• Tidak ada hasil yang ditemukan

Internal Rate of Return (IRR)

Dalam dokumen JARING ARAD JAWA BARAT ENUR JANAH (Halaman 69-84)

manfaat (benefit) sebesar Rp 31,82. Angka yang ada menunjukkan bahwa kegiatan investasi di bidang usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan Kabupaten Subang secara finansial layak atau memiliki keuntungan yang tinggi.

9. Internal Rate of Return (IRR)

Pengembalian modal (Internal Rate of Return; IRR) adalah waktu yang diperlukan oleh pemilik usaha jaring arad untuk mengembalikan modal investasinya. Nilai IRR dapat diperoleh melalui perbandingan antara keuntungan bersih dan biaya tetap dengan modal investasi. Analisis ini dimaksudkan untuk melihat kekuatan arus perputaran modal di dalam usaha penangkapan jaring arad. IRR yang diperoleh dari hasil analisis kriteria investasi usaha penangkapan jaring arad sebesar 79% per tahun, ini menunjukkan bahwa adanya penambahan internal nilai investasi yang ditanamkan untuk usaha unit penangkapan jaring arad akan bertambah sebesar 79% setiap tahunnya. Nilai IRR tersebut lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku, yaitu 20%. Hal ini menunjukkan bahwa investasi di bidang usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang adalah layak untuk dijalankan. Perincian perhitungan IRR dapat dilihat pada Lampiran 5.

10. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis usaha penangkapan jaring arad jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit. Analisis ini perlu dilakukan bila diketahui ada faktor internal dan atau eksternal yang besar pengaruhnya terhadap kemampuan usaha mencapai produksi atau keuntungan yang ditargetkan. Perubahan harga bahan bakar solar dapat memberikan perubahan terhadap biaya yang dikeluarkan dalam usaha penangkapan jaring arad. Kenaikan harga solar sebesar 40,63% dari harga saat ini akan memberikan nilai NPV sebesar Rp 239.666.024, Net B/C sebesar 44, 1631, dan IRR sebesar 21%. Hal ini berarti usaha penangkapan jaring arad dapat berkembang dengan perubahan kenaikan bahan solar sampai batas maksimum kenaikan sebesar 40,63%. Jika melebihi kenaikan bahan bakar sebesar 40,63%, maka usaha

penangkapan jaring arad akan memperoleh kerugian dengan nilai π < 0, R/C Ratio < 1, NPV < 0, Net B/C < 1 dan IRR < 20%. Perincian analisis sensitivitas ini dapat dilihat pada Lampiran 6.

5.2 Pembahasan

Unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan merupakan unit penangkapan berskala kecil yang dapat dilihat dari konstruksi perahu dan alat tangkap yang digunakan tergolong kecil serta modal investasi yang tergolong kecil dibandingkan unit penangkapan purse seine dan cantang yang ada di daerah Blanakan. Unit penangkapan jaring arad yang di PPI Blanakan terdiri dari perahu, alat tangkap, dan nelayan. Perahu arad yang biasa digunakan di daerah Blanakan terbuat dari kayu. Perahu tersebut dilengkapi mesin out-board sebanyak dua buah. Namun yang digunakan hanya satu buah sebagai mesin utama, sedangkan mesin yang lainnya tidak digunakan secara bersamaan hanya sebagai mesin cadangan.

Alat tangkap arad memiliki karakteristik yang khusus jika dilihat dari konstruksinya, dimana jaring arad ini dilengkapi dengan otter board. Jika dibandingakan dengan alat tangkap cantrang, maka jaring arad memiliki perbedaan dan persamaannya. Hal ini merujuk pada penelitian kajian teknis pengoperasian cantrang di Perairan Brondong, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur (Suhery, 2010). Alat tangkap cantrang dan arad merupakan jenis jaring berkantong yang bersifat menjaring apa saja yang ada disekitarnya, mirip dengan trawl yang sudah mulai dilarang pengoperasiannya. Cantrang dan arad beroperasi pada perairan demersal dengan metode operasional yang berbeda. Metode pengoperasian cantrang dilakukan secara melingkarkan jaring dan ditarik oleh gardan dalam keadaan kapal diam, sedangkan pengoperasian arad dilakukan secara penawuran jaring dan ditarik oleh perahu dalam keadaan hidup. Jumlah hasil tangkapan rata-rata yang dihasilkan dari pengoperasian cantrang dan arad berbeda, karena teknologi yang digunakan berbeda sehingga akan mempengaruhi pendapatan dari nelayan masing-masing alat tersebut. Alat tangkap cantrang dan arad dioperasikan di perairan pantai dengan target utama ikan demersal dan udang, dengan perbedaan rancang bangun, ukuran, dan pengoperasian, sehingga akan mencapai hasil tangkapan yang berbeda dari jenis maupun jumlah tangkapan.

57

 

Usaha penangkapan jaring arad merupakan suatu kegiatan yang memiliki tingkat resiko usaha yang tinggi. Usaha perikanan jaring arad bila ditinjau dari sisi modal dan pendapatan usaha, perikanan jaring arad dibandingkan dengan perikanan lainnya yang ada di Blanakan, seperti pengusaha perikanan cantrang, purse seine, dan sebagainya tergolong usaha perikanan skala kecil.

Investasi rata-rata yang dibutuhkan dalam usaha penangkapan jaring arad adalah sebesar Rp 27.500.000. Biaya untuk operasi penangkapan jaring arad yang biasa dikeluarkan adalah sebesar Rp 159.581.080. Rata-rata penerimaan untuk satu tahun kegiatan penangkapan mencapai Rp 183.752.000.

Secara ekonomi (dinilai dari kelayakan usaha) berdasarkan analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa usaha ini memberikan keuntungan besar dan menunjukkan peningkatan dalam kesejahteraan pelakunya. Tetapi kenyataannya nelayan arad masih miskin. Pendapatan nelayan arad berfluktuasi, terkadang mendapatkan keuntungan yang besar dan tidak jarang merugi. Hal ini diduga disebabkan oleh berbagai faktor yang terjadi di daerah tersebut, antara lain faktor cuaca dan musim yang saat ini seringkali tidak menentu, sehingga mempengaruhi hasil tangkapan yang didapatkan.

Keuntungan usaha penangkapan jaring arad hasil adalah sebesar Rp 24.170.920 per tahun. Keuntungan ini menjadi takaran pendapatan nelayan setelah dibagi dua dengan pemilik modal. Pendapatan nelayan sangat bergantung pada jumlah hasil tangkapan yang diperoleh dan harga pasar dari hasil tangkapan tersebut. Upah nelayan jaring arad diperoleh melalui sistem bagi hasil antara pemilik, nahkoda, juru mesin, dan anak buah kapal lainnya. Sistem bagi hasil yang berlaku pada nelayan jaring arad adalah 50% untuk pemilik dan 50% untuk nelayan. Pembagian 50% : 50% diperoleh dari total bersih penjual hasil tangkapan setelah dikurangi biaya operasional. Rata-rata nelayan memperoleh pendapatan sebesar Rp 100.000 - Rp 150.000 per orang setiap trip penangkapan, sedangkan nelayan pemilik memperoleh pendapatan sebesar Rp 350.000 - Rp 675.000 setiap trip penangkapan.

Pendapatan atau keuntungan bersih yang diperoleh setiap perahu berbeda-beda, hal ini disebabkan karena adanya biaya investasi dan biaya operasional yang relatif berbeda sehingga mempengaruhi hasil tangkapan yang didapatkan.

Perbedaan itu dapat disebabkan beberapa faktor, misalnya ukuran perahu yang berbeda, keahlian fishing master untuk menentukan DPI, keahlian para ABK untuk mengoperasikan alat, teknologi alat yang digunakan, dan lain-lain. Nilai R/C yang diperoleh adalah sebesar 1,15. Hal ini berarti bahwa setiap satu rupiah yang dikeluarkan mampu menghasilkan penerimaan sebesar Rp 1,15. Dengan kata lain, setiap satu rupiah yang dikeluarkan dapat menghasilkan keuntungan sebesar Rp 1,15. Nilai R/C merupakan perbandingan antara besarnya penerimaan dan total biaya. Pada usaha perikanan jaring arad diperoleh nilai R/C lebih dari 1, sehingga dapat diartikan bahwa usaha tersebut menguntungkan karena penerimaan yang diperoleh lebih besar daripada biaya operasional yang dikeluarkan.

Payback period merupakan perbandingan antara investasi dengan besar keuntungan yang diperoleh. Payback period (PP) merupakan periode selang waktu yang diperlukan untuk menutupi kembali investasi yang dikeluarkan dalam jangka waktu tertentu. PP dari usaha perikanan jaring arad adalah sebesar 1,14. Hal ini berarti bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan investasi awal dari usaha penangkapan jaring arad adalah 1,14 tahun atau 14 bulan. Nilai ini menunjukkan bahwa pada tahun ke dua sampai ke dua belas pengusaha lebih leluasa dalam mengalokasikan modal usaha untuk dapat mengembangkan usahanya. Pengembalian modal investasi ini akan jauh lebih lama jika keuntungan usaha yang diperoleh menurun yang disebabkan berbagai faktor seperti kenaikan biaya operasional serta faktor cuaca dan musim yang mempengaruhi hasil tangkapan dan jumlah trip penangkapan.

Kriteria investasi yang digunakan sebagai ukuran suatu proyek atau usaha diantaranya adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Berdasarkan hasil analisis kriteria investasi yang dilakukan pada usaha unit penangkapan arad di Blanakan diperoleh NPV > 0, Net B/C > 1, dan nilai IRR lebih dari tingkat suku bunga bank yang berlaku. Dengan demikian dapat diketahui secara ekonomi bahwa usaha unit penangkapan jaring arad di Blanakan masih menguntungkan dan masih layak untuk dilanjutkan, karena dari setiap kegiatan penangkapan jaring arad menghasilkan keuntungan dan dapat menutupi biaya operasional yang dikeluarkan. Apabila dinilai dari kelayakan usahanya secara finansial usaha unit penangkapan arad di Blanakan

59

 

dapat dikatakan masih menguntungkan bagi pemilik usaha namun jika dilihat dari pendapatan nelayan buruhnya seperti yang tertera dalam sistem bagi hasil menunjukkan bahwa bagi hasil yang diperoleh nelayan buruh masih tergolong sangat rendah. Hal ini sesuai dengan kondisi yang terjadi di lapangan, dimana umumnya kondisi perekonomian nelayan buruh di Blanakan masih kurang dari tingkat kesejahteraan, yang dilihat secara langsung dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari (pangan, sandang dan papan) yang tidak tercukupi serta jarang ditemukan nelayan yang mampu untuk menabung sebagian hasil pendapatan yang didapatkannya.

Analisis sensitivitas digunakan untuk melihat dampak dari suatu keadaan yang berubah-ubah terhadap hasil suatu kelayakan usaha. Keadaan yang berubah tersebut dapat berupa perubahan harga. Kenaikan harga input seperti solar atau pun penurunan harga output seperti hasil tangkapan dapat mempengaruhi kelayakan suatu usaha. Dalam hal ini dilihat seberapa besar sensitivitas suatu usaha apabila terjadi kenaikan input, yaitu solar. Solar merupakan input terbesar yang dibutuhkan. Pada perhitungan sensitivitas usaha penangkapan jaring arad dengan discount rate 20%, nilai sensitivitas usaha penangkapan jaring arad adalah sebesar 40,63%. Hal ini berarti bahwa usaha tersebut masih layak dijalankan apabila kenaikan harga solar maksimal Rp 6.328 atau 40,63% dari harga solar yang berlaku. Apabila kenaikan harga solar melebihi nilai sensitivitas maka usaha tersebut tidak dapat lagi dikatakan layak.

6.1 Kesimpulan

Unit penangkapan jaring arad yang beroperasi di perairan Subang cenderung homogen. Perahu yang digunakan terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan motor tempel dengan kekuatan 20-24 PK. Ukuran panjang perahu berkisar antara 10-12 meter, lebar 3,0-3,5 meter, dalam 1,5-1,8 meter, dan bertonase 4-5 GT. Alat tangkap arad yang dioperasikan terdiri atas 3 bagian utama yaitu sayap, badan, dan kantong. Jaring dilengkapi dengan pelampung, pemberat, papan rentang, bridle line, tali ris atas, tali ris bawah, tali selambar, dan danleno. Pengoperasian jaring arad secara umum dengan cara menyapu dasar perairan. Nelayan yang mengoperasikan jaring arad adalah 3-4 orang yang salah satunya merupakan pemilik perahu jaring arad, dan lainnya bertugas sebagai nahkoda, ABK dan juru masak.

Hasil tangkapan jaring arad yang teridentifikasi selama penelitian adalah sebanyak 37 spesies yang terbagi kedalam tujuh kelompok organisme yaitu ikan sebanyak 20 spesies, moluska sebanyak 6 spesies, krustasea sebanyak 7 spesies, arthropoda sebanyak 6 spesies, enchinodermata sebanyak 1 spesies, coelenterata sebanyak 1 spesies dan kelompok lain-lainnya sebanyak 1 spesies. Jumlah total hasil tangkapan sebanyak 657 kg per trip, terdiri dari hasil tangkapan utama 9,44% dari total hasil tangkapan, hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan 17,50% dari total hasil tangkapan dan hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut 73,06% dari total hasil tangkapan. Hasil tangkapan utama yang dominan adalah udang krosok. Hasil tangkapan lainnya yang dominan adalah ikan, sedangkan hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut banyak tertangkap yaitu kelompok lain-lainnya yang banyak tertangkap yaitu untuk jenis kerang-kerangan.

Hasil analisis usaha penangkapan jaring arad menunjukkan bahwa investasi yang diperlukan adalah sebesar Rp 27.500.000 per tahun dan biaya total sebesar Rp 159.581.080 per tahun. Total penerimaan sebesar diperkirakan Rp 183.752.000 per tahun. Dengan demikian, keuntungan yang diterima diperkirakan sebesar Rp 24.170.920 per tahun dengan nilai R-C ratio sebesar 1,15, payback period 1,14 tahun, NPV sebesar Rp 444.501.673, net B/C Ratio sebesar 17,16, dan

61   

IRR sebesar 79%. Secara umum dapat disimpulkan bahwa usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang cukup menguntungkan. Analisis sensitivitas dalam usaha penangkapan jaring arad dapat dipengaruhi oleh perubahan harga bahan bakar solar. Perubahan harga solar dengan kenaikan sebesar 40,63% dari harga saat ini akan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 239.666.024 sehingga usaha tersebut masih menguntungkan apabila kenaikan harga solar maksimum 40,63%. Jika kenaikan harga solar melebihi nilai sensitivitas maka usaha tersebut tidak dapat lagi dikatakan layak.

6.2 Saran

Saran penulis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Pemerintah sebaiknya memberikan subsidi yang secara merata terhadap usaha penangkapan jaring arad khususnya usaha unit penangkapan jaring arad yang ada di PPI Blanakan untuk menggantikannya dengan unit penangkapan lain yang lebih ramah lingkungan dan pendapatan usahanya setara dengan pendapatan usaha penangkapan jaring arad.

Ayodhya AU. 1981. Metode Penangkapan Ikan. Yayasan Dewi Sri. Bogor.

Barus HR dan Subani W. 1989. Alat Penangkapan Ikan dan Udang Laut di Indonesia. Jurnal Penelitian Perikanan Laut. Jakarta: Departemen Pertanian, Balai Penelitian Perikanan Laut.

Chalimi. 2005. Pengaruhnya Terhadap Hasil Tangkapan dan Selektivitas Hasil Tangkapan Sampingan Dominan [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Charles, AT. 2001. Sustainable Fishery System. United Kingdom: Backwell Science.

Desa Blanakan. 2009. Pendataan Profil Desa/Kelurahan Blanakan. Subang: Pemerintahan Kabupaten Subang.

Direktorat Jenderal Perikanan. 1995. Alternatif Usaha Penangkapan Ikan dengan Jaring Putar (Pukat Tarik/Arad) Bagi Nelayan Skala Kecil. Balai Pengembangan Penangkapan Ikan. Semarang.

[DKP Kab. Subang] Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Subang. 2005. Evaluasi Program Pembangunan Kelautan dan Perikanan. Subang.

Dzamin Z. 1984. Perencanaan dan Analisa Proyek. Jakarta: Lembaga Penelitian Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Gittinger JP. 1986. Analisis Ekonomi Proyek-Proyek Pertanian. Penterjemah Sutomo S dan Mangiri K. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press). 579 hal. Terjemahan dari: Economic Analysis of Agriculture Project, 1982. Haluan J. 1987. Simulasi Model Sistem Perencanaan Motorisasi Usaha

Penangkapan Ikan Tradisional [Disertasi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Hartati K. 1996. Studi Tentang Pengembangan Perikanan Tangkap di Desa Muara Ciasem Kabupaten Subang [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Horngren. 2005. Akuntansi Biaya: penekanan manajerial jilid 1. Edisi kesebelas. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.

Kadariah LK dan C Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Kesteven, GL. 1973. Manual of Fisheries Science. Part 1. An Introduction to Fisheries Science. FAO Fisheries Technical Paper No 118. Rome. Food and Agriculture Organization of the United National. 47 p.

63   

Khaerudin A. 2006. Proporsi Hasil Tangkapan Jaring Arad (Mini Trawl) yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

[KUD] Koperasi Unit Desa Mandiri Inti Mina Fajar Sidik. 2008. Rapat Anggota Tahunan. Subang.

Mulyadi S. 2005. Ekonomi Kelautan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Pane, AB. 2008. Bahan Kuliah Metode Penelitian (Tidak dipublikasikan). Bogor: Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ritonga, J. 2004. Studi Pengembangan Marine Banking untuk Pembangunan Ekonomi Wilayah Pesisir [Disertasi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi 1 dan 2. Jakarta: Bina Cipta. Smith, IR. 1983. A Research Framework for Tradisional Fisheries. Manila.

Internasional Centre for Living Aquatic Resources Management (ICLARM). P 37-55

Umar H. 2007. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis Secara Komprehensif. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Windarti TS. 2008. Analisis Hasil Tangkapan Jaring Arad di Blanakan Kabupaten Subang Jawa Barat [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

65 

 

   

Lampiran 1 Peta Blanakan Kabupaten Subang 1.1 Peta lokasi penelitian

60 5 60 30 60 45   1070 3 ’ LS 0’ LS 5’ LS Lampiran 1.2 Peta p Keteran 1. Kec 2. Kec 3. Kec 4. Kec 5. Kec 6. Kec 7. Kec 8. Kec 9. Kec 10. Kec 11. Kec 12. Kec 13. Kec 14. Kec 15. Kec 30’ BT n 1 (lanjuta pembagian ngan: camatan Blan camatan Leg camatan Pusa camatan Cias camatan Suk camatan Pam camatan Pusa camatan Pato camatan Cika camatan Tam camatana Bin camatan Com camatan Pabu camatan Purw camatan Paga an) wilayah K nakan onkulon akanagara sem kasari manukan aka Jaya okbeusi aum mbakdahan nong mpreng uaran wadadi aden Barat 1070 45’ BT Kabupaten SSubang 16. Kecam 17. Kecam 18. Kecam 19. Kecam 20. Kecam 21. Kecam 22. Kecam 23. Kecam 24. Kecam 25. Kecam 26. Kecam 27. Kecam 28. Kecam 29. Kecam 30. Kecam matan Pagad matan Cipun matan Ciupe matan Kalija matan Dawu matan Suban matan Cibog matan Seran matan Sagala matan Jalanc matan Cijam matan Ciater matan Kasom matan Cisala matan Tanju 1080 BT den nagara endeuy ati uan ng go g Panjang aherang cagak mbe r malang ak ungsiang  

67   

   

   

Lampiran 3 Unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan 1) Perahu Arad

Perahu arad dengan menggunakan tenda. Propeller arad.

Mesin domfeng tampak depan. Mesin domfeng tampak samping.

2) Alat Tangkap Arad

69   

   

Lampiran 3 (lanjutan)

Pelampung fiber. Pelampung busa karet.

Tali ris. Tali selambar.

   

Lampiran 3 (lanjutan) 3) Nelayan Arad

Nelayan (ABK) arad.

Dalam dokumen JARING ARAD JAWA BARAT ENUR JANAH (Halaman 69-84)

Dokumen terkait