan sebelum panen berikutnya.Sementara gaji sampingan mereka digunakan untuk kebutuhan keluarga lainnya. Hal ini dapat terlihat dalam petikan wawancara dengan MS (40) berikut ini:

“Padi itu kan jarang dijual, jadi kalo untuk kebutuhan lainnya itu dari hasil

kerja sampingan. Paling-paling untuk kebutuhan keluarga, dan kebutuhan

anak-anak”(Wawancara 15 April 2017 pukul 20.00 WIB).

4.7.1.3.Tabungan

(47)

persiapan sampai ada panen berikutnya. Hal ini terungkap dalam wawancara dengan RS (47) ketika wawancara dilapangan yaitu:

“Kami akan menyimpan padi kami pada panen ini .jadi itu akan kami makan

sedikit demi sedikit sampai panen berikutnya tiba. Jadi kalau misalnya padi

itu tidak habis baru kami jual”(Wawancara 12 April 2017 pukul 22.00 WIB).

4.7.2. Kepemilikan Aset

Kesejahteraan hidup merupakan impian semua mahluk hidup yang tinggal di muka bumi ini.Kesejahteraan dapat dicapai apabila bisa memenuhi kebutuhan hidup baik itu sandang, pangan, serta kebutuhan-kebutuhan lainnya.

4.7.2.1.Rumah

Memiliki rumah sendiri merupakan keinginan dari setiap manusia, begitu juga dengan masyarakat yang beralih profesi, dimana sebelum mereka beralih profesi peneliti berusaha untuk menggali kepemilikan rumah yang ditempati. Dari hasil wawancara dengan informan, peneliti menemukan bahwa kepemilikan rumah sudah ada atas nama sendiri, ada yang mengontrak bahkan ada yang tinggal bersaama dengan orangtua. RG (40) mengatakan bahwa sebelumnya kepemilikan rumah adalah milik sendiri, hal itu terlihat dalam petikan berikut:

“Sebelum saya beralih profesi, ini rumah sudah milik kami

(48)

Hal berbeda di ungakpkan oleh Bapak HS (32), beliau mengatakan bahwa sebelumnya dia dan istrinya tinggal di rumah orangtuanya, hal itu dapat terlihat dalam petikan berikut:

“Saya dulu tinggal di rumah orangtua saya”(Wawancara 12 April 2017

pukul 12.30 WIB).

4.7.2.2.Tanah

Salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani adalah dari luas lahan yang diusahakan petani , apabila luas lahan yang dimiliki oleh petani lebih kecil dari dari luas lahan standard maka petani belum bisa memenuhi kebutuhannya. Rata-rata masyarakat yang memilih untuk beralih profesi adalah masyarakat yang memiliki luas lahan di bawah standard, hal ini terlihat dalam wawancara dengan MH (47) yaitu:

“Saya dulu memiliki lahan sawah , tetapi lahannya sempit”(Wawancara 11

April 2017 pukul12.30 WIB).

Hal yang senada juga diungkapkan informan lain, yaitu oleh Ibu RG (40) yaitu sebagai berikut:

(49)

4.7.2.3.Kendaraan Pribadi

Kendaraan pribadi hanya dimiliki oleh beberapa informan saja, hal ini dapat dilihat dalam petikan berikut yang diungkapkan oleh TS (47)

“ kami hanya punya kereta, itupun karna sudah merupakan kebutuhan

jaman sekarang”(Wawancara 13 April 2017 pukul 20.00 WIB).

Hal yang berbeda juga diungkapkan oleh NS (31), yaitu:

“Dulu kami tidak punya kendaraan apapun”(Wawancara 11 April 2017

pukul 20.00 WIB).

4.7.2.4.Aset Lainnya

Dari hasil wawancara peneliti dengan informan, peneliti menemukan bahwa masyarakat rata-rata hanya memiliki televise dan handphone saja. Seperti yang dikutip dalam wawancara dengan informan MS(40) yaitu:

“Saya hanya memiliki televisi dan handphone aja dirumah, itupun televisinya

saya beli karna kita juga butuh hiburan. Kalau handphone itukan udah

merupakan kebutuhan meskipun handphone murahan”(Wawancara 15 April

2017 pukul 20.00 WIB).

4.7.3. Pendidikan

(50)

keterbatasan ekonomi maka beliau menyekolahkan anaknya di Sekolah yang ada di desanya. Hal ini terungkap ketika wawancara dengan beliau yaitu:

“Kalau saya sangat apresiasif terhadap pendidikan. Dulunya sebelum saya

bekerja di pabrik, anak saya sekolah disini karna memang uang saya tidak

cukup untuk menyekolahkan di sekolah yang lebih baik”(Wawancara 15 April

2017 pukul 20.00 WIB).

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ibu RS (47), dimana beliau mengatakan bahwa anak-anaknya sekolah di sekolah yang dekat dengan rumah. Kebetulan rumah beliau dekat dengan sarana pendidikan yang ada di desa tersebut maka dia meminta anaknya untuk sekolah disana agar bisa jalan kaki ke sekolah, hal ini dapat terlihat dalam kutipan berikut:

“Saya gak punya uang untuk menyekolahkan anak saya ke kota sana.Jadi

saya suruh mereka untuk sekolah di sini aja. Kam gak ada bedanya sekolah

disini sama yang disana”(Wawancara 12 April 2017 pukul 20.00 WIB).

4.7.4. Kesehatan

(51)

“Saya tidak pernah menggunakan kartu kesehatan itu, karna dari dulu sampe

sekarang saya belum pernah sakit” (Wawancara 11 April 2017 pukul 12.30

WIB).

Hal yang senada juga diungkapkan oleh RG (40) dimana beliau tidak menggunakan kartu tersebut, beliau mengatakan bahwa dari dulu sampai saat ini beliau tidak pernah sakit parah, hal itu dapat dilihat dalam petikan berikut ini :

“Saya memang memiliki kartu jamkesmas dulu tapi saya tidak pernah

memakainya karna saya tidak pernah sakit parah”(Wawancara 10 April 2017

pukul 20.00 WIB).

4.7.5. Sandang dan Pangan

Kebutuhan sandang dan pangan merupakan kebutuhan yang berbeda.Dalam Masyarakat Desa Pohan Tonga dengan kondisi pendapatan yang terbatas maka mereka lebih dahulu mementingkan kebutuhan komsumsi pangan.Sandang mereka memang terpenuhi tetapi hanya sekedar saja. Seperti yang diungkapkan oleh MS (40) dalam wawancara ketika di lapangan yaitu:

“Karna pendapatan yang terbatas, maka saya lebih mengutamakan

makananan daripada pakaian. Lebih baik saya pake baju bekas-bekas

daripada anak-anak saya tidak makan”(Wawancara 15 April 2017 pukul

20.00 WIB).

(52)

“Saya lebih mementingkan kebutuhan makan daripada pakaian, karna kalau

masaah pakaian itu bsia dibeli sekali setahun pas lagi natal. Tapi kalau

makan sudah wajib”(Wawancara 12 April 2017 pukul 20.00 WIB).

4.7.6. Interaksi Sosial Masyarakat Desa Pohan Tonga Ketika Bekerja Menjadi Petani Sawah

Penduduk asli masyarakat Desa Pohan Tonga menurut data yang diperoleh adalah suku Batak Toba.Selain itu di desa Pohan Tonga ada beberapa suku pendatang yaitu suku Sunda, Jawa, Karo.Selain itu masyarakat Desa Pohan Tonga juga merupakan masyarakat yang beragama.Dengan adanya keberagaman agama dan suku tentunya mempunyai kehidupan sosial.Kehidupan sosial masyarakta Desa Pohan Tonga baik sesame masyarakat yang sesuku, seagama maupun yang berbeda suku atau agama.Kehiudupan sosial masyarakat dapat dilihat dari interaksi sosial dengan dengan masyarakat lainnya. Hal ini dapat terungkap dalam wawancara dengan RG (40) yaitu

“Kalau hubungan saya dulu dengan tetangga waktu jamannya masih

bertani itu sangat dekat,karena kami memiliki banyak waktu untuk

berjumpa dan berkumpul, terutama pada sore hari. Bahkan kami dulu

sering saling membantu kalau sedang panen. Jadi kita sangat dekatlalah

dek”(Wawancara 10 April 2017 pukul 20.00 WIB).

(53)

“Pas saya dulu bekerja jadi petani hubungan sosial saya dengan para tetangga itu sangat dekat dan baik, karena jam kerja saya itu kan bebas,

mau kapan saya kerja atau mau kapan saya bermain ke tempat tetangga itu

bebas.Kami bisa berkumpul pada saat sore hari.Paling-paling kami sibuk

masing-masing pada saat panen padi, itu pun karna kami kadang

“marsiadapari” (saling membantu) justru itu semakin mendekatkan kami.

Karena samba bekerja kami bisa saling berinteraksi”(Wawancara 11 April

2017 pukul 20.00 WIB)

Selain itu bentuk hubungan sosial masyarakat Desa Pohan Tonga dapat kita lihat dari beberapa perkumpulan dalam bentuk arisan, baik arisan marga atau arisan perkumpulan gereja serta pesta dalam adat batak. RG (40) yang aktif dalam arisan marga dan pesta adat mengaku bahwa hubungan sosialnya dengan masyarakat Desa pohan Tonga dikatakan baik, hal ini terungkap dalam wawancara di lapangan

“saya aktif dalam arisan marga Siahaan. Suami saya kan marga Siahaan, jadi

saya ikut arisan marga Siahaan sesama masyarakt di kampong ini. Biasanya

kami ada perkumpulan sekali dalam 2 minggu, jadi saya bisa aktif dalam

arisan tersebut”(Wawancara 10 April 2017 pukul 20.00 WIB).

Masyarakat lain yang juga aktif dalam arisan selama bekerja menjadi petani sawah adalah WS (40) , hal ini di ungkapkan pada saat wawancara di lapangan,

“saya ikut arisan dari marga suami saya itu sekali sebulan jadi setiap

bulannya kami berkumpul di rumah yang menerima uangnya. Disana kami

bisa saling lebih dekat lagi, jadi kami biarpun satu desa karna desa ini kan

luas, kadang kita tidak mengenal semua, jadi di arisan ini kita bisa saling

berinteraksi dan mengenal teman-teman baru”(Wawancara 17 April 2017

(54)

lihat seperti esek-esek, dan syukuran dalam masyarakat.Sedangkan pesta besar dapat kita lihat seperti pesta pernikahan atau pesta adat lainnya. Seperti yang diungkapkan oleh RG (40) dalam wawancara di lapangan

“Saya selalu datang jika ada yang berpesta di desa ini, karena di pesta kita

dapat berinteraksi dengan yang lain” (Wawancara 10 April 2017 pukul 20.00

WIB).

4.8. Waktu dan Jam Kerja

Waktu dan jam kerja masyarakat ketika masih bekerja menjadi petani tidak menentu dan tidak terikat. Masyarakat bekerja sesuai dengan keinginan sendiri, berangkat jam berapa ke sawah dan pulang jam berapa dari sawah.Mereka hanya bekerja full time disaat musim menanam padi dan musim panen padi.Selain itu masyarakat memiliki waktu luang yang banyak.Hal ini mereka manfaatkan untuk hal-hal lain yang berguna, misalnya pesta adat baik di dalam maupun dilar desa.Pada waktu sore hari para ibu-ibu ebh sering memilih untuk berkumpul dengan tetangga.Guna membangun hubungan sosial yang baik dengan para tetangga dan amsyarakat lainnya. Hal ini dapat terungkap dalam wawancara dengan Ibu RG (40) yaitu:

“Dulu ketika saya bekerja sebagai petani waktu saya banyak untuk berkumpul

dengan tetangga, bahkan ke pesta diluar desa pun saya kadanh

(55)

Begitu juga dengan Ibu NS (31) mengatakan bahwa beliau tidak terikat pada jam kerja, kalau ada pesta di desanya maka setengah hari beliau ke sawah dan setengah hari lagi ke pesta, hal ini dapat terlihat dalam kutipan berikut:

“Pas saya bekerja sebagai petani sawah, saya bebas kemana saja, kalau ada

orang yang berpesta di desa ini maka saya bisa mengatur waktu saya ke

sawah dan kepesta”(Wawancara 11 April 2017 pukul 20.00 WIB).

Dari hasil wawancara dengan informan dapat disimpulkan bahwa masyarakat tidak terikat pada waktu dan jam kerja seperti yang dirasakan saat ini.

4.9. Pembagian Kerja Pada Masyarakat Desa Pohan Tonga Ketika Bekerja Menjadi Petani Sawah

Pembagian kerja petani sawah tidak memandang gender, dimana suami dan istri sama-sama bekerja di sawah.Mulai dari pengolahan lahan, pembibitan, menanam dan panen dilakukan secara bersama-sama.Hanya saja panen lebih banyak dikerjakan oleh laki-laki. Pekerjaan rumah memang tetap menjadi tugas istri, tetapi para istri tidak mau hanya tinggal diam dirumah, mereka akan sigap untuk bekerja. Masyarakat disana adalah mayoritas orang Batak, maka sudah hal yang biasa jika perempuan jarang berada dirumah.Bahkan ibu-ibu lebih giat bekerja daripada suaminya. Hal ini dapat terungkap ketika wawancara dengan Bapak MH (42) yaitu:

(56)

Hal yang sama juga diungkapkan oleh informan lain yaitu RS (47), hal ini dapat terungkap ketika wawancara dengan beliau di lapngan yaitu:

“Saya ikut suami bekerja di sawah, karna saya tidak mau diam aja

dirumah.nanti saya malah penyakitan”(Wawancara 12 April 2017 pukul

20.00 WIB).

Dari hasil wawancara di atas dapat kita lihat bahwa pembagian kerja ketika buruh bekerja menjadi petani sama-sama bekerja di sawah, tetapi untuk urusan rumah tangga masih tetap dikerjakan oleh istri.

4.10.Kondisi Status Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Pohan Tonga Setelah Beralih Menjadi Buruh Pabrik

Adapun kondisi status sosial ekonomi masyarakat Desa Pohan Tonga yang telah beralih profesi menjadi buruh pabrik dapat dilihat dari indikator-indikator berikut, yaitu :

4.10.1.Pendapatan

(57)

pendorong masyarakat beralih profesi karena dengan semakin meningkatnya ekonomi seseorang, maka statusnya dalam masyarakat juga meningkat. Pendapatan dapat di klarifikasikan dalam beberapa hal yaitu:

4.10.1.1. Jumlah pendapatan

Tingakatan pendapatan yang diperolah masyarakat setiap bulan berbeda-beda. Begitu juga dengan buruh yang bekerja di pabrik kopi memiliki tingkat perbedaan gaji yaitu antara buruh tetap, buruh harian lepas, dan buruh borongan. Salah satu masyarakat yang mengalami peningkatan ekonomi adalah RG (40) yang memiliki 6 orang anak mengatakan bahwa beliau mengalami peningkatan ekonomi, hal ini terungkap dalam wawancara dengan beliau di lapangan, yaitu:

Setelah saya bekerja di pabrik , pendapatan saya itu jelas meningkat,

dan itu dapat saya rasakan. Sekarang saya berpenghasilan tetap

paling sedikit itu Rp 500.000 itu pun kalau kopi sedikit aja.Gaji kami

perminggu itu bisa mencapai Rp 700.000 itu kalau kopinya tidak

terlalu banyak dan tidak terlalu sedikit.Kalau lagi musim kopi yang

banyak kami bahkan pernah mendapatkan gaji sampai Rp 900.000

dalam seminggu.(Wawancara 10 April 2017 pukul 20.00).

Masyarakat yang beralih profesi selanjutnya adalah NS (31) dimana beliau juga mengatakan bahwa pendapatannya meningkat setelah beliau beralih profesi menjadi buruh pabrik. Hal ini diungkapkan oleh beliau seperti berikut:

“Saya kan baru setahun beralih profesi menjadi buruh pabrik. Tapi

(58)

gaji saya itu antara Rp 500.000-Rp 700.000 per

minggunya”.(wawancara 11 April 2017 pukul 20.00).

HS (32) yang bekerja sebagai satpam mengungkapkan hal yang sama dengan buruh lainnya. Dimana penghasilan beliau menjadi meningkat setelah bekerja di pabrik.Gaji pokoknya Rp 1.800.000 ditambah lagi dengan gaji lembur. Hal itu dapat terungkap ketika wawancara dengan beliau dilapangan yaitu:

Gaji pokok saya kan 1,8 juta kalau saya kerja sesuai dengan shift saya, tetapi

kalau saya lembur, gaji saya bisa 2 kali lipat dari gaji pokok saya”.

(Wawancara 12 April pukul 12.30 WIB).

Dari hasil wawancara di atas dapat kita lihat bahwa penghasilan masyarakat setelah menjadi buruh menjadi semakin meningkat.

4.10.1.2. Alokasi pendapatan

Disini peneliti tidak hanya melihat seberapa besar penghasilan dari masyarakat yang beralih profesi. Tetapi peneliti juga ingin melihat bagaimana alokasi pendapatan masyarakat tersebut serta cara mereka mengolah keuangannya. RG (40) mengatakan bahwa pengahasilannya digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan anak, dan kebutuhan lainnya. Hal ini dapat terungkap dalam wawancara dengan beliau di lapangan yaitu:

“Untuk kebutuhan sehari-hari, untuk kebutuhan anak bisa tercukupi.Untuk

ongkos anak-anak saya setiap hari kesekolah.Kalau untuk beli baju sekolah

yang baru atau buku tulis pas kenaikan kelas kana da dari THR.Itu sudah

cukup untuk perlengakpan anak-anak. Dalam seminggu belanja kami di

(59)

perharinya adalah Rp 15.000, itu ongkos anak saya yang masih SMP karna

anak saya yang SMA biasanya jalan kaki ke sekolah karna

dekat”(Wawancara 10 April 2017 pukul 20.00).

Dari penghasilannya jika di alokasikan, maka beliau masih bisa menabung untuk keperluan lainnya. RS (47) juga mengatakan pendapat yang sama ketika diwawancarai dilapangan, yaitu:

“Ya kebutuhan sehari-hari, mulai dari kebutuhan rumah tangga sampai

kebutuhan anak.Untuk kebutuhan rumah tangga harus belanja sekali

seminggu ke pasar siborong-borong, saya tidak beli beras lagi karna suami

saya bekerja di sawah. Kalau penghasilan saya biasanya langsung habis

perminggunya karna tanggungan saya banyak”(Wawancara 12 April 2017

pukul 20.00 WIB)

Adapun buruh lain bahwa pendapatannya langsung diberikan kepada istrinya, beliau mengatakan bahwa dia hanya bertanggung jawab mencari uang, dan urusan pengeloaan uang adalah urusan istri. Hal ini diungkapkan oleh Bapak MH (42) dalam wawancara di lapangan yaitu:

“Kalau untuk pengeluaran rumah tangga itu adalah urusan istri saya, karna

setia gajian, saya akan langsung menyetor uang saya kepada istri.Biarkanlah

dia yang mengurusi keuangan rumah di rumah ini.Tapi yang saya lihat beres

kok semuanya. Mulai dari kebutuhan sehari-hari bahkan kebutuhan

anak-anak saya”(Wawancara 11 April 2017 pukul 12.30 WIB).

4.10.1.3. Tabungan

(60)

bekerja menjadi buruh rata-rata bisa menabung dari hasil berkerja mereka di pabrik. Hal ini dapat terungkap dalam wawancara dengan TS (31), yaitu :

“Gaji saya bisa juga saya tabung, mumpung anak-anak saya masih kecil jadi saya menabung. Saya selalu menyisihkan pendapatan keluarga untuk ditabung”(Wawancara 13 April 2017 pukul 20.00 WIB)

4.10.2.Kepemilikan Aset

Kepemilikan aset diukur dengan melihat pertambahan harta benda seperti jenis tempat tinggal, status kepemilikan rumah, dan aset lain yang dimiliki oleh masyrakat yang beralih profesi menjadi buruh pabrik. Adapun beberapa aset yang bisa di dilihat adalah

4.10.2.1. Rumah

Rumah adalah tempat untuk melepaskan lelah, tempat bergaul, dan membina rasa kekeluargaan diantara anggota keluarga, tempat berlindung keluarga dan menyeimpan arang berharga, dan rumah juga sebagai status lambing sosial (Mukono, 2000:25). RG (40) sudah memiliki rumah sendiri sejak bekerja menjadi petani , hal ini terungkap dalam wawancara dengan beliau saat wawancara dilapangan yaitu:

“Kalau rumah saya ini merupakan peninggalan dari almarhum suami

saya”(Wawancara 10 April 2017 pukul 20.00).

(61)

“Ini rumah kami sudah dibangun sebelum saya bekerja di pabrik, tapi masih kecil. Setelah saya bekerja di pabrik kami bisa menambahi dapur di belakang”(Wawancara 12 April 2017 pukul 20.00 WIB)

HS (32) mengatakan bahwa rumah yang mereka tempati sekarang masih rumah kontrakan, hal ini dapat terungkap ketika wawancara dengan beliau di lapangan yaitu :

“Kami sampai saat ini masih mengontrak rumah.Tapi saya sangat bersyukur karna saya udah bisa mandiri dan pisah dari keluarga saya.Kalau orang batak bilang “manjae” lah dek”(Wawancara 12 April 2017 pukul 12.30. WIB)

4.10.2.2. Tanah

Tanah merupakan salah satu aset yang bernilai tinggi baik itu tanah kosong maupun tanah yang sudah di tanami tanam-tanaman.NS (31) memiliki tanah hasil warisan dari orangtuanya, dan kini ditanami padi. Beliau mengungkapkan hal ini dalam wawancara yaitu:

“Dulu kan kami bertani, tapi karna hasil dari bertani tidak mencukupi

kebutuhan hidup kami, maka saya beralih profesi. Kalau sawah kami kini di

olah oleh suami saya”(Wawancara 11 April 201 pukul 20.00 WIB)

(62)

“Saya memang memiliki lahan kosong dek, itu ada d arah hutan-hutan

sana itu tidak saya oleh supaya ada nanti untuk biaya kuliah anak-anak

saya”(Wawancara 10 April 2017 pukul 20.00).

4.10.2.3. Kendaraan Pribadi

Masyarakat yang beralih profesi menjadi buruh rata-rata memiliki kendaraan pribadi, yaitu roda dua.HS (32) telah memiliki kendaraan roda dua yang dicicil dari dealer. Hal ini terungkap dalam wawancara yaitu:

“Setelah saya bekerja di pabrik, saya bisa mencicil kereta. Dan syukurlah sekarang sudah lunas kok”(Wawancara 12 April 2017 pukul 20.00 WIB)

Hal yang senada juga diungkapkan oleh TS (31), dimana beliau bisa membeli kendaraan roda dua. Beliau mengungkapkan hal tersebut ketika wawancara dilapangan yaitu:

“Saya bisa membeli kereta dek. Ini saya baru beli kereta tahun lalu, dan ini saya bayar tunai”(Wawancara 13 April 2017 pukul 20.00 WIB)

4.10.2.4. Aset lain-lain

Dalam hal ini peneliti juga melihat aset lain yang dimiliki oleh masyarakat yang beralih profesi, baik itu alat komunikasi, televisi, laptop, atau komputer serta kebutuhan pribadi yang lainnya.

(63)

Menurut kamus Bahasa Indonesia kata pendidikan berasal dari kata “didik” dan mendapat imbuhan “pe” dan akhiran “an”/maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan mendidik. Secara bahasa defenisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Lemabaga pendidikan menjadi saluran resmi yang paling rasional dalam menentukan pergeseran sosial sebab sifat dari pergeseran sosial dalam jalur pendidikan ini sangat terbuka.Pendidikan merupakan sesuatu yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia, begitu juga dengan masyarakat Desa Pohan Tonga.Mereka sangat apresiasif terhadap pendidikan.Filosofi “anakhon hi do hamoraon di au” menjadi acuan utama bagi mereka untuk menyekolahkan anak-anaknya. Meskipun mereka (masayarakat buruh ) raat-rata tamat SMP, mereka mengharapkan anaknya untuk mengecap pendidikan yang lebih baik serta berkualitas tinggi. Hal ini dapat diungkapkan dalam wawancara dengan MS (40) di lapangan yaitu sebagai berikut:

“Dulu pas saya masih bekerja di sawah, anak-anak saya sekolahkan di SD N Pohan Tonga ini, tapi setelah saya bekerja di pabrik saya bisa memindahkan anak saya ke sekolah swasta yang ada di kota, pastinya itu lebih berkualitas daripada sekolah yang ada disini”(Wawancara 15April 2017 pukul 20.00 WIB)

4.10.4.Kesehatan

(64)

Kesehatan merupakan hal penting yang harus dijaga, kemudahan dalam mengakses layanan kesehatan adalah impian bagi setiap orang.Masyarakat yang beralih profesi mengaku bahwa jaminan kesehatannya dijamin oleh pihak pabrik, yaitu dengan memberikan bpjs ketenagakerjaan.Mereka mengatakan bahwa bpjs kesehatan yang diberikan oleh pihak perusahaan lebih baik digunakan daripada jamkesmas dari pemerintah. Hal ini terbukti dalam wawancara dengan TS (34) yaitu:

“Saya lebih suka menggunakan kartu bpjs ketenagakerjaan daripada jamkesmas yang dibagikan oleh pemerintah, saya sudah menggunakan bpjs ketenagakerjaan pas bersalin anak saya yang kedua, dan pelayanannya jauh lebih dari jamkesmas. Karna dulu saya menggunakan jamkesmas”(Wawancara 13 April 2017 pukul 20.00 WIB)

4.10.5.Sandang dan Pangan

(65)

“Kalau soal makanan dan pakaian itu terpenuhi kok, cuman sekarang lebih

baik lah”

4.10.6.Interaksi Sosial Masyarakat Desa Pohan Tonga Setelah Bekerja Menjadi Buruh Pabrik

(66)

“Kalau hubungan saya dengan tetangga sudah mulai berkurang, bukan berarti kita ada masalah yah, tapi karna waktu gak ada lagi untuk sekedar berkumpul-kumpul maka lama-kelamaan jadi agak kurang juga sih”.(Wawancara 12 April 2017 pukul 20.00 WIB)

Berbeda dengan RG (40) yang mengatakan bahwa interaksi sosialnya dengan para tetangga tidak ada yang berubah, hanya saja kalau hubungan sosial dengan masyarakat lain menjadi berkurang, misalnya masyarakat ada yang berpesta, tetapi beliau tidak sempat lagi untuk ikut berpartisipasi dalam pesta tersebut seperti yang diungkapkan beliau dalam wawancara ketika di lapangan yaitu :

“Kalau dengan tetangga, saya masih bisa jumpa sebentar pas pulang kerja, cuman sebentar aja.Tapi kalau ada yang berpesta kadang saya tidak bisa ikut ke pesta tersebut karna waktu saya sudah sangat terbatas”.(Wawancara 10 April 2017 pukul 20.00 WIB)

4.11.Waktu dan Jam Kerja

Jam Kerja adalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksankan siang hari dan malam hari. Jam kerja bagi para pekerja di sektor swasta diatur dalam Undang-Undang No.13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, khususnya pasal 77 sampai dengan pasal 85.

(67)

a. 7 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja untuk 1 minggu untuk 6 hari kerj dalam 1 minggu, atau

b. 8 jam kerja dalam 1 hari atau 40 jam kerja dalam 1 minggu untuk 5 hari kerja dalam 1 minggu.

Pada kedua sistem jam kerja tersebut juga diberikan batasan jam kerja yaitu 40 jam dalam 1 minggu. Apabila melebihi dari ketentuan waktu jam kerja tersebut, maka waktu kerja biasa dianggap masuk sebagai waktu kerja lembur sehingga pekerja atau buruh berhak atas upah lembur.

Tidak Lepas dari itu pekerja buruh di Desa Pohan Tonga juga memiliki jam kerja 8 jam dalam 1 hari dalam 1 minggu, sehingga waktu untuk keluarga maupun bersosialisasi dengan masyarakat yang lain sangatlah terbatas. Hal tersebut didukung oleh hasil wawancara pada saat dilapangan dengan RG (40), yaitu sebagai berikut :

(68)

Tidak jauh berbeda dengan hasil wawancara yang ditujkan pada RG (40) tentang jam kerja di pabrik.TS (34) juga mengatakan hal yang sama pada saat wawancara di lapangan, hal itu dapat terungkap sebagai berikut, yaitu:

“Setelah bekerja di pabrik waktuku banyak yang tersita, kalau untuk keluarga memang benar-benar sangat terbatas, karena dari pagi sampe sore hari saya berada di pabrik. Paling-paling pas waktu makan siang saya pulang sebentar kerumah untuk makan sekaligus melihat anak-anak apakah sudah makan atau tidak.karna anak-anak saya di rumah dijagain sama mertua saya. Sorenya kadang saya lembur dek, karna saya kan kasir jadi harus buat laporan uang untuk hari itu dulu ,apakah uang nya pas atau tidak baru saya bisa pulang kerumah. Karna kalau uangnya ada yang kurang kan dek, jadinya gaji saya yang dipotong. Saya sapai dirumah sudah hampir malam , bahkan kadang malam hari. Saya kadang sudah capek , gak selera lagi main-main sama anak-anak saya. Paling-paling saya punya waktu kalau lagi off saya memilih off pada hari rabu. Jadi disitu saya sempatkan waktu saya untuk berkumpul dengan anak-anak saya” (Wawancara 13 April 2017 pukul 20.00 WIB)

Hal yang sama juga disampaikan oleh HS (32) yang bekerja di pabrik sebagai satpam, hal ini terungkap dalam wawancara sebagai berikut,

(69)

Dari hasil wawancara di atas bisa dikatakan bahwa masyarakat Desa Pohan Tonga yang beralih profesi menjadi buruh pabrik kurang memiliki waktu senggang bersama keluarga.mereka lebih banyak menghabiskan waktu di pabrik daripada berkumpul dengan keluarga. Mereka harus mematuhi peraturan-peraturan dari pabrik, karena mereka sudah terikat dengan peraturan dan pasal-paal yang dikeluarkan oleh perusahaan.

4.12.Pembagian Kerja Pada Masyarakat Desa Pohan Tonga Setelah Bekerja Menjadi Buruh Pabrik

(70)

“Saya harus beralih profesi menjadi buruh pabrik untuk membantu suami saya dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga kami. Disini kan sudah banyak ibu-ibu yang ikut bekerja. Karna sangat sayang rasanya tidak bekerja, selagi saya bisa bekerja maka saya akan ikut bekerja membantu suami saya. Maka saya beralih profesi menjadi buruh pabrik.Saya memang tidak bekerja sebagai buruh kasar. Karna pekerjaan saya dipabrik kan sebagai kasir. Kalau dirumah, pagi hari tugas saya memasak dan beres-beres di dapur, sementara suami saya sebelum berangkat kerja membantu saya untuk mengurus anak-anak saya”(Wawancara 13 April 2017 pukul 20.00 WIB)

Istri dari para masyarakat yang bekerja di pabrik juga membantu suami untuk memenuhi kebutuhan keluarga mereka tidak hanya mengerjakan pekerjaan rumah, seperti yang diungkapkan oleh Ibu Siahaan yang merupakan istri dari HG (47) saat di wawancarai di lapangan

“saya harus ikut suami saya bekerja di pabrik, kami sama-sama

bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonomi. Kami sama-sama

berangkat ke pabrik, juga pulang sama dari pabrik. Sebeum berangkat

ke pabrik, saya memasak dan beres-beres di dapur juga membuatkan

minum untuk suami saya.Kalau sore harinya saya tidak bekerja lagi

dirumah karna dibantu oleh anak-anak saya.Penghasilan saya

lumayan untuk membantu ekonomi keluaraga.(wawancara 18 April

2017 pukul 20.00 WIB

Hal yang senada juga diungkapkan oleh istri dari Bapak MH (42), hal ini terungkap saat wawancara di lapangan, yaitu :

(71)

kebutuhan hidup keluarga kami. Maka saya ikut untuk membantu suami saya.Saya membuka warung di rumah, jadi meskipun penghasilannya tidak seberapa di bandingkan dengan penghasilan suami saya, tetapi saya tetapi bisa berpenghasilan sendiri.Selain itu pekerjaan rumah juga bisa saya kerjakan sekaligus mengurus anak-anak”.(Wawancara 11 April 2017pukul 12.30 WIB)

4.13.Matriks Peralihan Profesi Petani Sawah Menjadi Buruh Pabrik

4.13.1.Faktor-faktor yang mempengaruhi peralihan profesi

4.13.1.1. Peluang

PT. Sumatera Specialty Coffees Masyarakat Desa Pohan Tonga PT. Sumatera Specialty Coffees

memberikan kesempatan yang besar kepada masyarakat Desa Pohan Tonga untuk bekerja di pabrik. Hal ini dapat terlihat dari cara perekrutan buruh di pabrik yang terbuka dan terkesan sangat mudah. Pihak perusahaan hanya meminta KTP sebagai syarat untuk berja di PT. Sumatera Speialty Coffees.

(72)

setempat tanpa biaya yang mahal.

4.13.1.2. Motivasi

PT. Sumatera Specialty Coffees Masyarakat Desa Pohan Tonga

Berdasarkan hasil wawancara dengan Humas PT. Sumatera Specialty Coffees, bahwa pihak perusahaan melihat bahwa desa Kabupaten Tapanuli Utara merupakan penghasil kopi yang besar , jadi hal tersebut menjadikan pihak perusahaan untuk membuka cabang baru di daerah Tapanuli Utara. Jadi PT. Sumatera Specialty Coffees di bangun di Desa Pohan Tonga.

Gambar

Tabel 3.1. Jadwal penyusunan skripsi
Gambar 4.1.peta lokasi Kabupaten Tapanuli Utara
Table 4.3.  Komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin
Gambar 4.2. Unit Pelayanan Kesehatan di Desa Pohan Tonga merupakan CSR
+3

Referensi

Dokumen terkait

Ketiga parameter di atas merupakan penelitian pendahuluan untuk dapat memperoleh informasi awal untuk mengembangkan sistem elektronika perekam detak jantung yang

Untuk menguji penerapan teknik MPPT pada modul surya, maka dibuat suatu sistem pengujian yang terdiri dari modul surya, rangkaian pembaca tegangan dan arus

Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah Sistem pemeliharaan ternak domba di Desa Celawan Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari dua sistem pemeliharaan, yaitu sistem intensif

Hasil uji mekanik selanjutnya didukung oleh analisa scanning electron microscopy (SEM) yang menunjukkan pati biji alpukat memiliki ukuran granula besar dan pada

(1) Evaluasi Pengembangan Koleksi sebagai Dasar Memahami Problematika dalam Perpustakaan (Studi Kasus Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Provinsi Gorontalo) (Ade Yul Pascasari Katili);

Para siswa pada umumnya hanya tahu soal meminjam dan membaca buku perpustakaan saja dan itupun dilakukan dalam waktu yang teramat singkat, yaitu pada jam-jam

Berdasarkan latar belakang diatas, karena Pantai yang tidak memiliki nilai pasar, maka dapat dilakukan penilaian ekonomi dan metode yang dipilih adalah menggunakan Travel Cost

Kontrak Kerja/Perjanjian Kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja dan pengusaha secara lisan dan/atau tulisan, baik untuk waktu tertentu maupun untuk waktu tidak tertentu yang