• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II: KAJIAN TEORI

2. Interaksionisme Simbolik

Teori interaksionisme simbolik ini berkembang pertama kali di Universitas Chicago dan juga dikenal sebagai aliran Chicago. Tokoh utamanya berasal dari berbagai Universitas diluar Universitas itu sendiri. George Herbet Mead secara rinci membahas hubungan antara seseorang, dirinya, dengan masyarakat. Teori interaksionisme simbolik adalah setiap isyarat nonverbal (body language, gerak fisik, baju, dan status) dan pesan verbal (seperti kata-kata dan suara) yang dimaknai berdasarkan kesepakatan bersama oleh semua pihak yang

7

Kamanto Sunarto, Pengantar Sosiologi, (Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI, 2004), h. 12

terlibat dalam suatu interaksi merupakan satu bentuk simbol mempunyai arti sangat penting.8

Suatu simbol mempunyai peranan penting, hal ini dikarenakan didalam suatu simbol terdapat makna yang terkandung. Bentuk-bentuk simbol terdapat dalam verbal dan nonverbal.

b. Pengertian Interaksi Sosial

Setiap orang mudah bergaul dengan orang lain melalui berbicara atau komunikasi, bersalaman, bercanda, bahkan bermusuhan itu semua merupakan tindakan yang dinamakan interaksi sosial. Maka hal tersebut merupakan intisari kehidupan sosial. Artinya, kehidupan sosial tampak secara jelas dalam berbagai cara pergaulan seseorang dengan orang lain.

Menurut Basrowi, “salah satu sifat manusia adalah keinginan untuk hidup bersama dengan manusia lainnya dan disitulah terjadi suatu hubungan untuk memenuhi kebutuhan hidup. Melalui hubungan itu manusia ingin menyampaikan maksud, tujuan dan keinginannya. Sedangkan untuk mencapai keinginan itu harus diwujudkan dengan tindakan melalui hubungan timbal-balik.”9

Dengan demikian, hampir semua kegiatan manusia dilakukan dengan orang lain. Landasan dari adanya hasrat tersebut adalah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “interaksi adalah

hubungan sosial yang dinamis antara orang perseorangan, antara perseorangan dan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok.”10

8

Ibid, h. 22

9

Basrowi, Pengantar Sosiologi, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), h.138

10

Departemen Pendidikan Nasional, KamusBesar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa,(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2008), h. 542

Sedangkan menurut Gillin dan Gillin) yang dikutip oleh Soekanto, bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial (yang juga dapat dinamakan proses sosial), oleh karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Bentuk lain dari proses sosial hanya merupakan hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan-hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia, maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia.11

Seperti yang dikutip Yusron Razak, menurut Bonner “interaksi sosial adalah suatu hubungan antara dua orang lebih sehingga kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain dan sebaliknya.”12 Sedangkan menurut Young, “interaksi adalah kontak timbal balik

antar dua orang lebih.”13

Dan menurut psikologi tingkah laku (behavioristic psychology), “interaksi sosial berisikan saling perangsang dan pereaksian antara kedua belah pihak individu.”14

Interaksi sosial bila di lihat lebih jauh lagi terbagi ke dalam beberapa jenis. Salah satunya adalah interaksi kultural seperti yang diungkapkan oleh Yusron Razak, “Interaksi kultural ialah hubungan seseorang dengan kebudayaan kelompoknya, artinya berhubungan dengan orang orang lain sambil mempelajari kebudayaan kelompok orang-orang itu.”15

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, Proses sosial yang terjadi terus menerus antar sesama manusia sehingga terjadinya aktivitas-aktivitas sosial dan ini merupakan bentuk khusus dari interaksi sosial. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial dinamis yang menyangkut hubungan

11

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada). h.55

12

Yusron Razak, Sosiologi Sebuah Pengantar, (Tangerang: Mitra Sejahtera, 2008), h. 57

13 Ibid. 14 Ibid. 15 Ibid, h. 58

antar perseorangan, individu dengan kelompok, dan kelompok dengan kelompok lainnya.

Interaksi sosial merupakan kunci dalam sendi-sendi kehidupan sosial karena tanpa berlangsungnya proses interaksi tidak mungkin terjadi aktivitas dalam kehidupan sosial. Secara sederhana interaksi sosial dapat terjadi apabila dua orang saling bertemu, saling menegur, saling berkenalan, dan memengaruhi. Pada saat itulah interaksi sosial terjadi.

Oleh karena itu, apapun yang dilakukan oleh individu di tengah masyarakat untuk menciptakan suatu kegiatan yang bisa bersatu dengan individu lainnya dan bisa menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan bersama merupakan tindakan yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di masyarakat secara umumnya. Maka hal itu bisa memungkinkan untuk terjadinya aktivitas-aktivitas di dalam masyarakat dan itu merupakan proses terbentuknya interaksi sosial.

Interaksi sosial juga sangat berguna untuk mempelajari berbagai permasalahan masyarakat yang ada. Dengan mengetahui serta memahami pola interaksi yang sedang terjadi disuatu masyarakat maka akan tahu perihal kondisi-kondisi suatu masyarakat. Apakah masyarakat itu hidup dengan keadaan baik-baik saja atau sedang ada masalah yang terjadi.

Interaksi sosial kelihatannya sederhana. Orang bertemu lalu berbicara atau sekedar bertatap muka. Padahal sebenarnya interaksi sosial merupakan suatu proses yang cukup kompleks. Hal itu tergantung pada situasi dan kondisinya. Interaksi sosial mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

a) Adanya pelaku dengan jumlah lebih dari satu

b) Adanya komunikasi antarpelaku dengan menggunakan simbol-simbol

c) Ada dimensi waktu yang menentukan sifat aksi yang sedang berlangsung

d) Ada tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidaknya tujuan tersebut dengan yang diperkirakan oleh pengamat.16

c. Faktor-Faktor Interaksi Sosial

Ada beberapa faktor-faktor yang mendasari berlangsungnya interaksi sosial, yaitu:

1. Faktor Imitasi

Faktor imitasi mempunyai peranan sangat penting dalam proses interaksi sosial. Salah satu segi positifnya adalah bahwa imitasi dapat membawa seseorang mematuhi kaidah-kaidah yang berlaku.

2. Faktor Sugesti

Dalam ilmu jiwa sosial sugesti dapat dirumuskan sebagai satu proses dimana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa dikritik terlebih dahulu.

3. Faktor Identifikasi

Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identik (sama) dengan orang lain, baik secara lahiriah maupun batiniah. Di sini dapat mengetahui, hubungan sosial yang berlangsung pada identifikasi adalah lebih mendalam daripada hubungan yang berlangsung atas proses-proses sugesti maupun imitasi.

4. Faktor Simpati

Simpati adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilaian perasaan seperti juga pada

16

proses identifikasi. Bahkan orang dapat tiba-tiba merasa tertarik pada orang lain dengan sendirinya karena keseluruhan cara-cara tingkah laku menarik baginya.17

Dari keempat faktor diatas, dapat disimpulkan bahwa interaksi sosial dapat terjadi karena adanya faktor imitasi, sugesti, identifikasi, simpati yang terdapat dalam suatu tindakan sosial yang kemudian berubah menjadi suatu interaksi sosial. Dari penjelasan faktor diatas interaksi merupakan kegiatan memengaruhi, mengubah dan memperbaiki kelakuan individu yang lain.

Interaksi sosial terjadi tidak terlepas dari adanya proses timbal-balik yang mempengaruhi seseorang yang saling mengerti maksud serta tujuan masing-masing pihak saat proses itu terjadi. Cara mempengaruhi seseorang biasanya melalui kontak. Kontak disini biasanya berlangsung melalui kegiatan fisik, seperti dalam mengobrol, mendengar, melihat, memberikan isyarat-isyarat dengan menggerakkan badan dan lain-lain, atau secara tidak langsung melalui tulisan dan media-media komunikasi lainnya.

d. Syarat-Syarat Interaksi Sosial

Dalam proses sosial, baru dikatakan terjadi interaksi sosial apabila telah memenuhi persyaratan sebagai aspek kehidupan bersama, yaitu:

a) Kontak sosial (social contact)

Istilah kontak berasal dari kata Latin, yaitu crun atau con, yang berarti bersama-sama dan tangere yang berarti menyentuh. Secara harfiah, kontak berarti bersama-sama menyentuh. Akan

17

Elly M. Setiadi, Kama A. Hakam, Ridwan Effendi, Ilmu Sosial Dan Budaya Dasar, (Jakarta: Prenada Media Gruop, 2007), h. 93

tetapi dalam pengertian sosiologis, dapat dikatakan bahwa bersentuhan tidak perlu menjadi syarat utama terjadinya kontak. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yang pertama antara orang-perorangan. Proses ini terjadi melalui sosialisasi, yaitu suatu proses di mana anggota masyarakat yang baru mempelajari nilai-nilai dan norma-norma di dalam masyarakat dimana dia menjadi anggota. Kedua ialah antara orang-perorangan dengan suatu kelompok manusia atau sebaliknya, misalnya apabila seseorang merasakan bahwa tindakan-tindakannya berlawanan dengan norma-norma masyarakat. Dan yang ketiga antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia lainnya.

b) Komunikasi (communication)

Arti terpenting komunikasi adalah suatu proses seseorang memberikan tafsiran pada perilaku orang lain. Melalui tafsiran pada perilaku pihak lain, seseorang mewujudkan perilaku sebagai reaksi terhadap maksud atau peran yang ingin disampaikan oleh pihak lain itu. Dapat terwujud melalui pembicaraan, gerak-gerik badan atau sikap perasaan-perasaan yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.18

Dari penjelasan syarat-syarat interaksi sosial penulis dapat menyimpulkan bahwa, interaksi sosial terjadi apabila suatu kegiatan telah terdapat kontak sosial dan komunikasi didalamnya. Dengan adanya komunikasi tersebut, mereka yang ada di dalam komunikasi ini mampu memutuskan reaksi apa yang harus dilakukan karena sudah mengetahui sikap dan perasaan dari pihak lain. Meskipun begitu kontak dapat terjadi tanpa komunikasi.

18

e. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Dalam interaksi terdapat bentuk-bentuk yang terjadi, bentuk dari interaksi ini lahir karena interaksi itu sendiri di lakukan oleh dua belah pihak. Masing-masing pihak akan menunjukkan reaksinya masing-masing akibat adanya kontak serta komunikasi yang terjadi dalam interaksi sosial.

Seperti yang diungkapkan Basrowi, “Bentuk-bentuk interaksi sosial secara mendasar ada empat macam bentuk interaksi sosial yang ada dalam masyarakat. 1) kerjasama (cooperation), 2) persaingan (competition), 3) akomodasi atau penyesuaian diri

(accomodation), 4) pertentangan atau pertikaian (conflict).19

Akan tetapi, bentuk pokok interaksi sosial tidak terjadi secara berkesinambungan. Bila melihat urutan bentuk interaksi sosial tersebut bisa dikatakan suatu interaksi dimulai dari adanya kerjasama, kemudian menjadi sebuah persaingan lalu akomodasi dan berakhir dengan pertentangan. Akan tetapi, semua itu bisa terjadi berdasarkan pada situasi atau kondisi tertentu.

Ada pula bentuk suatu interaksi diawali dengan adanya persaingan. Lalu selanjutnya akan menjadi pertikaian dan terjadi akomodasi kemudian mengahasilkan kerjasama. Semua tergantung pada reaksi atau respon yang diberikan oleh pihak-pihak yang melakukan interaksi.

Dalam penggolongan yang lebih luas tentang bentuk-bentuk interaksi sosial menurut Ng Philipus dan Nurul Aini, bahwa Gillin dan Gillin melihat adanya dua macam proses yang timbul akibat

terjadinya interaksi sosial. “pertama, proses asosiatif (processes of

association) yang terbagi dalam tiga bentuk khusus: kerjasama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Kedua, proses yang

19

disasosiatif (processes of disasociation) yang terbagi lagi kedalam bentuk: persaingan, kontravensi dan pertikaian (conflict).”20

1. Proses asosiatif (association processes), yang mendukung seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan atau maksud tertentu. Adapun proses ini dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu:

a. Kerjasama (cooperation)

Para sosiolog menganggap bahwa kerjasamalah yang merupakan proses utama. Memahami kerjasama untuk menggambarkan sebagian besar bentuk-bentuk interaksi sosial atas segala macam bentuk interaksi tersebut dapat dikembalikan pada kerjasama.21 Betapa pentingnya fungsi kerjasama digambarkan oleh Charles H. Cooley di dalam bukunya Sociological Theory and Social Research. Yang dikutip oleh Soerjono Soekanto:

“Kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang terpenting dalam kerjasama yang berguna”.22

b. Akomodasi

Akomodasi mengarah pada dua arti yang menunjuk suatu keadaan dan proses. Akomodasi yang menunjukkan suatu keadaan berarti ada suatu keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi antara individu atau kelompok manusia dalam kaitannya

20

Ng. Philipus. Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2009), h. 23

21

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h. 65

22

dengan norma dan nilai sosial dalam masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi yang menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan suatu pertentangan yaitu usaha untuk mencapai suatu kestabilan.23

c. Asimilasi

Asimilasi adalah proses sosial dalam taraf lanjut. Ditandai dengan adanya usaha untuk mengurangi perbedaan yang terdapat antara orang-perorangan atau kelompok manusia. Meliputi usaha untuk meningkatkan semangat kesatuan dan persatuan diantara mereka dengan cara mempertinggi kesatuan tindakan, sikap dan proses mental dengan memerhatikan kepentingan dan tujuan bersama. 24

2. Proses disasosiatif, dalam proses ini dibedakan menjadi 3 yaitu: a. Persaingan

Persaingan adalah suatu proses sosial dimana individu atau kelompok manusia bersaing mencari keuntungan melalui bidang kehidupan yang menjadi perhatian umum. Berbagai cara dilakukan dengan menarik perhatian publik atau membuat prasangka, sehingga mempertajam prasangka tanpa melakukan kekerasan. Ada beberapa tipe persaingan, yaitu: persaingan ekonomi, persaingan kebudayaan, persaingan kedudukan dan peranan, dan terakhir persaingan ras.25

b. Kontravensi

Kontravensi pada hakikatnya merupakan suatu bentuk proses sosial yang berada antara persaingan antara

23

Ng. Philipus, dan Nurul Aini, Sosiologi dan Politik, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada), h.25

24

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; PT Raja Grafindo persada 1998), h.73

25

persaingan dan pertentangan atau pertikaian. Kontravensi ditandai oleh gejala-gejala adanya ketidakpastian mengenai diri seseorang atau suatu rencana dan perasaan tidak suka yang disembunyikan, kebencian, atau keragu-raguan terhadap kepribadian seseorang.26

c. Pertentangan

Hal ini terjadi karena suatu pribadi atau kelompok menyadari adanya perbedaan tertentu yang terdapat diantara kelompok-kelompok masyarakat lain. Perbedaan ini meliputi ciri-ciri fisik, emosi, unsur kebudayaan, pola perilaku, perbedaan dalam tingkatan ekonomi, perbedaan agama dan perbedaan lainnya.27

Dalam kontak sosial dapat terjadi hubungan yang positif dan negatif, adapun kontak sosial yang bersifat positif terjadi karena hubungan antara kedua belah pihak yang saling pengertian dan menguntungkan dari masing-masing pihak yang mengarah pada bentuk kerjasama. Sehingga, hubungan dapat berlangsung lebih lama dan bahkan berulang-ulang. Sedangkan kontak yang negatif sebaliknya terjadi karena hubungan antara kedua belah pihak tidak pengertian atau merugikan salah satu pihak ataupun keduanya, sehingga mengakibatkan suatu pertentangan atau konflik.

Berdasarkan penjelasan diatas penulis dapat simpulkan bahwa, bentuk-bentuk interaksi pada dasarnya adalah asosiatif dan disasosiatif. Asosiatif sendiri merupakan proses menuju terbentuknya persatan atau integrasi sosial. Disasosiatif merupakan proses perlawanan. Di dalam asosiatif mempunyai bentuk-bentuk antara lain, kerja sama, akomodasi, asimilasi dan akulturasi. Dan

26

Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta; PT Raja Grafindo Persada, 1998), h.87

27

disasosiatif sendiri dibedakan kedalam tiba bentuk yaitu, persaingan, kontravensi, dan pertentangan.

3. Masyarakat Perkotaan

a. Teori Perspektif Tentang Masyarakat

Dokumen terkait