• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini Trawl) Yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini Trawl) Yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

Oleh: Asep Khaerudin

C54102009

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(2)

ABSTRAK

ASEP KHAERUDIN. Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini Trawl) Yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon. Dibimbing oleh RONNY IRAWAN WAHYU.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi dan mengkuantifikasi hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan unit penangkapan jaring arad serta mengestimasi analisis usaha alat tangkap jaring arad di Pesisir Utara, Kota Cirebon. Pengambilan data penelitian pada bulan Juli-Agustus 2005 yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon.

Hasil tangkapan jaring arad selama penelitian terdiri dari 22 spesies ikan, 8 spesies moluska, 7 spesies krustase, 1 spesies echinodermata, 1 spesies coelenterata dan kelompok lain-lain. Hasil tangkapan jaring arad terdiri atas hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan baik yang dimanfaatkan maupun yang dibuang ke laut (discards). Perbandingan berat antara hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan adalah 1:15 dengan perbandingan berat antara hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan dan yang dibuang ke laut adalah 1:10. Hasil tangkap sampingan dominan terdiri atas rajungan dengan jumlah 176 ekor (21%) dari jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan, sotong dengan jumlah 146 ekor (18%), ikan gulamah dengan jumlah 130 ekor (16%), ikan tigawaja dengan jumlah 114 ekor (14 %), ikan beloso dengan jumlah 47 ekor (6%). Berdasarkan proporsi tersebut, jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan selama musim penelitian yaitu musim timur (Mei-September) sebesar 6.495,30 kg dan jumlah hasil tangkap sampingan yang dibuang ke laut sebesar 64.953,90 kg.

(3)

DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Asep Khaerudin C 54102009

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(4)

SKRIPSI

Judul skripsi : Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini

Trawl) Yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon

Nama mahasiswa : Asep Khaerudin

NRP : C 54102009

Departemen : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui, Komisi Pembimbing,

Ir. Ronny Irawan Wahyu, M.Phil NIP. 131 663 023

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi NIP 130 805 031

(5)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL)

YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 3 Februari 2006

Asep Khaerudin

(6)

Penulis dilahirkan di Kota Purwakarta, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 1 Mei 1984. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara putra Bapak Wawan Tjarwanudin (Alm) dan Ibu Nani Maryati.

RIWAYAT HIDUP

Pendidikan

formal penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Al-Quran (TKA) di TKA Miftahul Huda, Purwakarta tahun 1990. Kemudian pada tahun 1991 penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Tegalmunjul, Purwakarta dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Purwakarta pada tahun 1997. Tahun 2002 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1

Purwakarta. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan akademis dan kemahasiswaan, antara lain menjadi anggota Departemen Minat Bakat dan Keprofesian pada Himpunan Profesi Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 2003-2004. Penulis menjadi pengurus Masyarakat Pasir

(MP) sebagai Ketua Divisi Eksternal periode 2004-2005, pernah juga menjadi asisten luar biasa mata kuliah Avertebrata Air pada semester ganjil selama dua periode, yaitu pada tahun ajaran 2004-2005 dan tahun 2005-2006. Penulis juga aktif dalam organisasi Kelompok Pelaut (KOPEL) sebagai sekretaris umum periode 2005-2006.

(7)

Penyusunan skripsi yang berjudul “Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring

Arad (Mini Trawl) Yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon” merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus di Pesisir Utara Kota Cirebon.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1 Ir. Ronny Irawan Wahyu M. Phil sebagai pembimbing yang telah membantu dalam memberikan arahan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini; 2 Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc dan Ir. M. Dahri Iskandar, MS selaku dosen

penguji tamu yang telah memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini;

2 Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon yang telah membantu kelancaran penelitian ini;

3 Dedi Supriadi, A. Pi selaku Kepala Seksi Perikanan Kota Cirebon yang telah membantu kelancaran penelitian ini;

4 Keluarga Bapak Danu dan Bapak Chaplin yang telah membantu pelaksanaan penelitian;

5 Keluarga tercinta atas doa dan kasih sayangnya serta berbagai hal lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi peneliti lain sebagai pedoman dalam melakukan penelitian dan semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, 3 Februari 2006

(8)

viii

3.3 Unit Penangkapan yang Digunakan ... 11

3.3.1 Alat Tangkap Jaring Arad ... 11

3.7.1 Komposisi Ukuran Hasil Tangkap Sampingan ... 20

3.7.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan ... 21

(9)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografi dan Topografi ... 23

4.2 Tempat Pelelangan Ikan di Kota Cirebon ... 23

4.3 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Laut ... 24

4.4 Volume dan Nilai Produksi per Jenis Ikan Yang Didaratkan di Kota Cirebon ... 25

4.5 Unit Penangkapan Ikan ... 26

4.5.1 Kapal Penangkap Ikan ... 26

4.5.2 Alat Tangkap ... 27

4.5.3 Nelayan ... 28

4.6 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan ... 28

4.7 Pemasaran Hasil Perikanan ... 29

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Arad Selama Penelitian... 30

5.1.1 Komposisi Hasil Tangkapan Udang ... 32

5.1.2 Komposisi Hasil Tangkap Sampingan ... 36

5.1.3 Komposisi Ukuran Hasil Tangkap Sampingan ... 38

5.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan ... 43

5.3 Analisis Usaha Penangkapan jaring Arad ... 44

5.3.1 Investasi ... 44

5.3.2 Biaya Usaha ... 45

5.3.3 Penerimaan Usaha ... 46

5.3.4 Pendapatan Usaha ... 47

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

(10)

x

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Perkembangan volume produksi perikanan laut di Kota Cirebon periode

2000-2004 ... 24

2 Perkembangan nilai Produksi (by landing) perikanan laut di Kota Cirebon Periode 2000-2004 ... 25

3 Volome produksi dan nilai produksi per jenis ikan yang didaratkan di Kota Cirebon periode 2002-2004 ... 26

4 Data jumlah kapal motor dan motor tempel di Kota Cirebon Tahun 2004 ... 27

5 Data jumlah alat tangkap di Kota Cirebon tahun 2004 ... 27

6 Perkembangan jumlah nelayan di Kota Cirebon periode 2003-2004 ... 28

7 Jenis hasil tangkapan total jaring arad selama penelitian ... 30

8 Estimasi proporsi hasil tangkap sampingan perairan Pesisir Utara ... 43

9 Komponen investasi usaha penangkapan jaring arad di Perairan Pesisir Utara Kota Cirebon ... 45

(11)

DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

Oleh: Asep Khaerudin

C54102009

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(12)

ABSTRAK

ASEP KHAERUDIN. Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini Trawl) Yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon. Dibimbing oleh RONNY IRAWAN WAHYU.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan mengidentifikasi dan mengkuantifikasi hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan unit penangkapan jaring arad serta mengestimasi analisis usaha alat tangkap jaring arad di Pesisir Utara, Kota Cirebon. Pengambilan data penelitian pada bulan Juli-Agustus 2005 yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon.

Hasil tangkapan jaring arad selama penelitian terdiri dari 22 spesies ikan, 8 spesies moluska, 7 spesies krustase, 1 spesies echinodermata, 1 spesies coelenterata dan kelompok lain-lain. Hasil tangkapan jaring arad terdiri atas hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan baik yang dimanfaatkan maupun yang dibuang ke laut (discards). Perbandingan berat antara hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan adalah 1:15 dengan perbandingan berat antara hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan dan yang dibuang ke laut adalah 1:10. Hasil tangkap sampingan dominan terdiri atas rajungan dengan jumlah 176 ekor (21%) dari jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan, sotong dengan jumlah 146 ekor (18%), ikan gulamah dengan jumlah 130 ekor (16%), ikan tigawaja dengan jumlah 114 ekor (14 %), ikan beloso dengan jumlah 47 ekor (6%). Berdasarkan proporsi tersebut, jumlah hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan selama musim penelitian yaitu musim timur (Mei-September) sebesar 6.495,30 kg dan jumlah hasil tangkap sampingan yang dibuang ke laut sebesar 64.953,90 kg.

(13)

DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Institut Pertanian Bogor

Oleh :

Asep Khaerudin C 54102009

PROGRAM STUDI PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

(14)

SKRIPSI

Judul skripsi : Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring Arad (Mini

Trawl) Yang berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon

Nama mahasiswa : Asep Khaerudin

NRP : C 54102009

Departemen : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui, Komisi Pembimbing,

Ir. Ronny Irawan Wahyu, M.Phil NIP. 131 663 023

Mengetahui,

Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan

Dr. Ir. Kadarwan Soewardi NIP 130 805 031

(15)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

PROPORSI HASIL TANGKAP SAMPINGAN JARING ARAD (MINI TRAWL)

YANG BERBASIS DI PESISIR UTARA, KOTA CIREBON

adalah benar merupakan hasil karya saya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Adapun semua sumber data dan informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 3 Februari 2006

Asep Khaerudin

(16)

Penulis dilahirkan di Kota Purwakarta, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 1 Mei 1984. Penulis merupakan anak kedua dari dua bersaudara putra Bapak Wawan Tjarwanudin (Alm) dan Ibu Nani Maryati.

RIWAYAT HIDUP

Pendidikan

formal penulis dimulai dari Taman Kanak-Kanak Al-Quran (TKA) di TKA Miftahul Huda, Purwakarta tahun 1990. Kemudian pada tahun 1991 penulis melanjutkan ke Sekolah Dasar (SD) Negeri 2 Tegalmunjul, Purwakarta dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Purwakarta pada tahun 1997. Tahun 2002 penulis lulus dari Sekolah Menengah Umum (SMU) Negeri 1

Purwakarta. Pada tahun yang sama, penulis melanjutkan studi di Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai kegiatan akademis dan kemahasiswaan, antara lain menjadi anggota Departemen Minat Bakat dan Keprofesian pada Himpunan Profesi Mahasiswa Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan (HIMAFARIN) periode 2003-2004. Penulis menjadi pengurus Masyarakat Pasir

(MP) sebagai Ketua Divisi Eksternal periode 2004-2005, pernah juga menjadi asisten luar biasa mata kuliah Avertebrata Air pada semester ganjil selama dua periode, yaitu pada tahun ajaran 2004-2005 dan tahun 2005-2006. Penulis juga aktif dalam organisasi Kelompok Pelaut (KOPEL) sebagai sekretaris umum periode 2005-2006.

(17)

Penyusunan skripsi yang berjudul “Proporsi Hasil Tangkap Sampingan Jaring

Arad (Mini Trawl) Yang Berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon” merupakan salah

satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan pada bulan Juli-Agustus di Pesisir Utara Kota Cirebon.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1 Ir. Ronny Irawan Wahyu M. Phil sebagai pembimbing yang telah membantu dalam memberikan arahan dan bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini; 2 Dr. Ir. M. Fedi A. Sondita, M.Sc dan Ir. M. Dahri Iskandar, MS selaku dosen

penguji tamu yang telah memberikan saran dan masukan demi perbaikan skripsi ini;

2 Kepala Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon yang telah membantu kelancaran penelitian ini;

3 Dedi Supriadi, A. Pi selaku Kepala Seksi Perikanan Kota Cirebon yang telah membantu kelancaran penelitian ini;

4 Keluarga Bapak Danu dan Bapak Chaplin yang telah membantu pelaksanaan penelitian;

5 Keluarga tercinta atas doa dan kasih sayangnya serta berbagai hal lainnya yang tak bisa disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi peneliti lain sebagai pedoman dalam melakukan penelitian dan semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, 3 Februari 2006

(18)

viii

3.3 Unit Penangkapan yang Digunakan ... 11

3.3.1 Alat Tangkap Jaring Arad ... 11

3.7.1 Komposisi Ukuran Hasil Tangkap Sampingan ... 20

3.7.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan ... 21

(19)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografi dan Topografi ... 23

4.2 Tempat Pelelangan Ikan di Kota Cirebon ... 23

4.3 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Laut ... 24

4.4 Volume dan Nilai Produksi per Jenis Ikan Yang Didaratkan di Kota Cirebon ... 25

4.5 Unit Penangkapan Ikan ... 26

4.5.1 Kapal Penangkap Ikan ... 26

4.5.2 Alat Tangkap ... 27

4.5.3 Nelayan ... 28

4.6 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan ... 28

4.7 Pemasaran Hasil Perikanan ... 29

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Arad Selama Penelitian... 30

5.1.1 Komposisi Hasil Tangkapan Udang ... 32

5.1.2 Komposisi Hasil Tangkap Sampingan ... 36

5.1.3 Komposisi Ukuran Hasil Tangkap Sampingan ... 38

5.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan ... 43

5.3 Analisis Usaha Penangkapan jaring Arad ... 44

5.3.1 Investasi ... 44

5.3.2 Biaya Usaha ... 45

5.3.3 Penerimaan Usaha ... 46

5.3.4 Pendapatan Usaha ... 47

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

(20)

x

DAFTAR TABEL

Halaman 1 Perkembangan volume produksi perikanan laut di Kota Cirebon periode

2000-2004 ... 24

2 Perkembangan nilai Produksi (by landing) perikanan laut di Kota Cirebon Periode 2000-2004 ... 25

3 Volome produksi dan nilai produksi per jenis ikan yang didaratkan di Kota Cirebon periode 2002-2004 ... 26

4 Data jumlah kapal motor dan motor tempel di Kota Cirebon Tahun 2004 ... 27

5 Data jumlah alat tangkap di Kota Cirebon tahun 2004 ... 27

6 Perkembangan jumlah nelayan di Kota Cirebon periode 2003-2004 ... 28

7 Jenis hasil tangkapan total jaring arad selama penelitian ... 30

8 Estimasi proporsi hasil tangkap sampingan perairan Pesisir Utara ... 43

9 Komponen investasi usaha penangkapan jaring arad di Perairan Pesisir Utara Kota Cirebon ... 45

(21)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Sketsa jaring arad ... 6

2 Otter board dari jaring arad yang digunakan untuk penelitian ... 13

3 Perahu yang digunakan saat penelitian ... 14

4 Alat penggerak pada perahu jaring arad... 14

5 Cara pengukuran panjang ikan ... 16

6 Setting alat tangkap jaring arad ... 18

7 Towing alat tangkap jaring arad ... 19

8 Hauling alat tangkap jaring arad ... 19

9 Rantai pemasaran hasil perikanan laut Kota Cirebon ... 29

10 Komposisi hasil tangkapan total jaring arad selama penelitian ... 31

11 Komposisi jumlah hasil tangkapan udang selama penelitian (ekor) ... 33

12 Komposisi berat hasil tangkapan udang selama penelitian (kg) ... 33

13 Komposisi jumlah HTS selama penelitian (ekor) ... 36

14 Komposisi berat HTS selama penelitian (kg) ... 37

(22)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1 Desain dan spesifikasi jaring arad ... 53 2 Peta lokasi penelitian ... 57 3 Ukuran hasil tangkap sampingan dominsn yang tertangkap... 58 4 Data hasil sampling (by landing) selama penelitian di Pesisir Utara Kota

Cirebon ... 66 5 Hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan jaring arad selama

(23)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kota Cirebon merupakan salah satu wilayah perairan Indonesia yang menjadi

basis kegiatan perikanan tangkap bagi nelayan. Kegiatan perikanan tangkap ini

merupakan sumber pemasukan yang besar bagi pemerintah daerah setempat terutama

perikanan udang. Luas wilayah Kota Cirebon adalah 37,36 km2 dan luas wilayah laut

Kota Cirebon adalah 51,86 km2 (Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon, 2005).

Meskipun perairan laut lebih luas dibandingkan dengan luas daratannya, namun

potensi laut Kota Cirebon yang dikenal dengan sebutan ”Kota udang” ini belum

dimanfaatkan secara optimal.

Udang merupakan salah satu sumberdaya hayati laut dari kelas Crustacea yang

sangat laku di pasaran baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun untuk tujuan

ekspor. Spesies ini digemari sehingga mempunyai nilai ekonomis tinggi. Adapun alat

tangkap yang digunakan untuk menangkap udang dari sekian banyak alat tangkap

yang dioperasikan di perairan Kota Cirebon seperti payang, dogol, pukat pantai,

jaring insang hanyut, jaring lingkar, jaring insang tetap, bagan tancap dan bubu

wadong atau bubu lipat adalah trammel net dan jaring arad.

Jaring arad merupakan salah satu alat penangkap yang ditujukan untuk

menangkap udang. Jaring arad adalah alat tangkap yang dioperasikan secara aktif

dengan cara ditarik oleh perahu. Hasil tangkapan alat tangkap jaring arad dapat

dikategorikan ke dalam hasil tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan. Hasil

tangkapan utama merupakan hasil tangkapan yang menjadi tujuan utama nelayan,

sedangkan hasil tangkap sampingan merupakan tangkapan yang tidak sengaja

tertangkap sewaktu alat tangkap jaring arad dioperasikan. Hasil tangkapan utama

dari jaring arad ini adalah udang dan hasil tangkap sampingan berupa ikan-ikan

demersal yang berukuran kecil seperti pepetek (Leiognathus sp), gulamah

(Argyrosomus sp), beloso (Saurida tumbil), tigawaja (Pennahia argentata), pari

(24)

2

Mengacu pada Tatalaksana Perikanan yang Bertanggung Jawab (Code of

Conduct for Responsible Fisheries) (FAO, 1995), permasalahan utama pada

perikanan jaring arad adalah ketidakselektifan alat tangkap ini terhadap hasil

tangkapan sehingga hasil tangkap sampingan (HTS) yang tertangkap jumlahnya jauh

lebih besar dibandingkan dengan udang sebagai target spesies. Hasil tangkap

sampingan dari jaring arad ada yang dimanfaatkan dan ada juga yang dibuang ke laut

baik dalam keadaan hidup atau mati. Proses pembuangan hasil tangkap sampingan

dapat menyebabkan berkurangnya stock spesies target dan spesies non target yang

memiliki nilai ekonomis serta dapat mengganggu proses ekologi di dasar perairan

(Saila, 1983 diacu dalam Hall, 1999).

Sejumlah peneliti, seperti Rakhman (2002), Fauzi (2004) dan Chalimi (2005)

telah mengangkat jaring arad sebagai objek dari penelitiannya, namun mereka tidak

meneliti besarnya proporsi hasil tangkap sampingan jaring arad baik yang

dimanfaatkan maupun yang dibuang ke laut serta tidak mengestimasi analisis usaha

untuk melihat proporsi hasil tangkap sampingan tersebut terhadap total penerimaan.

Untuk itu maka penelitian tentang proporsi hasil tangkap sampingan jaring arad yang

berbasis di Pesisir Utara, Kota Cirebon dilakukan.

1.2 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan :

1) Mengidentifikasi dan mengkuantifikasi hasil tangkapan utama dan hasil

tangkap sampingan alat tangkap jaring arad.

2) Mengestimasi analisis usaha alat tangkap jaring arad di Pesisir Utara, Kota

Cirebon.

1.3 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini merupakan informasi penting yang dapat digunakan oleh

semua pihak yang membutuhkan informasi tentang perikanan jaring arad, serta hasil

tangkap sampingan baik yang dimanfaatkan maupun yang tidak dimanfaatkan oleh

(25)

2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Alat Tangkap Jaring Arad

Jaring arad (mini trawl) adalah jaring yang berbentuk kerucut yang tertutup ke

arah ujung kantong dan melebar ke arah depan dengan adanya sayap.

Bagian-bagiannya terdiri dari dua sayap, mulut, badan dan kantong (cod-end) serta dilengkapi

dengan pembuka mulut, yaitu otter board dan tali temali (bridle line, warp dan tali

kantong). Jaring arad berkembang di Pantai Utara Jawa. Berbagai sebutan jaring arad

pernah muncul di berbagai daerah seperti sotok rebon di Rembang, jaring arad di

Tegal-Brebes, gereuk di Jawa Timur, otok di Kendal, dan cotok di Demak

(Balai Pengembangan Penangkapan Ikan, 1997).

Jaring arad adalah alat tangkap yang dioperasikan secara aktif dengan cara

ditarik oleh perahu. Dalam istilah yang sesungguhnya nama jaring arad yang semula

merupakan sejenis pukat pantai atau sesuai dengan nama daerahnya merupakan jaring

krakad, bundes dan dogol. Namun akhir-akhir ini nama arad juga berkembang sejalan

dengan perkembangan sejenis jaring pukat yang pengoperasiannya ditarik (pukat

tarik/”putar”) dengan menggunakan perahu (bukan kapal) disepanjang dasar perairan.

Dengan perkataan lain jaring pukat tarik (jaring putar) ini dikenal dengan sebutan

jaring arad (Ditjen Perikanan, 1995). Alat ini biasanya dipakai untuk menangkap

udang dan ikan demersal.

Manadiyanto et al., (2000), menjelaskan bahwa jaring arad adalah alat tangkap

yang dioperasikan secara aktif dengan cara ditarik oleh perahu. Alat ini biasanya

dipakai untuk menangkap udang dan ikan demersal. Secara garis besar konstruksi

jaring arad terdiri atas bagian sayap, badan dan kantong. Bahan jaring seluruhnya

terbuat dari polyethylene (PE). Jaring arad ini dilengkapi dengan alat pembuka mulut

jaring (otter board) berukuran panjang 66 cm dan lebar 33 cm. Otter board pada

jaring arad ini terbuat dari bahan kayu yang diberi pemberat besi 6 kg. Otter board

berfungsi untuk membuka mulut jaring ke arah horizontal.

(26)

4

Konstruksi jaring arad secara umum terdiri atas jaring, tali ris, pelampung,

pemberat, danleno, palang (beam), tali segitiga, papan otter dan tali penarik (towing

warp) (Ditjen Perikanan, 1995). Rinciannya sebagai berikut :

a) Sayap (wing)

Sayap disebut juga jaring pengarah yang merupakan perpanjangan badan

jaring ke otter board . Sayap terdiri atas sayap kanan dan sayap kiri,

masing-masing terdiri atas sayap atas (upper wing) dan sayap bawah (lower wing).

Kedua sayap membentuk mulut jaring yang terdiri atas mulut atas (head line)

yang diikatkan tali ris atas (head rope) sebagai tempat pelampung dan mulut

bawah (ground line) yang diikatkan tali ris bawah (ground rope) yang diberi

pemberat.

b) Badan (Belly)

Badan jaring adalah bagian tengah jaring arad yang terbesar dari

keseluruhan alat tangkap yang berfungsi untuk mengurung objek yang telah

digiring oleh sayap. Pada sudut depan kiri dan kanan berhubungan dengan

sayap kanan dan sayap kiri, sedang bagian belakang badan berhubungan

langsung dengan bagian kantong.

c) Kantong (cod end)

Kantong berfungsi sebagai tempat terkumpulnya hasil tangkapan

sehingga setelah kantong diikat maka objek tangkapan yang telah berada di

dalam kantong tidak akan dapat melarikan diri. Bahan jaring seluruhnya

terbuat dari polyethylene (PE).

d) Danleno

Danleno digunakan untuk mengupayakan agar kedudukan sayap selalu

tegak (vertikal) sehingga udang dan ikan yang berada diantara sayap dapat

(27)

e) Palang (Beam)

Palang berfungsi sebagai perentang sayap sehingga kedudukan sayap

selalu terbuka selebar rentangan panjang palang. Panjang palang tidak lebih

dari 6 meter.

f) Tali segitiga

Tali segitiga digunakan untuk mempertahankan kedudukan beam agar

tetap pada posisi merentang mendatar.

g) Papan otter

Papan otter merupakan pengganti peran danleno dan beam sehingga

kedua sayap jaring terbuka kekanan dan kekiri. Ukuran papan otter ini tidak

lebih dari 40 cm x 80 cm dan diberi pemberat besi 6 kg. Dengan penggunaan

(28)

Keterangan:

1. Kantong 8. Tali ris atas 2. Badan 9. Tali pendant 3. Tali penguat 10. Papan pembuka 4. Sayap 11. Bridle line

5. Pemberat 12. Danleno

6. Tali ris bawah 13. Warp

7. Pelampung

(29)

2.2 Metode Pengoperasian

Urutan pengoperasian alat tangkap jaring arad, menurut Direktorat Jenderal

Perikanan (1995) yaitu :

1. Setelah sampai di fishing ground kecepatan perahu dikurangi sehingga

bergerak perlahan. Melalui bagian samping kiri buritan kapal penawuran

dimulai dengan penurunan kantong, badan, sayap, danleno dan palang. Untuk

jaring yang pengoperasiaannya menggunakan papan otter, setelah semua

bagian jaring berada dipermukaan air, jaring tersebut ditarik supaya

kedudukan kedua sayap sejajar. Selanjutnya kedua papan diturunkan secara

bersana-sama dan dibiarkan melayang dipermukaan air sambil ditarik sampai

posisi kedua papan tersebut sempurna.

2. pada saat penurunan tali penarik, gerakan perahu agak dipercepat. Panjang tali

penarik disesuaikan dengan kedalaman perairan.

3. Ujung tali penarik diikat pada bagian depan perahu sedangkan dibagian

buritan kanan tali penarik tersebut ditarik sejajar perahu diharapkan posisi

jaring berada di belakang perahu.

4. Perahu bergerak ke depan dengan kecepatan tertentu (3-4 knot) dan jaring

ditarik selama 1-3 jam.

5. Setelah penarikan jaring selesai, mesin dimatikan dan penarikan tali penarik

dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia sehingga seluruh jaring

terangkat.

6. Hasil tangkapan dikeluarkan dari bagian kantong dengan membuka tali

pengikat kantong.

7. Jaring dan tali temali disusun kembali untuk penawuran berikutnya.

2.3 Daerah dan Musim Penangkapan

Daerah penangkapan ikan (fishing ground) merupakan suatu wilayah perairan

yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan penangkapan atau daerah yang

diduga terdapat gerombolan ikan. Sulit untuk meramalkan arah dan letak dari

(30)

8

usaha berada didalam air, dan tidak terlihat dari permukaan air sedangkan

kemampuan mata manusia untuk melihat ke dalam air terbatas (Ayodhyoa, 1981).

Jenis-jenis ikan yang hidup di perairan amat beragam serta menempati fishing

ground yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya, sehingga dalam usaha

penangkapannya mempunyai banyak variasi baik dalam bentuk alat tangkap, metode

penangkapan, maupun struktur organisasi usahanya (Ayodhyoa, 1981).

Jaring arad dioperasikan pada daerah pantai dengan tipe dasar perairan lumpur

berpasir. Kedalaman perairan berkisar antara 15 – 60 m dengan tofografi dasar

perairan yang relatif datar. Jaring arad dapat dioperasikan sepanjang tahun, namun

intensitas pengoperasiannya dipengaruhi oleh musim penangkapan (Puslitbang

Perikanan, 1991).

Manadiyanto et al (2000) menjelaskan bahwa puncak penangkapan udang

Penaeid di perairan Laut Jawa berlangsung pada musim timur, yaitu antara

pertengahan Maret sampai pertengahan Juni. Selanjutnya Sumiono et al. (1987),

diacu dalam Manadiyanto et al. (2000) menjelaskan bahwa udang lebih banyak

tertangkap diperairan yang dangkal, terutama di daerah muara-muara sungai. Hal ini

dikarenakan muara sungai merupakan tempat percampuran air sungai dan laut yang

kaya akan makanan. Perairan yang berbentuk teluk dengan aliran sungai besar

merupakan daerah udang yang baik juga. Pantai utara Jawa antara Cirebon dan Jawa

Tengah sedikit menyerupai teluk, sehingga walaupun sungai-sungai yang mengalir

ke teluk ini hanya kecil airnya, perairan ini dapat memenuhi kesuburannya sebagai

daerah pemusatan udang. Udang jerbung sebagai hasil tangkapan utama dalam hal ini

hidup didasar perairan dan hampir terdapat di seluruh perairan Indonesia, terutama di

daerah-daerah dimana sungai besar bermuara.

2.4 Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan utama jaring arad adalah udang yang berukuran kecil,

sedangkan hasil tangkapan selain udang adalah ikan-ikan demersal. Menurut

Manadiyanto et al. (2000), beberapa jenis udang yang tertangkap dengan jaring arad

(31)

udang windu (Penaeus monodon). Jenis ikan demersal yang tertangkap adalah

pepetek (Leiognathus sp), gulamah (Pseudosciena sp), beloso (Saurida tumbil),

bawal hitam (Formio niger), cumi-cumi (Loligo sp), manyung (Arius thalassinus) dan

tigawaja (Pennahia argentata).

2.5 Hasil Tangkap Sampingan (By catch)

Hall (1999) membedakan kategori hasil tangkap sampingan (by-catch) menjadi

dua kategori :

1) Spesies yang kebetulan tertangkap (incidental catch), yaitu hasil tangkapan yang

sekali-kali tertahan (tertangkap) dan bukan merupakan spesies target dari operasi

penangkapan. Incidental catch ini ada yang dimafaatkan oleh nelayan dan ada

juga yang dibuang tergantung dari nilai ekonomisnya.

2) Spesies yang dikembalikan ke laut (discarded catch), yaitu bagian dari hasil

tangkapan sampingan yang dikembalikan ke laut karena pertimbangan ekonomi

(ikan yang tertangkap bernilai ekonomis rendah) atau karena spesies yang

tertangkap adalah spesies yang dilindungi oleh hukum.

2.6 Analisis Usaha

Dalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

dapat memperbaiki tingkat hidupnya atau tingkat kesejahteraannya dengan kegiatan

usaha. Dalam rangka usaha manusia untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya, telah

dihadapkan pada kenyataan adanya sumber-sumber faktor produksi yang terbatas

tersedianya, seperti modal, alam, tanah, keahlian dan sebagainya. Menghadapi

kenyataan ini, sebelum keputusan diambil harus direncanakan dengan matang

kegiatan yang akan dilaksanakan kemudian dilakukan perhitungan-perhitungan

pendahuluan atau analisis usaha yang didasarkan pada perbandingan antara manfaat

yang akan yang diperoleh dengan biaya yang harus dikeluarkan (Djamin 1984).

Analisis usaha dalam bidang perikanan merupakan pemeriksaan keuangan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan usaha yang telah dicapai selama usaha

(32)

10

perhitungan dan menentukan langkah untuk memperbaiki dan meningkatkan

keuntungan dalam perusahaannya. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, dapat

dilakukan dengan cara menekan biaya produksi dan menambah effort (Rahardi,

2001).

Kegiatan usaha merupakan kegiatan yang dapat direncanakan dan dapat

dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan menggunakan sumber-sumber

untuk dapat mendapatkan manfaat. Sumber-sumber tersebut sebagian atau seluruhnya

dapat dianggap sebagai bagian-bagian konsumsi yang dikorbankan dari penggunaan

masa sekarang untuk memperoleh manfaat (Gittinger, 1986).

Komponen yang digunakan dalam usaha perikanan adalah biaya produksi,

penerimaan usaha dan pendapatan yang diperoleh dari usaha perikanan. Pendapatan

adalah total penerimaan (total revenue) dikurangi dengan total biaya (total cost).

Penerimaan adalah total produksi dikalikan dengan harga persatuan produk. Biaya

total adalah seluruh biaya yang diperlukan untuk menghasilkan sejumlah input

tertentu. Biaya total dibedakan menjadi dua, yaitu biaya total tetap (total fixed cost)

dan biaya variabel (total variable cost). Biaya total tetap adalah biaya yang tidak

berubah dengan berubahnya jumlah output, sedangkan biaya total variabel adalah

(33)

3

METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Agustus 2005. Kegiatan

pengambilan data di lapangan dilakukan terhadap 10 armada jaring arad yang

beroperasi dan mengikuti kegiatan operasi penangkapan jaring arad yang berbasis di

Pesisir utara, Kota Cirebon

3.2 Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1 Unit penangkapan ikan jaring arad sebagai objek penelitian;

2 GPS hand held e-trex Garmin untuk mengetahui posisi setting dan hauling pada

pengoperasian jaring arad;

3 Timbangan untuk mengukur berat total hasil tangkapan;

4 Alat pengukur panjang berupa penggaris dengan skala terkecil 0,1 cm untuk

mengukur panjang tubuh (body length) hasil tangkapan;

5 Buku identifikasi untuk mengetahui jenis udang atau ikan yang tertangkap jaring

arad;

6 Alat dokumentasi berupa kamera untuk mendokumentasikan pengoperasian jaring

arad dan ikan hasil tangkapan;

7 Data sheet dan alat tulis yang digunakan untuk mencatat hasil tangkapan;

8 Jangka sorong dengan tingkat ketelitian 0.1 cm untuk mengukur diameter

pelampung, pemberat dan tali;

9 Kuisioner yang akan diberikan melalui wawancara kepada nelayan jaring arad.

3.3 Unit Penangkapan yang Digunakan 3.3.1 Alat Tangkap Jaring Arad

Dalam satu unit jaring arad terdiri atas 4 bagian besar yaitu: (1) sayap; (2) badan jaring; (3) kantong; dan (4) papan otter; Spesifikasi bagian-bagian tersebut

(34)

12

(1) Sayap jaring

Sayap jaring berfungsi untuk mengarahkan hasil tangkapan masuk kedalam

jaring. Bagian ini berhubungan dengan otter board (bagian depan), dan dengan perut

jaring (bagian belakang). Bahan yang digunakan adalah Polyethylene dan mata jaring

berukuran 43,75 mm, terdiri dari dua bagian yaitu sayap kanan dan sayap kiri. Pada

bagian ini terdapat tali ris atas sepanjang 10,6 m dengan diameter 40 mm yang

dilengkapi dengan 12 pelampung kecil pada bagian sisi kiri dan kanan dengan

diameter lubang 13,2 mm dan diameter tengah 35 mm, dua buah pelampung besar

dengan diameter lubang 23,1 mm dan diameter tengah 85 mm pada bagian

tengahnya. Pada bagian bawah terdapat ground rope sepanjang 14,6 m dengan

diameter 10 mm yang dilengkapi 162 pemberat kecil dengan diameter lubang 80 mm

dan 10 buah potongan-potongan timah dengan berat total 1 kg.

(2) Badan jaring

Bagian badan jaring berfungsi untuk mengurung ikan yang telah digiring oleh

sayap. Sudut depan kiri dan kanan berhubungan langsung dengan sayap kiri dan

kanan, sedangkan bagian belakang badan berhubungan dengan kantong. Bagian

badan ini terbagi menjadi dua bagian dengan ukuran mata jaring yang berbeda.

Bahan yang digunakan adalah Polyethylene dengan mata jaring berukuran 37,5 mm

(bagian 1) dan ukuran 31,25 mm (bagian 2). Sepanjang bagian atas badan jaring

dilengkapi dengan 20 pelampung kecil berdiameter tengah 35 mm.

(3) Kantong jaring

Bagian kantong merupakan bagian paling belakang dari alat tangkap jaring arad

yang berfungsi sebagai tempat untuk menampung hasil tangkapan. Pada bagian depan

kantong berhubungan langsung dengan bagian badan jaring dan bagian belakang

kantong diikat dengan seutas tali yang menggunakan simpul cod-end knot sehingga

mudah untuk dilepaskan. Kantong terbuat dari bahan Polyethylene dengan ukuran

(35)

(4) Otter board

Otter board (Gambar 2) ini berfungsi untuk membuka mulut jaring kearah

horizontal (ke arah kanan dan kiri) sewaktu alat tangkap jaring arad dioperasikan.

Otter board ini berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 65 cm, tinggi 35

cm dan tebal 1,9 cm. Terbuat dari bahan kayu yang dilengkapi dengan besi pada

bagian bawahnya yang berfungsi sebagai pemberat. Berat otter board ini mencapai

12 kg. Selama penelitian, otter board yang ada sebanyak dua pasang, satu pasang

dipakai selama operasi penangkapan sedangkan satu pasang lagi digunakan sebagai

cadangan di perahu.

65 cm

35 cm

Gambar 2 Otter boarddari jaring arad yang digunakan untuk penelitian

3.3.2 Perahu

Perahu yang digunakan dalam pengoperasian jaring arad selama penelitian

adalah perahu yang menggunakan motor tempel dengan kapasitas 4 GT. Mesin yang

digunakan adalah mesin diesel berkekuatan 16 PK dengan merk Dongpeng sebanyak

satu unit dengan bahan bakar campuran solar dan minyak tanah. Perahu memiliki

dimensi L x B x D = 8 x 2.80 x 0.80 (m) yang terbuat dari kayu jati. Perahu dan

(36)

14

Gambar 3 Perahu yang digunakan saat penelitian

Gambar 4 Alat penggerak pada perahu jaring arad

3.3.3 Nelayan

Jumlah nelayan yang mengoperasikan jaring arad saat penelitian berjumlah satu

orang yang bertindak sebagai juru mudi sekaligus sebagai anak buah kapal. Nelayan

adalah penduduk asli Pesisir Utara, Kota Cirebon yang termasuk ke dalam kelompok

(37)

3.4 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan secara umum adalah dengan menggunakan

metode survey dan obsevasi langsung ke lapangan mengikuti operasi penangkapan

ikan dengan menggunakan jaring arad.

Nasution (2004) mengemukakan suatu penelitian survey bertujuan untuk

mengumpulkan informasi tentang populasi yang jumlahnya besar, dengan cara

mewawancarai sejumlah kecil dari populasi itu. Untuk memperoleh keterangan dapat

digunakan questionnaire atau angket, wawancara, observasi langsung atau kombinasi

teknik-teknik pengumpulan data.

Metode sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive

sampling, yaitu untuk memilih unit penangkapan jaring arad yang akan diikuti trip

penangkapannya dan untuk mendata jumlah hasil tangkap sampingan yang didaratkan

armada jaring arad dari jumlah observasi sampel yang diambil. Metode ini digunakan

berdasarkan pertimbangan unit penangkapan jaring arad yang dipilih adalah perahu

yang menggunakan satu motor tempel dengan operasi penangkapan satu hari melaut

(one day fishing).

3.5 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer

yaitu data yang dikumpulkan secara langsung selama penelitian meliputi jenis spesies

ikan hasil tangkapan utama dan hasil tangkap sampingan, komposisi hasil tangkapan

utama dan hasil tangkap sampingan berdasarkan jenis, sebaran distribusi panjang per

spesies ikan yang tertangkap, presentase jumlah ikan hasil tangkap sampingan yang

dimanfaatkan dan yang tidak dimanfaatkan serta kondisi perairan seperti suhu dan

tipe dasar perairan. Data tersebut diperoleh dengan mengikuti 5 trip operasi unit

penangkapan jaring arad. Sebagai pelengkap data dilakukan pengambilan data

melalui wawancara dengan kuisioner kepada 20 orang nelayan dan tiga orang bakul.

Data yang dikumpulkan meliputi cara pengoperasian, komposisi hasil tangkapan,

jumlah hasil tangkapan selain musim yang dilakukan penelitian dan harga hasil

(38)

16

Jenis ikan diketahui dengan melihat ciri-ciri ikan berdasarkan bentuk, tipe sirip

dan warna ikan yang tertangkap dan mencocokannya dengan buku identifikasi ikan.

Ukuran ikan diperoleh dengan menggunakan alat bantu meteran. Panjang total ikan

diukur dari mulut bagian depan sampai ujung ekor dari ikan yang tertangkap

(Gambar 5). Untuk mengetahui tipe dasar perairan, yaitu dengan melihat substrat yang terbawa oleh alat tangkap pada saat hauling dilakukan.

Gambar 5 : Cara pengukuran panjang ikan (Sumber Carpenter, 1988)

Data sekunder diperoleh dari Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon. Data

sekunder berupa informasi tentang produksi perikanan, unit penangkapan dan

lain-lain. Data sekunder yang dikumpulkan untuk melihat keadaan umum daerah

penelitian dan untuk menunjang data primer yang didapat. Data sekunder yang

dikumpulkan meliputi:

1) Geografi dan topografi Kota Cirebon Provinsi Jawa Barat;

2) Tempat Pelelangan Ikan di Kota Cirebon;

3) Volume dan nilai produksi perikanan laut di Kota Cirebon;

4) Jumlah unit penangkapan ikan di Kota Cirebon;

5) Musim dan daerah penangkapan ikan; dan

(39)

3.6 Metode Pengoperasian

Pengoperasian jaring arad di Pesisir Utara umumnya dilakukan pada malam hari

yaitu mulai sore hingga pagi hari. Pengoperasian alat tangkap jaring arad pada saat

penelitian melalui beberapa tahap, yaitu tahap persiapan, tahap pencarian fishing

ground, tahap operasi penangkapan (setting, towing atau penarikan jaring dan hauling

atau pengangkatan jaring) dan tahap penanganan hasil tangkapan.

(1) Tahap persiapan

Persiapan dilakukan sebelum berangkat menuju daerah penangkapan ikan.

Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan alat tangkap, kondisi mesin,

perahu, bahan bakar, GPS, termometer, kotak tempat hasil tangkapan dan persiapan

perbekalan. Persiapan ini dimulai pada pukul 15.00 WIB.

(2) Tahap pencarian fishing ground

Penentuan fishing ground pada pengoperasian jaring arad dilakukan

berdasarkan informasi atau pengalaman hasil tangkapan sebelumnya. Perairan yang

sering dijadikan fishing ground untuk pengoperasian jaring arad adalah Pesisir Utara,

perairan Gebang Mekar, Jongor, Bagang dan daerah pengeboran minyak di

Indramayu. Waktu yang dibutuhkan untuk mencapai fishing ground ini berkisar 1-2

jam dengan kecepatan rata-rata perahu 8 km/jam.

(3) Tahap operasi penangkapan

Operasi penangkapan ikan yang diikuti 5 kali Trip sebanyak 24 kali setting dan

24 kali hauling dalam 5 hari operasi penangkapan. Operasi penangkapan dilakukan

selama 12 jam dalam sehari.

(1) Setting

Sebelum dilakukan penurunan jaring terlebih dahulu dilakukan pengukuran

suhu permukaan air laut dan posisi setting dengan menggunakan GPS hand held

e-trex Garmin. Kemudian jaring arad yang akan dioperasikan disiapkan di atas dek

(40)

18

dimulai dengan menurunkan bagian kantong, badan, sayap jaring, otter board dan

danleno. Pada saat jaring diturunkan kecepatan kapal harus dipercepat agar jaring

mengembang secara normal serta otter board dapat membuka mulut jaring dengan

baik.

Kecepatan perahu pada saat setting berkisar antara 3-6 km/jam, sedangkan

panjang tali selambar ini 4-5 kali kedalaman perairan. Kegiatan setting dapat dilihat

pada Gambar 6.

Gambar 6 Setting alat tangkap jaring arad

(2) Towing atau penarikan jaring

Setelah tali selambar diturunkan, perahu bergerak menarik alat tangkap selama

1-2 jam. Penarikan jaring harus memperhatikan olah gerak kapal untuk menghindari

hal-hal yang dapat membahayakan perahu dan alat tangkap. Kecepatan kapal pada

saat towing berkisar 3-5 km/jam seperti yang ditunjukan pada layar GPS. Jika

kecepatan kapal pada saat towing terlalu lambat, maka posisi otter board dan bukaan

mulut jaring tidak optimal sehingga akan mengeruk banyak lumpur. Jika terlalu cepat,

otter board dan bukaan mulut jaring tidak optimal sehingga alat tangkap akan

(41)

Gambar 7. Towing alat tangkap jaring arad

(3) Hauling atau pengangkatan jaring

Pada saat hauling, mesin dimatikan dan jaring diangkat ke atas perahu.

Pengangkatan jaring dimulai dari tali selambar, danleno, otter board, bridle line,

sayap, badan jaring dan kantong. Kegiatan hauling ini dilakukan oleh satu orang

nelayan dari lambung kanan perahu. Kemudian hasil tangkapan dikeluarkan dari

kantong dengan membuka simpul tali kantong. Kegiatan hauling dapat dilihat pada

Gambar 8

(42)

20

(4) Tahap penanganan hasil tangkapan

Setelah semua hasil tangkapan dikeluarkan dari kantong diatas dek perahu,

tahap selanjutnya yaitu penanganan hasil tangkapan yang meliputi kegiatan sebagai

berikut:

(a) Pemisahan hasil tangkapan berdasarkan jenis, baik itu jenis udang sebagai hasil

tangkapan utama dan hasil tangkapan sampingan berupa rajungan, cumi-cumi,

sotong dan ikan. Untuk hasil tangkapan sampingan yang lain dibuang kelaut

setelah dilakukan penyortiran dan pencatatan.

(b) Pengukuran biometrik hasil tangkapan berupa panjang total berdasarkan jenis

spesies dan mencatatnya dalam data sheet penelitian

(c) Memindahkan hasil tangkapan udang kedalam termos besar yang diberi es curah

dan jenis rajungan, sotong, cumi-cumi dan ikan sebagai hasil tangkapan

sampingan ditempatkan dalam keranjang berukuran besar. Untuk selanjutnya

dilakukan persiapan untuk setting berikutnya.

3.7 Metode Analisis Data

3.7.1 Komposisi Ukuran Hasil Tangkap Sampingan (By catch)

Komposisi hasil tangkapan dipisahkan antara udang dan hasil tangkapan

sampingan. Untuk hasil tangkapan udang dipisahkan berdasarkan jenisnya, kemudian

dilakukan pengukuran panjang total udang dan ikan pada setiap hauling alat tangkap

jaring arad. Hasil pengukuran panjang total udang dikelompokkan dalam selang kelas

panjang dan interval kelas. Untuk menentukan jumlah selang kelas panjang dan

interval kelas dihitung dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi menurut

Walpole (1995), yaitu :

K = 1 + 3.3 log n

Lebar kelas (i) = Nilai terbesar-Nilai Terkecil

K Keterangan :

K : Jumlah kelas

(43)

Hasil pengolahan data ukuran panjang yang disajikan kedalam bentuk sebaran

frekuensi, akan memudahkan dalam menganalisis pada selang kelas mana ikan

sebagai hasil tangkap sampingan kebanyakan tertangkap dan dapat digunakan untuk

menentukan layak atau tidaknya ikan tersebut untuk ditangkap dengan mengetahui

batasan ukuran panjang ikan tersebut matang gonad (length at first maturity).

3.7.2 Estimasi Proporsi Hasil Tangkap Sampingan (By catch)

Untuk melakukan estimasi terhadap jumlah hasil tangkap sampingan diperlukan

data mengenai jumlah armada penangkapan jaring arad yang beroperasi, jumlah

observasi sampel dan jumlah hasil tangkap sampingan dari armada jaring arad ke i

(i = 1.2.3,…, n). Sebanyak 10 armada penangkapan jaring arad yang beroperasi

diambil 6-7 observasi sampel selama 6 hari pengambilan data. Estimasi didasarkan

pada asumsi:

1 sumberdaya ikan dan udang menyebar merata di setiap daerah penangkapan

ikan (fishing ground) yang dituju.

2 Kemampuan alat tangkap yang digunakan dalam pengoperasian jaring arad

relatif sama.

Jumlah ikan hasil tangkap sampingan yang dimanfaatkan dan yang dibuang ke

laut diestimasi berdasarkan pendekatan sederhana, dengan rumus (Purbayanto et al.,

2004):

JHTS : Estimasi jumlah hasil tangkapan sampingan untuk suatu wilayah perairan

N : Jumlah armada penangkapan jaring arad yang beroperasi

n : Jumlah observasi sampel

Xi : Jumlah hasil tangkapan sampingan dari armada jaring arad ke i

(44)

22

3.7.3 Analisis Usaha Penangkapan Jaring Arad

Analisis usaha adalah suatu perhitungan dengan tujuan untuk mengetahui

keadaan sekarang dari suatu kegiatan usaha dan untuk mengetahui keadaan yang akan

datang dari suatu perencanaan. Analisis usaha yang dilakukan berupa analisis

pendapatan usaha untuk melihat besarnya total penerimaan dan keuntungan yang

didapatkan oleh nelayan jaring arad selama satu tahun. Analisis pendapatan usaha

pada umumnya digunakan untuk mengukur apakah kegiatan usaha yang dilakukan

pada saat ini berhasil atau tidak. Analisis pendapatan usaha dilakukan dengan rumus

(Djamin, 1984):

µ = TR-TC

Keterangan :

µ = Keuntungan

TR = Total Revenue (total penerimaan)

TC = Total Cost (total biaya)

Dengan kriteria:

(a) Apabila total penerimaan (TR) > total biaya (TC), maka usaha tersebut mengalami

keuntungan, sehingga usaha dapat dilanjutkan;

(b) Apabila total penerimaan (TR) < total biaya (TC), maka usaha tersebut mengalami

kerugian, sehingga usaha tersebut tidak layak untuk dilanjutkan; dan

(c) Apabila total penerimaan (TR) = total biaya (TC), maka usaha tersebut tidak

mengalami keuntungan atau kerugian, dengan kata lain usaha tersebut berada

(45)

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Geografi dan Topografi

Kota Cirebon merupakan daerah yang terletak di tepi pantai utara Jawa Barat

bagian timur laut tepatnya diperbatasan antara Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan

letak geografis pada posisi 06o41’ LS dan 108o33’ BT (Lampiran 2). Kota Cirebon

memiliki luas daratan 37,56 km2 dan luas areal perairan laut kurang lebih 51,8 km2.

Wilayah administrasi pemerintahan Kota Cirebon dibagi dalam 5 kecamatan dengan

22 Kelurahan, 237 Rukun warga, Serta 1.244 Rukun tetangga. Adapun batas

wilayahnya sebagai berikut:

(1) Sebelah barat berbatasan dengan Sungai Banjir Kanal/Kabupaten Cirebon

(2) Sebelah timur berbatasan dengan laut Jawa

(3) Sebelah utara berbatasan dengan Sungai Kedung Pane/Kabupaten Cirebon

(4) Sebelah selatan berbatasan dengan Sungai Kalijaga

Wilayah Kota Cirebon terletak pada daerah pantai utara Jawa Barat bagian

timur yang merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 5 m dari

permukaan laut. Ketinggian dataran cenderung meningkat kearah wilayah bagian

selatan yaitu wilayah Kecamatan Harjamukti khususnya di Kelurahan Argasunya.

Kemiringan lahan di Kota Cirebon berkisar antara 0-25 %, yaitu: 0-3 % terdapat

disebagian besar wilayah Kota Cirebon dan 4-25 % terdapat di wilayah Kelurahan

Argasunya, Kecamatan Harjamukti.

4.2 Tempat Pelelangan Ikan (TPI) di Kota Cirebon

Sarana dan prasarana perikanan yang baik merupakan salah satu pendukung

pembangunan perikanan, sehingga dapat memberikan kemudahan bagi petani nelayan

untuk melaksanakan usahanya yang akan meningkatkan pendapatan dan

kesejahteraannya. Sarana dan prasarana perikanan tangkap, salah satunya adalah

tersedianya Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Ada empat buah Tempat Pelelangan Ikan

(46)

24

1). TPI Kebon Melati Kelurahan Kesenden Kecamatan Kejaksan

2). TPI Pesisir Kelurahan Panjunan Kecamatan Lemahwungkuk

3). TPI Cangkol Kelurahan Kesepuhan Kecamatan Lemahwungkuk

4). TPI PPN Kejawanan Kelurahan Pegambiran Kecamatan Lemahwungkuk

Dalam kegiatannya dari empat TPI di atas hanya satu TPI yang aktif

mengadakan pelelangan ikan yaitu TPI PPN Kejawanan, sedangkan tiga TPI lain

tidak aktif melaksanakan pelelangan ikan. Hal ini dikarenakan sebagian besar nelayan

menjual ikannya ke bakul dan rendahnya produktivitas bagi kapal-kapal perikanan

tradisional dengan ukuran < 5 GT.

4.3 Volume dan Nilai Produksi Perikanan Laut

Volume atau produksi ikan adalah banyaknya jumlah hasil tangkapan ikan

(Kilogram) yang didaratkan disuatu tempat pendaratan ikan. Produksi perikanan laut

di Kota Cirebon periode 2000-2002 mengalami peningkatan, namun pada tahun 2003

mengalami penurunan sebesar 7.63 % dan pada tahun 2004 mengalami penurunan

sebesar 17,95 %. Penurunan produksi ini disebabkan oleh adanya penurunan

produktivitas penangkapan, kenaikan BBM, harga ikan yang tidak stabil, dan proses

perijinan kapal diatas 30 GT di Jakarta yang terlambat dan terhambat sehingga

banyak kapal yang tidak dapat melaut, serta banyaknya pengusaha yang bangkrut.

Untuk lebih jelasnya perkembangan volume produksi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perkembangan volume produksi perikanan laut di Kota Cirebon periode 2000-2004 (kg)

2000 379,12 589,35 1.950.168,00 1.951.136,47 -

2001 485,6 72,05 2.592.233,00 2.592.890,65 32.89

2002 * * 3.283.544,00 3.283.544,00 26.64

2003 * * 3.033.030,00 3.033.030,00 -7.63

2004 * * 2.488.565,80 2.488.565,80 -17.95

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (2005)

(47)

Nilai produksi adalah nilai yang diberikan terhadap jumlah hasil tangkapan

(satuan rupiah). Nilai produksi perikanan laut di Kota Cirebon mengalami

peningkatan periode 2000-2002, namun mengalami penurunan pada tahun 2003

sebesar 1,4 % dan pada tahun 2004 sebesar 4,7 %. Perkembangan nilai produksi

perikanan laut Kota Cirebon selama periode 2000-2004 dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Perkembangan nilai produksi (by landing) perikanan laut di Kota Cirebon periode 2000-2004

2000 * 9.722.100 3.203.077.150 3.220.705.675 -

2001 1.222.500 2.980.000 4.863.477.130 4.877.679.930 51.45

2002 * * 5.446.023.450 5.446.023.450 11.65

2003 * * 5.370.818.850 5.370.818.850 -1.4

2004 * * 5.119.416.940 5.119.416.940 -4.7

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (2005)

Keterangan: (*) = Tempat Pelelangan Ikan (TPI) sudah tidak berfubgsi lagi.

4.4 Volume dan Nilai Produksi Per Jenis Ikan Yang Didaratkan di Kota Cirebon

Volume produksi per jenis ikan adalah banyaknya jumlah hasil tangkapan per

jenis ikan yang didaratkan di suatu tempat pendaratan ikan. Nilai produksi per jenis

ikan adalah nilai yang diberikan terhadap jumlah hasil tangkapan per jenis ikan

(satuan rupiah). Volume produksi ikan terbesar yang ada di Kota Cirebon periode

2002-2004 adalah udang jerbung dengan rata-rata volume produksi sebesar 130.8 ton

per tahun. Tingginya volume produksi udang jerbung ini dipengaruhi oleh musim,

cuaca, iklim dan metode penangkapan ikan yang digunakan oleh nelayan. Nilai

produksi ikan terbesar yang ada di Kota Cirebon periode 2002-2004 adalah udang

jerbung dengan rata-rata nilai produksi sebesar Rp 3.270.000,00 per tahun. Tingginya

nilai produksi udang jerbung ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan permintaan

(48)

26

produksi dan nilai produksi per jenis ikan yang didaratkan di Kota Cirebon periode

2002-2004 dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Volume produksi dan nilai produksi per jenis ikan yang didaratkan di Kota Cirebon periode 2002-2004

Manyung 80,2 160.400 109,5 219.000 166,1 332.200

Bambangan 68,2 170.500 92,6 231.500 140,5 351.250

Tigawaja 61,8 123.600 84,2 168.400 127,8 255.600

Bawal 49,2 197.600 67,4 269.600 102,2 408.800

Kuro 43,2 86.400 59 118.000 89,5 179.000

Tembang 61,8 123.600 84,2 168.400 127,8 255.600

Japung 68,2 102.300 92,6 138.900 140,6 210.900

Kembung 74,1 259.350 101 353.500 153,3 536.550

Tenggiri 43,2 194.400 59 265.500 89,5 402.750

Tongkol 37 111.000 50,5 151.500 76,7 513.890

Udang jerbung 114,4 2.860.000 124,40 3.110.000 153,6 3.840.000

Udang lainnya 32,8 295.200 36,70 330.500 138,9 1.250.100

Ikan lainnya 30,9 46.350 42 63.000 63,9 92.850

Jumlah 765,2 4.730.700 1003,1 5.587.600 1.570,4 8.632.490

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (2005)

4.5 Unit Penangkapan Ikan 4.5.1 Kapal Penangkap Ikan

Kapal atau perahu penangkap ikan di Kota Cirebon dapat diklasifikasikan

menjadi 2 jenis, yaitu kapal motor (KM) dan perahu motor tempel (PMT). Kapal

motor adalah kapal yang pengoperasiannya menggunakan mesin yang disimpan di

dalam badan kapal (inboard engine), biasanya kapal motor ini digunakan untuk usaha

perikanan skala besar seperti yang ada di Pelabuhan Kejawanan. Motor tempel adalah

kapal atau perahu yang pengoperasiannya menggunakan mesin motor tempel

(outboard engine) dan biasanya kapal atau perahu motor tempel ini umum dipakai

oleh nelayan lokal dengan usaha perikanan skala kecil. Kapal motor umumnya

menggunakan bahan bakar solar dan motor tempel umumnya menggunakan bahan

(49)

10-115 GT sebanyak 105 unit dan motor tempel dengan ukuran 0-5 GT sebanyak 210

unit. Adapun data jumlah kapal motor (KM) dan perahu motor tempel (PMT) dapat

dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Data jumlah kapal motor atau motor tempel di Kota Cirebon Tahun 2004

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (2005)

4.5.2 Alat Tangkap

Jenis alat tangkap yang digunakan oleh nelayan di Kota Cirebon sangat

bervariasi. Alat tangkap dominan yang digunakan oleh nelayan adalah bubu wadong

berjumlah 300 pada tahun 2004. Lebih lengkap tentang jumlah alat tangkap di Kota

Cirebon pada tahun 2004 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Data jumlah alat tangkap di Kota Cirebon pada tahun 2004

Daerah Pantai Jenis alat

tangkap Samadikun Pesisir Cangkol Kesunean PPN

Kejawanan Jumlah

(50)

28

4.5.3 Nelayan

Nelayan di Kota Cirebon dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu nelayan

pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik atau juragan adalah nelayan yang

memiliki sarana produksi dan membiayai operasi penangkapan. Nelayan buruh

adalah nelayan yang secara langsung melakukan operasi penangkapan. Ada nelayan

buruh yang memiliki kapal atau perahu dan ada juga yang hanya menyediakan tenaga

untuk operasi penangkapan. Jumlah nelayan buruh lebih banyak dibandingkan

dengan nelayan pemilik. Perkembangan jumlah nelayan di Kota Cirebon periode

2003-2004 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Perkembangan jumlah nelayan (jiwa) di Kota Cirebon periode 2002-2004

Jenis nelayan Tahun

Nelayan pemilik Nelayan buruh Jumlah

Perkembangan (%)

2002 253 1523 1806 -

2003 256 1629 1885 4.37

2004 262 1778 2040 8.22

Sumber: Dinas Pertanian dan Kelautan Kota Cirebon (2005)

4.6 Musim dan Daerah Penangkapan Ikan

Kota Cirebon mengalami 3 macam angin muson yang dapat mempengaruhi

musim suatu wilayah atau daerah, yaitu angin muson barat bertiup pada bulan

Oktober sampai dengan Februari yang dikenal dengan musim penghujan, dan angin

musim timur bertiup dari bulan Mei sampai dengan September yang dikenal dengan

musim kemarau, sedangkan bulan Maret dan April dikenal dengan musim pancaroba

(peralihan antara dua musim).

Pada musim kemarau di Kota Cirebon, angin bertiup dari arah tenggara yang

disebut dengan angin timuran dan dikenal dengan angin kumbang, sedangkan pada

musim penghujan angin bertiup dari arah utara yang disebut dengan angin baratan,

pada musim baratan ini di Kota Cirebon terjadi musim ikan.

Nelayan di Kota Cirebon menentukan daerah penangkapan ikan umumnya

berdasarkan kebiasaan atau pengalaman nelayan yang melakukan trip sebelumnya.

(51)

kegiatan di fishing ground yang sama. Sebaliknya, nelayan akan mencari daerah

penangkapan yang baru apabila hasil tangkapan pada trip sebelumnya sedikit. Daerah

penangkapan ikan yang dituju nelayan Kota Cirebon tersebar di sekitar Laut Jawa,

yaitu Teluk Cirebon dan perairan indramayu, Selat sunda dan Perairan Sumatera.

4.7 Pemasaran Hasil Perikanan

Kegiatan pemasaran hasil perikanan yang sudah dilaksanakan dan sedang

berjalan adalah untuk memenuhi kebutuhan konsumen, baik masyarakat Cirebon

maupun memenuhi permintaan konsumen Jakarta, Semarang, Surabaya dan Bandung.

Untuk lebih jelasnya urutan kegiatan pemasaran hasil perikanan di Kota Cirebon

dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9 Rantai pemasaran hasil perikanan laut Kota Cirebon

(52)

30

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Komposisi Hasil Tangkapan Jaring Arad Selama Penelitian

Dalam penelitian ini telah dilakukan sebanyak 24 kali hauling dalam 5 trip

dimulai dari tanggal 22 Juli 2005 sampai 1 Agustus 2005 di Pesisir Utara, Kota

Cirebon. Hasil tangkapan total yang teridentifikasi sebanyak 40 spesies yang terbagi

kedalam tujuh kelompok organisme yaitu ikan sebanyak 22 spesies, moluska

sebanyak 8 spesies, krustasea sebanyak 7 spesies, Arthropoda sebanyak 1 spesies,

Echinodermata sebanyak 1 spesies, coelenterata sebanyak 1 spesies dan kelompok

lain-lain. Jenis-jenis hasil tangkapan total baik yang dimanfaatkan atau dibuang

kelaut selama penelitian secara lengkap ditunjukkan pada Tabel 7.

Tabel 7 Jenis hasil tangkapan total jaring arad selama penelitian

No Kelompok Spesies Keterangan

Bawal putih (Pampus argentus) Dimanfaatkan

Kakap putih (Lates calcarifer) Dimanfaatkan

(53)

312 kg

HTU HTS yang dimanfaatkan HTS Discards

No Kelompok Spesies Keterangan

Cumi-cumi (Loligo sp) Dimanfaatkan Haliotis japonica (kelas bivalvia) Dibuang

Keong macan (Babylonia spirata) Dimanfaatkan Kerang darah (Anadara granosa) Dibuang

Littorina sp (kelas Gastropoda) Dibuang

Murex ( kelas Gastropoda) Dibuang

Sotong (Sepia sp) Dimanfaatkan

2 Moluska

Turitella sp (kelas Gastropoda) Dibuang

Kepiting (Scylla sp) Dibuang Rajungan (Portunus pelagicus) Dimanfaatkan Udang dogol (Metapenaeus ensis) Dimanfaatkan Udang Jerbung (Penaeus merguiensis) Dimanfaatkan

Udang Krosok (Parapenaepsis sculptilis) Dimanfaatkan

Udang Ronggeng (Squilla sp) Dimanfaatkan 3 Krustase

Udang windu (Penaeus monodon) Dimanfaatkan

4 Arthropoda Mimi (Tachypleus) Dibuang

5 Echinodermata Bintang laut (Astropecten polyachantus) Dibuang

6 Coelenterata Ubur-ubur (Cassiopeia) Dibuang

7 Lain-lain Jenis kerang-kerangan Dibuang

Total hasil tangkapan dari jaring arad selama mengikuti trip sebanyak 366,3 kg,

terdiri dari hasil tangkapan udang (HTU) sebanyak 23,7 kg, hasil tangkap sampingan

(HTS) yang dimanfaatkan sebanyak 30,6 kg dan yang dibuang kelaut (discards)

sebanyak 312 kg. Selengkapnya tentang komposisi hasil tangkapan total jaring arad

dapat dilihat pada Gambar 10.

(54)

32

Hasil tangkapan total jaring arad selama penelitian didominasi oleh hasil

tangkap sampingan. Sebagian besar hasil tangkap sampingan merupakan hasil

tangkap sampingan yang dibuang ke laut (discards). Jaring arad memberikan

kontribusi hasil tangkap sampingan yang lebih besar dan dapat menghasilkan produk

lima kali lipat bila dibandingkan dengan alat tangkap lainnya (BPPI, 1997). Hal ini

disebabkan karena jaring arad (mini trawl) merupakan alat yang paling efektif untuk

menangkap udang dan ikan dasar lainnya. Dari segi konstruksi jaring arad memiliki

kantong dengan ukuran mata jaring yang relatif kecil sehingga banyak organisme laut

lain yang ikut tertangkap termasuk ikan dalam berbagai ukuran ketika alat tangkap

tersebut dioperasikan. Rata-rata perbandingan berat antara hasil tangkapan udang dan

hasil tangkap sampingan selama penelitian sebesar 1:15. Tingginya perbandingan

udang dan ikan hasil tangkap sampingan dapat disebabkan karena:

(1) Alat tangkap jaring arad memiliki sifat aktif yaitu mengejar target ikan dengan

cara ditarik oleh perahu sehingga banyak ikan yang bukan menjadi target

penangkapan ikut tertangkap (Manadiyanto et al., 2000).

(2) Perairan tempat penelitian adalah perairan dangkal dengan kedalaman 7-20 m,

kondisi ini menyebabkan bukaan mulut jaring arad masih dapat menyapu

sebagian besar kolom perairan, ditandai dengan tertangkapnya jenis ikan pelagis.

(3) Perairan yang dangkal merupakan tempat ikan mencari makan (feeding ground),

pemijahan (spawning ground) dan pemeliharaan (nursery ground). Sehingga

banyak ikan-ikan muda (berukuran kecil) yang ikut tertangkap (Riyanto, 2005).

(4) Pengoperasian jaring arad tidak diikuti pemasangan By Catch Reduction Device

(BRD), sehingga jumlah ikan yang bukan menjadi target penangkapan banyak

tertangkap (Chalimi, 2005).

5.1.1 Komposisi Hasil Tangkapan Udang

Hasil tangkapan udang selama penelitian (24 kali hauling dalam 5 trip) telah

diidentifikasi sebanyak 5 spesies udang, yaitu udang dogol (Metapenaeus ensis).

Udang jerbung (Penaeus merguensis), udang krosok (Parapenaepsis sculptilis),

(55)

udang yang tertangkap sebanyak 1.569 ekor dengan berat total sebanyak 23,7 kg.

Komposisi hasil tangkapan udang berdasarkan jumlah spesies dan berat selama

penelitian dapat dilihat pada Gambar 11 dan Gambar 12.

Gambar 11 Komposisi jumlah hasil tangkapan udang selama penelitian (ekor).

Gambar 12 Komposisi berat hasil tangkapan udang selama penelitian (kg)

255 ekor 16%

25 ekor 2%

11 ekor

1% 230 ekor

15%

1048 ekor 66%

U. Jerbung U. Dogol U. Krosok U. Ronggeng U. Windu

2,7kg 11%

2kg 8%

19kg 81%

Gambar

Gambar 1  Sketsa jaring arad
Gambar 2  Otter board dari jaring arad yang digunakan untuk penelitian
Gambar 3  Perahu yang digunakan saat penelitian
Gambar  5 : Cara pengukuran panjang ikan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menentukan model pemanfaatan hasil tangkapan sampingan sangat dipengaruhi oleh kondisi dan struktur kegiatan penangkapan udang setempat (Slavin 1981), karena masing-masing

Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis tingkat selektivitas alat tangkap purse seine berdasarkan komposisi hasil tangkapan utama dan tangkapan sampingan serta

Data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung selama penelitian meliputi konstruksi jaring (Lampiran 1), jenis spesies ikan hasil tangkapan utama dan

Dari segi jenis hasil tangkapan secara umum seluruh hasil tangkapan pada unit alat tangkap jaring rampus, gill net millenium, arad, bubu rajungan, dan pancing rawai

Data primer yaitu data yang dikumpulkan secara langsung selama penelitian meliputi konstruksi jaring (Lampiran 1), jenis spesies ikan hasil tangkapan utama dan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi komposisi jenis hasil tangkap sampingan dan mencoba menganalisis hubungan interaksi ikan hasil tangkap sampingan dengan ikan

Hasil penelitian menunjukan jenis hasil tangkapan sampingan pada alat tangkap lampara yang beroperasi di Perairan Tablolong, terdapat 6 spesies terdiri dari Cumi-cumi Lolingidae, Ikan

HASIL DAN PEMBAHASAN Komposisi Jenis Hasil Tangkapan Ikan Jenis ikan yang tetangkap dengan alat tangkap jaring insang di lokasi penelitian perairan Desa Kuallo Sokkam terdiri dari 8