• Tidak ada hasil yang ditemukan

JARING ARAD JAWA BARAT ENUR JANAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "JARING ARAD JAWA BARAT ENUR JANAH"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

K MAYOR DEPAR KARAKTE JARI KABUP TEKNOLO RTEMEN P FAKULTA IN ERISTIK ING ARAD PATEN S EN OGI DAN M PEMANFA AS PERIKA NSTITUT P USAHA U D DI PPI UBANG, NUR JANAH MANAJEM AATAN SUM ANAN DAN PERTANIA BOGOR 2010 UNIT PER BLANAK JAWA BA H MEN PERIK MBERDAY N ILMU KEL AN BOGOR RIKANAN KAN, ARAT KANAN TAN YA PERIKA LAUTAN R N NGKAP ANAN

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Karakteristik Usaha Unit Perikanan Jaring Arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 15 Juni 2010 Enur Janah

(3)

ABSTRAK

ENUR JANAH, C04061789. Karakteristik Usaha Unit Perikanan Jaring Arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Dibimbing oleh EKO SRI WIYONO dan JULIA EKA ASTARINI.

Jaring arad (mini trawl) merupakan alat tangkap yang dominan berada di PPI Blanakan. Alat tangkap ini sejenis jaring berkantong yang bersifat menjaring apa saja yang ada di dasar perairan. Usaha penangkapan jaring arad di daerah Blanakan masih berkembang dan menguntungkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi unit penangkapan, menghitung komposisi hasil tangkapan, dan menghitung usaha penangkapan jaring arad. Analisis data dilakukan dengan analisis deskriptif untuk menggabungkan hasil observasi unit penangkapan jaring arad yang beroperasi dengan hasil wawancara dengan nelayan jaring arad, dan analisis finansial untuk mengetahui kelayakan usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Hasil analisis diperoleh bahwa unit penangkapan jaring arad meliputi perahu yang terbuat dari kayu, nelayan jaring arad dioperasikan oleh 3-4 orang, dan alat tangkap jaring arad terdiri atas sayap, badan, kantong, pelampung, pemberat, papan rentang, tali ris, tali selambar, dan danleno. Hasil tangkapan jaring arad terdiri dari hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan lainnya. Hasil tangkapan utama yaitu udang sebanyak 9,44% dari hasil tangkapan total. Hasil tangkapan lainnya yaitu ikan, cumi-cumi, rajungan, dan lainnya sebanyak 17,50% dari hasil tangkapan total. Analisis finansial yang terdiri dari analisis usaha dan analisis kriteria investasi didapatkan nilai investasi, total biaya, penerimaan usaha, keuntungan, Revenue-Cost Ratio > 1, Payback Period 1,14 tahun, Net Present Value > 0, Net Benefit Cost Ratio > 1, dan Internal Rate of Return > tingkat suku bunga bank yang berlaku, sehingga dapat diketahui usaha unit penangkapan jaring arad di Blanakan masih menguntungkan dan masih layak untuk dilanjutkan.

Kata kunci: karakteristik, usaha perikanan, jaring arad, PPI Blanakan

(4)

© Hak cipta IPB, Tahun 2010

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penyusunan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB.

2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

(5)

KARAKTERISTIK USAHA UNIT PERIKANAN JARING ARAD DI PPI BLANAKAN, KABUPATEN SUBANG, JAWA BARAT

ENUR JANAH

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2010

(6)

Nama : Enur Janah

NRP : C44061789

Mayor : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Disetujui:

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si Julia Eka Astarini, S.Pi, M.Si NIP. 196911061997021001 NIP. 197507112007012001

Diketahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP: 19621223 198703 1 001  

 

(7)

KATA PENGANTAR

Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar sarjana pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Februari 2010 ini adalah usaha perikanan jaring arad, dengan judul Karakteristik Usaha Unit Perikanan Jaring Arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si dan Julia Eka Astarini, S.Pi, M.Si selaku pembimbing yang telah membantu penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini jauh dari sempurna, masih banyak kekurangan dan kelemahan sehingga penulis mengharapkan masukan, kritik dan saran dari para pembaca. Semoga hasil penelitian dalam bentuk skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya dikemudian hari.

Bogor, 15 Juni 2010

(8)

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si dan Julia Eka Astarini, S.Pi, M.Si sebagai komisi pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingannya selama penelitian sampai penyelesaian skripsi;

2. Dr. Muhammad Imron, M.Si sebagai Komisi Pendidikan Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan;

3. Dr. Ir Sugeng Hari Wisudo, M.Si sebagai penguji tamu pada sidang ujian skripsi yang telah memberikan saran kepada penulis;

4. Dosen Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan atas ilmu yang telah diberikan selama ini;

5. Kepala dan staff KUD Mandiri Mina Fajar Sidik di PPI Blanakan, Kabupaten Subang yang telah membantu kelancaran penelitian ini;

6. Ayahanda (Said), Ibunda (Nengsih), kakak-kakak tersayang (Ai dan Heri) dan adik-adik tercinta (Asep dan Desi), serta orang tua angkat (Sri Banondari dan Fadjri) atas doa, kasih sayang, dukungan, dan berbagai hal lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu;

7. Ahmad Patah yang telah membantu dan memberikan doa, kasih sayang, dukungan serta menemani hidup penulis saat suka dan duka;

8. Intan, Septa, Esther, Mukhlis, Septi dan seluruh rekan PSP 43 yang telah membantu dan memberikan dukungan serta doanya kepada penulis selama menempuh pendidikan di PSP, FPIK, IPB; dan

9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah membantu sehingga penulisan skripsi ini dapat diselesaikan.

Bogor, 15 Juni 2010

(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 02 Agustus 1988 dari pasangan Bapak Said dan Ibu Nengsih. Penulis merupakan putri ketiga dari lima bersaudara. Penulis lulus dari SD Negeri 1 Pasirhuni Ciawi Tasikmalaya pada tahun 2000, pada tahun 2003 lulus dari SLTP Negeri 4 Purwakarta, tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 3 Purwakarta dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Selama menjadi mahasiswa, penulis mengikuti kegiatan kemahasiswaan diantaranya yaitu menjadi anggota Departemen kesekretariatan pada Himpunan Profesi Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 2007-2008. Penulis juga menjadi pengurus Purwakarta Student Community (PUSCOM) sebagai Ketua Divisi Kewirausahaan periode 2007-2009. Dalam rangka menyelesaikan tugas akhir, penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Karakteristik Usaha Unit Perikanan Jaring Arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat”. Penulis dinyatakan lulus dalam sidang ujian skripsi yang diselenggarakan oleh Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor pada tanggal 15 Juni 2010.

(10)

ix   

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1 

1.3 Tujuan ... 3 

1.4 Manfaat ... 3 

2 TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap ... 4 

2.2 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap ... 6

2.2.1 Alat tangkap jaring arad ... 6 

2.2.2 Kapal dan nelayan jaring arad ... 7

2.2.3 Metode pengoperasian ... 8 

2.2.4 Daerah dan musim penangkapan ikan ... 8

2.2.5 Hasil tangkapan ... 9

2.3 Analisis Finansial ... 9

2.3.1 Analisis usaha ... 10 

2.3.2 Analisis kriteria investasi usaha ... 12

2.3.3 Analisis sensitivitas ... 12 

3 METODOLOGI PENELITIAN ... 13

3.1 Bahan dan Alat ... 13 

3.2 Tempat dan Waktu ... 13 

3.3 Metode Penelitian ... 13 

3.4 Analisis Data ... 15 

3.4.1 Analisis unit penangkapan ikan ... 15 

3.4.2 Analisis komposisi hasil tangkapan ... 15 

3.4.3 Analisis finansial usaha perikanan jaring arad... 15 

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 20

4.1 Letak Geografis, Letak Topografi dan Luas Wilayah ... 20 

4.2 Penduduk ... 22 

4.3 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Desa Blanakan ... 23 

4.3.1 Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan ... 23 

4.3.2 Unit penangkapan ikan ... 25

4.3.3 Daerah penangkapan ikan ... 27 

4.3.4 Musim penangkapan ikan ... 28

4.3.5 Sarana dan prasarana penangkapan ... 28

(11)

x   

5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 35

5.1 Hasil Penelitian ... 35 

5.1.1 Deskripsi unit penangkapan jaring arad ... 35 

5.1.2 Komposisi hasil tangkapan jaring arad ... 44

5.1.3 Analisis usaha perikanan jaring arad ... 49

5.2 Pembahasan ... 56

6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 60

6.1 Kesimpulan ... 60 

6.2 Saran ... 61 

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(12)

xi   

Halaman

1 Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat pendidikan

pada tahun 2009 ... 22

2 Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat kesejahteraan pada tahun 2009 ... 23

3 Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan tahun 2002-2008 ... 24

4 Jumlah nelayan di Kabupaten Subang pada tahun 2006 ... 25

5 Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Subang tahun 2008 ... 26

6 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan tahun 2004-2008 ... 27

7 Perkembangan alat tangkap dan trip penangkapan di Kabupaten Subang tahun 2008 ... 27

8 Persentase potongan pelelangan bagi kapal yang melelangkan ikan di TPI Blanakan ... 31

9 Spesifikasi alat tangkap jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang .. 41

10 Hasil tangkapan jaring arad selama penelitian ... 45

11 Pengelompokan total hasil tangkapan jaring arad selama penelitian ... 46

12 Komponen investasi usaha penangkapan jaring arad di perairan Blanakan, Kabupaten Subang ... 50

13 Biaya usaha unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang ... 51

14 Penerimaan usaha unit penangkapan jaring arad tahun 2010 ... 52

   

(13)

xii   

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Perkembangan produksi ikan di TPI Blanakan ... 24

2 Fender dan bollard yang digunakan di PPI Blanakan ... 30

3 Gedung Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Mina Fajar Sidik di PPI Blanakan, Kabupaten Subang ... 31

4 Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Blanakan ... 32

5 Pabrik es di PPI Blanakan ... 33

6 Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) di PPI Blanakan ... 33

7 Perahu arad yang digunakan di Perairan Subang ... 35

8 Konstruksi perahu arad yang digunakan di Perairan Subang ... 36

9 Sketsa jaring arad yang digunakan di Perairan Subang ... 39

10 Komposisi hasil tangkapan jaring arad selama penelitian ... 46

11 Komposisi hasil tangkapan utama selama penelitian ... 47

12 Komposisi hasil tangkapan lainnya yang dimanfaatkan ... 48

13 Komposisi hasil tangkapan lainnya yang dibuang ke laut ... 49

14 Skema pemasaran hasil tangkapan nelayan jaring arad di daerah Blanakan, Kabupaten Subang tahun 2010 ... 53

             

(14)

xiii   

Halaman

1 Peta Blanakan, Kabupaten Subang ... 65

2 Disain jaring arad ... 67

3 Unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan ... 68

4 Hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan lainnya jaring arad ... 72

5 Analisis usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang tahun 2010 ... 74

6 Analisis sensitivitas usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang tahun 2010 (kenaikan harga solar) ... 77

(15)

 

 

1 PENDAHULUAN

 

1.1 Latar Belakang

Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah penghasil ikan laut yang relatif besar di pantai utara Jawa Barat. Dengan potensi ± 17.000 ton/tahun, produksi perikanan laut di Blanakan (sebesar ± 5.000 ton/tahun) memberikan produksi sebesar 29,41% per tahun dari produksi perikanan laut di Jawa Barat. Konsentrasi nelayannya berada di empat kecamatan wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Blanakan, Pamanukan, Legonkulon dan Kecamatan Pusakanagara. Berdasarkan informasi DKP Kabupaten Subang (2005), dari empat wilayah tersebut konsentrasi nelayan terbesar terdapat di Kecamatan Blanakan (Desa Blanakan dan Desa Muara Ciasem) dan Kecamatan Legonkulon (Desa Mayangan). Kedua kecamatan ini merupakan penghasil udang terbesar di Kabupaten Subang.

Perairan laut sekitar Subang yang merupakan bagian dari Laut Jawa mempunyai potensi sumber daya ikan yang baik. Untuk memenuhi permintaan ikan yang semakin meningkat baik untuk tujuan ekspor maupun pasar lokal maka pembangunan sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Subang diarahkan pada upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya perikanan dan kelautan. Jenis-jenis ikan yang ada di Kabupaten Subang diantaranya adalah selar, layang, bawal, tembang, pepetek, tiga waja, belanak, kembung, tenggiri, tongkol, layur, cucut, pari, udang, kerang darah, cumi-cumi, teri, lemuru, kakap, kerapu, ekor kuning, kuwe, dan beberapa jenis ikan lainnya (DKP Kab. Subang, 2005).

Salah satu alat tangkap yang digunakan untuk memanfaatkan sumberdaya ikan di perairan Subang adalah jaring arad. Arad merupakan alat tangkap yang dominan berada di PPI Blanakan, Kabupaten Subang. Alat tangkap arad merupakan jenis jaring berkantong yang bersifat menjaring apa saja yang ada disekitarnya, mirip seperti trawl yang sudah mulai dilarang pengoperasiannya di bagian Barat Indonesia. Hasil tangkapan jaring arad dapat dikategorikan menjadi dua yaitu hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan bukan utama. Hasil tangkapan utama dari jaring arad adalah udang, sedangkan hasil tangkapan bukan utama dari jaring arad antara lain adalah moluska, krustasea, dan ikan-ikan

(16)

 

demersal seperti ikan petek, ikan kerapu, ikan kerong-kerong, ikan sebelah, ikan pari, ikan cucut, dan ikan gurita (Subani dan Barus, 1989).

Kegiatan usaha perikanan jaring arad merupakan suatu usaha yang penting untuk mendukung pendapatan masyarakat di daerah Blanakan, Kabupaten Subang. Hal ini dapat dilihat dari dominasi alat tangkap yang mendaratkan ikan, dimana sebagian besar masyarakat bergantung pada hasil tangkapan yang didaratkan jaring arad. Usaha penangkapan jaring arad di daerah Blanakan masih berkembang, ini membuktikan bahwa usaha arad masih menguntungkan bagi pengusaha atau pemilik jaring.

Permasalahan utama pada perikanan jaring arad adalah ketidakselektifan alat tangkap ini terhadap hasil tangkapan yang dapat menangkap semua jenis spesies yang ada sehingga dapat mengganggu proses ekologi di dasar perairan. Jaring arad juga berdampak terhadap kerusakan terumbu karang, disamping itu juga merusak alat tangkap lainnya yang dioperasikan di perairan sehingga dapat menimbulkan masalah sosial antar nelayan.

Menyadari dampak yang buruk dari jaring arad, Pemerintah Kabupaten Subang mengeluarkan keputusan pelarangan penggunaan jaring arad. Sebagai bentuk konsekuensinya, Pemerintah Kabupaten Subang membuat kebijakan dengan memberikan subsidi dana untuk menggantikan alat tangkap jaring arad dengan alat tangkap lainnya yang lebih ramah lingkungan (seperti jaring millenium). Akan tetapi kebijakan tersebut mengalami hambatan karena birokrasi, keterbatasan dana, dan tidak ada pendataan secara akurat adanya populasi jaring arad yang ada di Kabupaten Subang. Akibatnya subsidi penggantian alat tangkap jaring arad tidak diberikan secara sepenuhnya dan tidak merata diberikan kepada seluruh nelayan yang memiliki jaring arad di Kabupaten Subang.

Penelitian mengenai jaring arad telah banyak dilakukan oleh beberapa orang peneliti, diantaranya adalah penelitian tentang penggunaan rantai pengejut (tickler chain) pada jaring arad dalam upaya meningkatkan hasil tangkapan udang (Rakhman, 2002), pengaruh penggunaan gearbox pada in-board engine terhadap hasil tangkapan jaring arad di perairan Muarareja, Kota Tegal, Jawa Tengah (Fauzi, 2004), pengaruh pemasangan by-catch reduction device pada jaring arad (mini trawl) terhadap hasil tangkapan dan selektivitas hasil tangkapan sampingan

(17)

3   

 

dominan (Chalimi, 2005), kaitan ketajaman penglihatan ikan gulamah (Argyrosomus amoyensis) dengan respon terhadap obyek jaring arad (Agustini, 2005), proporsi hasil tangkapan jaring arad (mini trawl) yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon (Khaerudin, 2006), dan analisis hasil tangkapan jaring arad di Blanakan Kabupaten Subang Jawa Barat (Windarti, 2008). Namun mereka tidak meneliti secara keseluruhan usaha unit perikanan jaring arad yang meliputi aspek teknik, menghitung komposisi hasil tangkapan, dan analisis usaha. Untuk itu maka penelitian tentang karakteristik usaha unit perikanan jaring arad yang berbasis di Blanakan, Kabupaten Subang penting untuk dilakukan.

1.2 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1) Mengidentifikasi unit penangkapan jaring arad di PPI Blanakan, Kabupaten Subang, Jawa Barat.

2) Menghitung komposisi hasil tangkapan jaring arad di PPI Blanakan,

Kabupaten Subang, Jawa Barat.

3) Menghitung analisis usaha penangkapan jaring arad di PPI Blanakan,

Kabupaten Subang, Jawa Barat.

1.3 Manfaat

Hasil penelitian ini merupakan informasi penting yang dapat digunakan oleh semua pihak yang membutuhkan informasi tentang perikanan jaring arad dan diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan perikanan jaring arad di Subang khususnya Blanakan dan menjadi sumbangan pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan.

(18)

 

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Karakteristik dan Klasifikasi Usaha Perikanan Tangkap

Karakteristik merupakan satu hal yang sangat vital perannya bagi manusia, karena hanya dengan karakteristik kita dapat mengenali serta membedakan salah satu dengan lainnya. Karakteristik juga menunjukkan kekhasan yang dimiliki suatu hal dengan yang lainnya (Chalimi, 2005).

Karakteristik khusus yang terdapat pada kegiatan perikanan tangkap diantaranya:

1. Sumberdaya ikan yang selalu bermigrasi pada ruang yang tidak terbatas. 2. Common property resource, yaitu merupakan milik bersama atau tidak

mengenal hak kepemilikan yang dapat dimanfaatkan oleh semua orang (open access).

3. Adanya pengaruh dalam kondisi alami dalam melakukan eksploitasinya,

seperti: musim, arus, dan gelombang.

4. Jenis sumberdaya ikan yang dieksploitasi sangat beragam dengan jumlah yang tidak terlalu besar.

5. Lahan tangkap ikan (fishing ground) semakin menurun bagi kegiatan

penangkapan karena kegiatan pemukiman dan industri limbahnya secara langsung maupun tidak langsung mencemari perairan pantai.

6. Sering terjadi konflik kepentingan antara nelayan skala kecil dengan industri perikanan skala besar.

7. Dynamic resource, yaitu stok ikan bisa berubah.

8. Vulnerable resource, yaitu rentan terhadap perubahan ekosistem pesisir dan lautan.

9. Usaha perikanan masih didominasi perikanan rakyat kecil yang masih

tradisional.

10.Kemampuan usaha permodalan lemah.

Beragam unit penangkapan yang ada di suatu wilayah perairan merupakan suatu alternatif untuk memanfaatkan tinggi dan beragamnya sumberdaya perikanan yang terkandung, namun tentunya tidak semua unit penangkapan dapat dikategorikan sebagai unit penangkapan tepat guna (Ritonga, 2004).

(19)

5   

 

Berdasarkan Undang-Undang (UU) No.31 Tahun 2004 tentang perikanan, perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnis perikanan.

Menurut Ditjen Perikanan (1990) vide Windarti (2008) usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan tujuan komersial atau mendapatkan laba dari kegiatan yang dilakukan.

Pengklasifikasian usaha penangkapan ikan dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan misalnya usaha penangkapan skala kecil dan skala besar. Disisi yang lain, usaha perikanan diklasifikasikan sebagai perikanan pantai atau lepas pantai, artisanal atau komersial (Haluan, 1987).

Menurut Charles (2001) pengklasifikasian skala usaha perikanan tangkap dapat ditinjau dari berbagai aspek diantaranya ukuran kapal yang dioperasikan, lokasi fishing ground dan tujuan produksinya. Pengelompokan tersebut dilakukan melalui perbandingan perikanan skala kecil (small scale fisheries) dengan

perikanan skala besar (large scale fisheries). Selanjutnya Smith (1983)

mengemukakan bahwa skala usaha perikanan dapat dilihat dengan cara membandingkan perikanan berdasarkan situasi technico-sosio-economic nelayan. Berdasarkan situasi tersebut kegiatan perikanan dapat digolongkan ke dalam skala industri dan skala tradisional.

Pengembangan usaha perikanan dapat ditinjau melalui pendekatan bio - technico - sosio - economic. Untuk tujuan pengembangan perikanan tangkap, sebaiknya keempat syarat dipenuhi oleh suatu jenis alat penangkapan ikan. Suatu alat tangkap dapat dikembangkan jika memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1. Bila ditinjau dari aspek biologi, pengoperasian alat tangkap tersebut tidak mengganggu atau merusak kelestarian sumberdaya perikanan.

2. Secara teknis, efektif untuk dioperasikan

3. Ditinjau dari aspek sosial, dapat diterima masyarakat nelayan, 4. Secara ekonomi, usaha tersebut bersifat menguntungkan.

(20)

 

Keempat syarat tersebut tidak mutlak dipenuhi melainkan dapat ditimbangkan sesuai dengan kepentingan. Satu syarat lagi yang diperhatikan yaitu perizinan dari pemerintah (Kesteven, 1973).

2.2 Definisi dan Klasifikasi Alat Tangkap 2.2.1 Alat tangkap jaring arad

Jaring arad adalah alat tangkap yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu bermesin. Alat tangkap ini biasa dioperasikan untuk perairan demersal dengan hasil tangkapan yang utama adalah udang. Menurut Ditjen Perikanan (1995), secara garis besar konstruksi jaring arad terdiri dari bagian sayap, badan, dan kantong. Bahan jaring seluruhnya terbuat dari polyethylene

(PE). Konstruksi jaring arad secara umum terdiri atas tali ris, jaring, pelampung, pemberat, danleno, palang (beam), tali segitiga, papan otter, dan tali penarik (towing warp). Rinciannya adalah sebagai berikut:

a. Sayap (wing)

Sayap disebut juga jaring pengarah yang merupakan perpanjangan badan jaring ke otter board. Sayap terdiri dari sayap kanan dan sayap kiri, masing-masing terdiri atas sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing). Kedua sayap membentuk mulut jaring yang terdiri atas mulut atas (head line) yang diikatkan tali ris atas (head rope) sebagai tempat pelampung dan mulut bawah (ground line) yang diikatkan tali ris bawah (ground rope) yang diberi pemberat.

b. Badan (belly)

Badan jaring adalah bagian tengah jaring arad yang terbesar dari keseluruhan alat tangkap yang berfungsi untuk mengurung obyek yang telah digiring oleh sayap. Pada sudut depan kiri dan kanan berhubungan dengan sayap kanan dan sayap kiri, sedang bagian belakang badan berhubungan langsung dengan bagian kantong.

(21)

7   

 

c. Kantong

Kantong berfungsi sebagai tempat berkumpulnya hasil tangkapan sehingga setelah kantong diikat maka obyek tangkapan yang berada dalam kantong tidak dapat melarikan diri. Bahan jaring seluruhnya terbuat dari polyethylene (PE).

d. Danleno

Danleno digunakan untuk mengupayakan agar kedudukan sayap selalu tegak (vertikal) sehingga udang dan ikan yang berada diantara sayap dapat tergiring masuk ke dalam jaring.

e. Palang

Palang berfungsi sebagai perentang sayap agar selalu terbuka selebar rentang panjang palang. Panjang palang tidak lebih dari 6 meter.

f. Tali segitiga

Tali segitiga digunakan untuk mempertahankan kedudukan beam agar tetap pada posisi merentang mendatar.

g. Papan otter

Papan otter merupakan pengganti peranan danleno dan beam sehingga kedua sayap jaring terbuka ke kanan dan ke kiri. Ukuran papan otter ini tidak lebih dari 40 cm x 80 cm dan diberi pemberat besi 6 kg. Dengan penggunaan papan otter ini tali segitiga tidak diperlukan lagi.

2.2.2 Kapal dan nelayan jaring arad

Kapal yang digunakan dalam pengoperasian alat tangkap jaring arad di Perairan Cirebon terbuat dari kayu yang dilengkapi dengan motor tempel (outboard engine) dengan kecepatan 3-4 knot. Ukuran panjang kapal berkisar antara 6-8 meter, lebar 1,5-3 meter, dalam 1-2 meter dan bertonase 5-8 GT. Jaring arad dioperasikan oleh 2-5 orang nelayan (Khaerudin, 2006).

(22)

 

2.2.3 Metode pengoperasian

Menurut Ditjen Perikanan (1995), mengatakan bahwa pengoperasian jaring arad terdiri atas tahap-tahap berikut:

1. Setelah sampai di daerah penangkapan ikan, kecepatan perahu dikurangi

sehingga gerakan menjadi perlahan. Melalui bagian samping kiri buritan kapal penawuran dimulai dengan penurunan kantong, badan sayap, danlone, dan palang. Untuk jaring yang pengoperasiannya menggunakan otter, setelah semua bagian jaring berada di permukaan air, jaring tersebut ditarik supaya kedudukan kedua sayap sejajar. Selanjutnya kedua papan diturunkan secara bersama-sama dan dibiarkan melayang di permukaan air sambil ditarik sampai posisi kedua papan itu sempurna.

2. Pada saat penurunan tali penarik, gerakan perahu agak dipercepat. Panjang tali penarik disesuaikan dengan kedalaman perairan.

3. Ujung tali penarik diikat pada bagian depan perahu sedangkan pada bagian buritan kanan tali penarik tersebut ditarik sejajar perahu diharapkan posisi jaring berada di belakang perahu.

4. Perahu bergerak ke depan dengan kecepatan tertentu (3-4 knot) dan jaring ditarik selama 3 jam.

5. Setelah penarikan jaring selesai, mesin dimatikan dan penarikan tali penarik dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia sehingga seluruh jaring terangkat.

6. Hasil tangkapan dikeluarkan dari bagian kantong dengan membuka tali

pengikat kantong.

7. Jaring dan tali-temali disusun kembali untuk penawuran berikutnya.

2.2.4 Daerah dan musim penangkapan ikan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah

perairan yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang diduga terdapat gerembolan ikan. Sulit untuk meramalkan arah dan letak dari perpindahan dari suatu daerah penangkapan ikan, karena ikan yang menjadi tujuan usaha berada di dalam air, dan tidak terlihat dari permukaan air, sedangkan kemampuan mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas.

(23)

Jenis-9   

 

jenis ikan yang hidup di perairan sangat beragam serta menempati fishing ground

yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dalam usaha penangkapannya mempunyai banyak variasi baik dalam bentuk alat tangkap, metode penangkapan, maupun skala usahanya (Ayodhyoa, 1981).

Menurut Hartati (1996), musim penangkapan ikan di perairan Muara Ciasem dibagi menjadi tiga musim, yaitu musim timur (Juli-Oktober), musim barat (Desember-Maret) dan musim peralihan (peralihan barat ke timur: pertengahan Maret-Juni dan peralihan timur ke barat: pertengahan Oktober- pertengahan Desember). Kegiatan penangkapan ikan oleh nelayan Desa Muara Ciasem pada umumnya berjalan sepanjang tahun. Hal ini berkaitan dengan keberadaan sumberdaya beberapa jenis ikan yang terdapat sepanjang tahun di perairan, seperti kembung, selar, tembang, tongkol, teri, lemuru, tenggiri, layur, manyung, petek, pari, cucut, bawal, udang dan lain sebagainya yang menjadi tujuan penangkapan beberapa unit penangkapan di daerah tersebut. Daerah penangkapan ikan pada umumnya berada di sekitar perairan pantai Utara Jawa Barat seperti perairan Subang, Karawang, Bekasi dan Indramayu.

2.2.5 Hasil tangkapan

Menurut Subani dan Barus (1989), hasil tangkapan utama jaring arad adalah udang. Beberapa jenis udang yang tertangkap pada jaring arad adalah udang jerbung (Penaeus merguensis), krosok (Parapenaeopsisensis) dan udang windu (Penaeus monodon). Jenis ikan demersal yang tertangkap adalah pepetek (Leiognathus sp), gulamah (Arygorosomus amoyensis), beloso (Saurida tumbil), cumi-cumi (Loligo sp), kerapu (Epinephelus sp), kerong-kerong (Therapon theraps), sebelah (Psettodes erumei), pari (Trygon sephen), cucut (Squalus sp) dan gurita (Octopus sp).

2.3 Analisis Finansial

Analisis finansial utamanya menyangkut perbandingan antara pengeluaran uang dengan pendapatan yang yang dihasilkan suatu kegiatan (revenue earning proyek). Analisis finansial merupakan suatu alat untuk mengambil keputusan dalam suatu perencanaan dalam memulai suatu usaha. Analisis finansial

(24)

 

digunakan untuk memperhitungkan umur investasi yang ditanamkan, sehingga perlu diperhatikan waktu didapatkannya keuntungan (Kadariah et al, 1999).

Analisis finansial dapat dilakukan melalui analisis usaha dan analisis kriteria investasi. Analisis usaha pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha dalam suatu periode tertentu, biasanya menggunakan pendekatan jangka waktu satu tahun. Analisis usaha yang dilakukan meliputi analisis pendapatan usaha, R/C Ratio, dan Payback Period (PP). Alat ukur untuk perhitungan analisis kriteria investasi meliputi Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Internal Rate of Return (IRR), serta analisis sensitivitas.

2.3.1 Analisis usaha

Analisis usaha adalah suatu perhitungan dengan tujuan untuk mengetahui keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha dan untuk mengetahui keadaan yang akan datang dari suatu perencanaan. Setiap kegiatan usaha bertujuan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Hasil analisis usaha dapat digunakan sebagai ukuran apakah kegiatan usaha yang dilakukan pada saat ini berhasil atau tidak.

Dalam bidang perikanan, analisis usaha dapat dipakai sebagai alat bantu perbaikan pengelolaan usaha dengan maksud untuk mengetahui perkembangan usaha yang sedang atau sudah berjalan. Analisis usaha merupakan realita dari analisis finansial dan pada implementasinya analisis usaha lebih dapat menyatakan realita keuntungan karena memperlihatkan keadaan khas pada pelaku usaha setiap saat (Gittinger, 1986).

a. Investasi

Nilai aset (inventaris) dalam satu unit penangkapan disebut sebagai modal. Pada umumnya, untuk satu unit penangkapan modal terdiri dari alat tangkap, kapal penangkap, mesin-mesin, alat pengolahan atau pengawet di dalam kapal, dan alat-alat pengangkutan di laut. Dengan adanya bermacam-macam alat penangkapan dan tingkatan kemajuan nelayan, banyaknya alat tersebut pada tiap unit penangkapan tidak sama.

(25)

11   

 

b. Biaya

Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2005). Berdasarkan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dikelompokkan menjadi:

1. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel (variable cost) adalah biaya yang secara total berubah proporsional mengikuti perubahan tingkat aktivitas atau volume yang terkait (Horngren et al, 2005).

2. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap (Fixed cost) adalah biaya yang tidak akan berubah secara total dalam jangka waktu tertentu, sekalipun terjadi perubahan yang besar atas tingkat aktivitas atau volume yang terkait. Biaya dikatakan tetap atau variabel jika dikaitkan dengan suatu objek biaya atau jangka waktu tertentu (Horngren et al, 2005).

c. Analisis pendapatan usaha

Analisis pendapatan usaha dilakukan untuk mengukur seberapa besar keberhasilan suatu kegiatan usaha. Besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan merupakan tujuan dari analisis pendapatan usaha (Dzamin, 1984).

d. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio)

Analisis Revenue-Cost Ratio dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh nilai rupiah biaya yang digunakan dalam usaha dapat memberikan sejumlah nilai penerimaan sebagai manfaatnya (Dzamin, 1984).

e. Payback Period (PP)

Payback period menurut Umar (2007) adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Payback period dapat diartikan sebagai rasio antara

initial cash investement dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan satuan waktu, kemudian nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period

(26)

 

2.3.2 Analisis kriteria investasi usaha a. Net Present Value (NPV)

Net Present Value merupakan selisih antara total present value dari benefit

dan present value dari biaya. NPV digunakan untuk melihat manfaat bersih sekarang dari suatu kegiatan usaha (Kadariah et al, 1999).

b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Net Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara NPV total dari

benefit bersih dengan total dari biaya bersih (Kadariah et al, 1999).

c. Internal Rate of Return (IRR)

IRR adalah tingkat suku bunga yang menunjukkan jumlah nilai sekarang netto (NPV) sama dengan jumlah ongkos investasi proyek atau discount rate

yang membuat NPV sama dengan nol (Kadariah et al, 1999).

2.4 Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas adalah suatu teknik analisis untuk menguji secara sistematis apa yang terjadi pada penerimaan total apabila terjadi perubahan-perubahan yang tidak terduga yang berbeda dengan perkiraan dalam perencanaan. Suatu analisis sensitivitas dikerjakan dengan mengubah suatu unsur atau dengan mengkombinasikan unsur lain, kemudian menentukan pengaruh pada hasil analisis. Analisis sensitivitas dilakukan dengan tujuan untuk melihat apa yang akan terjadi dengan hasil analisis proyek jika ada suatu kesalahan atau perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya atau benefit (Kadariah et al, 1999).

(27)

3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah unit penangkapan jaring arad (perahu, alat tangkap, dan nelayan), dan data hasil wawancara dari berbagai pihak yang terkait. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Kuesioner

2. Kamera untuk mendokumentasikan kegiatan penelitian. 3. Papan jalan (measuring board)

4. Timbangan untuk mengukur berat hasil tangkapan.

5. Penggaris

6. Alat tulis 7. Datasheet, dan

8. Buku identifikasi ikan untuk mengetahui jenis hasil tangkapan.

3.2 Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2009 (pra penelitian) dan dilanjutkan bulan Februari 2010. Kegiatan penelitian dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan Blanakan Kabupaten Subang, Propinsi Jawa Barat (Lampiran 1).

3.3 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survei dengan obyek penelitian yang digunakan adalah unit penangkapan jaring arad yang berbasis di PPI Blanakan, Subang, Jawa Barat. Pengkajian obyek penelitian meliputi unit penangkapan ikan itu sendiri, komposisi hasil tangkapan, serta analisis finansial usaha.

Sampel diambil dengan menggunakan pendekatan purposive sampling,

yaitu berupa pengambilan sampel yang bersifat tidak acak, sampel dipilih berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tertentu, yang diperhatikan dalam penelitian ini adalah berdasarkan tujuan penelitian (Pane, 2008). Pertimbangan-pertimbangan, responden pemilik atau nakhoda unit penangkapan jaring arad yang dapat berkomunikasi dengan baik, responden berada di tempat penelitian saat

(28)

wawancara dilakukan, responden tersebut menggunakan unit penangkapan jaring arad sepanjang tahun, dan jaring arad merupakan alat tangkap utama. Karena unit penangkapan jaring arad yang digunakan di PPI Blanakan relatif homogen, maka diambil 10% dari populasi unit penangkapan jaring arad untuk mewakili keseluruhan keadaan usaha penangkapan jaring arad.

Pengambilan data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Data fisik

Data fisik diambil dari unit penangkapan jaring arad yang diamati secara langsung. Disamping itu, informasi juga diperoleh dari nelayan melalui pengisian kuesioner dengan melakukan wawancara.

2) Hasil tangkapan

Hasil tangkapan jaring arad diidentifikasi dengan menggunakan bantuan buku identifikasi ikan (Saanin, 1968). Hasil tangkapan diambil untuk analisis komposisi hasil tangkapan. Sampel diambil dari setiap perahu arad yang mendaratkan hasil tangkapannya. Sampel diambil dari 12 sampel perahu arad yang mendaratkan hasil tangkapannya. Hasil tangkapan kemudian disortir berdasarkan jenisnya dan dilakukan penimbangan setiap kelompok hasil tangkapan. Hasil tangkapan utama (udang) dipisahkan dengan hasil tangkapan lainnya seperti ikan (besar dan kecil), rajungan, serta pengelompokkan sotong dan cumi-cumi. Data berat ikan kemudian dibandingkan dengan trip (kg/trip) untuk setiap jenis hasil tangkapan.

3) Biaya

Data mengenai biaya dibagi atas biaya operasional dan investasi usaha penangkapan jaring arad. Data diperoleh dari wawancara dengan nelayan pemilik usaha penangkapan jaring arad melalui kuesioner berdasarkan daftar pertanyaan yang telah disiapkan, banyaknya responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah 12 responden.

4) Keadaan umum lokasi penelitian

Keadaan umum diperoleh dari informasi instansi dan lembaga terkait, seperti Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang. Data keadaan umum yang diambil meliputi data geografi dan topografi Subang, jumlah unit penangkapan ikan di Subang, volume dan jumlah produksi perikanan laut Subang,

(29)

15   

data statistik perikanan tangkap per jenis ikan, dan fasilitas pelabuhan perikanan/pangkalan pendaratan ikan di Blanakan, Kabupaten Subang.

3.4 Analisis Data

3.4.1 Analisis unit penangkapan ikan

Hasil pengumpulan data unit penangkapan jaring arad dianalisis secara deskriptif. Analisis secara deskriptif yaitu dengan menguraikan konstruksi alat tangkap arad, perahu yang digunakan dalam pengoperasian jaring arad, dan jumlah nelayan yang mengoperasikan jaring arad secara rinci.

Konstruksi unit penangkapan jaring arad yang dijelaskan meliputi dimensi utama arad, perahu yang digunakan dalam pengoperasian penangkapan ikan dan jumlah nelayan yang mengoperasikan. Spesifikasi jaring arad yang dijelaskan meliputi ukuran panjang bagian-bagian arad, jumlah mata jaring (mesh size) yang digunakan dan ukuran mata jaring. Data tentang dimensi perahu yang dijelaskan meliputi ukuran perahu (Panjang (LOA) x Lebar (B) x Tinggi (D)), bahan pembuat perahu dan alat penggeraknya. Sedangkan informasi tentang nelayan yang dijelaskan meliputi jumlah nelayan yang mengoperasikan, serta pembagian tugas masing-masing nelayan.

3.4.2 Analisis komposisi hasil tangkapan

Analisis hasil tangkapan dilakukan secara deskriptif, dengan cara mengklasifikasi, mentabulasi dan menginterpretasi data. Komposisi hasil tangkapan yang meliputi total jumlah (spesies) dan bobot (kg/trip) masing-masing jenis ikan/udang pada seluruh penangkapan selama penelitian, disajikan dalam bentuk tabel dan gambar.

3.4.3 Analisis finansial usaha perikanan arad

Analisis finansial dilakukan melalui analisis usaha, analisis kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. Analisis usaha pada umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usaha dalam suatu periode tertentu, biasanya menggunakan pendekatan jangka waktu satu tahun. Analisis usaha perikanan jaring arad yang ingin diketahui, dianalisis dengan beberapa jenis analisis yaitu:

(30)

pendapatan usaha, R/C Ratio, dan Payback Period (PP). Analisis kriteria investasi mencakup Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan

Internal Rate of Return (IRR), serta analisis sensitivitas usaha penangkapan jaring arad.

a. Investasi

Investasi merupakan biaya yang dikeluarkan satu kali dalam proses produksi untuk memperoleh manfaat sampai secara ekonomi tidak menguntungkan lagi. Modal merupakan salah satu faktor penentu dalam menjalankan suatu usaha. Sumber modal yang digunakan dalam usaha penangkapan jaring arad berasal dari modal sendiri atau dari pemilik perahu. Investasi dalam usaha penangkapan jaring arad meliputi pembelian untuk satu unit penangkapan yaitu pembelian alat tangkap, perahu, dan mesin.

b. Biaya

Biaya usaha merupakan komponen pengeluaran dari usaha penangkapan yang harus dikeluarkan, umumnya dihitung dalam satu tahun. Berdasarkan pola perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya dapat dikelompokkan menjadi:

1. Biaya Variabel (Variable Cost)

Biaya variabel dalam usaha perikanan arad meliputi bahan bakar, pelumas, minyak tanah, es balok, ransum, retribusi dan bagi hasil.

2. Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap dalam usaha perikanan arad meliputi perawatan (perahu, mesin dan alat tangkap), Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), dan penyusutan (perahu, mesin dan alat tangkap).

c. Analisis pendapatan usaha

Rumus yang digunakan dalam menghitung pendapatan usaha adalah:

Keterangan :

Π = Keuntungan;

TR = Total penerimaan;

TC = Total biaya. Π = TR - TC

(31)

17   

Kriteria keuntungan sebagai berikut:

- Jika TR > TC, maka kegiatan usaha memperoleh keuntungan sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan;

- Jika TR < TC, maka kegiatan usaha memperoleh kerugian sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan;

- Jika TR = TC, maka usaha berada dalam titik impas atau tidak memperoleh keuntungan atau tidak mengalami kerugian.

Pendapatan bersih (Π) merupakan selisih dari total penerimaan (TR) dengan

total biaya (TC). Total penerimaan diperoleh dari semua penjualan hasil

tangkapan, sedangkan total biaya didapatkan dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap meliputi biaya perawatan (perahu, mesin dan alat tangkap), biaya Surat Izin Usaha Penangkapan (SIUP), dan biaya penyusutan (perahu, mesin dan alat tangkap). Biaya variabel meliputi biaya bahan bakar, pelumas, minyak tanah, es balok, ransum, retribusi dan bagi hasil.

d. Analisis imbangan penerimaan dan biaya (Revenue-Cost Ratio)

Rumus yang digunakan sebagai berikut:

Dengan kriteria sebagai berikut:

- jika R/C > 1, maka kegiatan usaha memperoleh keuntungan sehingga usaha tersebut layak untuk dilanjutkan;

- jika R/C < 1, maka kegiatan usaha memperoleh kerugian sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan;

- jika R/C = 1, maka usaha berada dalam titik impas atau tidak memperoleh keuntungan atau tidak mengalami kerugian.

e. Payback Period (PP)

Rumus payback period yang digunakan sebagai berikut:

Payback Period = Nilai investasi x 1 tahun Keuntungan 

f. Net Present Value (NPV)

Rumus yang digunakan sebagai berikut (Kadariah et al, 1999):

NPV =

Keterangan :

NPV = Net Present Value

Bt = Benefit kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t R/C = TR/TC t t t n t i C B ) 1 ( 1 = −

=

(32)

Ct = Biaya kotor dari suatu proyek pada tahun ke-t

i = tingkat suku bunga yang berlaku; dan

n = umur ekonomis proyek

Dengan kriteria sebagai berikut:

- jika NPV > 0, maka kegiatan usaha layak untuk dijalankan dan

dikembangkan;

- jika NPV < 0, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dijalankan dan dikembangkan.

g. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)

Rumus yang digunakan sebagai berikut (Kadariah et al, 1999):

Net B/C =

Dengan kriteria sebagai berikut:

- jika Net B/C > 0, maka kegiatan usaha layak untuk dijalankan dan dikembangkan;

- jika Net B/C < 0, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dijalankan dan dikembangkan.

h. Internal Rate of Return (IRR)

Rumus yang digunakan sebagai berikut (Kadariah et al, 1999):

IRR = i’ + NPV’ x (i” – i’) NPV’ – NPV”

Keterangan :

IRR = Internal Rate of Return

i’ = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif;

i” = Tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif;

NPV’ = NPV pada suku bunga i’; dan

NPV” = NPV pada suku bunga i”. Dengan kriteria sebagai berikut:

- jika IRR > 0, maka kegiatan usaha layak untuk dijalankan dan

dikembangkan;

- jika IRR < 0, maka kegiatan usaha tidak layak untuk dijalankan dan dikembangkan.

= = − n  t  t t t  t  B C  1 (1  )

= = − n t t t t t C B 1 (1 )

(33)

19   

i. Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas bertujuan melihat apa yang akan terjadi terhadap usaha perikanan jaring arad jika ada suatu perubahan dalam dasar-dasar perhitungan biaya. Analisis kepekaan perlu dilakukan bila diketahui ada faktor internal dan atau eksternal yang besar pengaruhnya terhadap kemampuan proyek mencapai produksi atau keuntungan yang ditargetkan. Contoh faktor internal yaitu biaya pokok produksi, sedangkan contoh faktor eksternal yaitu perubahan harga input produksi (bahan baku, BBM) dan perubahan harga output.

(34)

4.1 Letak Geografis, Letak Topografis dan Luas Wilayah

Secara geografis Kabupaten Subang terletak di sebelah utara Propinsi Jawa Barat dan terletak pada 1070 31’ – 1070 54’ Bujur Timur dan 60 11’ – 60 34’ Lintang Selatan. Secara administrasi batas wilayah Kabupaten Subang adalah sebelah utara adalah Laut Jawa, sebelah selatan adalah Kabupaten Bandung, sebelah timur adalah Kabupaten Indramayu dan Kapubaten Sumedang, dan sebelah barat Kabupaten Purwakarta dan Kabupaten Karawang.

Luas wilayah Kabupaten Subang adalah sebesar 205.176,95 ha (5,39% dari luas wilayah Propinsi Jawa Barat) dengan ketinggian 0 – 1.500 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan PP No 48 Tahun 1999 wilayah administratif Kabupaten Subang terbagi atas 30 kecamatan dengan jumlah desa 243 dan 8 kelurahan. Hanya 4 kecamatan dari 30 kecamatan yang ada merupakan kecamatan di wilayah pesisir, yaitu Kecamatan Blanakan, Kecamatan Pamanukan, Kecamatan Legonkulon, dan Kecamatan Pusakanegara, sedangkan kecamatan lainnya berada di daerah pegunungan atau daratan tinggi (Lampiran 1).

Secara umum daerah Kabupaten Subang beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun 2.048 mm dan rata-rata hari hujannya sebanyak 87 hari. Disamping itu, rata-rata curah hujan umumnya terjadi pada awal tahun yaitu bulan Januari hingga April dengan jumlah 365 mm dan 426 mm. Iklim yang demikian sangat mendukung kondisi lahan yang subur dan banyaknya sungai-sungai yang pada gilirannya mempengaruhi secara signifikan besaran luas penggunaan lahan Kabupaten Subang yang sebagian besar digunakan untuk melakukan kegiatan di sektor pertanian.

Wilayah Kabupaten Subang memiliki wilayah pesisir dan laut yang terletak di sepanjang pantai utara yang meliputi 4 (empat) wilayah kecamatan pesisir: 1. Kecamatan Blanakan

Luas wilayah Kecamatan Blanakan adalah 85,81 km2 yang terdiri atas 9 desa. Diantaranya 7 desa berada di wilayah pesisir yaitu Desa Cilamaya Hilir, Rawameneng, Jayamukti, Blanakan, Langensari, Muara Ciasem dan Tanjung Tiga.

(35)

21   

2. Kecamatan Pamanukan

Luas wilayah Kecamatan Pamanukan adalah 80,89 km2 yang terdiri atas 14 desa. Diantaranya hanya 1 desa yang berada di wilayah pesisir yaitu Desa Sukamaju.

3. Kecamatan Legonkulon

Luas wilayah Kecamatan Legonkulon adalah 98,47 km2 yang terdiri atas 10 desa. Pada wilayah kecamatan ini terdapat 5 desa yang berada di wilayah pesisir. Desa-desa di wilayah pesisir tersebut adalah Desa Anggasari, Tegalurung, Mayangan, Legon Wetan, dan Pengarengan.

4. Kecamatan Pusakanegara

Luas wilayah Kecamatan Pusakanegara adalah 68,40 km2 yang terdiri atas 11 desa. Diantaranya hanya terdapat 1 desa yang berada di wilayah pesisir yaitu Desa Patimban.

Diantara keempat kecamatan tersebut, Kecamatan Blanakan merupakan daerah yang mempunyai potensi perikanan cukup besar. Secara geografis Desa Blanakan terletak pada 1070 30’ – 1070 53’ Bujur Timur dan 60 10’ – 60 22’ Lintang Selatan dengan luas wilayah 980.463 ha.

Secara administrasi batas wilayah Desa Blanakan diantaranya sebelah utara adalah Laut Jawa dan Kecamatan Blanakan, sebelah selatan adalah Desa Ciasem Baru dan Kecamatan Ciasem, sebelah timur adalah Desa Langensari dan Kecamatan Blanakan, dan sebelah barat adalah Desa Jayamukti dan Kecamatan Blanakan.

Secara umum Blanakan beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata per tahun sekitar 2.300 mm dan rata-rata jumlah bulan hujan adalah 4 bulan, dengan suhu rata-rata harian sebesar 290C. Sebagai daerah pesisir, bentang wilayah untuk Desa Blanakan digolongkan ke dalam zona 3 (tiga) dengan ketinggian 2,5 m. Letak Blanakan yang berada pada posisi strategis memberikan keuntungan terhadap kehidupan ekonomi di Desa Blanakan. Lengkapnya sarana dan prasarana transportasi dan komunikasi akan memudahkan pelaku-pelaku ekonomi untuk melakukan aktivitas ekonomi seperti produksi dan pemasaran. Keuntungan tersebut tentunya memberikan pengaruh positif terhadap sektor perikanan khususnya sub sektor perikanan tangkap. Salah satu contoh keuntungan dari letak

(36)

strategis Desa Blanakan untuk perikanan tangkap adalah memudahkan dalam memasarkan hasil tangkapan, baik untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat maupun untuk memenuhi kebutuhan masyarakat luas kota bahkan luar propinsi.

4.2 Penduduk

Secara demografis Desa Blanakan merupakan desa yang cukup heterogen. Hal tersebut dapat diketahui dengan struktur kependudukannya yang cukup beragam. Penduduk Desa Blanakan menurut pendataan tahun 2009 berjumlah 11.399 orang, dimana penduduk laki-laki berjumlah 5.862 orang dan penduduk perempuan berjumlah 5.537 orang. Jumlah penduduk Desa Blanakan mengalami kenaikan sebanyak 91 jiwa, dengan kata lain laju pertumbuhan Desa Blanakan dari tahun 2008 - 2009 sebesar 0,80%. Etnis penduduk di Desa Blanakan didominasi oleh penduduk Jawa sebesar 74,7%, etnis Sunda sebesar 25% dan sisanya merupakan pendatang dari luar Pulau Jawa yaitu etnis Padang sebesar 0,2% dan etnis Madura sebesar 0,1%.

Tingkat pendidikan penduduk Desa Blanakan tergolong sangat rendah, hal ini tentunya berkaitan erat dengan kemampuan alih teknologi baru dan daya analisis dari masyarakat setempat. Data mengenai jumlah penduduk desa Blanakan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat pendidikan pada tahun 2009

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

Belum sekolah 625 5

Tidak pernah sekolah 1.500 13

Sekolah SD (tidak tamat) 3.319 29,2

SD/Sederajat 2.244 20 SLTP/Sederajat 1.725 15,1 SLTA/Sederajat 1.895 17 D-1 37 0,3 D-2 22 0.2 D-3 17 0,1 S-1 15 0,1 Jumlah 11.399 100

(37)

23   

Menurut pendataan penduduk tahun 2009, mayoritas penduduk hanya sampai sekolah dasar atau sederajat, bahkan persentase penduduk yang tidak tamat sekolah cukup tinggi yaitu 29,2% dari jumlah penduduk. Penduduk yang tamat sekolah dasar/sederajat sebanyak 2.244 orang atau 20% dari jumlah penduduk, sedangkan jumlah penduduk yang mencapai tingkat perguruan tinggi hanya sebesar 0,7% dari jumlah penduduk.

Penduduk Desa Blanakan berjumlah 11.399 orang dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 3.433 pada tahun 2009. Berdasarkan tingkat kesejahteraan keluarga, sebagian besar penduduk Desa Blanakan tergolong keluarga prasejahtera. Data mengenai penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat kesejahteraan dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel2 Data jumlah penduduk Desa Blanakan berdasarkan tingkat kesejahteraan pada tahun 2009

Tingkat Kesejahteraan Jumlah (orang) Persentase (%)

Keluarga prasejahtera 1.321 38,5

Keluarga sejahtera 1 822 23,9

Keluarga sejahtera 2 769 22,4

Keluarga sejahtera 3 440 12,8

Keluarga sejahtera 3 plus 81 2,4

Jumlah total kepala keluarga 3.433 100 Sumber: Desa Blanakan, 2009 (diolah kembali)

Berdasarkan pendataan jumlah penduduk berdasarkan tingkat kesejahteraan didapatkan persentase keluarga prasejahtera yang ada di Desa Blanakan sebesar 38,5% dari 3.433 kepala keluarga, sedangkan persentase keluarga sejahtera 3 plus yang ada di Desa Blanakan sebesar sebesar 1.321 atau 2,4% dari 3.433 kepala keluarga.

4.3 Keadaan Umum Perikanan Tangkap di Desa Blanakan

4.3.1 Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan

Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan dari tahun 2002-2008 cukup fluktuatif. Periode 2004-2005 produksi mengalami penurunan, namun dalam kurun waktu 2003-2004 nilai produksi mengalami kenaikan sekitar 3 milyar rupiah dari nilai produksi tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan tingginya permintaan akan produk perikanan dan tingginya harga jual ikan. Data mengenai perkembangan produksi dan nilai produksi dapat dilihat Tabel 3.

(38)

Tabel 3 Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan tahun 2002-2008

Tahun Volume Produksi (kg) Nilai Produksi (Rp) % Volume Produksi % Nilai Produksi 2002 5.559.672 25.650.308.500 18,98 16,85 2003 5.035.876 24.543.868.500 17,19 16,12 2004 5.294.010 27.467.237.000 18,07 18,04 2005 3.917.940 21.273.731.000 13,37 13,98 2006 2.994.787 17.349.948.000 10,22 11,40 2007 3.124.200 17.282.733.000 10,66 11,35 2008 3.370.470 18.648.828.000 11,50 12,25 Sumber : KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik, 2008 (diolah kembali)

Pada tahun 2004-2005 volume produksi kembali mengalami penurunan sebesar 1.376.070 kg/tahun. Meskipun tidak sebanyak tahun 2004-2005 volume produksi pada tahun 2005-2006 juga mengalami penurunan (sebesar 923.153 kg/tahun). Volume produksi tertinggi didapat pada tahun 2002 yakni, sebesar 5.994.267 kg dengan nilai produksi Rp 25.650.308.500. Tahun 2006 merupakan tahun dengan volume produksi terkecil yakni sebesar 2.994.787 kg dengan nilai produksi sebesar Rp 17.349.948.000. Berdasarkan pendataan KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik pada setahun terakhir 2008, produksi hasil tangkapan mencapai sebesar 3.370.470 kg dengan nilai produksi Rp 18.648.828.000.

Gambar 1 Perkembangan produksi ikan di TPI Blanakan.

0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 V o lume Pr oduksi (ton) Tahun

(39)

25   

4.3.2 Unit penangkapan ikan 4.3.2.1 Nelayan

Nelayan merupakan salah satu bagian penting dari unit penangkapan ikan. Dalam aktivitas penangkapan mereka terjun langsung untuk melakukan penangkapan ikan. Nelayan yang berdomisili di Desa Blanakan dapat dikategorikan sebagai nelayan penuh, nelayan sambilan utama dan nelayan sambilan tambahan. Berdasarkan kepemilikan unit penangkapan ikan, nelayan di Desa Blanakan terbagi lagi menjadi nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan yang berada di PPI Blanakan terdiri dari nelayan pribumi dan nelayan pendatang. Pada umumnya nelayan pendatang di PPI Blanakan umumnya berasal dari Indramayu, Cirebon, Brebes, dan Tegal. Jumlah nelayan yang terdapat di Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Jumlah nelayan di Kabupaten Subang pada tahun 2006

No Kecamatan Kelompok Tani (orang)

Air Tawar Tambak Nelayan

1 Cikaum 35 - - 2 Pagaden 233 - - 3 Cipunagara 14 - - 4 Compreng 10 - - 5 Binong 20 - - 6 Ciasem 20 - - 7 Pamanukan 75 39 - 8 Pusakanagara - 100 58 9 Legonkulon 198 301 134 10 Blanakan 20 184 352 Jumlah 625 624 538

Sumber: Dinas Perikanan (2007)

Jumlah nelayan kelompok tani yang berada di Kecamatan Blanakan adalah sebesar 20 orang untuk nelayan air tawar, 184 orang untuk nelayan tambak dan 352 orang untuk nelayan perikanan tangkap laut. Kecamatan Blanakan memiliki jumlah nelayan perikanan tangkap yang paling banyak di Kabupaten Subang, dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kabupaten Subang. Atas dasar itu, maka PPI Blanakan merupakan sektor basis perikanan yang cukup maju di tingkat Kabupaten Subang.

(40)

4.3.2.2 Kapal

Hampir semua kapal yang berbasis di Desa Blanakan merupakan kapal kayu. Berdasarkan ukuran, kapal tersebut dapat dikelompokkan menjadi kapal dengan ukuran < 10 GT, 10-20 GT dan kapal dengan ukuran antara 20-30 GT. Besar kecilnya ukuran kapal tentunya akan berpengaruh terhadap penentuan

daerah penangkapan ikan (DPI). Kapal dengan grosstonase yang besar,

kemungkinan akan memiliki daya jelajah yang lebih luas dibandingkan dengan kapal yang ukurannya lebih kecil.

Kapal dengan ukuran < 10 GT biasanya menggunakan alat tangkap jaring bondet, jaring tegur, jaring udang dan jaring rampus. Alat tangkap jaring cumi, pancing dan jaring nilon biasanya menggunakan kapal dengan ukuran 10-20 GT, sedangkan kapal kayu dengan gross tonase antara 20-30 digunakan sebagai armada penangkapan ikan yang memiliki dimensi kerja lebih besar seperti cantrang, payang dan purse seine yang dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Jumlah armada penangkapan ikan di Kabupaten Subang tahun 2008

Armada Penangkapan ikan

Jenis perahu/kapal Jumlah

1. Perahu papan sedang 25

2. Motor tempel 680

3. Kapal motor 10-20 GT 21

Total 726 Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang (2008)

4.3.2.3 Alat penangkapan ikan

Alat tangkap yang berada di PPI Blanakan terdiri dari 7 jenis alat tangkap dioperasikan oleh nelayan antara lain purse seine, cantrang, jaring kantong/udang, jaring bondet, jaring tegur, pancing dan jaring sotong. Selain ketujuh alat tangkap tersebut terdapat pula jaring arad, akan tetapi sejak munculnya larangan pemerintah terhadap penggunaan jaring arad berdasarkan Kepres 31 Tahun 1980, maka alat tangkap tersebut sudah tidak didata lagi oleh pihak KUD Mina Fajar Sidik maupun pihak Departemen Kelautan dan Perikanan.

Berdasarkan data pada Tabel 6 dapat diketahui bahwa alat tangkap yang paling dominan di PPI Blanakan adalah jaring kantong/udang, jaring arad tidak termasuk kedalam jaring kantong/udang yang ada di PPI Blanakan karena

(41)

27   

pendataan jaring arad tidak dilakukan secara legal. Sedangkan alat tangkap dengan jumlah paling sedikit di PPI Blanakan adalah jaring tegur dan jaring sotong. Jumlah alat tangkap yang ada di PPI Blanakan mengalami penurunan pada tahun 2005 hingga tahun 2007. Hal ini terjadi karena adanya kenaikan harga bahan bakar solar pada tahun 2005, sehingga alat tangkap baru meningkat kembali pada tahun 2008. Pendataan jumlah alat tangkap di Kabupaten Subang dapat pada Tabel 7.

Tabel 6 Perkembangan jumlah alat tangkap di PPI Blanakan pada tahun 2004-2008

No Jenis Alat Tangkap Tahun

2004 2005 2006 2007 2008 1 Jaring Purse Seine 48 37 30 30 32

2 Jaring Cantrang 62 48 39 39 42

3 Jaring Kantong / Udang 145 112 91 90 97

4 Jaring Bondet 15 12 10 10 11

5 Jaring Tegur 12 9 7 7 8

6 Pancing 49 38 31 30 32

7 Jaring Sotong 11 9 7 7 8

Jumlah 342 265 215 213 230

Sumber : KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik (2008)

Tabel 7 Jumlah alat tangkap dan trip penangkapan ikan di Kabupaten Subang tahun 2008

Jenis Alat Tangkap Unit alat tangkap

Trip Penangkapan/tahun (trip) Jumlah Payang 3.636 105 Dogol/cantrang 702 50 Pukat pantai 16.808 120

Jaring insang hanyut 585 30

Jaring insang klitik 36.210 180

Jaring insang tetap 31.082 160

Pancing 24.974 130

Perangkap lainnya/tegur 6.550 30

Sumber: Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Subang (2008)

4.3.3 Daerah penangkapan ikan

Salah satu faktor penentu keberhasilan penangkapan ikan adalah penentuan daerah penangkapan ikan (fishing ground), untuk selanjutnya disebut dengan DPI.

(42)

DPI menunjukkan keberadaan populasi ikan di suatu tempat dalam melakukan operasi penangkapan. Nelayan hendaknya mencari daerah dengan populasi ikan melimpah dan ukuran ikan layak tangkap.

Penentuan DPI suatu alat tangkap berbeda dengan alat tangkap lain, hal ini berkaitan erat dengan keberadaan ikan yang menjadi sasaran penangkapan dan cara beroperasi alat penangkapan ikan. Semakin besar ukuran unit penangkapan ikan akan memiliki daya jelajah/daerah penangkapan yang lebih jauh dan luas dibandingkan dengan kapal yang berukuran kecil.

Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang berbasis di Desa Blanakan, diperoleh informasi bahwa daerah penangkapan masing-masing alat tangkap ikan dominan yang berbasis di Desa Blanakan mempunyai perbedaan jangkauan DPI. Unit penangkapan ikan yang memiliki dimensi kecil (seperti jaring udang) yang menggunakan perahu dengan dimensi panjang 9 m, lebar 2,7 m dan dalam 0,9 m, beroperasi di perairan yang tidak jauh dari pantai seperti perairan Karawang, Blanakan, Singabuntu dan Pamanukan. Sedangkan unit penangkapan ikan berdimensi besar (seperti cantrang) yang mempunyai perahu dengan dimensi panjang 14 m, lebar 4,8 m dan dalam 1,7 m beroperasi di Laut Jawa, bahkan bisa menjangkau Perairan Sumatera dan Kalimantan.

4.3.4 Musim penangkapan ikan

Musim penangkapan ikan secara garis besar dapat digolongkan menjadi musim puncak, musim biasa atau peralihan dan musim paceklik. Berdasarkan hasil wawancara dengan nelayan yang berbasis di Desa Blanakan masing-masing unit penangkapan memiliki jumlah waktu dan musim ikan tersendiri. Musim ikan paling lama dimiliki unit penangkapan cantrang, yaitu selama lima bulan per tahun (Februari, Maret, April, Mei, Juni), sedangkan musim ikan paling pendek dimiliki unit penangkapan jaring udang dengan lama musim ikan hanya dua bulan per tahun (Juli, Agustus).

4.3.5 Sarana dan prasarana penangkapan

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) yang ada di Kabupaten Subang saat ini ada tujuh buah dan terdapat di tiga kecamatan yaitu Blanakan, Legonkulon, dan

(43)

29   

Pusaka Nagara. Kecamatan Blanakan memiliki tiga PPI yaitu PPI Blanakan di Desa Blanakan, PPI Cilamaya Girang di Desa Cilamaya Girang dan PPI Muara Ciasem di Desa Muara Ciasem. Kecamatan Legonkulon memiliki dua PPI yaitu PPI Mayangan di Desa Mayangan dan PPI Pangarengan di Desa Pangarengan. Sedangkan Kecamatan Pusaka Nagara memiliki dua PPI yaitu PPI Teruntung di Desa Patimban dan PPI Genteng di Desa Patimban.

Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Blanakan merupakan salah satu PPI yang memiliki fasilitas terlengkap dibandingkan PPI lainnya di Kecamatan Blanakan bahkan di Kabupaten Subang. Secara umum fasilitas pelabuhan di PPI Blanakan dapat digolongkan menjadi:

a. Fasilitas pokok, terdiri dari dermaga, kolam pelabuhan, jalan, dan

jembatan.

b. Fasilitas fungsional, terdiri dari tempat pelelangan ikan (TPI), pabrik es, bengkel, galangan kapal, tempat pemasaran, Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN) dan lainnya.

c. Fasilitas penunjang, terdiri dari MCK, kantin, tempat ibadah (mesjid), rumah nelayan, kantor pengelola pelabuhan (KUD), tempat parkir, kantor Pol Air dan kantor syahbandar.

Fasilitas-fasilitas di PPI tersebut dikategorikan dalam kondisi baik kecuali bengkel yang pengoperasiannya kurang baik dan pertokoan yang pengelolaannya kurang baik sehingga tidak lagi ramai seperti tahun-tahun sebelumnya. Fasilitas pokok yang terdapat di PPI Blanakan yang terdiri fasilitas perairan (kolam pelabuhan), fasilitas tambat (dermaga), dan fasilitas penghubung (jalan dan jembatan). Dermaga di PPI Blanakan dilengkapi alat bantu untuk kapal-kapal yang berlabuh. Alat bantu tersebut terdiri dari fender dan bollard (Gambar 2).

Bollard berfungsi untuk menambatkan kapal di dermaga atau perangkat untuk mengikatkan tali di kapal. Sedangkan fender berfungsi sebagai bantalan yang ditempatkan di depan dermaga sehingga kapal yang bertambat maupun yang berlabuh tidak membentur dermaga.

(44)

Gambar 2 Fender dan bollard yang digunakan di PPI Blanakan.

Sebagai salah satu fasilitas fungsional yang ada di PPI Blanakan, TPI Blanakan merupakan salah satu kelembagaan formal yang langsung berinteraksi dengan nelayan. TPI tersebut dalam pengelolaannya diserahkan kepada KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik. KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik yang secara resmi didirikan pada tanggal 23 mei 1966, pada awalnya bernama Koperasi Perikanan Laut Miyasa Laksana. Pada tahun 1994, koperasi tersebut berganti nama menjadi Koperasi Mandiri Inti Mina Fajar Sidik sebagai bentuk penghargaan kepada ketua pengurus koperasi pertama yaitu H Fajar Sidik.

Aktivitas usaha KUD Inti Mina Fajar Sidik sekarang ini tidak hanya bertumpu pada aktivitas perikanan laut. Saat ini, KUD Inti Mina Fajar Sidik mempunyai empat unit usaha penunjang yaitu: unit pabrik es, unit usaha simpan pinjam, penyediaan perumahan 150 unit type 36/120 diatas area lahan 53.500 m2 penyediaan bahan dan alat perikanan, pertokoan dan pujasera serta unit usaha

Solar Packed Dealer Nelayan (SPDN).

Selain aktivitas ekonomi, KUD ini pun melakukan aktivitas sosial. Sebagai wujud kepedulian terhadap pendiri, KUD menyediakan tanah untuk Sekolah Dasar (SD). Dalam hal kemiskinan, KUD juga mengorganisasi dan membina aktivitas keagamaan. Sementara dalam hal kebudayaan, KUD memelihara dan menyelenggarakan tradisi budaya setempat yaitu acara tahunan syukuran laut/ruwatan laut. Untuk kegiatan sosial, KUD memberi santunan kepada para jompo dan anak yatim serta khitanan massal, pembinaan kelompok nelayan dan kelompok wanita nelayan, pemberian beasiswa bagi putra-putri nelayan berprestasi (bekerja sama dengan BP Migas Indonesia), dan lain-lain.

(45)

31   

Gambar 3 Gedung Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Mina Fajar Sidik di PPI Blanakan, Kabupaten Subang.

Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Inti Mina Fajar Sidik sebagai pengelola TPI Blanakan memiliki peranan sebagai juru tawar, juru karcis, kasir, keamanan, dan lain-lain. Atas jasa tersebut KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik mendapatkan pemasukan dari potongan atau retribusi pelelangan ikan. KUD Mandiri Inti Mina Fajar Sidik mendapatkan potongan atau retribusi sebesar 8% dari setiap nelayan yang melelangkan ikan. Adapun rincian potongan tersebut dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Persentase potongan pelelangan bagi kapal yang melelangkan ikan di TPI Blanakan

No Peruntukan Persentase (%)

a. Potongan lelang berdasarkan PERDA Propinsi Jawa Barat No.10/11 Tahun 1998 Jawa Barat No. 8/9 Tahun 2000 (5%)

1 Retribusi 1,60

2 Biaya operasional TPI 1,65

3 Tabungan nelayan 0,35

4 Dana paceklik 0,25

5 Dana sosial 0,25

6 Dana keamanan 0,10

7 Dana pembinaan/pengawas 0,35

8 Dana pembangunan daerah kerja perikanan 0,30

9 Dana puskud KUD 0,15

Jumlah 5 b. Potongan lelang berdasarkan RAT 2004 (3%)

10 Dana kesejahteraan pengurus/karyawan 1,60 11 Dana bantuan pembangunan desa 0,40

12 Tabungan nelayan 0,50

13 Dana lain-lain 0,50

Jumlah 3

Jumlah total potongan lelang 8

(46)

Jumlah potongan lelang yang harus dikeluarkan oleh kapal yang mendaratkan ikan di TPI Blanakan tersebut merupakan akumulasi dari dua jenis potongan lelang. Berdasarkan peraturan daerah (PERDA) Nomor 5 tahun 2005 besarnya potongan ongkos lelang adalah sebesar 5% dari raman kotor yang berasal dari nelayan sebesar 2% dan dari bakul/pembeli sebesar 3%. Potongan ongkos lelang dari nelayan berdasarkan RAT 2008 adalah sebesar 3% dari raman kotor. Simpanan sukarela anggota sebesar 2% dari raman kotor.

Persentase potongan terbesar (Tabel 7) diperuntukkan untuk biaya operasional TPI sebesar 1,65% dan dana kesejahteraan pengurus/karyawan KUD sebesar 1,60% dan retribusi sebesar 1,60%. Sisanya tersalurkan untuk dana paceklik, dana sosial, dan dana keamanan dan lain sebagainya.

Gambar 4 Gedung Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di PPI Blanakan.

Unit usaha lainnya yang memiliki peran penting di PPI Blanakan adalah unit pabrik es dan SPDN. Unit usaha pabrik es yang berperan dalam pemenuhan kebutuhan nelayan akan es, pada tahun 2009 memiliki kapasitas produksi 1600 balok es/hari dengan nilai Rp 6.336.000.000. Dalam pengelolaannya unit usaha pabrik es ini diserahkan kepada pihak swasta yaitu PT. Tirta Ratna.

Gambar

Tabel 3  Perkembangan produksi dan nilai produksi di TPI Blanakan tahun 2002- 2002-2008
Gambar 2  Fender dan bollard yang digunakan di PPI Blanakan.
Gambar 3  Gedung Koperasi Unit Desa (KUD) Mandiri Mina Fajar Sidik di PPI  Blanakan, Kabupaten Subang
Gambar 5  Pabrik es di PPI Blanakan.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Unit penangkapan jaring cumi yang terdapat di PPP Bajomulyo bersifat multi gear , yaitu menggunakan alat tangkap jaring cumi untuk menangkap cumi dan alat tangkap pancing

bertujuan untuk membandingkan komposisi hasil tangkapan - sampingan jaring arad yang menggunakan J E D (Jwenile and Trash Excluder Device) dengan jarak kisi 25,4

Jaring rampus adalah salah satu alat tangkap dominan yang digunakan nelayan untuk menangkap ikan di perairan Selat Sunda.. Perikanan jaring rampus bersifat gabungan atau

Berdasarkan ukuran panjang mantel cumi ± cumi (Loligo sp) yang tertangkap oleh jaring arad modifikasi (modified small bottom trawl), antara panjang mantel 8 cm hingga 15 cm

Alat tangkap yang dianggap paling produktif dalam menangkap ikan-ikan pelagis di PPI Ujungbatu adalah alat tangkap mini purse seine , dimana untuk meningkatkan

Jaring insang lingkar (koncong) menjadi alat tangkap dominan ke dua di PPI Pulolampes Brebes, keberadaanya semakin ditinggalkan karena kalah saing jumlah hasil

Hasil penelitian menunjukkan alat tangkap jaring kejer yang digunakan nelayan di Kabupaten Cirebon Jawa Barat termasuk ke dalam kategori alat tangkap ramah lingkungan dengan

Responden nelayan diambil secara random sampling sebanyak 30% dari populasi yang ada, sebanyak 105 nelayan jaring arad yang berasal dari TPI Roban Timur desa Sidorejo